Andil Birokrasi Pendidikan Pada Biaya Pendidikan SMA

4. Andil Birokrasi Pendidikan Pada Biaya Pendidikan SMA

Pasal 55 ayat 1 UU nomor 20 tahun 2003 menentukan masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat (school / community based management) pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan dasar berbasis masyarakat adalah pendidikan dasar yang berakar pada masyarakatnya, yang dibangun menurut karakteristik masyarakatnya. Pada masyarakat petani sudah seharus dibangun pendidikan dasar yang sesuai dan menunjang pertanian. Pada masyarakat nelayan sudah sewajarnya dibangun dan dibina pendidikan dasar yang sesuai dan menunjang pembangunan masyarakat nelayan, dan sebagainya.

Pasal 55 ayat 3 UU nomor 20 tahun 2003 menetapkan dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dihubungkan dengan prinsip otonomi sekolah pada pendidikan, maka pasal ini banyak ditafsirkan bahwa sekolah dapat memungut uang dari para orang tua peserta didik. Berapapun besarnya uang ditarik tidaklah menjadi soal selama dilakukan menurut prosedur demokratis dan bukankah sumber pendanaan pendidikan dasar adalah masyarakat, khususnya orang tua peserta didik?

Pendidikan dasar berbasis pada masyarakat dihubungan dengan otonomi sekolah diberi makna bahwa sekolah harus dibangun sesuai dengan kemampuan masyarakatnya, sekolah akan memberi beban biaya pada setiap peserta didik dari menurut kemampuannya masing-masing. Sayangnya sampai sekarang masih banyak orang yang mengartikan pendidikan dasar berbasis pada masyarakat sebagai keleluasaan menarik dana pendidikan dari masyarakat sebesar-besarnya. Iuran

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

Untuk menjembatani antara keinginan pengelola sekolah dengan masyarakat (orang tua peserta didik) dibentuklah komite sekolah. Tugas komite sekolah adalah memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, prasarana, serta pengawasan pendidikan. Melihat lebih jauh pada penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah, ternyata komite sekolah lebih cenderung bertugas sebagai lembaga yang menggiring pemikiran orang tua peserta didik untuk menyetujui permintaan pengelola satuan pendidikan. Akhirnya berapapun biaya yang dibebankan pengelola sekolah kepada para orang tua, setelah melalui proses demokrasi pada akhirnya harus ditanggung oleh orang tua.

Komite Sekolah sebagai lembaga yang terdiri dari unsur orang tua dan guru seharusnya dapat memberi pertimbangan objektif menurut kemampuan perekonomian orang tua terhadap berbagai permintaan pengelola sekolah yang berhubungan dengan pendanaan pendidikan. Dapat mengidentifikasi kemampuan setiap orang tua peserta didik, kemudian memberikan arahan dalam menentukan kebijakan sekolah terhadap besarnya iuran sekolah dan biaya lainnya yang harus ditanggung oleh setiap peserta didik. Bila hal ini dapat dijalankan maka dimungkinkan saja adanya peserta didik yang gratis dan dibebaskan dari berbagai iuran sekolah.

Setelah ditetapkan jumlah uang iuran sekolah dalam rapat Komite Sekolah yang dihadiri para orang tua peserta didik. Banyak para orang tua merasa berat bahkan tidak mampu. Diantara mereka tidak mau bersuara karena merasa malu atau merasa bahwa usahanya akan sia-sia. Ada juga yang berani

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

Kebutuhan sekolah tidak terbatas, sementara kemampuan warga sekolah sangat terbatas. Komite Sekolah harus mampu mengendalikan keinginan sekolah, bahkan bila perlu menolak permintaan sekolah apabila dianggap tidak subtanstif. Tidak harus tiap tahun membangun fisik sekolah. Tidak tidak tahun mengadakan piknik keluarga. Tidak tiap harus tahun mengadakan pembelian seragama, dan sebagainya. Bila hal ini terwujud maka keberadaan Komite Sekolah akan sangat mendukung pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Realitasnya pada saat ini, Komite Sekolah belum dapat menjalankan tugas idealnya, mereka cenderung hanya berfungsi sebagai stempel setuju terhadap semua keinginan pengelola sekolah. Tidak jauh beda dengan keadaan DPR RI dan MPR RI pada masa orde baru.

5) Penutup Penutup adalah kelanjutan dari pembahasan masalah. Penutup berisi kesimpulan dan saran, lebih baik lagi bila disertai dengan implikasi. Dalam penutup temukan dan tuliskan beberapa kesimpulan yang berupa intisari makalah dari pendahuluan, perumusan masalah hingga pembahasan masalah. Berdasarkan kesimpulan itu buatlah saran sebagai jalan keluar yang ditawarkan terhadap permasalahan yang dibahas. Kumudian dapat juga dilengkapi dengan implikasi, yaitu penerapan dari keseimpulan dan saran yang diajukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai penguat untuk mencegah terjadinya masalah sejenis di kemudian hari. Perhatikan contoh penutup di bawah ini.

Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara hukum dan demokrasi. Bila dikaji lebih lanjut, ternyata negara hukum yang dianut Indonesia adalah negara hukum modern dan negara demokrasi yang diterapkan Indonesia adalah negara

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

Salah satu perwujudan Indonesia sebagai negara kesejahteraan tercermin dari adanya pendidikan murah yang dapat dinikmati dan diperoleh setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 31 ayat 1 - 3 Undang-Undang Dasar 1945. Dan dipertegas lebih lanjut dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Sampai saat ini, pendidikan murah dan terjangkau adalah suatu idealisme yang patut diperjungkan. Disebut idealisme karena konsep tersebut masih merupakan dunia cita (das sein) dan berbeda jauh dari realitas pendidikan (das sollen). Patut diperjuangkan karena konsep tersebut sesuai dengan nilai-nilai keadilan dan nilai-nilai demokrasi serta welfare state.

Pembahasan terhadap mahalnya biaya pendidikan Sekolah Menengah Atas pada makalah ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang sekaligus merupakan jawaban terhadap permasalahan. Kesimpulan dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Penyebab terjadinya biaya pendidikan yang mahal pada Sekolah Menengah Atas adalah diterapkannya berbagai keputusan yang dalam proses pembuatannya terlihat sangat demokratis, melalui penggiringan yang dilakukan oleh para pejabat Komite Sekolah yang pada akhirnya mengesampingkan aspirasi orang tua peserta didik dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Disamping itu proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pada Sekolah Menengah Atas tidak memperhatikan prinsip-prinsip mewirausahakan birokrasi yang diajukan oleh David Osborne dan Ted Gaebler. Akibatnya; timbul birokrasi Sekolah Menengah Atas yang bersifat inefesiensi organisasi.

2. Dapat dipastikan bahwa birokrasi pada Sekolah Menengah Atas turut andil dalam mewujudkan biaya pendidikan mahal. Seperti diuraikan sebelumnya, tata cara pengabilan setiap keputusan pada Sekolah Menengah Atas dilakukan secara demokratis dengan mengikutserta- kan orang tua peserta didik. Dalam proses demokrasi itu nampak bahwa Komite Sekolah leih berpihak kepada birokrat sekolah (kepala sekolah) daripada orang tua dari peserta didik, khususnya yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Intinya birokrasi sekolah (Komite Sekolah) lebih berpihak kepada keinginan kepala sekolah dan pejabat sekolah lainnya dari pada lebih menanggapi dan merespon keinginan orang tua peserta didik. Singkatnya; birokrasi sekolah adalah alat bagi pejabat sekolah yang mengabdi kepada

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

yang menyebabkan mahalnya biaya pendidikan pada Sekolah Menengah Atas, Penulis mengajukan saran sebagai berikut :

1. Usaha secara terus menerus perlu dilakukan, setidaknya untuk mengingatkan tugas dan fungsi Komite Sekolah dalam menjembati keinginan birokrat sekolah dengan orang tua peserta didik. Komite Sekolah harus selalu dapat mendengar suara kedua belah pihak, kemudian mengambil keputusan dengan mengacu kepada keadilan dan kepatutan yang hidup dan berkembang pada warga sekolah. Sehingga pada akhirnya muncul sosok Komite Sekolah yang yang berorientasi pelanggan, pasar dan selalu menyuntikkan persaingan.

2. Melalui uraian di atas, nampak dengan jelas bahwa birokrasi sekolah sama sekali tidak melaksanakan 10 prinsip mewirausahakan birokrasi yang dikemukakan oleh David Osborne dan Ted Gaebler. Mungkin hal itu dikarenaka para pejabat sekolah dan anggota Komite Sekolah belum mengetahuinya. Oleh karena itu perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kepada mereka prinsip-prinsip dimaksud. Bila mereka sudah mengetahui, tetapi belum melaksanakan, maka mereka perlu diingatkan, didorong dan dikawal dalam melaksanakan prinsip mewirausahakan birokrasi. Pada akhirnya, perlu diadakan birokrasi yang efesien dalam mewujudkan tujuan Sekolah Menengah Atas, untuk dirasakan kebutuhan untuk melakukan gerakan secara menyeluruh untuk melaksanakan prinsip-prinsip mewirausahakan birokrasi.

6) Daftar Pustaka Daftar Pustaka berisi bahan bacan yang menjadi acuan dalam menentukan dan membahasas masalah. Daftar Pustaka selalu dimulai dengan menulis nama penulis dan pengarang buku, kemudian judul buku, nama penerbit, Kota penerbit dan tahun penerbitannya. Penulisan daftar Pustaka memiliki norma tersendiri, yang tergambar pada contoh di bawah ini.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa