Hubungan Status Ekonomi Dengan Jenis Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi

DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Muhammad Dzulfikar G0009137

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta

Muhammad Dzulfikar, G0009137, 2012, Hubungan Status Ekonomi dengan Jenis Persalinan di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Latar Belakang: Status ekonomi merupakan salah satu faktor lingkungan yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi persalinan. Status ekonomi akan mempengaruhi asupan gizi ibu pada saat hamil, selanjutnya akan berdampak pada kondisi kehamilan dan pada faktor kekuatan ibu selama proses persalinan. Ibu hamil dengan status ekonomi rendah cenderung rentan mengalami persalinan dengan bantuan alat (persalinan tindakan). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status ekonomi dan jenis persalinan, serta mengetahui perbandingan prevalensi persalinan tindakan antara ibu hamil yang status ekonominya rendah dengan yang status ekonominya tinggi.

Metode: Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah pasien wanita yang menjalani persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Jenis persalinan diidentifikasi dari rekam medik dan dikategorikan sebagai persalinan spontan dan persalinan dengan tindakan (forseps, vakum, seksio sesarea). Status ekonomi diukur dari hasil pengisian kuesioner oleh responden tentang pendapatan keluarga per bulan, pendapatan keluarga dikategorikan rendah jika kurang dari median. Penelitian ini memperhitungkan riwayat pendidikan, paritas, dan tinggi badan sebagai variabel perancu. Data dianalisis dengan regresi Poisson metode robust variance menggunakan Stata SE versi 12.0.

Hasil: Terdapat 29 (48,3%) persalinan dengan tindakan di Bangsal Mawar I selama bulan April-Juli 2012, 19 (65,5%) di antaranya terjadi pada ibu hamil dengan pendapatan rendah. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara status ekonomi dengan jenis persalinan (PR = 1,9; p = 0,030). Dari model multivariat yang mengontrol variabel paritas dan tinggi badan ibu, didapatkan prevalensi persalinan dengan tindakan pada ibu dengan pendapatan keluarga rendah 1,75 lebih besar dibandingkan ibu dengan pendapatan keluarga tinggi (PR = 1,8; IK 95% = 1,0–3,1; p = 0,049).

Kesimpulan: Status ekonomi rendah pada ibu hamil berhubungan secara signifikan dengan prevalensi persalinan tindakan yang lebih tinggi, setelah mengontrol pengaruh variabel paritas dan tinggi badan.

Kata kunci: Status ekonomi, jenis persalinan

Muhammad Dzulfikar, G0009137, 2012, Relationship between Economic Status and Labor Type in RSUD Dr. Moewardi. Mini Thesis. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta

Background: The economic status is one of the environmental factors that can indirectly affect labor. Economic status would affect maternal nutrition during pregnancy, and will impact on the condition of pregnancy and in the strength of the mother during the birth process. Pregnant women with low socioeconomic status tend to be vulnerable to labor action. This study aims to analyze the relationship between economic status and type of labor, and to know the ratio of the prevalence labor action among pregnant women who has low economic status and high economic status.

Methods: The study design was observational analytic with cross-sectional approach. The population in this study were female patients who gave birth in RSUD dr. Moewardi Surakarta. Sampling was done by purposive sampling with sample size of 60 people. Labor type were identified from medical records and categorized as spontaneous labor and labor with the actions (forceps, vacuum, cesarean section). Economic status was measured from the results of questionnaires by respondents on family income per month, low family income categorized as less than the median. This study took into account a history of education, parity and height as confounding variables. Data were analyzed with Poisson regression robust variance methods using Stata SE version 12.0.

Results: There were 29 (48.3%) labor with the action at Bangsal Mawar I during April to July 2012, 19 (65.5%) of which occurred in pregnant women with low incomes. The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between economic status and type of labor (PR = 1.9, p = 0.030). From the multivariate model that controled the variable parity and maternal height, the prevalence of labor with the actions in mothers with low family incomes were 1.8 greater than mothers with high family incomes (PR = 1.8; 95% CI = 1.0 to 3,1, p = 0.049).

Conclusion: Low economic status in pregnant women significantly associated with the higher prevalence of labor action, after controlling parity and height variables.

Keywords: economic status, labor type

2. Hubungan Jenis Persalinan dengan Riwayat Pendidikan ................ 33 3. Hubungan Jenis Persalinan dengan Paritas ......................................

34 4. Hubungan Jenis Persalinan dengan Tinggi Badan ...........................

34 C. Analisi Multivariat ...............................................................................

35

BABV. PEMBAHASAN .......................................................................................

38 A. Prevalensi Jenis Persalinan Menurut Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Faktor Maternal………………………………………………............. 38 B. Kelemahan Penelitian......................................................................... 41

BABVI. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................

43 A. Simpulan .............................................................................................

43 B. Saran ...................................................................................................

43

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

44

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul: “Hubungan Status Ekonomi dengan Jenis Persalinan di RSUD Dr. Moewardi”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis di tingkat sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Soetrisno, dr., Sp.OG (K), selaku Pembimbing Utama dalam penelitian ini yang telah menyempatkan waktu untuk membimbing dalam pembuatan skripsi ini.

3. Nur Hafidha Hikmayani, dr., M. Clin. Epid., selaku Pembimbing Pendamping dalam penelitian ini yang telah meluangkan banyak waktu memberikan pelajaran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Wuryatno, dr., Sp.OG, selaku Penguji Utama yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun.

5. Drs. Hardjono, M. Si., selaku Anggota Penguji atas segala kritik, saran, dan koreksi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ari Probandari ,dr., MPH, Ph.D. dan Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

7. Orang tua saya, Ayahanda Zaenal Arifin dan Ibunda Nur Anisah yang selalu mendoakan dan men-support saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman seperjuangan penelitian, Ariesta Permatasari yang telah membantu dan memberikan semangat sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Keluarga besar mahasiswa pendidikan dokter 2009 yang secara langsung maupun tidak langsung memberi pengaruh dan pelajaran dalam membentuk karakter, jati diri, dan pendewasaan selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran UNS.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah

dan ridho dari Allah SWT.

Surakarta, September 2012

Muhammad Dzulfikar NIM G0009137

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bangsal Mawar I Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

C. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien wanita yang menjalani persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

1. Kriteria inklusi untuk subyek penelitian adalah:

a. Telah melahirkan dan masih dirawat inap selama waktu penelitian

b. Bersedia mengikuti penelitian dan memberikan informed consent

2. Kriteria eksklusi:

a. Kehamilan ganda,

b. Disproporsi kepala panggul.

D. Besar Sampel

Penelitian ini menggunakan analisis regresi multivariat untuk Penelitian ini menggunakan analisis regresi multivariat untuk

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas: Status ekonomi

2. Variabel Terikat: Jenis persalinan

3. Variabel Perancu/Kovariat:

a. Riwayat pendidikan ibu

b. Paritas

c. Tinggi badan ibu

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: Status Ekonomi Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga secara ekonomis yang dapat dinilai dari jenis pekerjaan, pendapatan, dan pemilikan aset. Dalam penelitian ini status ekonomi merujuk pada besarnya pendapatan total keluarga, yaitu penghasilan ibu melahirkan dan/atau suaminya dalam sebulan. Besarnya pendapatan keluarga diidentifikasi dari hasil pengisian kuesioner. Skala pengukuran variabel pendapatan adalah nominal dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Variabel bebas: Status Ekonomi Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga secara ekonomis yang dapat dinilai dari jenis pekerjaan, pendapatan, dan pemilikan aset. Dalam penelitian ini status ekonomi merujuk pada besarnya pendapatan total keluarga, yaitu penghasilan ibu melahirkan dan/atau suaminya dalam sebulan. Besarnya pendapatan keluarga diidentifikasi dari hasil pengisian kuesioner. Skala pengukuran variabel pendapatan adalah nominal dengan ketentuan sebagai berikut:

penelitian, yang ditentukan setelah pengambilan data selesai.

2. Variabel terikat: Jenis Persalinan Jenis persalinan adalah pengelompokan sifat dari serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Dalam penelitian ini jenis persalinan dikategorikan sebagai berikut:

a. Persalinan spontan tanpa menggunakan bantuan alat.

b. Persalinan dengan tindakan menggunakan bantuan alat, di antaranya persalinan dengan bantuan vakum atau forsep dan seksio sesarea. Jenis persalinan diketahui dari informasi yang diberikan subjek

penelitian dalam kuesioner, serta dikonfirmasi dari data rekam medik RSUD Dr. Moewardi. Skala pengukuran variabel jenis persalinan adalah nominal.

3. Variabel perancu/kovariat

a. Riwayat Pendidikan Ibu

Riwayat pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang dijalani subjek penelitian. Pada penelitian ini, riwayat pendidikan mengacu pada program wajib belajar 9 tahun. Adapun Riwayat pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang dijalani subjek penelitian. Pada penelitian ini, riwayat pendidikan mengacu pada program wajib belajar 9 tahun. Adapun

1) Rendah: jika pendidikan terakhir responden setingkat SD atau

SMP.

2) Tinggi: jika pendidikan terakhir responden setingkat SMA atau

Perguruan Tinggi. (Muklis, 2012)

b. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup. Pada penelitian ini paritas dikategorikan menjadi primipara (melahirkan untuk pertama kali) dan multipara (pernah melahirkan sebelumnya). Status paritas diketahui dari hasil pengisian kuesioner oleh subjek dan dikonfirmasi dengan rekam medik. Skala pengukuran variabel paritas adalah nominal.

c. Tinggi badan ibu

Tinggi badan ibu adalah panjang badan subjek penelitian yang diukur dalam posisi berdiri dan dinyatakan dalam satuan centimeter (cm). Tinggi badan diketahui dari rekam medik dan dikonfirmasi melalui pengukuran secara akurat dengan metlin atau pita ukur. Pada penelitian ini tinggi badan dikategorikan menjadi tinggi badan rendah ( ≤145 cm) dan >145 cm. Skala pengukuran variabel tinggi badan adalah nominal.

G. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan:

1. Lembar persetujuan keikutsertaan dalam penelitian,

2. Kuesioner hubungan status ekonomi dengan jenis persalinan,

3. Metlin atau pita ukur untuk mengukur tinggi badan ibu,

4. Data rekam medik di Bangsal Mawar I RSUD Dr. Moewardi.

H. Cara Kerja

1. Peneliti melakukan observasi pada ibu yang akan dan telah melahirkan yang masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

2. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.

3. Subyek yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian diminta menandatangani lembar persetujuan keikutsertaan dalam penelitian.

4. Subyek diminta menjawab pertanyaan dalam kuesioner kemudian diukur tinggi badannya menggunakan pita ukur.

5. Peneliti melakukan pengecekan pada rekam medik pasien yang ikut serta dalam penelitian.

6. Pengumpulan data didapat dari hasil pengisian kuesioner. Data yang terkumpul kemudian direkapitulasi dan dianalisis secara statistik.

I. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

J. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup beberapa tahap, yaitu:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan mendeskripsikan besarnya frekuensi dan persentase temuan pada seluruh variabel penelitian dan

Jenis Persalinan

Analisis Data

Status Ekonomi

Pendapatan

Keluarga

Ibu bersalin di RSUD Dr. Moewardi

Kriteria inklusi & eksklusi

Sampel

Paritas Riwayat Paritas Pendidikan

Faktor Perancu

dengan SPSS for Windows versi 17.0.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian cross sectional bermaksud untuk mempelajari adanya hubungan antara dua variabel penelitian atau perbedaan prevalensi antarkelompok yang diobservasi untuk memperoleh risiko relatif. Pada penelitian cross sectional, estimasi risiko relatif lebih tepat dinyatakan dengan rasio prevalensi (RP), yaitu perbandingan prevalensi variabel terikat antara dua kelompok sesuai status variabel bebasnya. Secara sederhana, RP dihitung menggunakan tabel 2x2 (Taufiqurrahman, 2003; Ghazali et al., 2010).

Tabel 3.1 Tabel 2x2 untuk Perhitungan Rasio Prevalensi Penelitian

Jenis Persalinan (Variabel Terikat)

Persalinan Spontan

Status Ekonomi (Variabel Bebas)

Pendapatan rendah

a b a+b

Pendapatan tinggi

b+d a+b+c+d

Rasio Prevalensi = a / (a + b) : c / (c + d )

Intepretasi hasil: RP = 1 : Prevalensi atau probabilitas terjadinya persalinan dengan

tindakan adalah sama pada subyek dengan pendapatan rendah dan tinggi tindakan adalah sama pada subyek dengan pendapatan rendah dan tinggi

RP < 1 : Prevalensi atau probabilitas terjadinya persalinan tindakan pada subyek dengan pendapatan rendah adalah (RP) kali lebih rendah dibandingkan subyek dengan pendapatan tinggi.

(Ghazali et al., 2010).

Uji hipotesis merupakan prosedur statistik untuk menunjukkan kesahihan suatu hipotesis (Tumbelaka et al., 2010). Uji regresi Poisson univariat dengan taraf signifikansi 0,05 atau interval kepercayaan 95% digunakan untuk menguji hubungan jenis persalinan dengan status ekonomi (atau variabel perancu lainnya). Analisis bivariat dilakukan dengan Stata Special Edition (SE) versi 12.0.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dengan mengontrol sejumlah faktor perancu (kovariat) sekaligus. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi Poisson multivariat dengan metode robust variance (RSV) karena variabel terikat dalam penelitian ini mempunyai skala pengukuran nominal dikotomi, yaitu persalinan normal dan persalinan dengan tindakan. Untuk penelitian cross Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dengan mengontrol sejumlah faktor perancu (kovariat) sekaligus. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi Poisson multivariat dengan metode robust variance (RSV) karena variabel terikat dalam penelitian ini mempunyai skala pengukuran nominal dikotomi, yaitu persalinan normal dan persalinan dengan tindakan. Untuk penelitian cross

Semua variabel bebas (termasuk kovariat) yang menunjukkan nilai p < 0,25 pada analisis bivariat (dengan regresi Poisson univariat) dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan menjadi model multivariat. Variabel terpilih dipertahankan dalam model, sedangkan variabel yang tidak signifikan (p > 0,05) dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p yang tertinggi (Lemeshow dan Hosmers, 1989 dalam Kusumawati, 2006). Analisis multivariat dilakukan dengan Stata SE versi 12.0.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Status Ekonomi

a. Definisi

Status sosial ekonomi menurut Zaahara (2000) adalah kedudukan seseorang atau keluarga secara ekonomis, politis, dan sosial yang dapat dinilai dari jenis pekerjaan, pendidikan, pemilikan aset, prestise berupa penghormatan masyarakat dilihat dari kedudukan formal, informal maupun lembaga adat dan agama. Secara khusus, status ekonomi merujuk pada tingkatan (hirarki) seseorang menurut parameter yang dapat dikuantifikasi secara ekonomi saja, misalnya jenis pekerjaan, pendapatan, serta aset.

Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga tersebut. Kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar (basic needs) merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan pokok dibagi menjadi dua yaitu kebutuhan atau konsumsi individu (makan, perumahan, pakaian), maupun kebutuhan pelayanan sosial tertentu (air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan, dan pendidikan). Kebutuhan minimum seorang individu atau rumah

2003).

b. Parameter Status Ekonomi

Status ekonomi seseorang dapat ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan aset yang dimiliki (Yulisanti, 2000).

1) Pendidikan

Pendidikan tidak hanya memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga mempengaruhi selera, minat, etiket, dan cara bicara seseorang. Jenis dan tinggi rendahnya pendidikan juga akan mempengaruhi pilihan pekerjaan (dan pendapatan) seseorang.

2) Pekerjaan/jabatan

Pendidikan yang memadai akan memudahkan dalam mendapat pekerjaan. Ada beberapa jenis pekerjaan tertentu yang dapat meningkatkan kedudukan seseorang di dalam masyarakat. Pekerjaan sangat berkaitan dengan jabatan/posisi seseorang dalam lingkungan kerjanya.

3) Pendapatan

Jika produktivitas seseorang tinggi, pekerjaannya mapan, atau posisi/jabatannya tinggi maka penghasilan yang diterima juga akan tinggi. Beberapa jenis pekerjaan yang berprestasi tinggi pada umumya memberikan penghasilan yang tinggi pula.

Menurut BPS (2008) dalam Sadiyah (2012), status ekonomi dipengaruhi oleh kepemilikan aset berupa tempat tinggal berupa luas bangunan, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, jenis bahan bakar untuk memasak, frekuensi membeli daging, ayam, dan susu seminggu, frekuensi makan sehari, sejumlah stel pakaian baru yang dibeli setahun, akses ke puskesmas/poliklinik, lapangan pekerjaan, dan riwayat pendidikan tertinggi.

c. Program Jaminan Persalinan

Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Sasaran Jampersal adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan), dan bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari) (Permenkes RI, 2012) .

Jampersal merupakan program pelayanan dari Kementerian Kesehatan RI dalam rangka menuju ketercakupan pelayanan kesehatan universal (universal health coverage) untuk mengatasi ketidakadilan kesehatan (health inequity). Ketidakadilan kesehatan adalah perbedaan kesempatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang Jampersal merupakan program pelayanan dari Kementerian Kesehatan RI dalam rangka menuju ketercakupan pelayanan kesehatan universal (universal health coverage) untuk mengatasi ketidakadilan kesehatan (health inequity). Ketidakadilan kesehatan adalah perbedaan kesempatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang

2. Jenis Persalinan

a. Definisi

Persalinan atau partus adalah serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan menurut Manuaba (2002), persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Menurut Manuaba (1998), bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:

1) Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

2) Persalinan tindakan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

3) Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

b. Faktor yang Berperan dalam Proses Persalinan

Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan adalah faktor yang berasal dari kondisi ibu sendiri dalam menghadapi persalinan dan kondisi janin dalam kandungan, yaitu :

1) Faktor kekuatan his (power)

Kesulitan dalam jalannya persalinan (distosia) karena kelainan tenaga his adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua, sedangkan inersia uteri sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor gizi sangat berperan karena mempengaruhi kekuatan (power) pada saat persalinan (Mochtar, 1998).

2) Faktor jalan lahir (passege)

Faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya persalinan tindakan antara lain: ukuran panggul sempit, kelainan pada vulva, kelainan vagina, kelainan serviks uteri, uterus, dan ovarium (Mochtar, 1998).

Kelainan-kelainan ini dapat terdeteksi secara dini dengan pemeriksaan kehamilan yang adekuat. Oleh karena itu, faktor pemeriksaan kehamilan sangat penting dalam memperkirakan proses persalinan.

Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan. Pada keadaan normal, bentuk bayi, berat badan, posisi, dan letak dalam perkembangannya sampai pada akhir kehamilan dan siap untuk dilahirkan, bayi mempunyai kekuatan mendorong dirinya keluar sehingga persalinan berjalan spontan (Mochtar, 1998).

c. Persalinan Spontan

Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis normal yang dialami wanita (Cunningham, 2007). Persalinan spontan adalah proses persalinan yang seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri (Manuaba, 1998).

1) Kala persalinan

Persalinan normal dibagi menjadi empat kala (Wiknjosastro, 2005). Kala I adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm (Mochtar, 1998).

Kala I di bagi menjadi dua fase, yaitu: 1) Fase laten adalah pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam; 2) Fase aktif adalah fase yang berlangsung selama enam jam dan dibagi menjadi tiga subfase. Pertama adalah periode akselerasi yang berlangsung dua jam dan pembukaan menjadi 4 cm. Selanjutnya, periode dilatasi maksimal (steady) yang selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat Kala I di bagi menjadi dua fase, yaitu: 1) Fase laten adalah pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam; 2) Fase aktif adalah fase yang berlangsung selama enam jam dan dibagi menjadi tiga subfase. Pertama adalah periode akselerasi yang berlangsung dua jam dan pembukaan menjadi 4 cm. Selanjutnya, periode dilatasi maksimal (steady) yang selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat

Kala II atau kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali (Mochtar, 1998). Kala III atau kala pengeluaran uri, terjadi setelah bayi lahir. Pada kala III, kontraksi rahim istitahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya (Mochtar, 1998).

Kala IV dimulai dengan observasi selama 2 jam post partum. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan seperti, vital sign ibu dalam batas normal, apakah kontraksi uterus baik, pastikan bahwa perdarahan per vaginam kurang dari 500 cc, plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, pastikan kandung kemih harus kosong dan jika terdapat luka-luka di perineum harus dirawat segera (Manuaba, 2001).

2) Mekanisme persalinan

His adalah kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, jika his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu His adalah kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, jika his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu

Sampai di dasar atas panggul kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimum (Wiknjosastro, 2005). Fleksi menyebabkan berkurangnya diameter anteroposterior kepala. Hal ini terjadi saat kepala mengenai pita muskulus levator ani, sehingga terjadi pengurangan diameter sekitar 1,5 cm sampai 2,5 cm. Selanjutnya juga terjadi fleksi kembali sehingga tercapai diameter suboksipitobregmatikus 9,5 cm (Wolcott dan Bailey, 2007).

Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Rotasi ini menyebabkan janin memutar kepala dari posisi melintang (UUK melintang) menjadi anteroposterior (umumnya UUK depan). Ekstensi kepala memungkinkan kepala keluar melalui introitus vagina dengan posisi ubun-ubun kecil di depan (Wolcott dan Bailey, 2007). Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Rotasi ini menyebabkan janin memutar kepala dari posisi melintang (UUK melintang) menjadi anteroposterior (umumnya UUK depan). Ekstensi kepala memungkinkan kepala keluar melalui introitus vagina dengan posisi ubun-ubun kecil di depan (Wolcott dan Bailey, 2007). Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan

Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya bahu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi luar (Wiknjosastro, 2005). Putaran paksi luar menyebabkan kepala kembali ke posisi awal, yaitu melintang. Sementara itu diameter bisakromial (bahu janin) mengadakan penyesuaian dalam posisi anteroposterior dengan diameter terbesar pintu bawah panggul. Selanjutnya terjadi pengeluaran bahu depan melalui bawah simfisis dan bahu belakang melalui dinding posterior vagina (fourchette) (Wolcott dan Bailey, 2007).

d. Persalinan dengan Tindakan

Persalinan tindakan adalah persalinan dengan indikasi penyulit sehingga tidak dapat berjalan secara spontan atau tidak berjalan sendiri. Persalinan tindakan dilakukan jika kelahiran secara normal diduga berisiko lebih besar pada ibu atau anak daripada tindakan yang

tindakan dengan alat bantu (Chamberlain dan Steer, 1999). Persalinan normal sering terhambat karena faktor-faktor yang kurang terdeteksi dengan baik pada masa kehamilan, sehingga sering terjadi persalinan macet atatu persalinan lama. Persalinan lama atau distosia (penyulit) adalah persalinan yang gagal berjalan secara normal dan menyebabkan kesulitan pada ibu dan bayi, jika persalinan tidak selesai dalam 18 jam pada primipara (wanita yang pertama kali hamil) dan 12 jam pada multipara (wanita yang pernah melahirkan sebelumnya) (Depkes RI, 1996). Penyebab persalinan lama menurut Endjun (2002), antara lain:

1) Inersia uteri, yaitu suatu kondisi dimana kontraksi rahim melemah atau kekuatan kontraksi rahim tidak sesuai dengan besarnya pembukaan mulut rahim. Keadaan ini mengakibatkan intensitas dan frekuensi dari kontraksi rahim yang tidak adekuat. Inersia uteri ada dua, yaitu:

a) Inersia uteri primer, kontraksi rahim tidak pernah sesuai

dengan besarnya pembukaan rahim.

b) Inersia uteri sekunder, kontraksi rahim pernah mencapai kekuatan yang sesuai dengan besarnya pembukaan mulut rahim, tetapi kemudia melemah.

2) Kekuatan his yang tidak adekuat dari rahim (dalam kasus kembar atau bayi besar).

4) Panggul yang tidak cukup untuk lewatnya kepala bayi (disproporsi panggul-bayi), dalam hal ini seksio sesarea adalah pilihan yang terbaik.

Untuk menolong keselamatan ibu dan bayi dalam proses persalinan macet atau lama maka dilakukan tindakan persalinan operatif dengan bantuan alat-alat tertentu. Adapun tindakan tersebut:

1) Persalinan dengan ekstraksi vakum

Persalinan melalui vagina atau jalan lahir dengan menggunakan bantuan alat ektraksi vakum, yaitu suatu alat yang terbentuk dari baja atau sebuah plastik berbentuk cup yang fleksibel lentur (Ling dan Duff, 2001). Menurut Chamberlain dan Steer (1999), indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum antara lain:

a) Kelelahan ibu (berdebar, terengah-engah, suhu badan tinggi, terlalu lelah untuk mendorong),

b) Partus macet pada kala II,

c) Gawat janin ringan (denyut jantung yang tidak teratur, meconium dalam cairan amnion),

d) Toksemia gravidarum,

e) Ruptura uteri mengancam .

ekstraksi vakum dengan catatan persyaratan persalinan pervagina memenuhi.

2) Persalinan dengan forsep

Merupakan persalinan tindakan melalui jalan lahir dengan menggunakan alat berbentuk bilah baja dobel yang ditempatkan dalam vagina dan pada sisi lain terkunci sebagai penjepit kepala bayi. Terdapat prasyarat tertentu yang wajib dipenuhi sebelum menggunakan forsep, karena persalinan dengan forsep hanya dapat dilakukan terutama jika pembukaan jalan lahir lengkap dan kepala bayi dengan ukuran yang terbesar telah melewati pintu atas panggul dan hampir sepenuhnya berputar, kulit kepala kelihatan secara mudah dan kandung kencing ibu harus kosong (Hadi, 2001).

Adapun indikasi persalinan dengan tindakan bantuan ekstraksi forsep menurut Ling dan Duff (2001), antara lain:

a) Gawat janin, yang ditandai dengan denyut jantung janin menjadi cepat atau lambat dan tidak teratur, serta adanya meconium (pada janin letak kepala),

b) Ruptur uteri mengancam,

c) Adanya edema pada vagina atau vulva,

d) Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat, lokia berbau, d) Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat, lokia berbau,

g) Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga (exhausted mother).

3) Persalinan operasi seksio sesarea

Persalinan seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Persalinan ini dilakukan apabila persalinan pervaginam tidak dimungkinkan. Indikasi utama persalinan seksio sesarea terprogram adalah disproporsi kepala panggul (panggul sempit), karena tidak mungkin lagi untuk persalinan pervaginam. Sedangkan indikasi seksio sesarea tidak terprogram adalah tidak adanya kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal (Gifford et al., 2000).

3. Hubungan Status Ekonomi dengan Jenis Persalinan

Status ekonomi merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi persalinan (Mulidah et al., 2003). Indikator status ekonomi berhubungan dengan tingkat kesehatan, termasuk angka kesakitan, kesehatan diri dan kematian (Davey et al., 1998). Kehamilan dan anak usia dini merupakan periode rentan waktu di mana keadaan ekonomi memiliki efek yang merugikan dalam jangka panjang ( Kramer et al., 2009 ).

Status ekonomi dipengaruhi pendapatan keluarga yang didapatkan tiap bulan untuk membiayai keperluan hidup, termasuk kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan konsumsi Status ekonomi dipengaruhi pendapatan keluarga yang didapatkan tiap bulan untuk membiayai keperluan hidup, termasuk kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan konsumsi

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Usia

Pendidikan

Pekerjaan Pendapatan

Disproporsi panggul

Passenger Passage

Jampersal

Ibu hamil

Persalinan tindakan

Tinggi badan < 145cm

Letak janin

Persalinan normal

Paritas

Power (his)

Kondisi Kehamilan

Status Ekonomi

Status Gizi (IMT)

C. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan jenis persalinan.

2. Prevalensi persalinan dengan tindakan dijumpai lebih tinggi pada wanita hamil dengan status ekonomi rendah.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia ikut menyepakati Deklarasi Milenium yang menegaskan kepedulian utama masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals, MDGs) pada tahun 2015. Tujuan keempat dan kelima MDGs adalah upaya untuk menurunkan kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu (Bappenas, 2010).

Kematian bayi paling sering dijumpai pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia), sedangkan kematian ibu bersalin bisa terjadi karena berbagai sebab. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, tekanan darah tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Hal tersebut mengakibatkan kondisi ‘3 Terlambat’ (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan, dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan ‘4 Terlalu’ (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran) (Kemenkes, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Hasil

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 diperoleh perkiraan AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun angka ini sudah turun dibandingkan hasil SDKI tahun 2002-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, tapi hasil tersebut masih jauh dari target kelima MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2009).

Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, tercatat kematian ibu dengan latar belakang persalinan tindakan operasi sebanyak 34%, dengan penyebab pre- eklamsia berat sebanyak 54%, dan perdarahan sebanyak 20% (Tjiptosisworo et al., 2004). Persalinan tindakan dilakukan untuk membantu persalinan yang mengalami penyulit, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi. Partus lama merupakan indikasi utama dilakukannya persalinan tindakan. Hal ini sering disebabkan oleh kelainan letak, disproporsi kepala panggul dan gangguan kontraksi uterus (his yang tidak adekuat) (GOI-UNICEF, 2000). Persalinan tindakan pervaginam dengan menggunakan ekstraksi vakum atau forsep, dapat meningkatkan bahaya robekan jalan lahir dan perdarahan pascapersalinan yang merupakan faktor penyebab kematian ibu sebesar 2,5-5%. Sedangkan tindakan seksio sesarea berkontribusi lebih besar (14%) terhadap kematian ibu (Djaja et al., 2002).

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan tindakan, yang dapat dibedakan menjadi faktor intrinsik (passenger), faktor maternal dan faktor lingkungan. Faktor intrinsik antara lain berat badan janin, letak janin, dan

kelainan janin. Faktor maternal biologi adalah umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan (<145 cm), dankelainan jalan lahir (passage). Faktor maternal lain meliputi status gizi/Indeks Massa Tubuh (IMT), anemia, tekanan darah, riwayat obstetrik buruk, penyakit penyerta, dan komplikasi persalinan (Fraser et al., 2002). Kedua faktor di atas berperan dalam kekuatan ibu saat persalinan (power). Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi persalinan antara lain pendidikan, sosial ekonomi, pelayanan kesehatan antara lain pemeriksaan kehamilan (ANC), tempat tinggal, dan sebagainya (Mulidah et al., 2003). Faktor lingkungan ini secara tidak langsung juga turut mempengaruhi kekuatan ibu saat persalinan.

Status ekonomi sebagai salah satu faktor lingkungan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Pendapatan bulanan keluarga digunakan untuk membiayai keperluan hidup, termasuk kebutuhan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan konsumsi makanan. Pada akhirnya, status ekonomi akan mempengaruhi asupan gizi ibu pada saat hamil. Hal ini selanjutnya akan berdampak pada kondisi kehamilan dan pada faktor kekuatan (power) selama proses persalinan. Ibu hamil/bersalin dengan status ekonomi rendah cenderung rentan mengalami persalinan dengan bantuan alat/persalinan tindakan (Djallalludin et al., 2004).

Berpijak dari hal-hal yang disampaikan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan status ekonomi dengan jenis persalinan di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Sebelumnya telah dilakukan penelitian dengan topik serupa di lokasi yang sama, yang bertujuan untuk menganalisis faktor risiko ibu, faktor gizi, faktor kesehatan, dan pertolongan persalinan terhadap terjadinya persalinan dengan tindakan (Kusumawati, 2006). Hasil penelitian yang menggunakan rancangan kasus kontrol tersebut menunjukkan adanya hubungan kondisi sosial ekonomi dengan kejadian persalinan tindakan. Adapun perbedaannya, penelitian ini dilakukan setelah diberlakukannya program Jaminan Persalinan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara status ekonomi dengan jenis persalinan? 2. Apakah prevalensi persalinan dengan tindakan dijumpai lebih tinggi pada wanita hamil dengan status ekonomi rendah?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara status ekonomi dengan jenis persalinan, serta untuk mengetahui perbandingan prevalensi persalinan tindakan antara wanita hamil yang status ekonominya rendah dengan yang status ekonominya tinggi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi ilmu kedokteran dan penelitian selanjutnya tentang hubungan antara status ekonomi dengan jenis persalinan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian tenaga kesehatan di masyarakat kepada ibu hamil dengan status ekonomi rendah.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bulan April-Juli 2012 dilakukan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional terhadap 60 orang ibu yang melahirkan di Bangsal Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Dari data hasil penelitian dengan kuesioner dan rekam medik responden dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jenis persalinan, paritas, tinggi badan, serta ketercakupan asuransi seperti yang dirangkum dalam tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik Responden

Variabel

% Umur

≤ 20 tahun 21-35 tahun >35 tahun

Riwayat pendidikan SD SMP SMA PT

Jenis persalinan Spontan Tindakan

Jenis pekerjaan ibu Pegawai Wiraswasta

Jenis pekerjaan suami Pegawai Wiraswasta

Paritas Primipara Multipara

Ketercakupan asuransi Jampersal Jamkesmas Tanpa Asuransi

Secara keseluruhan responden memiliki rentang usia 15-41 tahun dengan rerata usia 28,17 tahun (simpang baku 6,39). Sebagian besar responden (73,3%) berada pada rentang umur 21-35 tahun. Proporsi terbesar untuk tingkat pendidikan responden adalah SMA (46,7%). Lebih dari separuh responden (56,7%) merupakan ibu rumah tangga, sedangkan untuk jenis pekerjaan suami didominasi sebagai pegawai (76,7%).

Dari Tabel 4.1 juga didapatkan informasi bahwa proporsi responden yang melakukan persalinan spontan dengan persalinan tindakan relatif seimbang (51,67% vs 48,33%). Dari riwayat obstetri didapatkan proporsi responden multipara sedikit lebih tinggi dibandingkan responden primipara (53,3% vs 46,7%). Berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan hanya didapatkan 6,7% responden dengan tinggi badan <145 cm. Hampir seluruh responden (98,3%) tercakup program jaminan kesehatan/persalinan. Tabel 4.2. Karakteristik Pendapatan Keluarga Responden

Pendapatan Keluarga

Nilai (Rp) Terendah

Rerata Simpang baku

1.369.333 787.615,73

Tabel 4.2 menyajikan estimasi pendapatan keluarga responden dalam satu bulan. Berdasarkan nilai median pendapatan yang digunakan sebagai cuttoff point untuk menentukan tinggi-rendahnya pendapatan keluarga, proporsi responden dengan tingkat pendapatan keluarga tinggi dan responden dengan tingkat pendapatan keluarga rendah adalah sama, yaitu 50%.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (pendapatan keluarga) dan variabel terikat (jenis persalinan). Analisis bivariat juga dilakukan terhadap faktor perancu (kovariat) yaitu paritas, riwayat pendidikan, dan tinggi badan. Faktor perancu dengan p < 0,25 pada analisis bivariat menggunakan regresi Poisson sederhana dengan metode robust variance, dimasukkan dalam analisis multivariat.

1. Hubungan Jenis Persalinan dengan Pendapatan Keluarga

Tabel 4.3 berikut ini merangkum hasil analisis bivariat antara tingkat pendapatan keluarga dengan jenis persalinan. Tabel 4.3. Analisis Bivariat Jenis Persalinan dengan Pendapatan Keluarga

Variabel

Jenis Persalinan

Total n (%)

RP (Rasio Prevalensi)

Nilai p

Pendapatan Keluarga Rendah

19 (65,5) 11 (35,5) 30 (50,0)

dijumpai hampir dua kali lebih besar pada responden dengan pendapatan keluarga rendah (65,5%) dibandingkan responden dengan pendapatan keluarga tinggi (34,5%). Sebaliknya, prevalensi persalinan spontan dijumpai hampir dua kali lebih besar pada responden dengan pendapatan keluarga tinggi (64,5%) dibandingkan responden dengan pendapatan rendah (35,5%). Hasil uji regresi Poisson menunjukkan hubungan yang signifikan antara jenis persalinan dengan pendapatan keluarga, yaitu prevalensi persalinan tindakan didapatkan 1,9 kali lebih tinggi pada ibu dengan pendapatan keluarga rendah daripada ibu dengan pendapatan keluarga tinggi (rasio prevalensi, PR =1,9; p = 0,030).

2. Hubungan Jenis Persalinan dengan Riwayat Pendidikan

Hasil analisis bivariat antara riwayat pendidikan dengan jenis persalinan disajikan dalam tabel 4.4. Tabel 4.4. Analisis Bivariat Jenis Persalinan dengan Riwayat Pendidikan

Variabel

Jenis Persalinan

Total n (%)

RP (Rasio Prevalensi)

Nilai p

Riwayat Pendidikan Rendah

Dari tabel 4.4 didapatkan prevalensi persalinan dengan tindakan sedikit lebih tinggi pada responden dengan pendidikan rendah (55,2%) dibandingkan responden dengan pendidikan tinggi (44,8%). Adapun Dari tabel 4.4 didapatkan prevalensi persalinan dengan tindakan sedikit lebih tinggi pada responden dengan pendidikan rendah (55,2%) dibandingkan responden dengan pendidikan tinggi (44,8%). Adapun

3. Hubungan Jenis Persalinan dengan Paritas

Hasil analisis bivariat antara paritas dengan jenis persalinan disajikan dalam tabel 4.5. Tabel 4.5. Analisis Bivariat Jenis Persalinan dengan Paritas

Variabel

Jenis Persalinan

Total n (%)

RP (Rasio Prevalensi)

Nilai p

Paritas Multipara

Dari tabel 4.5 didapatkan prevalensi persalinan dengan tindakan dua kali lebih besar pada responden multigravida (69,0%) dibandingkan responden primigravida (31,0%). Sebaliknya, prevalensi persalinan spontan dijumpai hampir dua kali lipat lebih besar pada responden primigravida (62,3%) dibandingkan responden multigravida (38,7%). Hasil uji regresi Poisson menunjukkan hubungan yang signifikan antara jenis persalinan dengan status paritas, yaitu prevalensi persalinan tindakan didapatkan 1,9 kali lebih besar pada ibu multigravida dibandingkan ibu primigravida (PR =1,9; p

4. Hubungan Jenis Persalinan dengan Tinggi Badan

Hasil analisis bivariat antara tinggi badan dengan jenis persalinan disajikan dalam tabel 4.6. Tabel 4.6. Analisis Bivariat Jenis Persalinan dengan Tinggi Badan

Variabel

Jenis Persalinan

Total n (%)

RP (Rasio Prevalensi)

Nilai p

Tinggi Badan <145 cm

Dari tabel 4.6 didapatkan prevalensi persalinan dengan tindakan jauh lebih kecil pada responden dengan tinggi badan <145 cm (10,3%) dibandingkan responden dengan tinggi badan ≥145 cm (89,7%). Begitu pula untuk persalinan spontan, prevalensinya sangat kecil pada responden dengan tinggi badan <145 cm (3,2%) dibandingkan responden dengan tinggi badan ≥145 cm (96,8%). Meskipun hasil uji regresi Poisson menunjukkan prevalensi persalinan tindakan 1,6 kali lebih besar pada ibu dengan tinggi badan <145 cm dibandingkan pada ibu dengan tinggi badan ≥145 cm, namun rasio tersebut tidak signifikan secara statistik (p = 0,140).

C. Analisis Multivariat

Analisis regresi Poisson multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dan jenis persalinan dengan mengontrol variabel lain agar didapatkan hasil yang lebih tidak merancukan.

multivariat dirangkum dalam tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7. Hasil Analisis Regresi Poisson Multivariat (Model 1) tentang

Hubungan Status Ekonomi (Tingkat Pendapatan Keluarga) dengan Jenis Persalinan, dengan Mengontrol Riwayat Pendidikan, Paritas, dan Tinggi Badan Ibu

Variabel

RP

Interval Kepercayaan (IK) 95% Nilai p

Batas Bawah

Batas Atas Pendapatan keluarga

Tinggi (acuan) Rendah

2,9 0,199 Riwayat pendidikan Tinggi (acuan) Rendah

2,4 0,285 Paritas Primigravida (acuan) Multigravida

3,2 0,064 Tinggi badan ≥145 cm (acuan) <145 cm

2,1 0,258 -2 Log likelihood

-47.119662 Pseudo R 2 0.0592

Dari analisis multivariat ternyata justru tidak didapatkan satu pun variabel yang menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik dengan jenis persalinan, termasuk pendapatan keluarga. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat lanjutan untuk menemukan model statistik dengan setidaknya satu variabel bebas yang signifikan, yang dapat memprediksi jenis persalinan. Modeling dilakukan dengan metode backward elimination, yaitu dengan mengeluarkan satu persatu variabel bebas secara urut dengan nilai p tertinggi dari model 1 (tabel 4.7), dalam hal ini adalah riwayat pendidikan (p = 0,285).

Hubungan Status Ekonomi (Tingkat Pendapatan Keluarga) dengan Jenis Persalinan dengan Mengontrol Paritas dan Tinggi Badan Ibu

Variabel

RP

Interval Kepercayaan (IK) 95% Nilai p

Batas Bawah

Batas Atas Pendapatan keluarga rendah

3,2 0,067 Tinggi badan <145 cm

2,2 0,144 Log pseudolikelihood

-47.393362 Pseudo R 2 0.0537