CSR Dalam Ketentuan Hukum Di Indonesia 1. Pengertian Hukum Pertambangan

xciii lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.” Dalam teks Pasal 74 RUU PT sendiri CSR tidak didefinisikan. Namun dalam dokumen kerja Tim Perumus terdapat definisi “Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.” Definisi ini telah disetujui Tim Perumus pada tanggal 3 Juli 2007. C. CSR Dalam Ketentuan Hukum Di Indonesia C.1. Pengertian Hukum Pertambangan Istilah hukum pertambangan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu mining low. Hukum pertambangan adalah : “hukum yang mengatur tentang penggalian atau pertambahan bijih-bijihan dan mineral- mineral dalam tanah” Definisi ini hanya difokuskan pada aktifitas penggalian atau pertambangan bijih-bijihan. Penggalian atau pertambangan merupakan usaha untuk menggali berbagai potensi-potensi yang terkandung dalam perut bumi. Di dalam definisi ini juga tidak terlihat bagaimana hubungan antara pemerintah dengan subjek hukum. Padahal untuk menggali bahan tambang itu diperlukan perusahaan atau badan hukum yang mengelolanya. Menurut Blacklaw Dictionary. Mining law adalah : xciv “the act of appropriating a mining claim parcel of land cotaining preciours metal in its soil or rock according to certain established rule” Blacklaw Dictionary, 1982:847. Artinya, hukum pertambangan adalah ketentuan yang khusus yang mengatur hak menabung bagian dari tanah yang mengandung logam berharga di dalam tanah atau bebatuan menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan. Definisi ini difokuskan kepada hak masyarakat semata-mata untuk melakukan penambangan pada sebidang tanah atau bebatuan yang telah ditentikan. Sementara itu, hak menambang adalah hak untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan hak untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan hak untuk melakukan kegiatan eksploitasi mining right shall be regarded as a prospecting right and exploitation right lihat Articele 11 Japanese Mining law, No.289,1950 Latest Amendement In 1962. Begitu juga dengan objek kajian hukum pertambangan. Objek kajian hukum pertambangan tidak hanya mengatur hak penambangan semata-mata, tetapi juga mengatur kewajiban penamvbangan kepada negara. Oleh karena itu, kedua definisi diatas perlu disempurnakan sehingga menurut penulis,yang diartikan dengan hukum pertambangan adalah : ”keseluruhan kidah hukum yang mengatur kewenangan negara dalam pengelolaan bahan galiantambang dan mengatur huungan hukum antara negara dengan orang dan atau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfataan bahan galian tambang”. Kaidah hukum dalam hukum pertambangan dibedakan menjadi dua macam, yakni kaidah hukum pertambangan tertulis merupakan kaidah- xcv kaidah hukum yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan , traktat dan yurisprudensi. Hukum Pertambangan tidak tertulis merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang hidup berkembang dalam masyarakat. Bentuknya tidak tertulis dan sifatnya lokal, artinya hanya berlaku dalam masyarakat setempat. Kewenangan negara merupakan kekuasaan-kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada negara untuk mengurus, mengatur dan mengawasi pengelolaan bahan galian sehingga didalam pengusahaan dan pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kewenangan negara ini dilakukan oleh pemerintah. Penguasaan bahan galian tidak hanya menjadi mnopoli pemerintah semata-mata, tetapi juga diberikan hak kepada orangdan atau badan hukum untuk mengusahakan bhan galian sehingga hubungan hukum antara negara dengan orang atau badadan hukum harus diatur sedemikian rupa agar mereka dapat mengusahakan bahan galian secara optimal. Agar orang atau badan hukum dapat mengusahakan bahan galian secara optimal, pemerintahpemerintah daerah provinsikabupatenkota memberikan izin kuasa pertambangan , kontrak karya, perjanjian karya pengusahaan batubara kepada orang atau badan hukum tersebut. Dari uraian diatas, ada tiga unsur yang tercantum dalam definisi yang terakhir ini, yakni adanya kidah hukum , adanya kewenangan negara dalam pengelolan bahan galian, dan adanya hubungan hukum antara negara da orang danatau badan hukum dalam pengusahaan bahan galian. xcvi

C. 2. Objek dan Ruang Lingkup Kegiatan Hukum Pertambangan