FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DALAM MEMINIMALISASI KECELAKAAN KERJA

FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DALAM MEMINIMALISASI KECELAKAAN KERJA

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh ANINDYA INDIRA MADYARASTRI NIM. E1106090 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi) FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DALAM MEMINIMALISASI KECELAKAAN KERJA

Oleh ANINDYA INDIRA MADYARASTRI NIM. E1106090

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Januari 2010 Dosen Pembimbing

Pius Triwahyudi, S.H.,Msi. NIP. 195602121985031004

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi) FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DALAM MEMINIMALISASI KECELAKAAN KERJA

Oleh ANINDYA INDIRA MADYARASTRI NIM. E1106090 Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas HukumUniversitas Sebelas Maret Surakarta Pada :

DEWAN PENGUJI

1. Bp. Lego Karjoko, SH., MH : ...................................................... Ketua

2. Bp. Purwono Sungkowo Raharjo, SH : ......................................................

Sekretaris

3. Bp. Pius Triwahyudi, SH., Msi : ....................................................... Anggota

Mengetahui Dekan

( Muhammad Yamin, S.H., M.Hum) NIP. 196109301986011001

PERNYATAAN

Nama

: Anindya Indira Madyarastri

NIM

: E1106090

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DALAM MEMINIMALISASI KECELAKAAN KERJA adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademi berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Maret 2010 Yang membuat pernyataan

Anindya Indira Madyarastri NIM. E1106090

ABSTRAK

ANINDYA INDIRA MADYARASTRI E 1106090. 2009 FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DALAM MEMINIMALISASI KECELAKAAN KERJA Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Penulisan Hukum (Skripsi). 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam meminimalisasi kecelakaan kerja dari 2 (dua ) peristiwa konkrit atau fakta hukum, yaitu pelaksanaan fungsi perencanaan, pembinaan dan pengawasan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta khususnya dalam hal kecelakaan kerja serta pelaksanaan fungsi tersebut dalam menekan angka kecelakaan kerja.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan dan cyber media. Teknik analisis data yang digunakan yaitu silogisme deduksi dan interprestasi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu kegiatan yang harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan. Untuk itu pelaksanaan fungsi perencanaan, pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta diharapkan dapat meminimalisasi kecelakaan kerja serta keselamatan karyawan lebih meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam menekan kejadian kecelakaan kerja

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kecelakaan kerja dalam perusahaan merupakan bentuk kerugian bersama yang harus dihindari dan diminimalisasi kejadiannya oleh perusahaan maupun tenaga kerja itu sendiri. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta berperan dalam membantu perusahaan menekan kecelakaan kerja melalui program-program preventif terhadap bahaya kecelakaan menunjukkan perubahan signifikan kearah yang lebih baik terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan meningkat.

Kata Kunci : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta,Keselamatan dan Kesehatan Kerja,Kecelakaan kerja

ABSTRACT

ANINDYA INDIRA MADYARASTRI E 1106090. 2009 FUNCTION ON DUTY LABOUR AND TRANSMIGRATION TOWN SURAKARTA IN MINIMALISATION ACCIDENT WORK Faculty Punish University Sebelas Maret of Surakarta Writing Punish (Skripsi). 2009.

This research aim to to know how function On duty Labour and Transmigration Town Surakarta in meminimalisasi accident work from 2 (two) event of konkrit or punishing fact, that is execution of planning function, construction and observation On duty Labour and Transmigration Town Surakarta specially in the case of accident work and also function execution mentioned in depressing accident number work.

This research represent the research punish the normatif have the character of prescriptive. Data type used [by] that is data sekunder. source of Data sekunder used include;cover the primary substance, sekunder and tertiary. Technique data collecting used that is study of bibliography and cyber media.technique analysis data used silogisme deduksi and interprestasi gramatikal.

Safety and Health Work the (K3) represent one of activity which must be carried out by each company. For that execution of planning function, construction and observation done On duty Labour and Transmigration Town Surakarta expected a job accident earn the diminimalisasi and also employees safety more mounting. This research done to know how role On duty Labour and Transmigration Town Surakarta in depressing accident occurence work.

Conclusion from this research accident work in company represent the loss form with which must be avoided and its diminimalisasi occurence by company and also itself labour. On duty Labour and Transmigration Town Surakarta playing a part in to assist the company depress the accident work passing programs preventif to accident danger show the change signifikan toward better to safety and health work the employees mount.

Keyword : On Duty Labour and Transmigration Town Surakarta, Safety And Health Work, Accident Work

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugrahi limpahan karunia dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul “FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DALAM MEMINIMALISASI

KECELAKAAN KERJA”

Penulisan Hukum ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan akademis untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sehubungan dengan terselesaikannya penulisan hukum ini maka penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syamsul Hadi, SP.Kj. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberi kesempatan menuntut ilmu di Universitas ini.

2. Bapak Muhammad Yamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

3. Ibu Dr. I. Gusti Ayu Ketut RH, S.H., M.M. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. selaku pembimbing yang telah melahirkan inspirasi tiada henti dan memberi dukungan pada penulis.

5. Bapak Drs. Amiruddin A.H selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta yang telah memberi informasi dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

6. Bapak Ibu dosen dan PPH Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan pada penulis selama masa perkuliahan.

7. Ayah R.Mursito dan Ibu Sri Hartini tercinta, ‘Cakrawala hidup yang menjadi nafas dan nyawaku, kemuliaan cinta tanpa batas dan tak berbalas yang membuatku ada dan berwarna hingga detik ini. Hanya sejumput pengabdian yang dapat ku rangkum dari bianglala pengembaraan ini’.

8. Kakanda Widyas Pramudya Anthari. S.E dan Adik Adhitista Paratma Astasari ‘Saudara yang penuh keajaiban yang membuat aku belajar dan meletakkan kebersamaan, serta dukungan semangat yang tak pupus tlah menjadi nyala benderang di ruang perjalananku’.

9. Nadik Widiasmoko ‘Iluminasi dari alur waktu dalam semesta terindah, aufklarung yang begitu berarti, sekaligus sandaran hati ternyaman dalam dimensi Bintang kita, atas segala cinta, ketulusan, dan keberadaannya yang membuat aku terus hidup, bertahan, dan menyelesaikan pencarian…’.

10. Sahabat-sahabat karib di FH UNS, atas kekompakan dan persahabatan yang tak pernah surut oleh ruang maupun waktu.

11. Seluruh teman-teman angkatan 2006 Fakultas Hukum UNS yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan hukum ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dan semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil , makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Hal ini telah tertuang dan telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “ tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Sebagai sesama makhluk hidup di dunia yang peduli akan orang lain, pasti akan mempertimbangkan teknik keselamatan yang lebih baik di dalam dunia usaha. Seorang pekerja yang kehilangan lengan, kaki atau bagian lain pada tubuhnya dalam kecelakaan tidak hanya dihadapkan pada penderitaan dan kekurangan yang sementara saja, tetapi harus juga mengantisipasi pengeluaran serta trauma dengan kekurangannya kemampuan dan pendapatan selama hidupnya.

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilksanakan. Teori peranan berkaitan dengan teori stuktural fungsional dalam sosiologi. Teori ini menganggap bahwa orang menduduki posisi dalam struktur sosial dan setiap posisi memiliki peranan. Peranan adalah sekumpulan harapan atau perilaku yang berhubungan dengan posisi dalam struktur sosial, dan gagasan ini menyatakan peranan selalu dipertimbangkan dalam konteks relasi karena hanya dalam relasi peranan dapat dikenali. Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya serta tugas dan

fungsinya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan. Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan peranan yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan orang lain. Peranan memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain. Fungsi tersebut antara lain peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan kelangsungan struktur masyarakat, peranan yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu mereka yang tidak mampu dalam masyarakat dan peranan yang dimainkan seseorang juga merupakan sarana aktualisasi diri dan / atau suatu instansi ( http://.wikipedia/peranan/com diakses pada tanggal 15 November 2009 pukul 10.43 WIB).

Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, yaitu sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan, kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Sedangkan peranan pemerintah dalam hukum ketenagakerjaan dimaksudkan untuk terciptanya hubungan ketenagakarjaan yang adil, karena jika hubungan antara pekerja dan pengusaha yang sangat berbeda secara sosial-ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak, maka tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan akan sulit tercapai, karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai yang lemah. Atas dasar itulah pemerintah Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, yaitu sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan, kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Sedangkan peranan pemerintah dalam hukum ketenagakerjaan dimaksudkan untuk terciptanya hubungan ketenagakarjaan yang adil, karena jika hubungan antara pekerja dan pengusaha yang sangat berbeda secara sosial-ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak, maka tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan akan sulit tercapai, karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai yang lemah. Atas dasar itulah pemerintah

Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan. Demikian pula perlu diusahakan ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapi dalam pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin. Pemikiran- pemikiran itu merupakan program perlindungan pekerja, yang dalam praktik sehari-hari dapat berguna untuk mempertahankan produktivitas dan kestabilan perusahaan. Hal ini telah tertuang dan diamanatkan dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Bagian manajemen akan menyadari keselamatan pekerja pada saat bekerja sangat penting untuk dikemukakan. Ditandai dengan banyaknya biaya tidak langsung yang baru dibahas dari hasil kecelakaan. Hasil efisiensi dari pergantian sementara dan turunnya efektivitas dari pekerja yang menjadi korban kecelakaan tidak tergantung pada dimana atau kapan penderitaan yang dialaminya. Walaupun pekerja tidak di gaji karena absen disebabkan sakit, ketidakhadiran pekerja dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan perusahaan.

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. ( Http://Keselamatandankesehatankerja/com diakses pada tanggal 15 November 2009 pukul 10.56 WIB). Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Untuk meminimalisasi kecelakaan kerja, sudah seharusnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi budaya semua orang, umumnya bangsa Indonesia. Agar budaya ini bisa terlaksana, harus dibangun komitmen yang serius dari setiap institusi, kebijakan, dan program K3 yang berkelanjutan. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ditetapkan Pemerintah (PermenNaker No. Per.05/Men/1996), merupakan salah satu perlindungan terhadap tenaga kerja dari resiko kesehatan dan penyakit akibat kerja.

Kota Surakarta beberapa tahun terakhir mengalami kemajuan pesat di bidang infrastruktur khususnya dalam pembangunan, sehingga berkaitan dengan hal itu pasti dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dalam menjalankan kegiatannya, tenaga kerja diharuskan untuk berhati-hati, namun adakalanya tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja. Dengan demikian bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta memiliki peranan penting dalam menangani masalah ketenagakerjaan yang di dalamnya terdapat masalah kecelakaan kerja.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun penulisan hukum dengan judul “FUNGSI DINAS

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DALAM MEMINIMALISASI KECELAKAAN KERJA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam melakukan fungsi perencanaan, pembinaan, dan pengawasan norma ketenagakerjaan khususnya dalam hal kecelakaan kerja telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

2. Apakah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam menjalankan fungsinya mampu menekan angka kecelakaan kerja di Kota Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga dengan adanya tujuan tersebut dapat dicapai solusi atasmasalah yang dihadapai saat ini. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam melakukan fungsi perencanaan, pembinaan dan pengawasan norma ketenagakerjaan khususnya dalam hal kecelakaan kerja telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Untuk mengetahui apakah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam menjalankan fungsinya mampu menekan angka kecelakaan kerja di Kota Surakarta.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data sebagai bahan utama dalam pnyusunan penulisan hukum guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk meningkatkan serta mendalami materi kuliah yang diperoleh di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta serta untuk menambah pengetahuan akan pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek dalam kehidupan bermasyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara pada khususnya.

b. Bermanfaat dalam mengadakan penelitian sejenis berikutnya dan juga sebagai pedoman bagi peneliti lain di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti serta memahami tentang fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam meminimalisasi kecelakaan kerja.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat berkaitan dengan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam meminimalisasi kecelakaan kerja.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan pada metode, sistematis dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisa. Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penulisan hukum kepustakaan. Yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian dan kajian bahan-bahan pustaka. Bahan- bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti. (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006: 13-14).

2. Pendekatan Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian. (Johnny Ibrahim, 2006: 302)

3. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat preskriptif, dimana penelitian ini disamping bermaksud untuk memberikan gambaran mengenai obyek baik dalam teori juga bermaksud melakukan analisa secara yuridis (Soerjono soekanto, 2006: 10).

4. Jenis Data Berkaitan dengan jenis penelitian yang dilakukan penulis yang merupakan penelitian normatif, maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui study kepustakaan. Data sekunder didapat dari sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui study kepustakaan yang terdiri dari dokumen- dokumen, buku-buku literatur, laporan hasil penelitian, peraturan perundang-undangan dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5. Sumber Data Sumber data adalah tempat dimana penelitian ini diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalh sumber data sekunder, yaitu tempat dimana dimana diperoleh data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :

a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006: 13). Yang menjadi bahan hukum primer dalam penelitian hukum ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

Undang-Undang No 33 Tahun 1947 tentang Kecelakaan Kerja, Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 33 Tahun 1977, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), dan lain- lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang menberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006: 13). Yang digunakan dalam penelitian hukum ini antara lain buku-buku terkait, karya ilmiah, makalah, artikel dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

c. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder primer (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006: 13). Bahan hukum tersier seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Politik, dan Ensiklopedi.

6. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. Di dalam sebuah penelitian hukum normatif, pengelolaan data hakekatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistematika terhadap bahan hukum tertulis. Sistematika berarti membuat klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006: 251-252). Dalam penelitian hukum ini permasalahan hukum dianalis dengan metode silogisme deduktif dan interpretasi gramatikal.

F. Sistematika Skripsi

Sistematika dalam penulisan hukum ini merupakan suatau uraian mengenai susunan dari penulisan itu sendiri yang secara teratur dan terperinci disusun dalam pembabagan, sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang jelas tentang apa yang ditulis. Tiap-tiap bab mempunyai hubungan satu sama lain yang tidak dapat terpisahkan.

Dalam kerangka ini, penulis akan memberikan uraian tentang hal- hal pokok yang ada dalam penulisan hukum ini. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang masalah yang merupakan hal-hal yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian, perumusan masalah merupakan inti permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian berisi tujuan dari penulis dalam mengadakan penelitian, manfaat penelitian merupakan hal-hal yang diambil dari hasil penelitian, metode penelitian berupa jenis penelitian, sifat penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data selanjutnya adalah sistematika penulisan hukum yang merupakan kerangka atau susunan isi penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori kepustakaan yang melandasi penelitian serta mendukung di dalam memecahkan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini yaitu: Tinjauan Umum Tentang Hukum, Tinjauan Umum Tentang Hukum Ketenagakerjaan, Tinjauan Umum Tentang Kecelakaan Kerja, dan Tinjauan Umum Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam melakukan fungsi perencanaan, pembinaan, dan pengawasan norma ketenagakerjaan khususnya dalam hal kecelakaan kerja telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Apakah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam menjalankan fungsinya mampu menekan angka kecelakaan kerja di Kota Surakarta.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini mengemukakan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan juga saran yang relevan dari peneliti.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Hukum

a. Pengertian Hukum Berbicara tentang batasan pengertian hukum, hingga saat ini para ahli menemukan batasan yang baku serta memuaskan para pihak tentang hukum, disebabkan karena hukum itu sendiri mempunyai bentuk serta segi yang sangat beragam. Ahli hukum berkebangsaan Belanda, J. van Kan (1983: 13) mendefinisikan hukum sebagai keseluruhan ketentuan-ketentuan kehidupan yang bersifat memaksa, yang melindungi kepentingan orang dalam masyarakat. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Wirjono Prajadikora (1992: 9) yang menyatakan bahwa hukum adalah serangkaian peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota masyarakat, sedangkan satu- satunya tujuan hukum adalah menjamin kebahagiaan dan ketertiban dalam masyarakat. Selain itu, Purnadi Purwacaraka dan Soerjono Soekanto (1986: 2-4) menyebutkan 9 (sembilan) arti hukum yakni :

1) Ilmu Pengetahuan; yakni pengetahuan yang secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran ;

2) Disiplin; yakni sebagai sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi ;

3) Norma; yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau perilakuan yang pantas atau diharapkan ;

4) Tata hukum; yakni struktur dan perangkat norma-norma yang berlaku pasa suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis ;

5) Petugas; yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat dengan penegakan hukum ;

6) Keputusan penguasa; yakni hasil-hasil proses diskripsi ;

7) Proses Pemerintahan; yakni proses hubungan trimbal balik antara unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan ;

8) sikap tindak yang ajeg atau perilakuan yang teratur; yakni perilakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama yang bertujuan untuk mencapai kedamaian ; dan

9) Jalinan nilai; yakni jalinan dari kosepsi tentang apa yang dianggap baik dan buruk. Pendapat di atas menunjukan bahwa hukum itu mempunyai makna yang sangat luas, namun demikian secara umum, hukum dapat dilihat sebagai norma yang mengandung nilai tertentu. Jika hukum dalam kajian ini dibatasi sebagai norma, tidak berarti hukum identik dengan norma, sebab merupakan pedoman manusia dalam bertingkah laku. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa noema hukum merupakan salah satu dari banyak pedoman tingkah laku selain norma agama, kesopanan, dan kesusilaan (Lalu Husni, 2000: 12-14).

b. Kaidah Hukum dan Asas Hukum Agar suatu peraturan perundang-undangan berlaku efektif, maka harus memperhatikan beberapa asas yaitu :

1) Undang-Undang tidak boleh berlaku surut; artinya undang- undang hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang disebut dalam undang-undang tersebit serta terjadi setelah undang-undang itu dinyatakan berlaku ;

2) Undang-Undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang leih tinggi pula, konsekuensi hukumnya peraturan yang lebih rendah isinya tidak boleh bertentangan dengan isi peraturan yang lebih tinggi. Jika hal ini terjadi, maka berlaku asas lex superior derogat lex inferiori ;

3) Undang-Undang yang bersifat khusus mengenyampingkan undang-undang yang bersifat umum (lex specialis derogat lex genarali) ,

4) Undang-Undang yang baru mengalahkan undang-undang yang lama (lex posteriori derogat lex priori); artinya undang-undang lain yang lebih dahulu berlaku dan mengatur mengenai sesuatu hal tertentu, tidak berlaku lagi apabila telah ada undang-undang baru yang berlaku belakangan dan mengatur hal tertentu, akan tetapi makna dan tujuannya berlainan atau berlawanan dengan undang-undang yang lama tersebut ;

5) Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat; artinya adalah undang-undang hanya dapat dicabut dan atau diubah oleh lembaga yang membuatnya. Di Indonesia, Mahkamah Agung diberikan wewenang untuk menguji secara materiil hanya terhadap peraturan peruadang-undangan dibawah undang-undang saja. Kewenangan tersebut mengandung makna bahwa Mahkamah agung dapat menyatakan bahwa suatu peraturan tertentu di bawah undang-undang tidak mempunyai kekuatan hukum (harus ditinjau kembali) karena bertentangan dengan peraturan di atasnya ; dan

6) Undang-Undang

untuk mencapai kesehakteraan spiritual dan material bagi masyarakat maupun pribadi melalui pelestarian atau pembaharuan (inovasi).

merupakan

sarana

Agar suatu peraturan perundang-undangan tidak hanya sebagai huruf mati, maka perlu dipenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yaitu :

1) Keterbukaan dalam pembuatannya ;

2) Memberikan hak kepada anggota masyarakat untuk mengajukan usulan-usulan dengan cara mengundang masyarakat yang berminat untuk menghadiri pembicaraan terhadap peraturan tertentu dan mengundang organisasi tertentu yang terkait untuk memberikan masukan terhadap rancangan undang-undang yang disusun.

Selain asas perundang-undangan sebagaimana tersebut di atas, agar suatu kaidah hukum efektif dalam pelaksanaannya, menurut Selain asas perundang-undangan sebagaimana tersebut di atas, agar suatu kaidah hukum efektif dalam pelaksanaannya, menurut

Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan formil dan materiil yang harus dipenuhi guna terciptanya peraturan yang baik guna usaha- usaha penegakan hukum. Persyaratan formil menyangkut cara, kekuasaan dan wewenang pembuat peraturan ditambah dengan pemenuhan persyaratan menganai tata urutan. Jika persyaratan ini tidak memperoleh perhatian, maka peraturab hukum yang diberlakukan justru menjadi tidak fungsional dan karenanya tujuan daripada paraturan hukum tersebut tidak akan tercapai. Sedangkan persyaratan materiil didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan di antaranya :

1) Kelangsungan peraturan hukum ;

2) Jangkauan pikiran jauh ke depan, sekaligus berarti mencegah lakas usangnya suatu peraturan hukum ;

3) Memperpendek jarak waktu antara pengaturan dan fakta ;

4) Penjaminan hak atas kepentingan warga masyarakat secara proporsional ;

5) Permasalahan yang diatur secara menyeluruh ;

6) Mempertimbangkan tata urutan perundan-undangan ; dan

7) Penggunaan bahasa. Selanjutnya CG. Howard dan RS. Mumner (1965: 46-47) menyebutkan beberapa persyaratan terhadap suatu kaidah hukum yaitu :

1) Undang-Undang harus dirancang dengan baik ;

2) Undang-Undang sebaiknya bersifat melarang bukan mengatur ;

3) Sanksi yang dicantumkan harus sepadan dengan sifat undang- undang yang dilanggar ;

4) Beratnya sanksi yang dicantumkan kepada pelanggar tidak boleh keterlaluan ;

5) Kemungkinan untuk mengamati dan menyelidiki atau menyidik perbuatan yang melanggar ketentuan undang-undang tersebut harus ada ;

6) Hukum yang mengandung larangan moral akan lebih efektif daripada hukum yang tidak selaras dengan kaidah moral atau yang netral ; dan

7) Mereka yang bekerja sebagai pelaksana hukum harus menunaikan tugas dengan baik. Kajian mengenai kaidah hukum tidak dapat dilepaskan dari asas hukum sebagai dasar yang menberikan sifat normatif dari suatu kaidah hukum. Asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma hukum yang kongkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai suatun dasar-dasar hukum atau petunjuk bagi hukum yang berlaku. Pembentukan asas hukum praktis perlu berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Dengankata lain asas hukum ialah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif. Sudikno Mertokusumo (1996: 5) menyebutkan bahwa asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita kepada hukum yang merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum tersebut akan tetapi yang tidak boleh tidak harus ada.

Dari pendapat diatas jelas bahwa asas hukum bukan merupakan hukum kongkret akan tetapi merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan kongkret yang terdapat dalam dan setiap sistem hukum ysng menjelma dalam peraturan perundang-undangan. Karena sifatnya yang abstrak, maka asas hukum pada umumnya tidak dituangkan dalam pasal-pasal Dari pendapat diatas jelas bahwa asas hukum bukan merupakan hukum kongkret akan tetapi merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan kongkret yang terdapat dalam dan setiap sistem hukum ysng menjelma dalam peraturan perundang-undangan. Karena sifatnya yang abstrak, maka asas hukum pada umumnya tidak dituangkan dalam pasal-pasal

Asas hukum berfungsi untuk mengesahkan dan mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak. Bersifat mengesahkan karena berdasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang dan hakim. Selain itu, asas hukum berfungsi melengkapi sistem hukum (pembuat sistem hukum menjadi luwes). Dalam mempelajari ilmu hukum, asas hukum memberikan kemudahan dengan memberikan ikhtiar. Asas hukum dalam ilmu hukum hanya bersifat mengatur.

Kaidah hukum memberikan jiwa kepada norma/kaidah hukum sehingga mempunyai kekuatan mengikat. Asas hukum dapat dibedakan menjadi asas hukum konstitutif dan asas hukum regulatif. Asas hukum konstitutif merupakan asas yang harus ada dalam kehidupan suatu sistem hukum, sedangkan asas hukum regulatif diperlukan untuk beroperasinya sistem hukum tersebut. Pembentukan norma/kaidah hukum yang tidak sesuai dengan asas hukum konstitutif akan menghasilkan norma-norma yang secara materiil bukan merupakan kaidah hukum. Sedangkan jika asas hukum regulatif tidak diperhatikan, maka akan menghasilkan kaidah hukum yang tidak adil (Lalu Husni, 2000: 16-20).

2. Tinjauan Umum Tentang Hukum Ketenagakerjaan

Hukum Ketenagakerjaan adalah sekumpulan peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum bekerja, selama bekerja atau dalam hubungan kerja, dan sesudah hubungan kerja. Jadi pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum perburuhan yang selama Hukum Ketenagakerjaan adalah sekumpulan peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum bekerja, selama bekerja atau dalam hubungan kerja, dan sesudah hubungan kerja. Jadi pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum perburuhan yang selama

Kehadiran Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah banyak memberikan perubahan dalam khasanah hukum ketenagakerjaan Indonesia yakni secara yuridis formal :

a. Menggantikan istilah buruh menjadi pekerja, majikan menjadi pengusaha yang secara politis telah lama diupayakan untuk diganti dengan alasan istilah buruh maupun majikan kurang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia, buruh berkonotasi pihak yang selalu berada di bawah tekanan pihak majikan ;

b. Menggantikan istilah perjanjian peruruhan menjadi kesepakatan kerja bersama (KKB) yang berupaya diganti dengan alasan bahwa perjanjian perburuhan berasal dari negara liberal yang seringkali dalam pembuatannya menimbulkan benturan kepentingan antara pihak buruh dengan majikan ; dan

c. Memberikan ruang telaah untuk menggantikan istilah hukum perburuhan menjadi hukum ketenagakerjaan.

3. Tinjauan Umum Tentang Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas (Darwan Prinst, 2000: 100).

Sedangkan yang dimaksud kecelakaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977, tidak hanya kecelakaan yang terjadi di ruangan kerja saja, tetapi juga kecelakaan yang terjadi sejak pekerja meninggalkan rumahnya menuju tempat bekerjanya sampai dia pulang kembali ke rumahnya dengan melalui jalan yang biasa ia lalui. Kecelakaan yang terjadi di jalan raya atau yang terjadi selama soorang perkerja melakukan pekerjaan atas perintah atasan juga dianggap kecelakaan kerja.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya. Kecelakaan akibat kerja sesungguhnya dapat dicegah asal ada kemauan yang kuat untuk mencegah.

Disamping itu penyakit yang timbul sebagai akibat langsung dari pekerjaan juga dapat dianggap sebagai kecelakaan kerja. Namun kalau penyakit itu menyebabkan cacat atau meninggal dunia, maka untuk dapat dianggap sebagai penyakit kecelakaan kerja haruslah dia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu adalah:

a. Pekerjaan tenaga kerja harus menanggung resiko penyebab penyakit itu ;

b. Tenaga kerja yang bersangkutan berhubungan langsung dengan resiko itu ;

c. Penyakit tersebut telah berlangsung selama suatu masa tertentu ;

d. Tidak ada kelalaian yang disengaja oleh tenaga kerja sehingga ia terkena penyakit itu (Zainal Asikin, 1993: 140).

Disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan kerja ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain:

1) Kerusakan atau kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan

2) Biaya pengobatan dan perawatan korban

3) Tunjangan kecelakaan

4) Hilangnya waktu kerja

5) Menurunnya jumlah maupun mutu produksi

b Kerugian yang bersifat non ekonomis Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka atau cedera berat maupun luka ringan (Lalu Husni, 2000: 103).

Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja guna mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha dan atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka usaha berproduksi (Lalu Husni, 2000: 105).

Perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosia dan ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu. Dengan demikian maka perlindungan pekerja ini akan mencakup :

a. Norma Keselamatan Kerja, yang meliputi keselamatan kerja yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja bahan dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan ;

b. Norma Kesehatan Kerja dan Kesehatan Perusahaan, yang meliputi pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, dilakukan dengan mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit. Mengatur persediaan tempat, cara dan syarat kerja yang memenuhi kesehatan perusahaan dan kesehatan pekerja unutk mencegah penyakit, baik sebagai akibat bekerja atau penyakit umum serta menetapkan syarat kesehatan bagi perumahan pekerja;

c. Norma Kerja yang meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan ibadah menurut agama keyakinan masing-masing yang diakui oleh pemerintah, kewajiban sosial kemasyarakatan dan sebagai guna memelihara kegairahan dan moril kerja yang menjamin daya guna kerja yang tinggi serta menjaga perlakuan yang sesuai dengan martabat menusia dan moral ;

d. Kepada Tenaga Kerja yang mendapat kecelakaan dan/atau menderita penyakit kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan d. Kepada Tenaga Kerja yang mendapat kecelakaan dan/atau menderita penyakit kuman akibat pekerjaan, berhak atas ganti rugi perawatan

Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Soepomo membagi perlindungan pekerja ini menjadi 3 (tiga) macam yaitu :

a. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup memenuhi keperluan sehari-hari baginya beserta keluarganya, termasuk dalam hal pekerja tersebut tidak mampu bekerja karena sesuatu di luar kehendaknya. Perlindunga ini disebut dengan jaminan sosial ;

b. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindunga yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerja itu mengenyam dan memperkembangkan prikehidupannya sebagai manusia pada umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga atau yang biasa disebut Kesehatan kerja ;

c. Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh pesawat-pesawat atau alat-alat kerja lainnya atau oleh bahan yang diolah atau dikerjakan perusahaan atau yang disebut Keselamatan kerja (Zainal Azikin, 1993: 96-97).

4. Tinjauan Umum Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang merupakan salah satu perlindungan terhadap tenaga kerja dari resiko kesehatan dan penyakit akibat kerja yang secara nasional diberlakukan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang manajemen keselamatan, meningkatkan kesadaran akan perlunya pelaksanaan budaya keselamatan, dan meningkatkan pemahaman dan implementasi budaya keselamatan di seluruh unit kerja, dan dilaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang merupakan salah satu perlindungan terhadap tenaga kerja dari resiko kesehatan dan penyakit akibat kerja yang secara nasional diberlakukan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang manajemen keselamatan, meningkatkan kesadaran akan perlunya pelaksanaan budaya keselamatan, dan meningkatkan pemahaman dan implementasi budaya keselamatan di seluruh unit kerja, dan dilaksanakan

Untuk meminimalisasi kecelakaan kerja, sudah seharusnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi budaya semua orang, umumnya bangsa Indonesia. Agar budaya ini bisa terlaksana, harus dibangun komitmen yang serius dari setiap institusi, kebijakan, dan program K3 yang berkelanjutan.

Demikian disampaikan bahwa dari tema tersebut mengandung tiga dimensi pokok pikiran, yaitu Dimensi Proses (Pembudayaan K3), Dimensi Keunggulan SDM dan Dimensi Cita-cita. Pokok pikiran pertama adalah Pembudayaan K3, yang menjadikan K3 sebagai kebiasaan dalam sikap kerja dan K3 sebagai kebutuhan bagi pelaku/karyawan untuk menjamin penerapan K3 pada setiap tahapan kegiatan. Pokok pikiran kedua adalah Keunggulan SDM sebagai pelaku yang memegang kendali dalam pelaksanaan penerapan K3, yang akan ditentukan oleh pemikiran, komitmen, dan disiplin para pelaku. Sedangkan pokok pikiran ketiga adalah Dimensi Cita-cita, yang merupakan tujuan dari kegiatan bulan K3, yaitu peningkatan keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja. Dari tiga pokok pikiran tersebut, diharapkan akan menumbuhkembangkan hubungan yang saling menguntungkan dan ketergantungan antar pelaku/karyawan yang berkomitmen untuk mewujudkan K3 sebagai pembiasaan sikap dan perilaku di lingkungan kerja.

K-3 merupakan suatu konsep dan upaya nyata untuk menjamin lancarnya kegiatan produksi mulai dari awal hingga akhir. Di mana melalui identifikasi, analisis, penilaian, dan pengendalian potensi bahaya di lingkungan tempat bekerja, K-3 diterapkan sehingga diharapkan dapat meminimalisasi kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja.

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:

1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.

2) Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja.

3) Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

4) Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.

5) Penggunaan pakaian pelindung.

6) Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.

7) Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan keluar.

8) Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak sama sekali.