Teori Human Capital Landasan Teori

pendidikan formal, pengalaman kerja, tingkat kualifikasi profesi dan continuing professional development.

2.1.2 Teori Human Capital

Human capital berasal dari kata human yaitu manusia dan capital yaitu modal yang secara harafiah berarti manusia sebagai modal. Modal yang dimaksudkan adalah nilai tambah dalam diri manusia. Perhatian terhadap human capital mulai difokuskan ketika perusahaan menyadari bahwa human capital berperan penting dalam keberlangsungan perusahaan. Teori human capital diperkenalkan oleh Theodore W. Schultz tahun 1961 sehingga peletak dasar teori human capital. Menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan dalam Departemen Keuangan, Schultz 1961 dalam pidatonya yang berjudul Investment in Human Capital menyatakan bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal atau kapital sebagaimana bentuk-bentuk kapital lainnya seperti mesin, teknologi, uang dan material. Teori Human Capital menekankan bahwa pendidikan, pengetahuan, kesehatan, dan keterampilan adalah bentuk bentuk modal, yaitu modal manusia. Investasi dalam modal manusia menghasilkan return di masa depan. Perkembangan Teori Human Capital diperluas dari individu pendidikan dan pelatihan ke organisasi perusahaan. Inti dari pidato tersebut adalah proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan merupakan suatu investasi Schultz dalam BPPK, 2011. Konsep pemikiran Schultz disempurnakan kembali oleh Becker pada tahun 1993 yang mendefinisikan human capital sebagai berikut : “Value added to a laborer when the laborer acquires knowledge, skills, and other assets useful to the employer or firm in the production and exchange process, human capital is the added value embedded in the laborer themselves. Typically, human capital is operationalized and measured by education, training and experience”. Nilai tambah dalam diri manusia tercipta ketika pendidikan, keterampilan dan aset lainnya berguna bagi perusahaan. Human capital tertanam dalam diri manusia itu sendiri dan diukur dengan pendidikan, pelatihan dan juga pengalaman. Manusia bukan sekedar sumber daya namun juga merupakan investasi yang menghasilkan pengembalian dan pengeluarannya dilakukan untuk mengembangkan kualitas dan kuantitas manusia. Penggagas human capital lainnya ialah Davenport. Ia menggambarkan bahwa karyawan menjadi pemilik modal dan dipandang sebagai investor. Karyawan sebagai investor dapat menarik, mengembangkan dan mempertahankan modal yang memiliki nilai tambah dalam organisasi dan mendapatkan return yaitu keunggulan kompetitif. Davenport 1999 menyatakan bahwa human capital meliputi skills keahlian, experience pengalaman dan knowledge pengetahuan. Human capital merupakan kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan, inovasi dan kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya sehingga dapat menciptakan suatu nilai untuk mencapai tujuan. Pembentukan nilai tambah yang dikontribusikan oleh human capital dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya akan memberikan sustainable revenue di masa yang akan datang lagi Malhotra 2003 dan Bontis 2002 dalam Ongkorahardjo 2008.

2.1.3 Human Capital