Tinjauan Umum Tentang Kesadaran Membayar Pajak

C. Tinjauan Umum Tentang Kesadaran Membayar Pajak

Kesadaran membayar pajak dapat dikatakan sebagai kesadaran hukum, karena dengan membayar pajak sama artinya patuh dengan hukum yaitu pada Undang-Undang Perpajakan (http://www.kantorhukum- Ihs.com/details_artikei_hukum.php?id l3)

Menurat Sudikno Mertokusumo dalam artikelnya yang bejudul "Kesadaran Hukum sebagai Landasan untuk Memperbaiki Sistem Hukum" menjelaskan bahwa kesadaran hukum adalah kesadaran bahwa hukum itu melindungi kepentingan manusia dan oleh karena itu harus dilaksanakan serta pelanggarnya akan terkena sanksi. Pada hakekatnya kesadaran hukum adalah kesadaran akan adanya atau terjadinya "kebatilart" atau "onrecht", tentang apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu. Kesadaran

segala hukum (http://sudiknoartikel.blogspot.com/2008/03/kesadaran-hukum-sebagai- landasan-untuk.html).

Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setjap manusia tentang apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan (Scholten, 1954: 166).

Menurut Soerjono Soekanto, Kesadaran hukum masyarakat menyangkut faktor-faktor apakah suatu ketentuan hukum diketahui, dimengerti, ditaati dan dihargai. Apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu ketentuan hukum, maka taraf kesadaran hukumnya lebih rendah daripada apabila mereka memahaminya dan seterusnya, (http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php7judul=MENUMBUHKAN%20K ESADARAN%20HUKUM&&nomorurut_artikel=3).

Kesadaran akan kewajiban hukum tidak semata-mata berhubungan

berarti kewajiban untuk taat kepada undang-undang saja, tetapi juga kepada hukum yang tidak tertulis. Bahkan kesadaran akan kewajiban hukum ini sering timbul dari kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang nyata. Kalau suatu peristtiwa teijadi secara terulang dengan teratur atau ajeg, maka lama-lama akan timbul pandangan atau anggapan bahwa memang demikianlah seharusnya atau seyogyanya dan hat ini akan menimbulkan pandangan atau kesadaran bahwa demikianlah hukumnya atau bahwa hal itu merupakan kewajiban hukum. Suatu peristiwa yang teijadi berturut-turut secara ajeg dan oleh karena ttu lalu biasa dilakuan dan disebut kebiasaan, lama-ama akan mempunyai kekuatan mengikat (die normatieve Kraft des Faktischeri) (http://sudiknoartikel.blogspot. com /2008/03/meningkatkan-kesadaran-hukum-masyarakathtml).

Pentingnya pemahaman atas pengettian pajak dapat menimbulkan kesadaran pajak (tax consiousness). Hal ini terutama melalui jalur pendidikan yang terencana dengan baik dimulai sejak usia dini hingga generasi muda mendatang sehingga mereka mempunyai pemahaman pengetahuan pajak yang baik. Namun kesadaran pajak saja belum cukup, harus pula diupayakan menjelma menjadi disiplin pajak. Demikian disampaikan oleh Prof. Wiratni Ahmad dalam orasi ilmiahnya yang berjudul "Disiplin Pajak Sebagai Faktor Utama Keberhasilan Pemungutan Pajak di Indonesia" pada acara Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Hukum Pajak pada Fakultas Hukum Unpad di Grha Sanusi Hardjadinata, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Jumat (4/12)

( http://www.impad.ac Jd/berita/sadar-pajak-saja-tidakH;ukup-harus- disiplin-pajak/) Atep Adya Barata mengemukakan bahwa kreativitas penggalian sektor pajak itu harus ditunjang pula oleh penerapan iklim yang kondusif bagi masyarakat wajib pajak, sehingga perlu dibangun suatu sistem perpajakan yang baik (avaible tax syste), yang didalamnya meliputi : Kebijakan Perpajakan (tax policy), hukum Undang-undang Pajak (tax ( http://www.impad.ac Jd/berita/sadar-pajak-saja-tidakH;ukup-harus- disiplin-pajak/) Atep Adya Barata mengemukakan bahwa kreativitas penggalian sektor pajak itu harus ditunjang pula oleh penerapan iklim yang kondusif bagi masyarakat wajib pajak, sehingga perlu dibangun suatu sistem perpajakan yang baik (avaible tax syste), yang didalamnya meliputi : Kebijakan Perpajakan (tax policy), hukum Undang-undang Pajak (tax

Penjelasan: Republik Indonesia adalah suatu negara, dimana memiliki unsur yaitu adanya pemerintahan dan adanya masyarakat. Pemerintah Republik Indonesia sebagai Fiskus yang memegang tanggung jawab salah satunya di bidang pajak. Dalam hal ini melalui kantor pajak, yang lebih khusus dalam pembahasan ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta (KPP Pratama Surakarta). Sedangkan masyarakat dalam hal ini sebagai Obyek Pajak. Adapun KPP Pratama Surakarta dan masyarakat sama-sama memiliki hak maupun kewajiban dalam hal pajak khususnya dalam hal ini Pajak Penghasilan (PPh). Bilamana antara hak dan kewajiban tersebut dapat dijalankan seimbang oleh pemerintah maupun oleh masyarakat maka diharapkan timbul suatu kesadaran, dengan adanya kesadaran dan bukan dikarenakan paksaan diharapkan masyarakat dapat memcnuhi kewajibannya dalam membayar pajak. Sikap seperti ini yang diharapkan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar terbentuk kesadaran dalam setiap diri obyek pajak dalam hal pemenuhan kewajiban pajak, maka kesejahteraan rakyat pun akan tercapai sebagai mana itu merupakan salah satu dari tujuan negara.