Prevalensi Jenis Persalinan Menurut Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Faktor Maternal
A. Prevalensi Jenis Persalinan Menurut Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Faktor Maternal
Status sosial ekonomi merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi persalinan (Mulidah et al., 2003). Pendapatan keluarga yang didapatkan tiap bulan untuk membiayai keperluan hidup, termasuk kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan konsumsi makanan pada akhirnya berpengaruh pada gizi ibu sebelum dan pada saat hamil. Hal ini akan berpengaruh pada kondisi kehamilan dan faktor kekuatan (power) dalam proses persalinan. Pendapatan keluarga yang rendah dapat menyebabkan kondisi ibu selama kehamilan tidak optimal dan seringkali pada akhirnya persalinan harus disertai tindakan atau dilakukan dengan bantuan alat (Djallalludin et al., 2004).
Pada penelitian ini didapatkan hubungan pendapatan keluarga dengan jenis persalinan, yaitu prevalensi persalinan tindakan 1,9 kali lebih tinggi dijumpai pada ibu dengan pendapatan keluarga rendah dibandingkan ibu dengan pendapatan keluarga tinggi (RP = 1,9; p = 0,03). Hubungan yang bermakna tersebut tetap signifikan setelah mengontrol pengaruh paritas dan tinggi badan ibu, meskipun rasio prevalensinya sedikit menurun (RP = 1,8 ; IK 95% 1,0 hingga 3,1 ; p = 0.049). Hasil ini sesuai dengan penelitian Djallaludin et al. (2004) yang menyatakan bahwa pendapatan keluarga berpengaruh terhadap terjadinya partus lama yang memerlukan tindakan. Pada penelitian tersebut Pada penelitian ini didapatkan hubungan pendapatan keluarga dengan jenis persalinan, yaitu prevalensi persalinan tindakan 1,9 kali lebih tinggi dijumpai pada ibu dengan pendapatan keluarga rendah dibandingkan ibu dengan pendapatan keluarga tinggi (RP = 1,9; p = 0,03). Hubungan yang bermakna tersebut tetap signifikan setelah mengontrol pengaruh paritas dan tinggi badan ibu, meskipun rasio prevalensinya sedikit menurun (RP = 1,8 ; IK 95% 1,0 hingga 3,1 ; p = 0.049). Hasil ini sesuai dengan penelitian Djallaludin et al. (2004) yang menyatakan bahwa pendapatan keluarga berpengaruh terhadap terjadinya partus lama yang memerlukan tindakan. Pada penelitian tersebut
Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi persalinan tindakan dijumpai 1,7 kali lebih tinggi pada ibu dengan riwayat pendidikan rendah dibandingkan ibu dengan riwayat pendidikan tinggi (RP = 1,7 ; p = 0,043). Hasil ini sesuai dengan penelitian Irsal dan Hasibuan (2005) yang mengungkapkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah memiliki risiko 9,3 kali lebih besar untuk mengalami kala II lama yang merupakan salah satu indikasi dilakukannya persalinan dengan tindakan. Meski demikian, hasil analisis multivariat pada penelitian ini tidak lagi menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan kejadian persalinan dengan tindakan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Kusumawati (2006) yang melaporkan tidak adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap jenis persalinan (p = 0,109). Hal tersebut dapat disebabkan oleh kemajuan teknologi yang menyediakan bermacam- macam media massa yang dapat memudahkan masyakarakat mendapatkan informasi baru, termasuk dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita multipara lebih sering memilih operasi sesar dibandingkan wanita nullipara. Pada penelitian Fuglenes Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita multipara lebih sering memilih operasi sesar dibandingkan wanita nullipara. Pada penelitian Fuglenes
Dari hasil analisis bivariat pada penelitian ini ditemukan hubungan yang bermakna antara jenis persalinan dengan status paritas. Prevalensi ibu multigravida menjalani persalinan tindakan lebih tinggi 1,9 kali daripada ibu primigravida (RP = 1,9; p = 0,032) . Meski demikian, pada analisis multivariat hubungan status paritas dengan jenis persalinan tidak lagi bermakna. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Tjipta et al. (2003) yang melaporkan prevalensi persalinan sesar yang lebih tinggi pada ibu multigravida (47,8%) dibandingkan pada ibu primigravida (39,9%).
Hubungan yang tidak signifikan antara paritas dan jenis persalinan dapat disebabkan hampir seluruh responden (98,3%) tercakup program Jampersal/Jamkesmas. Penerima Jampersal dapat memanfaatkan pelayanan persalinan tindakan dan sesar yang terencana maupun darurat dengan indikasi medis (Permenkes, 2012). Hal ini dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu primipara maupun multipara untuk cenderung memilih persalinan dengan seksio sesarea karena tidak dipungut biaya.
terjadinya persalinan tindakan karena tinggi badan yang rendah berhubungan dengan disproporsi kepala panggul (cephalopelvic disproprotion) yang seringkali menyebabkan obstruksi jalan lahir (Blumenfeld et al., 2006).
Hasil penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan jenis persalinan, baik pada analisis bivariat maupun multivariat. Hal ini disebabkan sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki tinggi badan ≥145cm. Jumlah responden dengan tinggi badan rendah tidak mencukupi untuk mencapai kemaknaan statistik dalam analisis.