HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peran Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Dalam Meningkatkan Kesadaran Membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi

1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan perpajakan di Indonesia, khususnya bagi perkembangan perpajakan di Kota Surakarta sendiri.

Sesuai dasar hukum pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta adalah KEP-141/PJ/2007 tanggal 3 Oktober 2007 tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasinya kantor wilayah direktorat jenderal pajak Jawa Tengah II dan kantor wilayah direktorat jenderal pajak daerah istimewa Yogyakarta, serta kantor pelayanan pajak pratama dan kantor pelayanan, penyuluhan dan konsultasi perpajakan di lingkungan kantor wilayah direktorat jendera) pajak jawa tengah I, kantor wilayah direktorat jenderal pajak jawa tengah II, dan kantor wilayah direktorat jenderal pajak Daerah Istimewa Yogyakarta.

Alasan terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta ini karena begitu banyak wajib pajak yang terdapat di wilayah Kota Surakarta ini, sehingga mengakibatkan pelayanan yang kurang efektif dan efektifitas dalam melayani wajib pajak maka didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta yang beralamat di Jalan K.H. Agus Salim No. 1 Surakarta - 57147, dengan kode wilayah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta adalah 526, dengan wilayah kerja meliputi beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kola Surakarta merupakan suatu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kola Surakarta merupakan suatu

2. Kedudukan Tugas dan Fungsi Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta

a. Kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta sebagai unsur perpajakan di bidang pelaksanaan pelayanan pajak di Kota Surakarta. Di pimpin oleh seorang Kepala Badan yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direkorat Jendral Pajak.

b. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta

1) Melaksanakan pelayanan,

2) Pengawasan administrative dan

3) Pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung

4) Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta mempunyai flings!:

1) pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak

2) penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat

3) pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambah-an Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya

4) penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya;

5) pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan;

6) penerbitan surat ketetapan pajak;

7) pembetulan surat ketetapan pajak;

8) pengurangan sanksi pajak;

9) penyuluhan dan konsultasi perpajakan;

10) pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.

3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta

Kantor Pelayanan Pajak adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Susunan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta terdiri dari:

a. Kepala Kantor

b. Sub. Bagian Umum

c. Seksi Pengolahan data dan informasi

d. Seksi Pelayanan

e. Seksi Penagihan

f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

i. Account Representative j. Staf

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta dirancang dan dibentuk sesuai dengan prinsip modernisasi yaitu dengan berbasis "fungsi". Perubahan paradigma organisasi ini guna memberikan pefayanan yang terbaik dan pelayanan prima kepada Wajib Pajak. Dengan berbasis "fungsi" ini, seluruh unit kerja akan dapat memberikan pelayanan penuh secara optimal kepada Wajib Pajak. Berikut ini penulis sajikan bagan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta.

Gambar 3 : Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta

4. Uraian Tugas Jabatan Struktural Organisasi Kantor Felayanan Pajak Pratama Kota Surakarta

Adapun tugas pokok Sub Bagian dan Seksi adalah sebagai berikut:

a. Sub Bagian Umum : melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga.

b. Seksi Pengolahan data dan informasi : melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, b. Seksi Pengolahan data dan informasi : melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,

c. Seksi Pelayanan : melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengelolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan regristrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (ada 4 Seksi) : masing-masing seksi mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan dan konsullasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib Pajak (company profil), analisis kerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intetisifikasi serta evaluasi hasil banding.

e. Seksi Pemeriksaan: melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksaan aturan pemeriksaan, penerbit dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainya

f. Seksi Penagihan: melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

g. Kelompok Fungsional pemeriksa: melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungstonal masing-masing di bidang pemeriksaan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

5. Dasar Hukum Pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta dalam Meningkatkan Kesadaran Membayar Pajak Orang Pribadi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta sesuai dengan adanya program sadar membayar pajak berwenang untuk melakukan program-program peningkatan kesadaran membayar pajak sesuai dengan kemampuan masing-masing wilayah dalam hal ini di Kota Surakarta. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan negara dan menyadarkan masyarakat tentang arti pentingnya pajak demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta dalam menjalankan kewenangannya untuk mengadakan dan melaksanakan program peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, tetap harus memperhatikan ketentuan hukum yang sudah ada. Hal ini agar dalam menjalankan kewenangannya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta mempunyai dasar hukum yang jelas.

Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan kesadaran membayar pajak adalah Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dijelaskan bahwa yang menjadi subyek pajak adalah orang pribadi, badan, dan bentuk usaha tetap. Dalam hal ini sasaran dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta dalam peningkatan pajak penghasilan adalah orang pribadi. Dengan demikian pelaksanaan peningkatan kesadaran membayar pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta mengacu pada Undang-Undang tersebut dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dijelaskan bahwa yang menjadi obyek pajak Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dijelaskan bahwa yang menjadi subyek pajak adalah orang pribadi, badan, dan bentuk usaha tetap. Dalam hal ini sasaran dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta dalam peningkatan pajak penghasilan adalah orang pribadi. Dengan demikian pelaksanaan peningkatan kesadaran membayar pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta mengacu pada Undang-Undang tersebut dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dijelaskan bahwa yang menjadi obyek pajak

Dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa besamya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk yang sebutkan dalam huruf a butir 2 biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan dalam bentuk uang. Jadi hal tersebut yang menjadi obyek pajak orang pribadi dalam pelaksanaan peningkatan kesadaran membayar pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta.

Kemudian Pasal 9 ayat (1) huruf i menjelaskan bahwa untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya. Dengan demikian, biaya untuk keperluan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya, pada hakikatnya merupakan penggunaan penghasilan oleh wajib pajak yang bersangkutan.

6. Pelaksanaan Peniagkatan Kesadaran Membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Kesadaran kritis (critical consciousness), sebagaimana Paulo Freire (2003) tampaknya telah ada pada publik. Kesadaran kritis diartikan sebagai kesadaran yang melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Masyarakat melihat bahwa sistem perpajakan yang ada masih Kesadaran kritis (critical consciousness), sebagaimana Paulo Freire (2003) tampaknya telah ada pada publik. Kesadaran kritis diartikan sebagai kesadaran yang melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Masyarakat melihat bahwa sistem perpajakan yang ada masih

Sistem pajak, dalam pandangan publik tidak selalu mengandung pengertian 'pemungutan' pajak, namun juga mengandung pengertian sosialisasi pajak itu sendiri. Karena itu, sence of duty serta sence of obligation fiskus pajak lebih dituntut oleh publik. Karena publik menyadari bahwa pemahaman mereka tentang perpajakan masih belum optimal, khususnya tentang Pajak penghasilan (PPh). Up grade sistem pelayanan memang haras dilakukan, tetapi masyarakat kelas bawah yang relatif tidak mempunyai akses yang cukup terhadap sistem itu menjadi tidak tergarap potensi pajaknya.

Faktor kesadaran publik terhadap pajak sebetulnya bukan karena faktor-faktor 'kesadaran' itu sendiri, tetapi publik lebih taat dan takut terhadap hukum ketimbang kesadaran. Semestinya hal ini dapat direduksi dan dieliminasi dengan memberikan kepercayaan (trust) pada publik bahwa fiskus juga konsisten terhadap etika dan norma pekerjaan yang dilakukannya. Trust, kata Fukuyama (2002), dapat muncul karenakohesifitasantarakebajikansosial dan modal sosial (social capital). Trust seperti kejujuran, sence of obligation, dengan demikian menjadi modal utama bag! timbulnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.

Dari hasil penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dalam upaya peningkatan kesadaran membayar pajak penghasilan orang pribadi, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta sesuai hasil wawancara dengan Bapak Gathot Subroto selaku Kepala Seksi

Pengawasan dan Konsultasi 1 dapat dijelaskan langkah- langkah pelaksanaan sebagai berikut:

a. Mengadakan Sosialisasi Dalam hal mengadakan sosialisasi mengenai masatah perpajakan kepada masyarakat, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta khususnya melalui seksi pelayanan bersama staf telah melakukan beberapa cara atau metode, yaitu:

1. media massa, dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta mensosialisasikan hal-hal yang berhubungan dengan kesadaran membayar pajak melalui media televisi yaitu bekerja sama dengan TA TV dalam waktu penayangan antara pukul 14.00 -

17.00 WIB serta melalui media radio yaitu bekerja sama dengan Solo Pos FM. Hal ini dikarenakan lebih menjangkau kepada masyarakat untuk dapat lebih memahami dan mengetahui tentang periunya kesadaran membayar pajak.

2. penyuluhan langsung, Penyampaian dalam metode ini melibatkan langsung para staf Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta dengan wajib pajak. Tempat dilaksanakan untuk mensosialisasikan tersebut diantaranya di Kantor Kelurahan se-Surakarta sudah hampir tujuh puluh persen antara lain, kelurahan Mojosongo, Kampung Sewu, Keratonan, Sangkrah dan Kantor Instansi Pemerintah seperti Dinas Pekerjaan Umum, Tata Kota, Kesehatan, Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Lalu Lintas dan Angkutan jalan, Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal, Tenaga Kerja serta kantor maupun perusahaan milik swasta dan BUMN seperti Kantor Keuangan Daerah, Kantor Pengelolaan Aset Daerah, Bank BCA, PT Telkom, PT KA1. Sasaran penyuluhan tersebut yaitu pegawai negeri atau swasta dan para pensiunan pegawai negeri yang berpenghasilan kena pajak.

b. Penyebaran Info Penebaran info adalah salah satu cara yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta, dalam metode ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta melalui seksi pengawasan dan informasi beserta account reprecentative melakukan dengan cara, yaitu:

1. display pajak, metode ini hampir sama dengan metode iklan, akan tetapi dalam metode ini menggunakan berbagai macam sarana seperti penyebaran pamfJet setiap 3 bulan, pemasangan baliho , pemasangan spanduk-spanduk di kantor, bank serta pusat perbelanjaan, serta brosur pajak yang isinya mengenai jenis-jenis pajak serta tulisan untuk mengajak para Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya dalam hal membayar pajak. Metode ini di gunakan agar lebih memasyarakatkan tentang kesadaran membayar pajak di wilayah Kota Surakarta.

2. penerbitan buku pajak, cara ini di tempuh oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Surakarta agar masyarakat lebih mengenai serta memahami berbagai jenis pajak, bagaimana cara membayar pajak sehingga masyarakat lebih mudah dalam mengidentifikasi pajak dan juga kewajiban pajak apa yang harus dipenuhi atau di bayar oleh masyarakat selaku wajib pajak.

B. Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam meningkatkan kesadaran membayar Pajak Penghasilan Orang Pnbadi dan Solusinya

1. Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam meningkatkan kesadaran membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Dari hasil wawancara dengan Bapak Gathot Subroto selaku Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 dapat diperoleh hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam meningkatkan kesadaran membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi ialah sebagai berikut: Dari hasil wawancara dengan Bapak Gathot Subroto selaku Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 dapat diperoleh hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam meningkatkan kesadaran membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi ialah sebagai berikut:

Resistensi pada pajak yang negatif dari wajib pajak sendiri membuat kesadaran untuk membayar pajak dari masyarakat berkurang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya penghasilan yang diperoleh negara karena kesadaran untuk membayar pajak berkurang.

b. Wajib Pajak Dilihat dari sudut pandang wajib pajak, masih banyak wajib pajak yang belum paham mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Kemudian wajib pajak berhak untuk mengajukan penangguhan untuk pembayaran pajak, hal ini secara tidak langsung akan menghambat dalam hal peningkatan kesadaran pembayaran pajak.

2. Solusi yang menjadi hambatan dalam meningkatkan kesadaran membayar pajak penghasilan orang pribadi

Setelah melihat berbagai hambatan dalam pelaksanaan peningkatan membayar pajak Penghasilan Orang Pribadi dari hasil wawancara dengan Bapak Gathot Subroto selaku Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I memberikan solusi, yaitu:

a) dalam hal penggunaan sistem on-line yang sering teijadi permasalahan atau hank, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta bersama dengan Pihak Bank BRI biasanya melayani pembayaran secara manual dengan memperpanjang waktu pembayaran pajak yang semestinya pelayanan pembayaran pajak dari pukul 08.00- 16.30 WIB menjadi a) dalam hal penggunaan sistem on-line yang sering teijadi permasalahan atau hank, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta bersama dengan Pihak Bank BRI biasanya melayani pembayaran secara manual dengan memperpanjang waktu pembayaran pajak yang semestinya pelayanan pembayaran pajak dari pukul 08.00- 16.30 WIB menjadi

c) serta adanya kerja sama antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dengan Bank Negeri maupun Swasta dalam hal peminjaman kredit yang diberlakukannya sebuah aturan kepada pihak peminjam yaitu harus melampirkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai syarat mengajukan pinjaman kredit bank. Hal ini juga ikul mcndukung dalam membina kesadaran membayar pajak khusunya Pajak Penghasilan.

d) Adanya sistem antrian yang merupakan efisiensi dari segi pelayanan yang dilakukan oleh Kantor Pajak Pratama Kota Surakarta turut memperlancar bag! wajib pajak yang akan menjalankan kewajibannya yaitu membayar pajak.

Hambatan-hambatan serta solusi diatas yang telah penulis jelaskan, maka berdasarkan Tugas serta Fungsi Pokok Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan Keputusan Presiden No 84 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi susunan organisasi, dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan Departemen Keuangan, Kantor Pajak Pratama Kota Surakarta telah menjalankan tugas serta fungsinya dengan baik yang juga akan berdampak penghasilan negara di bidang pajak khususnya Pajak Penghasilan.