Studi Etnografi Suku Bangsa Ambon

b. Studi Etnografi Suku Bangsa Ambon

Suku bangsa Ambon mendiami pulau Ambon, Hitu dan Saparua, Propinsi Maluku. Pulau Ambon merupakan salah satu pulau dari kepulauan Maluku. Suatu pulau yang terletak antara pulau Irian di sebelah timur, pulau Sulawesi di sebelah barat, lautan Teduh di sebelah utara dan lautan Indonesia di sebelah selatan. Penduduknya ada yang tinggal di pantai dan daerah pegunungan. Penduduk pantai merupakan campuran dari penduduk asli dengan orang-orang pendatang berasal dari berbagai pulau, seperti orang Bugis, Makasar, orang Buton dan dahulu banyak orang Jawa yang bertempat tinggal di Maluku. Penduduk di daerah pegunungan merupakan penduduk asli yang diperkirakan berasal dari Pulau Seram.

1) Bahasa, wilayahnya yang terdiri dari banyak pulau menyebabkan beragamnya bahasa di Maluku. Pada umumnya bahasa-bahasa di kepulauan Maluku dimasukkan dalam rumpun bahasa Austronesia,

Studi Etnografi dan Bahasa Lokal

2) Sistem mata pencaharian, mata pencaharian orang Ambon pada umumnya adalah pertanian di ladang. Orang membuka sebidang tanah diladang dengan menebang pohon-pohon dan dengan membakar batang-batang dan dahan-dahan yang telah kering. Ladang-ladang yang dibuka dengan cara demikian hanya diolah sedikit dengan tongkat, kemudian ditanami tanpa irigasi dengan kacang-kacangan dan ubi-ubian. Sagu adalah makanan pokok orang Ambon, kini mereka juga sudah terbiasa dengan beras dan nasi, meskipun belum seluruhnya. Pohon sagu tidak perlu ditanam dan dipelihara karena pohon itutumbuh di pulau-pulau Maluku dengan tak terbilang banyaknya dalam rawa-rawa. Pohon sagu berumur 6 sampai 15 tahun dinilai cukup masak untuk menghasilkan tepung sagu. Ditebang kemudian batangnya dibelah dan terasnya yang terdiri dari serat-serat berisi tepung dipukul-pukul sehingga lepas. Serat-serta dicuci dengan air dan diperas-peras di atas saringan kain, sehingga tepungnya dapat ditadah. Kemudian tepung itu dicetak menjadi blok- blok empat persegi dengan daun sagu dan dinamakan tuman. Cara orang Ambon makan sagu dengan membakar tuman atau dengan memasaknya menjadi bubur kental (pepeda) (Koentjaraningrat, 1999).

Wahana Antropologi

Pluralitas masyarakat Indonesia menimbulkan persoalan berupa sebagaimana masyarakat untuk integrasi pada tingkat nasional yaitu secara horisontal atau vertikal. Perbedaan suku bangsa, agama, daerah dan pelapisan sosial saling silang-menyilang satu sama lain menghasilkan suatu keanggotaan golongan yang bersifat silang- menyilang pula. Cross-cutting affilations yang demikian telah menyebabkan konflik-konflik antara glongan di Indonesia menjadi tajam. Konflik suku bangsa, misalnya akan segera teredusir oleh bertemunya loyalitas agama, daerah, dan pelapisan sosial dari para

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

3) Sistem kekerabatan , orang Ambon menghitung hubungan kekerabatan melalui garis keturunan bapak (patrilineal), dan pola menetap setelah kawin adalah di lingkungan pihak bapak (patrilokal). Kesatuan kekerabatan yang paling penting adalah maturamah (keluarga batih) yaitu sebuah kesatuan keluarga yang terdiri satu keluarga inti senior dan keluarga-keluarga inti yunior dari garis keturunan laki-laki. Pada tingkat yang lebih luas lagi mereka mengenal bentuk kesatuan kekerabatan yang lebih luas terbatas yang disebut istilah soa yang sering diganti pemakaiannya dengan istilah fam (family, dari bahasa Belanda) (Zulyani Hidayah, 1999).

4) Sistem kemasyarakatan , organisasi pemukiman orang Ambon adalah desa yang mereka sebut dengan negeri yang dikepalai oleh seorang kepala desa (kepala negeri) yang diberi gelar bapa raja. Dahulu, cara bapa raja memperoleh jabatannya adalah melalui keturunan (warisan), sekarang sudah melalui pemilihan. Bapa Raja dibantu beberapa perangkat negeri (desa) dalam menjalankan pemerintahan, mereka sebut dengan badan saniri negeri (saniri desa) terdiri dari :

a) Tuan tanah; ahli adat mengenai hukum adat tanah dan soal-soal warisan tanah.

b) Kapitan; seorang pejabat adat yang dulu merupakan panglima perang

c) Kewang; polisi kehutanan

d) Marinyo; penyiar berita di desa

5) Agama dan sistem religi, pada umumnya orang Ambon sudah menganut agama Kristen dan Islam. Orang Ambon memiliki religi tradisional yang sampai saat ini masih dapat kita temukan jejaknya pada kehidupan keseharian. Mereka percaya terhadap roh-roh yang harus dihormati dan diberi makan minum dan tempat tinggal agar supaya tidak menjadi gangguan bagi manusia. Sesuai dengan religi tradisional, orang Ambon mengenal beberapa jenis upacara, yaitu :

a) Untuk masuk baileu, terlebih dahulu orang harus melakukan upacara untuk meminta izin kepada roh-roh yang ada di baileu. Upacara minta

Studi Etnografi dan Bahasa Lokal

b) Upacara curi negeri yang mungkin dapat disamakan dengan upacara bersih desa di Jawa. Upacara ini mengharuskan semua penduduk desa membersihkan segala sesuatu dengan baik. Mereka wajib membersihkan baileu, rumah-rumah dan pekarangan. Pengabaian terhadap keharusan ini dipercayai akan mendatangkan sanksi religi yaitu orang yang bersangkutan sakit, kemudian mati, atau seluruh desa bisa terjangkit penyakit, atau kegagalan panen. Tujuan upacara ini adalah untuk kebersihan dan keselamatan penduduk serta menghidupkan rasa hubungan dengan nenek moyang yang membangun baileu, sumber-sumber air dan tempat-tempat suci lainnya.

Koentjaraningrat (1999) mengelompokkan suku bangsa Ambon pada tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman pokok. Sistem dasar

kemasyarakatannya berupa komuniti petani dengan differensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang dan yang merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan suatu bagian atas yang

dianggap lebih halus dan beradab di dalam masyarakat kota; masyarakat

Investigasi Budaya:

“Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan dan orientasi kecakapan pada diri kalian!”

1. Menurut kalian kenapa masyarakat Ambon sangat rawan dengan konflik?

2. Menurut kalian apa faktor penyebab dari kerusuhan tersebut? Jelaskan!

3. Bagaimana sistem religi yang terbangun agar konflik tidak terjadi lagi? Gunakan Sumber.

www.liputan6sctv.com

analisa etnografi! Coba kalian praktekkan dalam kehidupan sehari-hari cara hidup rukun dan damai untuk menghindari konflik sehingga suasana aman dan tentram dapat tercipta di lingkungan tempat tinggal kalian.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa