Zona Solo

c. Kompleks Gunungapi Kelud, Arjuno, dan Kawi

Kompleks Gunungapi Kelud, Arjuno, dan Kawi secara administrasi terletak di Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Blitar. Kondisi morfologi umum yang terdapat di kompleks gunungapi ini dikontrol oleh adanya bentuklahan asal vulkanik, fluvial, denudasional, dan struktural. Kenampakan morfologi Kompleks Gunungapi Kelud, Kawi, dan Arjuno dapat diperhatikan pada gambar 2.22

Gambar 2.22 Kawasan Gunungapi Kelud, Kawi, dan Arjuno Sumber : Citra ArcGIS EART 2017 dan SRTM 1 Arc Second 30M

Gunungapi Kelut memiliki puncak ketinggian 1731 m merupakan hasil pembentukan dari aktivitas konvergen (penunjaman) antara lempeng Indo- Australia yang mendorong dan menunjam ke bawah lempeng Asia yang terletak di bagian Selatan Jawa Timur. Gunungapi Kelud merupakan gunungapi muda yang terbentuk pada zaman Kuarter Muda (Kala Holosen) yang berkembang pada sub Zona Blitar-Zona Solo. Apabila diperhatikan melalui morfologi wilayah, perkembangan vulkanologi pada Gunungapi Kelud sangat terbatas karena gunung ini memiliki kerucut gunungapi yang rendah, kondisi puncak tidak teratur, kasar terjal, dan tajam pada bagian puncak sampai pada bagian lereng atas. Kondisi tersebut terjadi karena sifat letusan gunungapiini merusak (ekspolosif) sehigga ketika terjadi letusan akan diikuti dengan reruntuhan dan. Morfologi Gunungapi Kelud dapat diperhatikan melalui gambar 2.23

Puncak Gunungapi Kelud

Lereng Atas Gunungapi Kelud

Gambar 2.23 Morfologi Puncak dan Lereng Atas Gunungapi Kelud Sumber : Citra ArcGIS EARTH 2017

Morfometri Kawasan Gunungapi Kelud menurut Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2014) dibagi menjadi beberapa bentuklahan yang terdiri dari :

- Satuan Morfologi Puncak dan Kawah : memiliki ketinggian lebih dari 1000 mdpl yang tersusun oleh aliran lava, kubah lava, dan batuan piroklastik. Bentuk morfologi kasar yang terdiri dari bukit-bukit kecil, tebing curam dengan kemiringan lereng lebih dari 40. Pola aliran air sungai yang terdapat dipuncak dan sekitarnya berpola radial.

- Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi : memiliki ketinggian 600-1.000 mdpl yang tersusun atas material piroklastik, aliran dan endapan lahar. Kemiringan lereng umumnya berkisar 5-20 dengan pola paralel (perkembangan dari pola radial).

- Satuan Morfologi Kerucut Samping yang terdiri dai bukit Umbuk (1014 m) barat daya, bukit Pisang (865 m) selatan, dan bukit Kramasan (944 m) tenggara lereng Gunung Kelud. Kawasan ini tersusun atas aliran lava, piroklastik, aliran dan kubah lava dengan kemiringan lereng lebih dari 20.

- Satuan Morfologi Kaki dan Dataran Kaki yang terkonsentrasi pada Kabupaten Kediri dan Kota kediri dengan ketinggian kurang dari 600 mdpl serta litologi penyusunnya adalah endapan lahar dan jatuhan material piroklastik halus.

Salah satu gunungapi yang berada di Kompleks Gunungapi Kelud adalah Gunung Arjuno. Secara administrasi gunung ini berada di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Pasuruan. Gunung Arjuno-Welirang memiliki puncak ketinggian mencapai 3.339 mdpl dengan karakteristik gunungapi strato tipe A. Komplek Gunungapi Arjuno-Welirang memiliki beberapa kerucut meliputi Kerucut Gunung Arjuno (33339 m), Gunung Bakal (2960 m), Gunung Kembar II (3126 m), Gunung Bakal (2960 m), Gunung Kembar I (3030 m), dan Gunung Welirang (3126 m) (Kemeterian ESDM, 2014). Banyaknya kerucut gunungapi pada Kawasan Gunung Arjuno-Welirang diakibatkan adanya perpindahan erupsi yang dikontrol oleh sesar normal. Formasi geologi Gunung Arjuno-Welirang termasuk pada Formasi Qvaw (Quarter Volcanic Arjuno Welirang) yang tersusun atas breksi gunungapi, lava, breksi tufan, dan tuf. Pembentukan Gunung Arjuno-Welirang lebih tua dibandingkan dengan

Gunungapi Kelud, hal ini dapat diidentifikasi melalui Peta Geologi Lembar Malang (1608-1) yaitu terbentuk pada zaman kuarter yaitu kala Pleistosen Awal.

Gambar 2.24 Kenampakan Morfologi dan Geologi Gunungapi Arjuno-Welirang Sumber : Citra ArcGIS EARTH 2017 dan Peta Geologi Malang (1608-1)

Satuan bentuklahan lahan asal vulkanik yang terdapat di kawasan Gunungapi Kelud dan sekitarnya juga dapat diperhatikan berdasarkan dataran antar pegunungan (intermontai plain) yaitu pada daerah kawasan Malang dan Kediri. Apabila dataran kaki yang terdapat di kawasan Malang termasuk pada asosiasi bentuklahan fluvio-vulkanik yang dapat diketahui berdasarkan dataran fluvial vulkanik dengan ketinggian 600-800 mdpl. Kondisi yang serupa terdapat pada dataran kaki Gunung Kelud di Kawasan Kediri (kabupaten-kota) juga dikontrol oleh adanya aktivitas fluvio-vulkanik. Dataran Kaki antar pegunungan Kawasan Malang dan Kediri dapat diperhatikan berdasarkan gambar 2.25

Dataran Kaki Gunungapi Kawasan Malang

Semeru

Dataran Kaki

Kelud

(b)

Wilis Gunungapi Kawasan

Kediri

Gambar 2.25

a. Dataran Kaki Gunungapi Kawasan Malang

b. Dataran Kaki Gunungapi Kawasan Kediri Sumber : Citra ArcGIS EARTH 2017

d. Kompleks Pegunungan Wilis

Kompleks Pegunungan Wilis secara administrasi berada di Kabupaten Kediri, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Tulungangung. Kondisi morfologi wilayah yang berbentuk pegunungan terjal curam-sedang sebagai asosiasi dari bentuklahan asal vulkanik, struktural, dan denudasional. Kompleks Pegunungan Wilis memiliki ketinggian lebih dari 2500 mdpl yang terdiri dari lereng dan gawir dengan erosi kuat aktif. Daerah sebagai hasil subduksi dari lempeng Indo-Australia yang memiliki peranan dalam terbentuknya pegunungan ditemukan beberapa patahan yang potensial terdapat air terjun. Kenampakan morfologi wilayah Pegunungan Wilis dapat diperhatikan pada gambar 2.26

Gambar 2.26 Morfologi Kawasan Pegunungan Wilis Sumber : Citra ArcGIS EART 2017 dan SRTM 1 Arc Second 30M

Kondisi geologi Pegunungan Wilis terbentuk pada zaman kuarter kala pleistosen akhir yang struktur batuannya dominan batuan gunungapi. Formasi geologi termasuk pada Qas (Morfonit Sedudo) dengan bentukanlahan yang tersusuan atas lava andesit horenblenda, sedikit breksi gunungapi, dan kepingan andesit. Kemudian terdapat juga formasi Pada kawasan lereng atas-tengah Pegunungan Wilis ditemukan sesar aktif yang di tandai dengan adanya kawasan patahan yang kemudian disusul dengan adanya air terjun. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa kawasan Pegunungan Wilis termasuk pada bentuklahan asal struktural dengan bentukan patahan. Kondisi geologi Pegunungan Wilis dapat diperhatikan pada gambar 2.27

Gambar 2.27 Formasi Geologi Kawasan Pegunungan Wilis Sumber : Peta Geologi Lembar Madiun (1508-2)

Satuan bentuklahan asal struktural yang mendominasi kawasan Pegunungan Wilis merupakan satuan bentuklahan Gawir Sesar dan Gawir Garis Sesar dengan topografi bergelombang hingga perbukitan serta sayatan menengah sampai kuat. Kondisi sesar aktif yang memicu terbentuknya patahan termasuk dalam topografi bergelombang kuat hingga perbukitan dengan pola aliran berkaitan dengan kekar dan patahan. Konsentrasi patahan umumnya terdapat pada daerah Kediri (Mojo), Nganjuk (Sawahan), dan Tulungagung (Sendang). Sedangkan untuk topografi bergelombang umumnya terdapat di Kabupaten Ponorogo yang umumnya Satuan bentuklahan asal struktural yang mendominasi kawasan Pegunungan Wilis merupakan satuan bentuklahan Gawir Sesar dan Gawir Garis Sesar dengan topografi bergelombang hingga perbukitan serta sayatan menengah sampai kuat. Kondisi sesar aktif yang memicu terbentuknya patahan termasuk dalam topografi bergelombang kuat hingga perbukitan dengan pola aliran berkaitan dengan kekar dan patahan. Konsentrasi patahan umumnya terdapat pada daerah Kediri (Mojo), Nganjuk (Sawahan), dan Tulungagung (Sendang). Sedangkan untuk topografi bergelombang umumnya terdapat di Kabupaten Ponorogo yang umumnya

a. b.

c.

d.

e.

Gambar 2.28

a. Air Terjun Laweyan dan Prongos, Sendang Tulungagung

b. Air Terjun Sedudo, Sawahan Nganjuk

c. Air Terjun Ironggolo, Mojo Kediri

d. Air Terjun Dolo, Mojo Kediri

e. Topografi bergelombang dengan lereng curam Ponorogo Sumber : Citra ArcGIS EARTH 2017 dan Wikipedia.com (2017)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS KONTRIBUSI MARGIN GUNA MENENTUKAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PRODUK DALAM KONDISI KETIDAKPASTIAN PADA PT. SUMBER YALASAMUDRA DI MUNCAR BANYUWANGI

5 269 94

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

ANALISIS EKSPOR INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI SENTRA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN KABUPATEN CIREBON JAWA BARAT

11 104 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA MAHASISWA SUKU JAWA DAN SUKU MADURA

6 144 7

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

KAJIAN ASPEK HYGIENE SANITASI TERHADAP KONDISI KANTIN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di Sekolah Dasar Kota Bandar Lampung)

40 194 64