HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Dukungan Sosial Keluarga pada Penderita DM tipe 2
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan sosial keluarga pada penderita DM tipe 2 di poli interna RSI Darus Syifa’ pada bulan September- Oktober 2011.
Dukungan sosial keluarga Jumlah Persentase
Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden Cukup dalam memberikan dukungan sosial keluarga pada penderita DM tipe 2 yaitu sebanyak 15 responden (37,5%).
Menurut Suhita (2005) ada tiga faktor yang mempengaruhi dukungan sosial, salah satunya adalah keintiman. Dukungan sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh orang - oramg yang memiliki arti seperti keluarga, sahabat, saudara, teman dan rekan kerja atau orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan. Semakin intim seseorang maka dukungan yang diperoleh akan semakin besar. Keluarga merupakan kelompok utama yang mempunyai ikatan emosi yang paling besar dan yang terdekat dengan penderita, segala keluh kesah yang dirasakan biasanya diungkapkan pada anggota keluarga. Disamping itu keluarga meringankan beban penderitaan selama penderita sakit.
Seorang anak biasanya lebih memiliki ikatan emosi yang paling besar dan terdekat dengan orang tua mereka. Sehingga mereka lebih peduli terhadap perkembangan kondisi kesehatan orang tua mereka yang menderita. DM Tipe 2. Mereka akan selalu mengupayakan yang terbaik demi penyembuhan keluarga mereka tenitama dalam hal pengontrolan gala darah maupun pengobatan DM tipe 2. Dukungan sosial yang cukup baik sangat bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus untuk meningkatkan semangat hidupnya, menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli, selain itu dapat mempercepat penyembuhan.
2. Latihan Fisik Jalan Kaki pada Penderita Diabetes Melitus
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan latihan fisik jalan kaki yang dilakukan penderita DM tipe 2.
Latihan fisik jalan kaki
Jumlah Persentase
Teratur
Cukup teratur
Tidak teratur
Total
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa hampir setengahnya keluarga responden yang menderita DM tipe 2, sudah cukup teratur dalam melakukan latihan fisik jalan kaki, yaitu sebanyak 19 responden (47,5%). Hampir sebagian keluarga yang sakit DM tipe 2 di poli interna Rumah Sakit Islam Danis Syifa' Surabaya, cukup teratur dalam melakukan latihan fisik jalan kaki yaitu 1-2 kali dalam seminggu. Sebagian kecil keluarga responden tidak teratur melakukan latihan fisik jalan kaki dikarenakan tidak ada yang menemani saat melakukannya, meskipun oleh keluarga sudah diberi motivasi yang cukup.
Menurut Tapan (2005) latihan fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor intrinsik (dari penderita diabetes mellitus itu sendiri) usia, jenis kelamin, keparahan penyakit, sedangkan faktor ekstrinsik (dari luar) dukungan keluarga dan waktu. Latihan fisik itu sebaiknya dilakukan secara kontinue dan teratur 3 – 4 kali dalam seminggu. Intensitasnya mulai dari yang ringan sampai yang sedang. Waktu atau lamanya dalam melakukan latihan fisik 30 – 60 menit. Jenis latihan fisik yang baik pada penderita diabetes mellitus yang bersifat endurance (aerobic) yang berfungsi meningkatkan kemampuan jantung dan jaga pembuluh darah. Sebaiknya dalam melakukan latihan fisik jalan kaki perlu dilakukan pemanasan terlebih dahulu kemudian latihan inti dilanjutkan dengan pendinginan.
Latihan fisik jalan kaki adalah olah raga yang paling mudah dilakukan, bisa dimanapun dan kapanpun waktunya. Namur demikian karena juga membutuhkan waktu yang cukup lama, serta pengontrolan yang cukup ketat pada gula darah maka dibutuhkan pendamping dan motivator dalam melakukannya. Dalam hal ini keluarga merupakan orang yang paling tepat untuk mendampingi penderita DM Tipe 2 saat melakukan aktivitas fisik jalan kaki.
3. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga terhadap Latihan Fisik Man Kaki pada Penderita Diabetes Melitus
Tabel 3 Distribusi frekuensi hubungan dukungan sosial keluarga dengan latihan fisik jalan kaki pada penderita DM tipe 2 di poli interna RSI Darus Syifa’ pada bulan September- Oktober 2011.
Latihan Fisik Jalan Kaki
Dukungan Total
No Sosial
Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 1 diatas didapatkan bahwa dari 40 responden penelitian, sebanyak 22 (55%) responden menyatakan sudah cukup memberikan dukungan social keluarga pada penderita DM tipe 2, dan hanya 11 (27,5%) responden yang menyatakan bahwa keluarganya yang menderita DM tipe 2 melakukan aktifitas fisik jalan kaki cukup teratur. Sedangkan untuk 10 (25%) responden yang kurang memberi dukungan sosial keluarga pada penderita DM tipe 2, tidak satupun (0%) penderita DM tipe 2 melakukan aktifitas fisik jalan kaki secara teratur.
Hasil tabel tabulasi silang, selanjutnya dilakukan perhitungan Spearman Rho. Hasil uji spearman rho dengan daerah kritis penolakan a = 0,05 didapatkan ndal probabilitas perhitungan (ρ) = 0,02 sehingga 0,02 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan latihan fisik jalan kaki pada penderita DM tipe 2. Untuk melihat Hasil tabel tabulasi silang, selanjutnya dilakukan perhitungan Spearman Rho. Hasil uji spearman rho dengan daerah kritis penolakan a = 0,05 didapatkan ndal probabilitas perhitungan (ρ) = 0,02 sehingga 0,02 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan latihan fisik jalan kaki pada penderita DM tipe 2. Untuk melihat
Dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang – orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut seperti suami/istri, keluraga, teman/sahabat. Aspek dukungan sosial meliputi emosional, instrumental, informative dan penilaian (As'ari, 2005). Menurut Salfino (2007) keluarga merupakan kelompok utama yang mempunyai ikatan emosi yang paling besar dan terdekat dengan penderita, keluarga juga menjadi tumpuan harapan untuk memberikan perawatan maupun meringankan beban penderitaan selama penderita mengalami kondisi sakit. Keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang Baling mempercayai, anggota keluarga akan menjadikan keluarga ebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan mengeluarkan keluhan bilamana individu mengalami permasalahan. Semakin intim hubungan suatu keluarga maka dukungan yang diperoleh akan semakin besar (Suhita, 2005).
Menurut Tapan (2005) faktor yang mempengaruhi latihan fisik yaitu usia, jenis kelamin, keparahan penyakit, dukungan keluarga dan peralatan olah raga. Bila penderita DM Tipe 2 melakukan latihan fisik jalan kaki secara berkesinambungan selama 30-60 menit, yang dilakukan 3-4 kali dalam seminggu, maka dapat menunda atau mencegah berkembangnya penyakit tersebut. Penderita diabetes mellitus yang melakukan latihan fisik jalan kaki memerlukan pemantauan yang sangat ketat dan dilakukan oleh orang terdekat yaitu keluarga. Keluarga bisa memberikan informasi mengenai latihan fisik, keluarga juga dapat menyiapkan alai-alai untuk melakukan olahraga, keluarga dapat mengingatkan apabila malas untuk melakukan latihan fisik jalan kaki. Latihan fisik jalan kaki sangatlah mudah dilakukan oleh penderita DM tipe 2, selain tidak memerlukan biaya latihan fisik jalan kaki bisa dilakukan oleh siapa saja, baik wanita maupun laki- laki, muda maupun tua. namun bila tidak didukung oleh keluarga sangatlah mustahil penderita DM tipe 2 akan melakukannya secara teratur.