Peranan International Atomic Energy Agency Untuk Mengawasi Program Nuklir Iran Dalam Kaitannya Dengan Implementasi Joint Plan Of Action 2013
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Akhadi, Mukhlis. 1997. Pengantar Teknologi Nuklir. Jakarta :Rineka Cipta
Anggoro, Kusnanto. 1996. “Senjata Nuklir, Doktrin Penangkalan, dan Kerjasama Keamanan Pasca Perang Dingin” dalam buku Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan. Jakarta : Pustaka Jaya
D.W. Bowett, penerjemah : Bambang Iriana Djajaatmadja. 2007.Hukum Organisasi Internasional (cetakan ketiga). Jakarta : Sinar Grafika
Departemen Luar Negeri, Berbagai Konsep Keamanan (Suatu Kajian Komprehensif tentang Konsep-konsep Keamanan), 1987
Fischer, David. 1997.History of the International Atomic Energy Agency : the first forty years, Vienna : The Agency
I Wayan Parthiana. 2003.Pengantar Hukum Internasional. Bandung : Mandar Maju
Krane, Kenneth S. 1987. Introductory Nuclear Physics, USA : John Wiley & Sons Inc
Kusumaatmadja, Mochtar. 2003.Pengantar Hukum Internasional (edisi kedua). Bandung :PT. Alumni
Mustofa, Agus. 2006. Indonesia Butuh Nuklir. Padang Makhsyar : Padma Press Soekanto, Soerjono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum, (edisi kedua). Jakarta : UI Press
Sunggono, Bambang. 2006.Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
(2)
Suryokusumo, Sumaryo. 1990. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta : UI Press
Sutrisno Eddy dan Suci Centhini. 2002.Kisah Penemuan Sepanjang Zaman – Energi. Jakarta : Inovasi
Suwardi, Sri Setianingsih. 2004. Pengantar Hukum Organisasi Internasional,
Jakarta :UI Press
Walisiewicz,Marek alih bahasa : Dwi Satya Palupi. 2003. Essential Science : Energi Alternatif – Panduan ke masa depan teknologi energi. Jakarta :Erlangga Wirengjurit, Dian. 2002.Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir. Bandung : PT Alumni
Dokumen IAEA
Agreement Between the International Atomic Energy Agency and the Republic of Austria Regarding The Headquarters of International Atomic Energy Agency Agreement Governing the Relationship Between the United Nations and the International Atomic Energy Agency
Agreement on the Privileges and Immunities of the International Atomic Energy Agency
Convention on Early Notification of a Nuclear Accident
Implementation of the NPT Safeguards Agreement and relevant provisions of security Council resolutions in the Islamic Republic of Iran(IAEA Doc GOV/2014/10)
Implementation of the NPT Safeguards Agreement in the Islamic Republic of Iran
(GOV/2003/75)
Implementation of the NPT Safeguards Agreement in the Islamic Republic of Iran
(3)
Islamic Republic of Iran (updated on March 2009)
Joint Plan of Action (INFCIRC/855)
Monitoring and Verification in the Islamic Republic of Iran in the relation to the Joint Plan of Action (IAEA Doc. GOV/2014/2)
Status ofIran’s Nuclear Programme in relation to the Joint Plan of Action(IAEA Doc GOV/INF/2014/1)
Statute of IAEA
Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in the Atmosphere, in Outer Space and under Water
Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons
Resolusi Dewan Keamanan PBB
SC Resolution 1696 (2006)
SC Resolution 1737 (2006)
SC Resolution 1747 (2007)
SC Resolution 1803 (2008)
SC Resolution 1835 (2008)
SC Resolution 1929 (2010)
Website
http://kbbi.web.id
http://www.bbc.co.uk/ indonesia http://www.dw.de
http://www.icrp.org
http://www.isisnucleariran.org http://www.isisnucleariran.org
(4)
https://www.nss2014.com
http://www.oxforddictionaries.com http://www.pbs.org
http://www.theguardian.com http://www.un.org
http://iaea.org http://wikipedia.org
(5)
BAB III
PEMANFAATAN NUKLIR DAN PENGATURANYA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
A.Tinjauan Umum tentang Nuklir
1. Sejarah Penemuan dan Perkembangan
Inti atom disebut juga nuklir. Massa dari suatu atom terpusatkan pada bagian inti atomnya. Jadi, nuklir merupakan bagian yang sangat kecil dari atom dimana massa suatu atom terpusatkan. Setiap peristiwa yang berkaitan dengan nuklir selalu terjadi dalam inti atom.73
Pencarian sifat alami sebuah zat telah dimulai oleh spekulasi sejak zaman Filosof Yunani kuno. Secara khusus, Democritus pada sekitar abad ke-4 SM percaya bahwa setiap benda dapat dibagi-bagi menjadi mater-materi terkecil sampai batas bahwa materi tersebut tidak dapat dibagi-bagi lagi (atom). Materi ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, inilah yang merupakan unsur pokok partikel suatu zat.74
Teori tentang atom yang didasarkan pada hasil percobaan pertama kali dikemukakan oleh John Dalton. Menurut Dalton, atom merupakan partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Penemuan-penemuan baru di bidang kimia dan fisika membuka cakrawala baru pemahaman atom oleh manusia. Penemuan elektron oleh J.J. Thomson membawanya pada teori yang lain sebagaimana sebelumnya telah dikemukakan John Dalton. Percobaan lain dilakukan oleh
73
Mukhlis Akhadi, Pengantar Teknologi Nuklir, Rineka Cipta, Jakarta. 1997, hal 8
74
(6)
Ernest Rutherford yang menguji model atom J.J. Thomson. Rutherford kemudian menyusun model atom baru. Kelemahan model atom Rutherford selanjutnya disempurnakan oleh Niels Bohr dalam teori atomnya yang dikemukakan pada 1913.75
Dua tahun kemudian, pasangan suami-istri ahli kimia berkebangsaan Perancis menemukan unsur Polonium (Po) dan Radium (Ra) yang memperlihatkan gejala yang sama dengan unsur Uranium yang telah ditemukan sebelumnya, yaitu mampu memancarkan radiasi secara spontan. Penelitian yang terus dilanjutkan membawa Otto Hahn dan Fritz Strasmann pada tahun 1938 menemukan reaksi pembelahan inti atom.
Awal penguasaan teknologi nuklir oleh umat manusia dimulai ketika Wilhelm K. Roentgen, fisikawan berkebangsaan Jerman, pada tahun 1895 menemukan sejenis sinar aneh yang belum pernah diketahui sebelumnya. Oleh karena belum pernah dikenal maka diberi nama sinar-X, yang kemudian disebut sinar Roentgen Satu tahun setelahnya, fisikawan Prancis Antonie Henry Becquerel menemukan unsur Uranium (U) yang dapat memancarkan radiasi secara spontan. Bahan yang memiliki sifat demikian kemudian disebut bahan radioaktif.
76
Ketika Albert Einstein di awal tahun 1905 mengeluarkan bukunya “Special Theory of Relativity” (Teori Khusus tentang Relativitas). Einstein menerangkan bahwa benda dapat diubah menjadi tenaga, sedikit saja materi dapat diubah menjadi tenaga yang besar sekali. Pernyataan tersebut diprotes di dunia ilmu pengetahuan. Rumusnya yang sangat terkenal yaitu E=mc², dimana E = energi ; m
75
Mukhlis Akhadi, Op. cit., hal 2
76
(7)
= masa ; c² = kuadrat kecepatan cahaya. Jika suatu masa yang sangat kecil dihancurkan, maka ia akan digantikan oleh jumlah energi yang sangat besar. Inilah prisip di balik tenaga atom.77
Demi mewujudkan reaksi nuklir78 yang aman manusia berusaha mewujudkan reaktor nuklir, yaitu tempat dimana reaksi nuklir terkendali79 dapat berlangsung. Reaktor nuklir pertama di dunia dibuat oleh para fisikawan di Universsitas Chicago yang dipimpin oleh Enrico Fermi. Reaktor nuklir itu dibangun dibawah stadion olahraga universitas tersebut. Reaksi nuklir berantai yang terkendali pertama kali ditemukan pada saat dimulainya operasi reaktor tersebut pada 2 Desember 1942.80
Arah perkembangan teknologi nuklir berikutnya tidak terlepas dari keadaan situasi politik pada saat itu, hingga mengalami perkembangan ke arah senjata yaitu bom nuklir. Kenyataan inilah yang memulai anggapan bahwa istilah nuklir seringkali dikaitkan dengan senjata. Perang Dunia II menjadi pengalaman pahit sejarah umat manusia karena bom yang dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki.
77
Sutrisno Eddy dan Suci Centhini, Kisah Penemuan Sepanjang Zaman – Energi, Inovasi, Jakarta. 2002, hal 53
78
Reaksi nuklir adalah sebuah proses di mana dua nuklei (pusat dari inti atom) atau partikel nuklir bertubrukan, untuk memproduksi hasil yang berbeda dari produk awal. (dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_nuklir ; diakses pada 17 Maret 2014)
79
Reaksi nuklir terkendali adalah reaksi nuklir dimana jumlah atom yang melakukan reaksi dan jumlah pana syang dilepaskan dapat diatur atau dikendalikan disesuaikan dengan kebutuhan. Reaksi nuklir terkendali ini hanya dapat terjadi di dalam teras reaktor nuklir.
Sebaliknya ada reaksi nuklir tidak terkendali yang melakukan reaksi beserta panas yang dilepaskannya selalu meningkat. Reaksi jenis inilah yang terdapat pada saat terjadinya ledakan bom nuklir untuk jenis reaksi fisi dan untuk reaksi fusi. Reaksi yang terjadi sengaja tidak dikendalikan dimaksudkan untuk menghasilkan panas yang luar biasa dan menghasilkan daya rusak yang luar biasa pula.
80
(8)
2. Bahan Bakar
Bahan yang dapat melakukan reaksi nuklir disebut bahan bakar nuklir. Masing-masing jenis reaksi membutuhkan bahan bakar nuklir yang berbeda. Perlu bahan bakar nuklir yang disebut bahan fisi untuk mendapatkan reaksi fisi dan reaksi fusi81 membutuhkan bahan bakar nuklir yang disebut bahan fusi.82
Bahan bakar yang paling umum digunakan adalah Uranium-235 (U-235) yang ditambang di seluruh dunia dalam bentuk biji-biji campuran. Biji tersebut dimurnikan, dipadatkan dan disusun rapi menjadi butir-butir sebelum disegel ke dalam batang yang panjang, yang menjadi bahan bakar untuk dimasukkan ke dalam reaktor nuklir.83
81
Reaksi fisi atau pembelahan inti, yaitu inti atom pecah menjadi inti-inti yang lebih kecil. Inilah yang terjadi di dalam teras reaktor nuklir atau pada ledakan bom nuklir.
Reaksi fusi atau penggabungan inti, yaitu inti-inti atom bergabung menjadi satu membentuk inti ataom yang lebih besar. Reaksi jenis ini dapat terjadi pada matahari atau bintang-bintang di angkasa dan ledakan bom hidrogen.
82
Mukhlis Akhadi, Op. cit., hal 46
83
Marek Walisiewicz,Op.cit., hal 25
Proses untuk mendapatkan bahan bakar uranium dari tambang sampai dengan proses pembakarannya di reaktor nuklir hingga ke pengolahan limbah raioaktif merupakan proses yang cukup kompleks, rumit dan beberapa diantaranya memerlukan teknologi tinggi. Keseluruhan dari tahapan tersebut disebut daur bahan bakar nuklir. Pertama sekali yang dilakukan adalah ekspolarasi dan penambangan. Eksplorasi dimulai dari penentuan suatu lokasi ditempat yang diharapkan ditemukan bahan galian nukir. Metode eksplorasi yang dianut sampai sekarang adalah metode konvensional, penelitian geologi, pegukuran tingkat radiasi, dan geokimia.
(9)
Biji-biji yang ditemukan kemudian diolah karena kadar uranium dalam biji pada umumnya sangat rendah, sehingga diperlukan pengolahan untuk mengurangi sebanyak mungkin bahan lain yang tidak diperlukan. Hasil akhir yang diperoleh adalah endapan kuning yang disebut pekatan atau konsentrat atau “yellowcake”. Setelah Uranium diolah kemudian dimurnikan dengan tujuan untuk mengubah “yellowcake” menjadi bahan dengan tingkat kemurnian yang tinggi, sehingga bebas dari unsur-unsur lainnya.84
Selanjutnya ada proses yang disebut sebagai pengayaan. Pengayaan dimaksudkan untuk meningkatkan kadar U-235 dalam bahan bakar nuklir hasil pemurnian. Perlu diketahui, bahwa dalam uranium alam hasil penambangan terdapat tiga jenis uranuim yaitu U-238, U-235 dan U-234. Bahan bakar yang dapat berperan adalah U-235. Kemudian dipabrikasi untuk menyiapkan bahan bakar nuklir dalam bentuk fisik yang sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir yang akan memakai bahan bakar tersebut.85
Bahan bakar U-235 dibakar untuk mendapatkan panas yang dapat dimanfaatkan harus dilakukan, dengan cara dilakukan pembakaran dalam reaktor. Umumnya bahan bakar rata-rata berada dalam teras reaktor nuklir selama 3-4 tahun. Setelah U-235 dimanfaatkan dalam reaktor nuklir dan mencapai derajat bakar tertentu, elemen bakar nuklir menjadi sangat radioaktif. Unsur ini ini bisa sangat berbahaya karena memancarkan radiasi tinggi yang dapat merusak jaringan tubuh manusia. Oleh sebab itu bahan bakar bekas tersebut perlu disimpan
84
Mukhlis Akhadi, Op. cit., hal 52-53
85
(10)
sementara (pendinginan) agar radiasi yang dipancarkannya menjadi sangat rendah.86
Setelah dipakai atau dibakar dalam reaktor selama 3-4 tahun, komposisinya berubah membentuk bahan bakar baru yang disebut Plutonium (Pu-239)87
Proses terakhir adalah penyimpanan atau pembuangan lestari. Bahan bakar bekas yang tidak mengalami proses olah ulang maupun bahan-bahan radioaktif sisa hasil proses ulang akan diperlakukan sebagai limbah radioaktif. Pembuangan lestari suatu limbah radioaktif secara aman merupakan tujuan akhir dari pengolahan limbah radioaktif.
. Sedangkan untuk mengambil sisa bahan bakar fisi yang belum terbakar dan bahan bakar baru yang terbentuk selama proses pembakaran bahan bakar nuklir akan dilakukan proses olah ulang. Perlu diketahui bahwa proses pembakaran U-235 di dalam teras reaktor nuklir tidak dapat membakar habis U-235 tersebut.
88
86
Ibid
87
Berlambang Pu dan bernomor atom 94. Awalnya merupakan Pu-238 yang pada tahun 1934, Enrico Fermi dan sekelompok ilmuwan Universitas Roma La Sapienza melaporkan bahwa mereka telah menemukan unsur 94 tersebut. Plutonium (Pu-238) pertama kali diproduksi dan diisolasi pada tanggal 14 Desember 1940 oleh Dr. Glenn T. Seaborg, Edwin M. McMillan, J.W. Kennedy, Z.M. Tatom, dan A.C. Wahl.Sebuah laporan ilmiah yang mendokumentasikan penemuan unsur plutonium dipersiapkan oleh para ilmuwan Universitas California, Berkeley tersebut. Akan tetapi laporan tersebut ditarik kembali sebelum publikasi, setelah ditemukan bahwa isotop unsur baru tersebut (Pu-239) dapat menjalani fisi nuklir yang dapat digunakan pada bom atom. Publikasi penemuan unsur tersebut kemudian ditunda setahun setelah akhir Perang Dunia II
oleh karena kekhawatiran pada masalah keamanan dunia. (dimuat dalam
id.wikipedia.org/wiki/Plutonium ; diakses 17 Maret 2014)
88
(11)
B.Pemanfaatan Nuklir dan Resiko yang mungkin Timbul
1. Pemanfaaatan Nuklir
Ketika mendengar kata “nuklir” seringkali yang terbayang adalah bom atau sejenisnya. Jarang sekali yang mengaitkan nuklir sebagai energi yang membantu kesejahteraan pembangunan dan kelangsungan hidup. Hal ini disebabkan sepanjang sejarah nuklir pernah digunakan sebagai pemusnah, seperti pada Perang Dunia II untuk menaklukkan Jepang.89
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Pemanfaatan nuklir terdiri atas pemanfaatan untuk tujuan damai dan pemanfaatan untuk tujuan militer.
1.1 Pemanfaatan Untuk Tujuan Damai
Pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai jauh lebih besar dibandingkan sebagai teknologi pemusnah massal. Manfaat tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
90
adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari reaktor nuklir pembangkit listrik. Sampai pada 16 Januari 2013, IAEA melaporkan terdapat 439 reaktor tenaga nuklir yang dioperasikan di 31 negara. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia.91
89
Agus Mustofa, Op. cit., hal 82
90
Pembangkit Listrik Nuklir Obninsk di Uni Soviet menjadi pembangkit listrik nuklir pertama di dunia yang memproduksi listrik sebesar 5 kiloWatt yang dibangun tahun 1954, tetapi pembangkit listrik nuklir pertama di dunia yang memproduksi energi nuklir dalam skala komersial adalah Pembangkit Listrik Nuklir Calder Hall di Britania Raya. (dimuat dalam http://id.wikipedia.org /wiki/Daya_nuklir)
91
(12)
b. Bidang Kedokteran
Kedokteran nuklir merupakan suatu kegiatan yang relatif baru, yang perkembangannya semakin pesat setelah terbukti bahwa teknik ini mampu mngungkapkan patofisiologi berbagai jenis penyakit. Kedokteran nuklir memungkinkan pemeriksaan medik dilakukan secara in-vitro (dalam sel tubuh hidup), maupun secara in-vivo (dalam gelas percobaan). Bahkan untuk beberapa kasus, kedokteran nuklir mampu memberikan informasi yang lebih baik dalam mengungkapkan informasi dari pengamatan anatomik. Hampir seluruh organ dalam tubuh dapat didiagnosis dengan teknik nuklir kedokteran, seperti pemeriksaan otak, hati, limpa, jantung, ginjal, tulang, darah, pembuluh darah, paru-paru, saluran pncernaan, kelenjar gondok dan lain-lain.
Teknik nuklir kedokteran juga dapat dipakai untuk mengetahui secara dini ada tidaknya penyakit jantung kororner dan memeriksa penyebaran penyakit kanker tulang dimana hanya dengan teknik ini penyakit kanker tulang dapat dideteksi semenjak dini, sedangkan teknik lainnya hanya bisa mendeteksinya bila penyakit tersebut telah berlanjut. Selain itu ada teknik baru dalam terapi kanker otak dengan radiasi yang saat ini sedang dikembangkan bersama para ahli radio-terapi dan fisika nuklir. Metode radio-radio-terapi kanker ini dikenal dengan Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) yang memanfaatkan reaksi tangkapan nuklir antara unsur kimia dengan partikel nuklir neutron.92
92
(13)
c. Bidang Pertanian
Teknologi nuklir dapat juga dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan dengan cara memanfaatkan radiasi yang dipancarkan, beberapa contohnya antara lain dalam hal pemuliaan tanaman, yang bertujuan untuk mendapatkan jenis tanaman baru yang memiliki sifat lebih baik dari tanaman induknya dan studi pola perakaran, dimana pola perakaran merupakan bidang yang sangat penting dalam pertanian karena pertumbuhan tanaman ditentukan oleh pola perkembangan akar.
d. Bidang Peternakan
Teknik nuklir dapat dimanfaatkan untuk mempelajari parameter-parameter tertentu dalam kaitannya dengan proses fermentasi di dalam perut lemk. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan hewan dalam memanfaatkan pakan secara efisien, melaui pendekatan-pendekatan yang memperhatikan prinsip dan konsep dasar tertentu.
e. Pengawetan Bahan Makanan
Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization, International Atomic Energy Agency dan World Health Organization menyimpulkan bahwa makanan yang diradiasi hingga dosis 10 kGy93 aman untuk dikonsumsi. Irradiasi94
93
kGy (baca : kilo Grays) ; Gy (Gray) adalah satuan yang dipakai dalam hal radiasi ionisasi.
94
Irradiasi (radiasi ionisasi) merupakan metode pengurangan mikroba untuk bahan pangan tertentu, termasuk rempah-rempah, daging ayam, telur, daging merah, makanan laut, kecambah, buah-buahan, dan sayur-mayur.Irradiasi mencakup penggunaan sinar gamma, sinar beta, dan sinar X (dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_keamanan_pangan ; diakses 17 Maret 2014)
bahan makanan ini sudah dipelajari secara intensif sejak tahun 1950, setelah teknik ini diketahui mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan denga sistem pengawetan biasa. Namun teknik irradiasi ini tidak dimaksudkan untuk
(14)
menggantikan semua proses pengawetan konvensional, melainkan untuk melengkapi atau dipakai bersama-sama dengan teknologi yang telah ada.95
Radioisotop digunakan sebagai perunut berbagai masalah di bidang hidrologi yang dapat dipecahkn dengan cara langsung dan lebih cepat, antara lain : dalam pengukuran debit air sungai, menentukan arah gerak air tanah, menentukan gerakan sedimen, menentukan umur dan asal air tanah, menentukan kebocoran bendungan dan menetukan sumber pencemar lingkungan.
f. Bidang Hidrologi
96
Selain yang telah disebutkan di atas, keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan-pemanfaatan di berbagai bidang tersebut adalah tidak dihasilkannya emisi gas rumah kaca dan sedikit limbah padat (jika operasi berjalan normal), tidak mencemari udara karena tidak menghasilkan gas-gas berbahaya (seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia), biaya bahan bakar rendah serta ketersedian bahan bakar yang melimpah karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan97
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa “as countries acquired nuclear facilities, material and know-how from their peaceful power programs, they would also acquired the know-how for making nuclear weapons”. Umat manusia dihadapkan pada pilihan untuk menghentikan pacuan senjata dan memulai 1.2 Pemanfaatan Untuk Tujuan Militer
95
Mukhlis Akhadi, Op. cit., hal 175
96
Ibid
97
(15)
perlucutan senjata atau menghadapi kemusnahan. Adanya senjata nuklir menjadi ancaman dalam keberlangsungan hidup manusia.
Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta strategi militer mendorong pacuan senjata, khususnya di bidang nuklir ke tingkat yang lebih tinggi. Sistem dan teknologi baru senjata-senjata seperti sistem anti satelit, senjata-senjata laser dan sinar partikel, rudal jelajah jarak jauh berpengaruh dalam merubah pola hubungan militer di kalangan negara-negara, khususnya negara adikuasa.98
Sebagai contoh adalah masa Perang Dingin
Jika tidak ada pembatasan, maka dapat dipastikan akan mempengaruhi keamanan internasional.
99
yang ditandai dengan perlombaan senjata (nuklir) secara besar-besaran antara kedua blok NATO dan Pakta Warsawa untuk mewujudkan ambisi mereka menjadi negara adidaya (superpower). Bersamaan dengan itu kesadaran masyarakat internasional akan bahaya dan ancaman perang nuklir juga semakin meningkat. Terlihat dua kenyataan yang saling bertolak belakang, yaitu meningkatnya produksi-produksi senjata nuklir di satu pihak dan meningkatnya upaya untuk membatasi proliferasi senjata nuklir tersebut, baik oleh negara-negara nuklir maupun negara-negara non nuklir.100
98
Berbagai Konsep Keamanan (Suatu Kajian Komprehensif tentang Konsep-konsep Keamanan), Terjemahan Departemen Luar Negeri, 1987, hal 3
99
Perang Dingin juga mengakibatkan ketegangan tinggi yang pada akhirnya memicu beberapa konflik militer regional, salah satu yang terkait persenjataan adalah Krisis Rudal Kuba (Cuban Missile Crisis) dimana Uni Soviet pernah menempatkan rudal-rudal berukuran sedang di Kuba, yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir karena kemarahannya terhadap terungkapnya fakta bahwa AS mensponsori Serangan ke Teluk Babi di Kuba. Rudal-rudal tersebut mengancam AS karena kemampuan merusaknya yang dapat menghancurkan sebuah kota besar dalam waktu singkat setelah diluncurkan. (dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Krisis_Rudal_Kuba)
100
(16)
Hal mendesak lainnya adalah negara-negara nuklir beserta sebagian besar sekutunya menduduki tempat tertinggi dalam presentasi anggaran militer. Besarnya jumlah biaya yang dipakai setiap tahunnya untuk membuat dan mengembangkan senjata sangatlah kontras dengan kemelaratan dan kemiskinan yang diderita sebagian penduduk dunia. Pemborosan sumber daya yang sangat besar ini bahkan menjadi lebih serius mengingat potensi yang dialihkan untuk tujuan militer, tidak hanya menyerap sumber daya materi, akan tetapi juga sumber daya teknik dan sumber daya manusia. Akibat-akibat ekonomi dan sosial dari pacuan senjata sangat merugikan sehingga bila terus berlanjut maka akan berlawanan dengan tata ekonomi dunia baru yang berlandaskan keadilan, persamaan dan kerjasama.101
Albert Einstein sendiri, yang merupakan ahli fisika sekaligus tokoh penting dalam perkembangan teknologi nuklir, pernah menyatakan “Karena saya tidak meramalkan bahwa energi atom akan menjadi anugerah besar untuk waktu panjang, saya harus mengatakan bahwa untuk mengadakannya merupakan sebuah ancaman”.
2. Resiko Yang Dapat Timbul
102
101
Berbagai Konsep Keamanan (Suatu Kajian Komprehensif tentang Konsep-konsep Keamanan),Op. cit, hal 40
102
Marek Walisiewicz, alih bahasa : Dwi Satya Palupi, Op. cit., hal 23
Energi atom memang merupakan suatu penemuan besar dalam sejarah yang dapat membantu berbagai bidang kehidupan. Akan tetapi, sebagaimana filosofi resiko, bahwa setiap teknologi memiliki resiko. Berikut beberapa resiko yang dapat timbul :
(17)
a. Radiasi
Studi intensif tentang efek radiasi terhadap jaringan tubuh manusia terus dilakukan oleh paar ahli biologi radiasi, hingga akhirnya secara pasti diketahui bahwa radiasi dapat menimbulkan kerusakan somatik berupa kerusakan sel-sel jaringan tubuh yang memberi peluang timbulnya kanker dan kerusakan genetik berupa mutasi sel-sel reproduksi sehingga memberi peluang terjadinya cacat pada keturunan. Radiasi dapat meberikan manfaat, tetapi juga ancaman yang perlu diwaspadai. Sebagai contoh para korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang selamat hingga kini masih terus dipantau dan menjadi objek penelitian oleh para ahli. Data yang dikumpulkan sejak tahun 1985 sampai 1982 menunjukkan, bahwa sejumlah korban yang diperkirakan menerima radiasi dengan dosis 0,12-036 Sievert103 tercatat adanya tingkat kematian akibat leukimia.104
Organisasi internasional yang mengembangkan, mengurus dan menekuni Sistem Proteksi Radiasi Internasional adalah International Commission on Radiological Protection (ICRP), yang dibentuk sejak tahun 1928. Sistem proteksi radiasi dikembangkan berdasarkan pemahaman tentang ilmu dan pencahayaan radiasi serta penilaian akan kelayakan dan pengalaman yang timbul dari penerapan sistem tersebut. ICRP adalah badan independen yang dibentuk untuk memberikan manfaat dari perlindungan terhadap radiasi, terutama dengan menyediakan rekomendasi dan pedoman di semua aspek perlindungan untuk
103
Sievert (simbol: Sv) adalah satuan standar internasional untuk dosis ekuivalen. Satuan ini menggambarkan efek biologis dari radiasi. Digunakan untuk mengukur efek radiasi pada tubuh manusia. Nama satuan ini diambil dari dokter Swedia bernama Rolf Maximilian Sievert, yang menekuni pengukuran dosis radiasi dan penelitian pengaruh radiasi secara biologi. (dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Sievert)
104
(18)
menangkal radiasi ionisasi. Selain itu organisasi ini juga bekerja untuk membantu mencegah kanker dan penyakit lain serta akibat yang ditimbulkan pencahayaan radiasi ionisasi, serta untuk melindungi lingkungan.105
105
About ICRP dimuat dalam http://www.icrp.org/index.asp (diakses 17 Maret 2014) b. Resiko Kecelakaan Nuklir
IAEA menentukan skala yang disebut sebagai International Nuclear and Radiological Event Scale (INES), berfungsi untuk memungkinkan pemberitahuan informasi keselamatan jika suatu saat terjadi kecelakaan nuklir yang diperkenalkan pada tahun 1990. Skala tersebut mencakup :
Level 0 : Deviasi (Tidak ada ancaman keselamatan) Level 1 : Anomali
Peristiwa diluar aturan operasi tetapi tidak mencakup kelalaian yang berarti terkait ketentuan keselamatan.
Level 2 : Insiden serius
Peristiwa yang mencakup kelalaian terkait ketentuan keselamatan, tetapi kelalaian tersebut masih dapat ditanggulangi.
Level 3 : Insiden serius
Peristiwa yang berhubungan dengan instalasi nuklir dengan dampak yang sangat kecil dan dosis paparan radiasi berada pada level dibawah batas yang diperbolehkan.
Level 4 : Kecelakaan berdampak kecil
Kecelakaan yang berdampak pada kerusakan instalasi dimana lepasan radioaktifnya berada pada dosis yang diperbolehkan.
(19)
Level 5 : Kecelakaan berdampak besar
Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan besar pada instalasi. Contohnya adalah kecelakaan Reaktor Three Mile Island106
Contohnya adalah Kecelakaan Reaktor Chernobyl
, Amerika Serikat pada tahun 1979.
Level 6 : Kecelakaan serius
Kecelakaan dengan pelepasan sejumlah material radioaktif ke lingkungan dalam jumlah yang signifikan dan mungkin membutuhkan implementasi secara menyeluruh, tetapi tidak sampai pada level kecelakaan besar. Level 7 : Kecelakaan Besar
Kecelakaan yang melepaskan material radioaktif dengan akibat kesehatan dan lingkungan yang besar.
107
Uni Soviet (sekarang Ukraina) pada tahun 1986.108
106
Kecelakaan Three Mile Island terjadi tepatnya di Dauphin County, Pennsylvania, Amerika Serikat pada tanggal 28 Maret 1979. Terjadi karena pencairan inti sebagian di Unit 2 di PLTN tersebut. Sejumlah orang memandang musibah ini sebagai titik balik bagi industri nuklir di Amerika Serikat. Kecelakaan ini menjadi yang terpenting dalam sejarah industri pembangkit nuklir AS dan mengakibatkan pembebasan gas radioaktif yang amat berbahaya. Peristiwa yang menimbulkan krisis di PLTN itu mencakup beberapa kegagalan peralatan kecil dan kesalahan operator. Kerusakan serius itu tidak menimbulkan jatuhnya korban jiwa, sebagian besar karena rancangannya yang kuat. Pembersihan TMI-2 terjadi dalam 11 tahun dan menghabiskan biaya sebanyak US$1 milyar. Kecelakaan ini menimbulkan kritik meluas. (dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Musibah_Pulau_Three_Mile ; diakses 17 Maret 2014)
107
Kecelakaan reaktor nuklir Chernobyl adalah kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Reaktor nomor empat di PLTN Chernobyl meledak pada tanggal 26 April 1986 pukul 01:23:40 pagi. Akibatnya, partikel radioaktif dalam jumlah besar tersebar ke atmosfer di seluruh kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa. Bencana nuklir ini dianggap sebagai kecelakaan nuklir terburuk sepanjang sejarah, dan merupakan satu dari dua kecelakaan yang digolongkan dalam level 7 (kecelakaan yang lainnya adalah Bencana Fukushima Daiichi). Jumlah pekerja yang dilibatkan untuk menanggulangi bencana ini sekitar 500.000 orang, dan menghabiskan dana sebesar 18 miliar rubel dan mempengaruhi ekonomi Uni Soviet pada saat itu. Ribuan penduduk terpaksa diungsikan dari kota ini. (dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_Chernobyl; diakses pada 17 Maret 2014)
(20)
C.Perkembangan Program Nuklir Negara-negara di Dunia
Perkembangan program nuklir negara-negara yang akan diuraikan di bawah ini dibagi ke dalam tiga kategori yaitu negara nuklir, negara non-nuklir, dan negara ambang nuklir. Khusus untuk negara-negara nuklir diuraikan program pemanfaatan nuklir baik untuk tujuan militer maupun untuk tujuan damai. Perkembangan-perkembangan tersebut berbeda di setiap negara, misalnya pemanfaatan dalam hal PLTN yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan akan pasokan untuk memenuhi konsumsi energi nasional.
A. Negara-negara Nuklir (Nuclear Weapon States) 1. Amerika Serikat
Amerika Serikat menjadi negara pertama yang mengembangkan senjata nuklir, sekaligus menjadi satu-satunya negara yang menggunakannya dalam peperangan, yaitu pemboman atas Nagasaki dan Hiroshima pada Perang Dunia II. Pengembangan nuklir pertama kali dilakukan pada Perang Dunia II dibawah pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt pada tahun 1939, yang dimotivasi oleh ketakutan bahwa Nazi telah mengembangkan senjata serupa. Kemudian pada tahun 1942, proyek tersebut diserahkan dengan bantuan militer AS dan kemudian dikenal dengan Manhattan Project (Proyek Manhattan).109
108
INESdimuat dalamhttp://www.iaea.org/ns/tutorials/regcontrol/intro/glossaryi.htm#I (diakses 17 Maret 2014)
109
Salah satu bagian dari proyek ini dalah pembuatan reaktor buatan manusia pertama, yang kemudian dikenal sebagai Chicago Pile-1, tanggal 2 Desember 1942. Proyek ini membuat uranium yang diperkaya dan membangun reaktor besar untuk membuat plutonium yang akan digunakan sebagai senjata nuklir pertama di dunia, yang kemudian dipakai untuk mengebom kota Hiroshima dan Nagasaki. (dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Daya_nuklir ; diakses pada 17 Maret 2014)
(21)
Lebih dari 30 tempat berbeda dijadikan tempat riset, produksi, dan uji komponen yang berkaitan dengan pembuatan bom. Termasuk Laboratorium Los Alamos National di Los Alamos, New Mexico dibawah pimpinan fisikawan Robert Oppenheimer, fasilitas Hanford Plutonium di Washington, dan fasilitas pengayaan uranium di Oak Ridge, Tennessee. Melalui cara menanamkan Plutonium di dalam reaktor nuklir, magnet listrik dan difusi gas, Amerika Serikat telah mampu mengembangkan tiga senjata nuklir di pertengahan tahun 1945.
Uji coba nuklir pertama yang pernah dilakukan diberi kode “Trinity” yang dilaksanakan pada 16 Juli 1945 sebagai hasil dari Proyek Manhattan. Kemudian dibawah perintah Presiden Harry S. Truman pada 6 Agustus 1945, bom dengan desain senjata uranium dengan kode “Little Boy” dijatuhkan di kota Hirsoshima, Jepang. Selanjutnya pada tanggal 9 Agustus, bom dengan desain ledakan plutonium dengan kode “Fat Man” dijatuhkan di kota Nagasaki. Kedua senjata tersebut membunuh sekitar 120.000 – 140.000 jiwa termasuk warga sipil dan personil militer serta lebih dari ribuan jiwa selama bertahun-tahun karena penyakit yang disebabkan radiasi dan beberapa penyakit kanker.
Sepanjang Perang Dingin, antara tahun 1945-1990, lebih dari 70.000 peledak senjata nuklir dikembangkan, dalam lebih dari 65 jenis berbeda, berkisar dari 0,1 kiloton sampai 25 megaton. Selama tahun 1940-1946, Amerika Serikat telah menghabiskan sedikitnya 8.75 triliun US$ untuk pengembangan senjata nuklir. Setelah Perang Dingin yang diikuti pembubaran Uni Soviet, program nuklir Amerika Serikat dibatasi secara besar-besaran, antara lain menghentikan uji coba nuklir, mengehentikan produksi senjata nuklir baru, dan mengurangi
(22)
penimbunan sampai dengan setengahnya pada pertengahan tahun 1990-an dalam masa pemerintahan Presiden Bill Clinton.
Sampai pada September 2009, Amerika Serikat memiliki 5.113 peledak nuklir. Terdiri dari cadangan aktif maupun yang disimpan dalam keadaan tidak aktif. Perbandingannya yaitu 31.225 peledak nuklir pada tahun 1967 dan berjumlah 22.217 pada 1989, dan belum termasuk “beberapa ribu” peledak nuklir yang telah diasingkan dan dijadwalkan untuk dibongkar.
Tahun 2009 dan 2010 dibawah masa pemerintahan Presiden Barack Obama diumumkan tentang tidak berlakunya kebijakan pada era-pemerintahan Presiden Bush untuk menggunakan senjata nuklir dan mosi untuk pengembagan senjata nuklir yang baru. Demi tujuan tersebut, Preside Barack Obama bertemu dengan Presiden Rusia pada saat itu, Dmitry Medvedev, untuk menandatangani perjanjian
Strategic Arms Reduction Treaty (START)110 yang baru pada 8 April 2010, untuk mengurangi jumlah senjata nuklir yang aktif dari yang berjumlah 2.200 sampai 1.550. Kemudian pada minggu yang sama, Presiden Obama merevisi kebijakan Amerika Serikat dalam Nuclear Posture Review111, menyatakan untuk pertama kalinya bahwa Amerika Serikat tidak akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan negara non-nuklir.112
110
START adalah perjanjian bilateral yang diadakan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet tentang Pengurangan dan Pembatasan Persenjataan. Perjanjian tersebut ditandatangani pada 31 Juli 1991 dan berlaku efektif pada 5 Desember 1994. START merupakan perjanjian perundingan pembatasan persenjataan yang paling besar dan rumit sepanjang sejarah. START I berakhir pada 5 Desember 2009 dan digantikan dengan START yang baru. (dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/START_I ; diakses pada 19 Maret 2014)
111
Nuclear Posture Review adalah sebuah proses untuk menentukan peran senjata nuklir dalam strategi militer Amerika Serikat (dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_Posture_Review ; diakses 9 maret 2014)
112
Nuclear weapons and the United States dimuat dalam
(23)
Berbicara mengenai nuklir untuk tujuan damai, semua pembangkit listrik temasuk reaktor mulai dibangun pada tahun 1974. Kecelakaan reaktor Three Mile Island pada tahun 1979 yang membuat perubahan ekonomi mengakibatkan banyak rencana proyek ditunda. Sampai pada tahun 2013, AS memiliki lebih dari 100 reaktor komersial yang memproduksi 790 TWh listrik atau 19,2% total listrik Amerika Serikat. Amerika Serikat menjadi penyuplai terbesar pembangkit listrik komersial.113
Jumlah persis peledak nuklir yang dimiliki Rusia tetap hanya seputar perkiraan saja. Federasi Ilmuwan Amerika memperkirakan Rusia memiliki 4.650 peledak nuklir, sementara AS hanya memiliki 2.468 peledak. Selanjutnya pertengahan 2007 Rusia diperkirakan memiliki sekitar 3.281 peledak nuklir strategis di dalam gudang persenjataanya. Rusia juga memiliki jumlah senjata nuklir taktis yang lebih besar. Tidak adanya perjanjian yang mewajibkan untuk mempublikasikan data tentang persenjataan demikian mengakibatkan tidak diketahui jumlah pasti persenjataannya.Kekuatan senjata nuklir Rusia termasuk :
2. Rusia
Pasca bubarnya Uni Soviet pada 1991, senjata nuklir Uni Soviet disebarkan kepada empat negara baru yaitu : Rusia, Ukraina, Belarusia dan Kazakhstan. Empat negara ini kemudian menandatangani Protokol Lisbon, yang menyepakati untuk bergabung dalam NPT, dengan Rusia sebagai negara pengganti Uni Soviet sebagai negara nuklir, sedangkan ketiga negara selebihnya bergabung sebagai negara non-nuklir.
113
Nuclear power in the United States dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_power_in_the_United_States (diakses 9 Maret 2014)
(24)
a. Pangkalan Darat Roket : 489 rudal mengangkut 1.788 peledak b. Pangkalan di dasar Laut : 12 kapal selam mengangkut 609 peledak c. Udara : 79 bom dengan 884 rudal siap luncur.114
PLTN di Rusia memasok 17,78% listrik Rusia. Rusia berencana menambah jumlah reaktor nuklir dari 31 menjadi 59. Negara ini mengalokasikan 80.6 miliar Rubles (setara US$ 2,4 miliar) pada tahun 2013 untuk pertumbuhan industri nuklir.115
Britania Raya menjadi negara ketiga yang melakukan uji coba pengembangan dan uji coba senjata nuklir, setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Uji coba senjata nuklir pertama dilakukan pada 3 Oktober 1952 dengan kode “Hurricane” di Pulau Montebello, Australia.
3. Britania Raya
116
Negara ini memiliki 16 reaktor nuklir. Reaktor nuklir komersial pertama kali dibangun tahun 1956. Pembangkit listrik tenaga nuklir menyumbang sekitar 26% listrik pada tahun 1997.
Sedangkan uji coba bom hidrogen pertama dilakukan pada tahun 1957 dengan kode “Operation Grapple”.
117
Perancis menjadi negara keempat yng melakukan uji coba senjata nuklir pada tahun 1960. Terdapat lebih dari 210 uji coba nuklir yang dilakukan Perancis
4. Perancis
114
Russia and Weapons of mass destruction dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Russia_and_weapons_of_mass_ destruction#Soviet_era(diakses 9 maret 2014)
115
Nuclear power in Russia dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_power_in_Russia (diakses 9 Maret 2014)
116
United Kingdom and Weapons of mass destruction dimuat dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/United_Kingdom_and_weapons_of_mass_destruction (diakses 9
maret 2014)
117
Nuclear power in the United Kingdom dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_power_in_the_United_Kingdom (diakses 9 Maret 2014)
(25)
pada selang waktu tahun 1960 – 1995. Sebanyak 17 uji coba diantaranya dilakukan di Sahara, dan 193 uji coba selebihnya dilakukan di Polinesia Perancis. Presiden Jacques Chirac pada 2006, menyatakan bahwa Perancis akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan negara yang melawan Perancis melalui terorisme. Selanjutnya pada 21 Maret 2008, Presiden Nicolas Sarkozy mengumumkan bahwa Perancis akan mengurangi cadangan pesawat terbang pemngangkut senjata nuklir. Kini tidak sampai 300 peledak yang dimiliki di gudang persenjataan nuklir.118
PLTN menjadi sumber energi utama di Perancis. Konsumsi terbesar terjadi pada tahun 2004, dan embangkit nuklir menyumbang 39% dayanya. Industri nuklir menempatkan Perancis menjadi negara dengan “cerita sukses” yang menyediakan energi termurah dengan emisi terendah.119
Cina melakukan uji coba nuklir pertamanya pada tahun 1964. Sedangkan uji coba terakhir dilakukan pada 29 Juli 1996. Jumlah pasti peledak nuklir yang ada dalam gudang persenjataan tetap menjadi rahasia negara ini karena sejauh ini hanya ada beberapa versi perkiraan tentang ukuran gudang persenjataannya.
5. Republik Rakyat Cina
120
118
France and Weapons of mass destruction dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/France_and_weapons_of_mass_destruction (diakses 9 Maret 2014)
119
Nuclear power in France dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_power_in_France (diakses 9 Maret 2014)
120
China and weapons of mass destruction dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/China_and_weapons_of_mass_destruction (diakses 9 Maret 2014)
Negara ini memiliki 17 reaktor, yang pembangunan pertamanya dilakukan pada 8 Februari 1970.
(26)
B. Negara-negara Non-Nuklir (Non-Nuclear Weapon States) 1. Indonesia
Perkembangan tenaga nuklir di Indonesia diawali dengan diterbitkannya Keputusan Presiden tentang Pembentukan Panitia untuk Penyelidikan Radioaktivitet pada tahun 1954. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh percobaan bom hidrogen yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Costa Bravo, di Samudera Pasifik, yang ternyata kekuatan ledaknya dua kali lipat dari yang diperkirakan sebelumnya sehingga banyak debu radioaktif terangkat ke atmosfer dan menyebar di Samudera Pasifik. Penduduk di kepulauan terdekat terpaksa diungsikan dan sebuah kapal nelayan mengalami hujan debu radioaktif yang menyebabkan cedera terhadap para nelayan. Panitia dipimpin oleh Prof. G.A.Siwaessy dan bertugas menyelidiki apakah terdapat jatuhan debu radioaktif yang sampai di perairan Indonesia dan hasil penyelidikan panitia adalah negatif. 121
Selanjutnya panitia menyusun laporan yang pada intinya mengusulkan kepada Pemerintah supaya Pemerintah membentuk sebuah lembaga yang bertugas menangani tenaga atom yang kemudian dikenal sebagai Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). BATAN membangun reaktor nuklir pertama (reaktor riset) di Bandung yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 16 Oktober 1954. Gagasan pembentukan PLTN pernah dicetuskan oleh Prof. Ong Ping Hok pada tahun 1959. Selanjutnya pada tahun 1970-an dibentuk Sub-Komisi Pemilihan Lokasi yang selama beberapa tahun bertugas meneliti, mengkaji, dan memilih beberapa calon lokasi PLTN di pantai pulau Jawa dan calon lokasi yang dipilih
121
Budi Sudarsono, Pusat Listrik Tenaga Nuklir, Pusat Pengembangan Informatika Nuklir BATAN, Tangerang. 2011, hal 111
(27)
terletak di Semenanjung Muria. Tenaga ahli dari IAEA juga datang ke Indonesia unttuk mengkonfirmasi pilihan lokasi yang ditetapkan.
Studi kelayakan PLTN pun terus dilakukan, mencakup kelayakan ekonomi, pembiayaan dan studi penyelidikan lapangan namun pada akhirnya PLTN tidak jadi dibangun. Kesempatan untuk mengkaji kembali prospek pembangunan PLTN di Indonesia ketika kunjungan Direktur Jenderal IAEA El Baradei pada tahun 2000. Tawaran bantuan disambut baik dan dbentuk Pnitia Sumber Daya Energi, yang menghasilkan laporan berjudul “Comprehensive Assessment of Different Energy Sources or Poower Generation in Indonesia” (CADES) yang menyimpulkan PLTN di Indonesia akan dimulai pada tahun 2020.122
Energi nuklir merupakan prioritas nasional di Jepang, tapi belakangan ini sudah muncul kecemasan terhadap kemampuan pembangkit-pembangkit nuklir di Jepang dalam menghadapi aktivitas seismik.
2. Jepang
Jepang mengalokasikan dana 230 juta yen untuk energi nuklir, yang menandai awal program nuklir di negara ini pada tahun 1954. Hukum Dasar Energi Atom membatasi aktivitas hanya untuk tujuan damai. Pembangkit nuklir pertama di Jepang, bernama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Tōkai, dibangun oleh perusahaan Britania Raya General Electric Company.
123
122
Ibid
Adanya tsunami dan gempa bumi
123
Aktivitas seismik merupakan rambatan energi yang disebabkan karena adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya ledakan. Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh seismometer.Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik dari gangguan alami (seperti: pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktivitas gunung api (vulkanik) dsb adalah apa yang dikenal sebagai
(28)
tahun 2011 serta kegagalan sistem pendingin di PLTN Fukushima I pada bulan Maret 2011, maka pemerintah Jepang mengumumkan keadaan bahaya nuklir. Pernyataan bahya nuklir ini merupakan pernyataan bahaya nuklir pertama kalinya di Jepang. Ada 140.000 orang penduduk yang tinggal di sekitar 20 kilometer dari pembangkit listrik terpaksa mengungsi. Jumlah material radioaktif yang terlepas sampai saat ini belum diketahui, karena krisisnya masih berlangsung sampai sekarang.124
C. Negara Ambang Nuklir (Treshold Countries) 1. Israel
Israel dipercaya memiliki senjata nuklir dan menjadi negara keenam yang mengembangkannya. Israel menjadi satu dari empat negara bersenjata nuklir tetapi bukan negara yang diakui sebagai negara nuklir dalam Non-Proliferation Treaty disamping India, Pakistan dan Korea Utara. Israel tidak pernah secara resmi mengakui tentang kepemilikan senjata nuklir, justru berulangkali selama bertahun-tahun menyatakan tidak akan menjadi negara pertama yang “memperkenalkan” senjata nuklir di Timur Tengah, memberi kesan ambigu apakah berarti negara ini tidak akan menciptakan, tidak akan menyingkapkan, tidak akan menggunakan senjata atau barangkali terdapat beberapa tafsiran lain dari ungkapan tersebut.
fenomena gempa bumi. (dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Gelombang_seismik ‘ diakses 18 Maret 2014)
124
Tenaga Nuklir di Jepang dimuat dalamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_nuklir_di_Jepang (diakses 17 Maret 2014)
(29)
Negara Israel tidak pernah mempublikasikan perincian dari kemampuan nuklir ataupun persenjataannya. Israel diduga terlibat dalam kemungkinan uji coba bom nuklir yang dikenal sebagai Vela Incident125di bagian selatan Samudera Hindia. Sebuah komite rahasia dibentuk dibawah pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter. Komite tersebut dipimpin oleh Prof. Jack Runia dari
Massachusetts Institute of Technology. Sebagian besar dari komite menganggap bahwa kapal Angkatan Laut berlayar dari pelabuhan Simonstown, dekat Cape Town, Afrika Selatan, ke lokasi rahasia di Samudera Hindia dimana mereka melakukan uji coba nuklir. Kemudian terungkap bahwa Afrika Selatan hanya memiliki enam pesawat terbang pengangkut bom atom yang sangat sederhana dengan pembangunan yang ketujuh, tetapi tidak terdapat peralatan canggih.126
Pakistan selama beberapa dekade secara diam-diam mengembangkan senjata nuklirnya dimulai pada akhir 1970-an. Pakistan pertama kali berkembang menjadi negara nuklir setelah pembangunan reaktor nuklir pertamanya di dekat Karachi dengan peralatan dan bahan yang disediakan oleh negara-negara barat. Setelah uji coba senjata nuklir India, Pakistan secara bertahap memulai program pengembangan senjata nuklirnya dan secara rahasia membangun fasilitas nuklirnya kebanyakan berada di bawah tanah dekat ibu kota Islamabad. Beberapa sumber mengatakan Pakistan telah memiliki kemampuan senjata nuklir pada akhir
2. Pakistan
125
Vela Incident sering disebut sebagai South Atlantic Flashadalah “kilauan” cahaya yang dideteksi oleh Satelit Vela Hotel Amerika pada 22 September 1979, yang dipercayai kilauan tersebut berasal dari uji coba nuklir. (dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Vela_Incident ; diakses 17 Maret 2014) )
126
Nuclear weapons and Israel dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_weapons_and_Israel (diakses 17 Maret 2014)
(30)
1980-an. Hal tersebut masih bersifat spekulatif sampai pada 1998 ketika Pakistan melakukan uji coba pertamanya di Chagai Hills, beberapa hari setelah India melakukan uji cobanya.127
India tidak pernah menandatangani NPT. India menguji coba apa yang disebutnya sebagai “alat nuklir yang damai” atau dikenal sebagai “Smiling Buddha” tahun 1974. Pengembangan secara diam-diam ini memunculkan perhatian dan kemarahan yang besar dari banyak negara, termasuk Kanada yang menyuplai reaktor nuklir kepada India untuk tujuan damai. India diperkirakan memiliki 90-110 peledak pada awal tahun 2013.
3. India
128
Pembangunan reaktor dimulai dari pembangunan reaktor nuklir model Uni Soviet untuk tujuan penelitian di Yongbyeon, Korut pada tahun 1965 dan pembangunan keduapada tahun 1970. Krisis nuklir pernah terjadi tahun 1994 karena penolakan memberikan izin penyelidikan kepada IAEA terhadap fasilitas nuklir di Yongbyeon. Korut meluncurkan rudal dengan jangkauan jelajah 1.700-2.200 km sebagai uji coba tahun 1998.
4. Korea Utara
Beberapa literatur tidak menyebut Korea Utara sebagai salah satu dari
treshold countries, seperti Israel, India dan Pakistan. Hal tersebut bisa jadi karena negara ini pernah menjadi pihak dalam NPT pada tahun 1985. Namun mengundurkan diri pada tahun 2003.
127
Daftar negara dengan senjata nuklir dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/ Daftar_negara_dengan_senjata_nuklir (diakses 18 Maret 2014)
128
Other states declaring possession of nuclear weapons dimuat dalam
(31)
IAEA menuduh Korut memiliki 1-2 senjata nuklir. Korut mengakui kepada utusan khusus AS pada waktu itu bahwa terdapat program untuk mengembangkan senjata nuklir dan pengayaan uranium, yang membuat Amerika Serikat menghentikan pemasokan minyak solar. Sampai pada tahun 2007 AS dan Korea Utara mengadakan pertemuan di Jenewa untuk membahas normalisasi hubungan antara kedua negara. Uji coba ke-3 dilakukan pada Februari 2013 yang membawa Dewan Keamanan PBB menetapkan rancangan resolusi nomor 2094 untuk memberlakukan sanksi secara lebih keras.129
D.Pengaturan Hukum Internasional Tentang Nuklir Dalam Tingkat Multilateral dan Regional
Berbagai pengaturan hukum internasioal dalam bentuk perjanjian internasional berhasil disepakati untuk penggunaan energi nuklir. Khusus dalam tingkat IAEA sendiri, terdapat banyak sekali persetujuan internasional baik dalam hal keamanan dan keselamatan, sains dan teknologi, sistem safeguard dan verifikasi. Selain itu ada juga persetujuan lainnya yang masih yang terkait nuklir seperti pelarangan penyebaran senjata nuklir (Non-Proliferation Treaty). Uraian di bawah ini hanya akan menjelaskan beberapa persetujuan yang penting dan paling sering dikaitkan dengan energi nuklir antara lain :
1. Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in the Atmosphere, in Outer Space and under Water (Traktat Pelarangan Uji Coba Nuklir di Atmosfer, di Angkasa Luar, dan di Bawah Laut)
129
(32)
Traktat ini berusaha untuk mengadakan penghentian atas uji coba senjata nuklir untuk selamanya dan keinginan untuk mengakhiri kontaminasi radioaktif pada lingkunga hidup. Ketentuan utamanya adalah bahwa setiap pihak dalam perjanjian harus berusaha untuk mencegah, dan tidak melaksanakan uji coba ledak nuklir atau peledak nuklir lainnya di setiap tempat dalam jurisdiksi atau pengawasan di atmosfer, termasuk luar angkasa atau di bawah laut, di laut bebas maupun di wilayah perairan teritorial. Selain itu, di setiap kawasan dimana ledakan yang ditimbulkan akan menimbulkan puing radioaktif yang timbul dari ledakan. 130
Setiap negara yang memiliki senjata nuklir yang menjadi peserta traktat tidak boleh mentransfer kepada suatu negara penerima manapun senjata-senjata nuklir atau perangkat-perangkat peledak nuklir. Termasuk melakukan kontrol terhadap senjata-senjata atau perangkat peledak nuklir itu secara langsung atau tidak langsung. Serta tidak boleh membantu, mendukung, atau membujuk suatu 2. Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons atau NPT(Traktat Non-Proliferasi Nuklir)
Traktat ini dilatarbelakangi pertimbangan bahwa penyebaran senjata nuklir dapat memperbesar kemungkinan timbulnya perang nuklir. Perang nuklir yang dapat membinasakan seluruh umat manusia, untuk itu diperlukan usaha untuk mencegah bahaya dari perang nuklir serta mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi keamanan banyak orang. Oleh karena itu terdapat kerjasama dengan IAEA untuk penerapan safeguard atas aktivitas nuklir yang damai.
130
Pasal I Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in the Atmosphere, in Outer Space and under Water
(33)
negara non-senjata nuklir untuk membuat atau memperoleh atau menguasai senjata-senjata atau perangkat nuklir demikian.131
Sebaliknya, setiap negara non-senjata nuklir yang menjadi peserta pada traktat tidak boleh menerima pengalihan dari suatu pihak pemasok senjata-senjata atau perangkat-perangkat peledak nuklir dalam bentuk apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya tidak boleh membuat atau mempelajari pembuatan senjata nuklir atau perangkat peledak nuklir demikian. Termasuk mencari atau menerima bantuan dalam bentuk pabrik pembuatan senjata nuklir.132
Negara-negara non-senjata nuklir yang menjadi peserta untuk menerima sistem safeguard, melalui perjanjian yang dirundingkan dengan IAEA. Hal tersebut sesuai tujuan verifikasi dalam hal pemenuhan kewajiban negara tersebut untuk mencegah pengalihan dari penggunaan damai energi nuklir menjadi senjata nuklir atau peledak lain.133
Traktat ini dilatarbelakangi perhatian atas aktivits nuklir yang dilaksanakan sejumlah negara, membawa suatu keinginan untuk membentuk adanya suatu kerjasama internasional yang kuat. Oleh karena itu dirasa perlu untuk mengambil langkah untuk memastikan kemanan tingkat tinggi dalam aktivitas nuklir,
Hak para peserta, dengan tunduk kepada Pasal I dan Pasal II NPT, untuk memanfaatkan energi nuklir bagi tujuan-tujuan damai adalah dilindungi.
3. Convention on Early Notification of a Nuclear Accident (Pemberitahuan Dini atas Kecelakaan Nuklir)
131
Pasal I NPT
132
Pasal II NPT
133
(34)
termasuk juga mencegah kecelakaan nuklir dan meminimalisasi konsekuensi akibat kecelakaan tersebut. Kemudian setiap negara perlu untuk menyediakan informasi relevan sedini mungkin terkait kecelakaan nuklir sehingga efek radiasi bisa diperkecil.
Suatu negara, memikul kewajiban untuk memberitahukan, baik kepada negara-negara yang mungkin terkena pengaruh yang merugikan, di satu pihak, dan kepada IAEA di Wina.134 Pemberitahuan tersebut menyangkut terjadinya suatu kecelakaan nuklir terutama lokasi dan waktu kejadian, fasilitas-fasilitas dan aktivitas-aktivitas, karakteristik umum tentang pelepasan radiasi, hasil pemantauan lingkungan, serta langkah yang telah diambil. Informasi demikian harus diberikan dalam keadaan darurat.135
134
Pasal 2Convention on Early Notification of a Nuclear Accident
135
Pasal 5 Convention on Early Notification of a Nuclear Accident
Upaya mencegah proliferasi nuklir secara global juga dikuti oleh upaya serupa dalam kerangka regional di berbagai kawasan di dunia. Hal ini juga diakui dalam pasal VII NPT yang menegaskan hak negara-negara untuk membuat traktat regional demi adanya jaminan “total absence” senjata nuklir di masing-masing kawasan. Upaya ini dilakukan dengan membentuk kawasan-kawasan bebas senjata nuklir dan juga kawasan damai yang telah berhasil membuahkan berbagai perjanjian multilateral diantaranya Traktat Antartika (Antartica Treaty) tahun 1959, Traktat Angkasa Luar (Outer Space Treaty) tahun 1967, dan Traktat Dasar Laut (Sea Bed Treaty) tahun 1972 yang ditujukan untuk kawasan tak berpenghuni (uninhabited atau unpopulated/non-populated region).
(35)
Sedangkan untuk kawasan berpenghuni (inhabited atau populated region) ada beberapa perjanjian regional seperti Traktat Tlatelolco (Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons in Latin America and the Carribbean) tahun 1967 yang berlaku di Amerika Latin dan Karibia, Traktat Rarotonga (South Pacific Nuclear Free Zone Treaty) tahun 1985 yang berlaku di Pasifik Selatan, Traktat Bangkok (Treaty on the Southeast Asia Nuclear-Weapon-Free Zone) tahun 1995 yang berlaku di Asia Tenggara, Traktat Pelindaba (Treaty on African Nuclear-Weapon-Free-Zone) tahun yang berlaku di Afrika. Kawasan semacam ini dapat membantu mekanisme pengawasan dan perlucutan senjata. Efektivitasnya bergantung pada pengaturan dan pengertian secara umum diantara negara-negara.136
Perkembangan terakhir dalam hukum internasional terkait nuklir adalah
Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorismyang merupakan perjanjian multilateral yang diadakan tahun 2005. Nuclear Security Summit atau KTT Keamanan Nuklir terkait terorisme nuklir telah dilaksanakan tiga kali sejak tahun 2010, kedua diadakan pada tahun 2012 dan yang terbaru diadakan pada 24 – 25 Maret 2014 di Den Haag, Belanda. Ini bermula dari pidato Presiden Amerika Serikat, Barack Obama di Praha yang menyebut terorisme nuklir sebagai salah satu ancaman terhadap keamanan internasional. Fokus pertemuan ini adalah mencegah terorisme nuklir terjadi di seluruh dunia dengan upaya memperkecil jatuhnya material nuklir atau radioaktif ke tangan teroris dengan berbagai cara.137
136
Dian Wirengjurit, Op. cit., hal 393
137
(36)
BAB IV
PERAN INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY UNTUK MENGAWASI PROGRAM NUKLIR IRAN DALAM KAITANNYA
DENGAN JOINT PLAN OF ACTION 2013 A. Urgensi Program Nuklir Iran
Iran terletak di Timur Tengah dengan luas wilayah 1.648.195 km2 dan memiliki cadangan minyak yang besar. Iklim dan temperatur di Iran berubah-ubah secara tiba-tiba dari utara ke selatan negara, yang secara keseluruhan memiliki empat musim berbeda. Gambaran situasi energi di Iran terdiri dari : lebih dari 98,12% energi utama diperoleh dari minyak dan gas, serta sisa 1,87% berasal dari hidro, batu bara dan energi non komersial.138
Meskipun ekspansi sektor gas bertumbuh cepat dalam beberapa tahun belakangan ini, minyak masih tetap memainkan peranan peting dalam sistem energi demikian juga dalam sistem perekonomian negara. Sedangkan untuk Iran merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia dimana terdapat tiga daerah geografis penghasil gas di dalam wilayah negara ini. Lebih dari 83% sektor elektrik berkapasitas 40.897 megawatts (MW) berasal dari minyak dan turbin gas. Menurut data statistik terbaru yang dilakukan oleh Kementerian Energi menyebutkan ekspolitasi cadangan minyak sekitar 138,22 milyar barrel.
138
Naskah dari Islamic Republic of Iran (updated on March 2009), dapat dilihat dalam http://wwwpub.iaea.org/mtcd/publications/pdf/cnpp2009/countryprofiles/Iran/Iran2008.htm (diakses 3 Maret 2014)
(37)
cadangan gas diperkirakan sekitar 28,13 triliun kubik meter pada tahun 2006. Cadangan demikian secara teoritis dapat dieksploitasi selama 166 tahun pada level produksi.
Cadangan lain seperti batubara di Iran diperkirakan sebesar 11 milyar ton. Akan tetapi melihat pada teknologi yang ada, hanya 8.5% dari sumber ini yang dapat dieksploitasi dan dalam harga yang lebih tinggi daripada level harga internasional. Inilah mengapa batubara hanya memainkan peranan kecil dalam persediaan energi Iran dan tidak dianggap sebagai pilihan yang dapat digiatkan secara terus-menerus dalam ramalan energi masa depan. Sedangkan potensi hidro diproyeksikan hanya 35.427 MW, dimana sampai saat ini hanya sekitar 6.572 MW yang telah dieksploitasi dan sisanya masih dalam proses dan masih dalam tahap dipelajari.139
Sumber uranium di Iran masih belum dipelajari secara lengkap dan ringkas tetapi dipertimbangkan bukan sumber yang kaya. Hasil aktivitas eksplorasi yang dilakukan Atomic Energy Organization of Iransingkat AEOI (Organisasi Energi Atom Iran) menunjukkan adanya cadangan 3.000 ton uranium sejauh ini. Selanjutnya menurut index yang diketahui dan hasil penemuan lapangan, sumber yang diperkirakan mencapai 20.000-30.000 ton U308140
Menurut survey yang diadakan di semua sektor, nuklir menjadi pilihan yang paling kompetitif untuk menjadi alternatif pengganti bahan bakar fosil jika harga di seluruh pelosok negara. Oleh karena itu cadangan dalam negeri tersebut dianggap cukup untuk menyuplai material mentah yang dibutuhkan PLTN di masa depan.
139
Ibid
140
U308 (baca : Tiuranium Octoxide) adalah sejenis senyawa uranium. (Dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Triuranium_octoxidediakses 27 Maret 2014)
(38)
bahan bakar fosil dalam negeri rendah secara berangsur-angsur dinaikkan atas biaya kesempatan yang hilang pada level harga internasional. Beberapa potensi lain seperti energi angin dan geotermal dalam beberapa wilayah di negara, dapat dipertimbangkan untuk menangani kebutuhan energi lokal. Selain itu terdapat juga potensi energi terbarukan seperti cahaya matahari dengan jumlah 1.800 kWh per m2.
Program nuklir Iran dimulai dengan pembangkit nuklir di Bushehr (Bushehr Nuclear Power Plant atau BNPP) di Teluk Persia pada pertengahan tahun 1970an. Iran melanjutkan lagi program nuklirnya itu pada tahun 1991 dengan menandatangani perjanjian bilateral dengan Cina untuk menyediakan dua unit PLTN PWR 300 MW (e) yang mirip dengan desain PLTN Qinshan di Cina. Kemudian pada tahun 1992, Iran menandatangani persetujuan bilateral dengan Rusia dalam hal penggunaan damai energi atom. Sebagai tindak lanjutnya, AEOI dan Ministry of Atomic Energy of the Russian Federation singkat MINATOM (Kementerian Energi Atom Rusia) mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan BNPP Unit 1 dengan tipe reaktor WWER-1000.141
Keputusan untuk memulai kembali proyek Bushehr dengan desain baru menempatkan tanggung jawab yang besar kepada AEOI. AEOI menjadi organisasi utama dalam aktivitas riset dan pengembangan di bidangn teknologi nuklir. Tanggung jawab atas program nasional terkait pembangkit nuklir dan
141
(39)
penerapannya khususnya pada Departemen Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Penyelesaian PLTN Bushehr kemudian memasok 1000 MW listrik nasional.142
Iran memiliki program yang luas untuk menyediakan bahan bakar nukir untuk PLTN terdahulunya dan program PLTN di masa depan. Bahan bakar nuklir di Iran termasuk eksplorasi, pertambangan, produksi U308, konversi uranium, pengayaan uranium dan pabrikasi, yang telah dimulai sejak beberapa tahun lalu dan telah dicapai progres yang berbeda beberapa tahun ini. Aktivitas-aktivitas seperti bidang eksplorasi, pertambangan, produksi U308 dan pabrikasi dikembangkan untuk menjamin produksi bahan bakar nuklir yang akan dibutuhkan untuk mengembangkan program PLTN.143
Iran berpartisipasi di berbagai konferensi, pertemuan komite teknis, pertemuan umum, pertemuan advisory group, program pelatihan dan beasiswa
undang Energi Atom di Iran diumumkan pada tahun 1974. Undang-undang tersebut menjadi pelindung bagi aktivitas yang dilaksanakan AEOI. Aktivitas-aktivitas tersebut termasuk dalam hal penggunaan energi atom dan radiasi di industri, industri pertanian, pengadaan stasiun pembangkit atom dan yang terkait dengan bahan bakar dan pabrikasi desalinasi, memproduksi sumber material untuk industri atom, membangun infrastruktur ilmiah dan teknis, dan juga koordinasi dan supervisi semua hal yang berhubugan dengan energi atom di negara itu. Hingga saat ini telah ada privatisasi di bidang elektrik tapi belum ada di bidang nuklir, akan tetapi Pemerintah Iran sudah mulai mempertimbangkan hal ini.
142
Ibid
143
(40)
yang disponsori IAEA dalam kerangka kerja proyek Kerjasama Teknis.144
Sampai saat ini, Iran memiliki 17 fasilitas nuklir antara lain Anarak, Arak, Ardakan, Bonab, Bushehr, Chalus, Darkovin, Fordow, Isfahan, Karaj, Lashkar Abad, Lavizan, Natanz, Parchin, Saghand, Tehrandan Yazd.
Iran menjadi negara anggota IAEA sejak 16 September 1959. Kemudian menandatangani NPT pada tahun 1968 dan meratifikasinya tahun 1970. Hal ini membuat Iran menjadi subjek dari sistem verifikasi IAEA. Menurut perjanjian bilateral antara negara anggota NPT dengan IAEA sebagai pelaksana NPT itu, maka suatu negara harus mempunyai apa yang disebut sebagai State System of Accounting for and Control of Nuclear Material (SSAC). Berdasarkan perjanjian ini, inspektur dari IAEA akan mengadakan inspeksi secara rutin terhadap pemakaian bahan nuklir di fasilitas-fasilitas nuklir di suatu negara.
145
Kesepakatan yang mulai berlaku 20 Januari 2014 merupakan pertama kalinya negara-negara barat setuju Iran tetap melakukan pengayaan uranium dengan kadar rendah. Sejak itu, beberapa negara seperti Inggris dan Perancis Pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr inilah yang menjadi satu-satunya pemasok energi ke jaringan pipa Iran. Instalasi ini menggunakan dua reaktor air dengan kapasitas 1,000 MW. Akan tetapi bukan Bushehr ini yang dicurigai sebagai proyek pembangunan senjata nuklir.Kecurigaan atas Iran, terutama karena program pengayaan uranium, dicurigai dioperasikan di reaktor Natanz. Terdapat 3.000 sentrifugal di reaktor tersebut untuk menghasilkan bahan bakar atom dari uranium-235.
144
Ibid
145
Nuclear facilities in Iran dimuat dalam
(41)
mulai melakukan pembicaraan langsung dengan Iran tentang kemungkinan investasi ekonomi.146Tujuan kesepakatan akhir bagi Iran adalah untuk mempertahankan program nuklir sipil, tapi mungkin dengan pengurangan skala dan dengan peningkatan pengawasan untuk memastikan program itu tidak mungkin dipakai membangun senjata nuklir.Iran telah membentangkan batas terkait program rudal balistik, reaktor nuklir dan pengayaan uranium pada waktu menjelang perundingan mengenai nuklir dengan negara-negara kekuatan dunia.147
Sejak awal IAEA telah berulang kali mengunjungi fasilitas nuklir di Iran. Sebagai contoh pada tahun 1992, Iran pernah mengundang IAEA untuk melakukan inspeksi. Kunjungan tersebut termasuk melakukan ispeksi atas fasilitas nuklir yang belum dilaporkan. Isu tentang kecurigaan program nuklir Iran dimulai sekitar tahun 2003. Sebuah laporan menyebutkan tentang sejumlah kegagalan Iran untuk melaporkan tentang fasilitas dan aktivitas nuklirnya sebagaimana yang ditentukan terkait kewajibannya dalam memenuhi safeguard dan tidak adanya
B. Sejarah Pengawasan IAEA pada Program Nuklir Iran Hingga Pelaporan Kepada Dewan Keamanan PBB
146
Perundingan Program Nuklir Iran dilanjutkan di Wina dimuat dalam http://www.dw.de/perundingan-program-nuklir-iran-dilanjutkan-di-wina/a-17440270 (diakses 26 Maret 2014)
147
Teheran sepakati Kerangka Perundingan Nuklir dimuat dalam
http://www.dw.de/teheran-sepakati-kerangka-perundingan-nuklir/a-17443736 (diakses 26 Maret 2014)
(42)
upaya untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Iran diminta untuk bekerjasama dan terbuka tentang program nuklirnya.148
Berbagai laporan terus dirilis oleh IAEA dalam tahun-tahun berikutnya. Kemudian IAEA mengeluarkan resolusi pada 4 Februari 2006 yang isinya tentang pemberitahuan kepada Iran bahwa terdapat krisis kepercayaan terkait maksud Iran untuk mengembangkan produksi material rudal, dimana kapabilitas pengembangan tersebut bertentangan dengan latar belakang safeguard. Resolusi IAEA tersebut kemudian dilaporkan ke Dewan Keamanan PBB.149
Dewan Keamanan dibentuk agar berfungsi sebagai organ utama dalam sistem keamanan kolektif dunia dan untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan untuk membuat keputusan yang mengikat negara-negara anggota. Usaha memperkuat PBB tergantung pada efektif tidaknya Dewan Keamanan sebagai penanggungjawab utama pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa IAEA memiliki hubungan dengan PBB. Pasal III huruf B-4 menyebutkan IAEA menyampaikan laporan kepada Dewan Keamanan jika dalam aktivitas tersebut terkait kompetensi Dewan Keamanan. IAEA harus memberitahukan hal tersebut kepada Dewan Keamanan sebagai organ yang memikul tanggung jawab utama atas pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, dan juga mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu yang sesuai dengan Statuta.
148
Lihat naskah Implementation of the NPT Safeguards Agreement in the Islamic Republic
of Iran (GOV/2003/75) dapat diakses di
http://www.iaea.org/Publications/Documents/Board/2003/gov2003-75.pdf
149
Lihat naskah Implementation of the NPT Safeguards Agreement in the Islamic Republic
of Iran (GOV/2006/14), dapat diakses di http://www.iaea.org/Publications/Documents/Board/2006/gov2006-14.pdf
(43)
dimana keputusan-keputusannya harus dapat dilaksanakan oleh seluruh negara anggota. Oleh karenanya, usaha memperkuat peran Dewan Keamanan dan pelaksanaan keputusan-keputusannya merupakan faktor-faktor penentu bagi seluruh struktur PBB dalam melaksanakan tanggungjawabnya sessuai semangat Piagam.150
Pelaksanaan terhadap keputusan Dewan Keamanan secara efektif merupakan hal yang sentral bagi keseluruhan struktur PBB dalam memikul tanggung jawabnya bagi perdamaian dan keamanan internasioal menurut ketentuan Piagam. Diperkuatnya PBB sangat tergantung pada efektivitas Dewan Keamanan, yang memikul tanggung jawab utama untuk mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional yang segala keputusannya harus dilaksanakan oleh negara anggota.
Tujuan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa menurut Piagam PBB adalah memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Piagam menyediakan sarana yang memungkinkan PBB mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional dengan efektif. Piagam PBB menyatakan bahwa para anggota PBB setuju untuk menerima dan melaksanakan keputusan Dewan Keamanan sesuai dengan Piagam. Kesimpulannya ialah apabila negara anggota tidak melaksanakan keputusan Dewan Keamanan, maka hal itu merupakan pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban Piagam.
151
Resolusi Dewan Keamanan PBB merupakan ekspresi formal dari opini atau keinginan organ-organ PBB. Resolusi terdiri dari dua bagian yaitu pembukaan
150
Berbagai Konsep Keamanan (Suatu Kajian Komprehensif tentang Konsep-konsep Keamanan, Op. cit, hal 65
151
(44)
dan bagian operasi. Pembukaan menyajikan pertimbangan yang mendasari diambilnya suatu tindakan dan bagian operasi menyajikan opini organ mengenai tindakan yang diambil.152
1. SC Resolution 1696 (2006) pada 31 Juli 2006
Sejak kasus nuklir Iran dibawa ke PBB, terdapat beberapa resolusi Dewan Keamanan yang ditujukan kepada Iran terkait program nuklirnya antara lain :
Resolusi ini berisi himbauan kepada Iran dengan tanpa penundaan, untuk mengambil langkah yang ditetapkan Dewan Gubernur IAEA melalui resolusi GOV/2006/14, yang sangat esensil untuk membangun kepercayaan semata-mata untuk tujuan damai atas program nuklirnya untuk menyelesaikan pertanyaan yang belum terselesaikan. Selanjutnya meminta Iran untuk menangguhkan aktivitas proses ulang dan pengayaan termasuk riset dan pengembangan untuk diverifikasi oleh IAEA.153
2. SC Resolution 1737 (2006) pada 27 Desember 2006
Resolusi ini dikeluarkan dengan mengingat Pasal 41 Bab VII Piagam PBB154
152
Dimuat dalam http://www.un.org/en/sc/documents/resolutions/index.shtml
153
Naskah S/RES/1969 (2006)
154
Sesuai pasal 41 bahwa Dewan Keamanan dapat menentukan langkah-langkah tanpa menggunakan kekuatan militer agar ditaatinya keputusan-keputussan yang telah ditetapkan oleh Dewan Keamanan, dimana dalam hal ini Dewan Keamanan dapat menyerukan kepada setiap anggota PBB untuk menentukan langkah-langkah semacam ini antara lain guna memutuskan hubungan ekonomi, komunikasi udara, laut, kereta api, radio dan komunikasi lainnya baik sebagian maupun seluruhnya.
, berisi penegasan bahwa Iran dengan tanpa penundaan, untuk mengambil langkah yang ditetapkan Dewan Gubernur IAEA melalui resolusi GOV/2006/14. Dewan Keamanan PBB memutuskan bahwa Iran harus menangguhkan aktivitas nuklir yang sensitif seperti proses ulang dan pengayaan termasuk riset dan
(45)
pengembangan serta semua pekerjaan yang berkaitan dengan reaktor air berat untuk diverifikasi oleh IAEA.
Oleh karena itu dijatuhkan sanksi sejumlah sanksi kepada Iran. Beberapa sanksi tersebut seperti negara-negara diminta untuk mengambil langkah untuk mencegah pemenuhan, penjualan atau transfer semua barang, material, peralatan, jasa dan teknologi dari wilayah nasional masig-masing yang dapat memberikan kontribusi terkait program pengayaan Iran. Negara-negara juga diminta untuk membekukan dana, aset finansial dan sumber perekonomian yang ada di wilayah mereka.155
3. SC Resolution 1747 (2007) pada 24 Maret 2007
Resolusi ini berisi penegasan kembali bahwa Iran dengan tanpa penundaan, untuk mengambil langkah yang ditetapkan Dewan Gubernur IAEA melalui resolusi GOV/2006/14. Selanjutnya berisi tambahan dari sanksi yang dijatuhkan sebelumnya seperti himbauan kepada negara-neagara dan institusi finansial internasional untuk tidak mengambil komitmen baru dengan Iran dalam hal pendanaan, bantuan finansial, dan pinjaman kecuali hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Selain itu terdapat juga daftar sanksi yang dijatuhkan kepada beberapa entitas156 di Iran.157
4. SC Resolution 1803 (2008) pada 3 Maret 2008
Selain berisi penegasan kembali bahwa Iran dengan tanpa penundaan, untuk mengambil langkah yang ditetapkan Dewan Gubernur IAEA melalui resolusi
155
Naskah S/RES/1737 (2006) 156
Entitas demikian yang dimaksud adalah mereka yang terlibat dalam aktivitas rudal balistik atau nuklir di Iran.
157
(46)
GOV/2006/14, resolusi ini memperluas daftar sanksi tambahan yang dikenakan kepada individu dan entitas.158
5. SC Resolution 1835 (2008) pada 27 September 2008
Resolusi ini berisi penegasan kembali atas 4 resolusi yang terdahulu agar Iran mentaati kewajibannya terkait Resolusi Dewan Keamanan PBB dan ketetapan Dewan Gubernur IAEA.159
6. SC Resolution 1929 (2010) pada 9 Juni 2010
Resolusi ini berisi penegasan bahwa Iran sejauh ini telah gagal untuk memenuhi ketetapan Dewan Gubernur IAEA dan gagal mematuhi semua resolusi sebelumnya antara lain SC Resolution1696 (2006), 1737 (2006), 1747 (2007) dan 1803 (2008), sehingga diputuskan bahwa negara-negara harus mencegah pemenuhan, penjualan atau transfer tank tempur kapal tempur yang dilengkapi persenjataan, sistem artileri berkaliber jauh, pesawat tempur, helikopter, kapal perang, rudal atau bahan-bahan demikian yang berkaitan dengan pembuatannya. Selain itu ada juga tindakan lebih jauh seperti pembekuan aset Iranian Revolutionary Guard Corps (IRGC)160danthe Islamic Republic of Iran Shipping Lines161(IRISL).162
158
Naskah S/RES/1803 (2008)
159
Naskah S/RES/1835 (2008)
160
ICRG adalah Korps Pengawal Revolusi Islam merupakan cabang militer terbesar di Militer Iran, yangdikenal sebagai kekuatan militer yang memiliki pasukan darat, air, udara, intelijen dan pasukan khusus. Sedangkan pada media berbahasa Inggris, pasukan ini sering diberi nama Islamic Revolutionary Guards Corps (IRGC).Pengawal Revolusi terpisah dari angkatan bersenjata nasional Iran, yang dipanggil Artesh.(dimuat dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pengawal_Revolusi_Iran diakses pada 26 Maret 2014)
161
IRISL merupakan armada maritim yang memiliki 115 kapal laut. Kapal-kapal tersebut bekerja dibawah bendera Iran dan diawaki oleh 6.000 personel Iran di Laut Kaspia, Teluk Persia, perairan internasional dan berbagai pelabuhan di dunia. (dimuat dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_Republic_of_Iran_Shipping_Lines ; diakses 26 Maret 2014)
162
(47)
Setelah sejumlah resolusi yang telah disebutkan diatas, dialog tentang program nuklir Iran masih sering mengalami jalan buntu. Awal tahun 2012 IAEA melakukan upaya melalui dialog yang terbuka dengan Iran. Tim inspeksi dikirim ke Iran beberapa kali melakukan kunjungan yang bertujuan membuka kembali dialog mengenai dugaan bahwa Iran melakukan program senjata nuklir. Sejak tahun 2008 Iran menolak pertanyaan IAEA mengenai hal itu dan selalu menyangkal adanya kemungkinan dimensi militer dalam program nuklirnya.163
Khususnya, aktivitas di bekas instalasi Fordow yang menjadi sumber kekhawatiran. Instalasi tersebut saat ini melakukan pengayaan uranium hingga kemurnian 20%, jika bisa mencapai hingga 90% maka cukup untuk merakit senjata nuklir, demikian menurut para pakar. Masalah Fordow dan laporan IAEA tentang usaha pengadaan senjata, menyebabkan Uni Eropa dan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi yang lebih keras bagi Iran.
IAEA melayangkan kritik tajam terhadap Iran karenapernah dianggap tidak kooperatif. Kemampuan Iran untuk mengembangkan pengayaan uranium yang saat ini digunakan untuk pembangkit listrik dan tujuan damai lainnya, bisa juga digunakan dalam bentuk yang lebih murni untuk merakit senjata nuklir. Ini hal yang semakin dikhawatirkan negara lain.
164
Menurut Iran, instalasi Fordow dekat kota Qom itu ditujukan hanya untuk menghasilkan bahan bakar bagi pembangkit energi untuk keperluan sipil. Namun kalangan diplomat dan para pakar mengatakan, dengan kapasitas 3000 sentrifugal,
163
Pakar IAEA Upayakan Dialog di Iran dimuat dalam dalam http://www.dw.de/pakar-iaea-upayakan-dialog-di-iran/a-15700773
164
Perudingan Konflik Nuklir Iran “konstruktif” dimuat dalam http://www.dw.de/perundingan-konflik-nuklir-iran-konstruktif/a-15883378
(48)
instalasi Fordow terlalu kecil untuk memasok bahan bakar bagi pembangkit tenaga nuklir selama 24 jam. Tapi instalasi itu bisa menghasilkan cukup materi bagi satu atau dua bom atom per tahun.165
Tujuan perundingan Joint Plan of Action 2013 adalah mencapai solusi menyeluruh tentang persetujuan bersama jangka panjang yang akan memastikan bahwa program nuklir Iran akan seutuhnya damai. Iran menegaskan kembali bahwa di dalam keadaan apapun, tidak akan pernah mencari aatu mengembangkan senjata nuklir. Solusi menyeluruh ini akan membentuk tindakan di awal dan hasil di akhir untuk disetujui. Iran diperbolehkan untuk menikmati hak yang dimilikinya secara penuh terkait penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai terkait ketentuan pasal NPT yang sesuai dengan kewajiban negara.
C. Implementasi Joint Plan of Action 2013
Sebelumnya telah diterangkan bahwa Amerika Serikat, Britania Raya, Cina, Jerman, Perancis, dan Rusia (E3+3) teleah menyepakati Joint Plan of Action
dengan Republik Islam Iran di Jenewa pada 24 November 2013. Direktur Jenderal menyambut baik JPA dan menginformasikannya kepada Dewan Gubernur bahwa Sekretariat telah mempertimbangkan unsur-unsur dalam persetujuan tersebut relevan dengan IAEA dan dapat dijalankan, termasuk implikasi dalam hal pendanaan.
166
165
IAEA kuatir Iran sembunyikan Aktivitas Nuklirnya dimuat dalam http://www.dw.de/iaea-kuatir-iran-sembunyikan-aktivitas-nuklirnya/a-4901341
166
(49)
Solusi menyeluruh ini juga menyangkut program pengayaan dengan batas dan langkah yang transparan untuk memastikan program yang damai. Sosusi ini didasarkan penggabungan keseluruhan ketentuan dimana tidak ada satupun yang disepakati sampai semua tersepakati. Selain itu, solusi ini juga menyangkut timbal-balik, proses selangkah demi selangkah, dan akan mencabut semua sanksi Resolusi Dewan Keamanan PBB, baik sanksi yang bersifat multilateral maupun nasional yang terkait program nuklir Iran.167
Terdapat langkah tambahan diantara langkah awal dan langkah akhir, termasuk dalam hal ini yaitu, memusatkan perhatian kepada Resolusi Dewan Keamanan PBB, yang dengan pertimbangan Dewan Keamanan PBB akan menghasilkan akhir yang baik. Negara E3+3168
167
Ibid
168
E3+3 atau E3/EU+3 atau P5+1 adalah sebuah grup yang terdiri dari 6 negara kuat, yang pada tahun 2006 bergabung dalam usaha diplomatik dengan Iran terkait program nuklirnya. E3+3 merujuk kepada negara Britania Raya, Jerman dan Perancis, dimana ketiga negara tersebut diperhitungkan sebagai negara kuat yang berpengaruh baik di Uni Eropa maupun diluarnya dan +3 merujuk kepada 3 negara diluar Uni Eropa (Amerika Serikat, Rusia dan Cina). Sedangkan istilah P5+1 merujuk kepada anggota permanen Dewan Keamanan PBB (Amerika Serikat, Rusia, Britania Raya, Perancis, Cina) + Jerman. (sebagaimana dirangkum dari http://en.wikipedia.org/wiki/EU_three dan http://en.wikipedia.org/wiki/P5+1 ; diakses 20 Maret 2014). Selanjutnya dapat dilihat dalam Dokumen Security Council S/2006/521
dan Iran bertanggungjawab atas kesimpulan dan implementasi dari langkah yang diambil dalam jangka waktu dekat dan solusi menyeluruh dengan etikad baik. Komisi Bersama dari E3/EU+3 dan Iran dibentuk guna mengawasi implementasi langkah dalam jangka waktu dekat dan menghadapi persoalan yang mungkin muncul, dengan IAEA sebagai pihak yang bertanggungjawab atas langkah verifikasi terkait nuklir. Komisi Bersama bekerja dengan IAEA untuk memfasilitasi resolusi terkait persoalan dewasa ini dan yang pernah ada.
(50)
Langkah pertama memiliki batas waktu 6 bulan, dan diperbaharui oleh persetujuan bersama, sepanjang semua pihak bekerja unntuk mempertahankan negosiasi dengan etikad baik. Oleh karena itu Iran akan mengusahakan langkah-langkah berikut dengan sukarela :
1. Pengayaan uranium 20% yang ada dikurangi setengahnya dan menipiskan 20% UF-6169
2. Iran tidak boleh memperkaya uranium lebih dari 5% selama 6 bulan menjadi tidak lebih dari 5%
3. Iran tidak boleh membuat aktivitas lanjut yang lebih jauh di reaktor Natanz, Fordow dan Arak, yang ditandai IAEA sebagai IR-40
4. Mengkonversi pengayaan UF6 sampai 5% 5. Tidak boleh ada tempat pengayaan yang baru
6. Iran akan melanjutkan praktek safeguardResearch and Development (R&D), termasuk praktek pengayaan R&D, yang tidak ditandai sebagaitimbunan pengayaan uranium
7. Tidak boleh ada proses ulang atau pembangunan fasilitas yang berkemampuan untuk memproses ulang
8. Memperbesar perhatian terhadap :
a. Ketentuan mengenai informasi yangtelah ditetapkan kepada IAEA, termasuk informasi rencana fasilitas nuklir Iran, penjelasan atas setiap bangunan situs nuklir, penggambaran mengenai skala operasi di setiap
169
UF-6 (baca : Uranium Heksafluorida) disebut juga "heks" pada industri nuklir, adalah senyawa yang digunakan pada proses pengayaan uranium untuk memproduksi bahan bakar untuk digunakan pada reaktor nuklir dan senjata nuklir. Senyawa ini berbentuk padatan kristal abu-abu pada temperatur dan tekanan standar, sangat beracun, sangat reaktif dengan air, dan bersifat
korosif dengan hampir semua logam. (Dimuat dalam
(1)
PERANAN INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY UNTUK MENGAWASI PROGRAM NUKLIR IRAN DALAM KAITANNYA
DENGAN IMPLEMENTASI JOINT PLAN OF ACTION 2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syaratMemperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH:
EKPI YOSSSARA SIMBOLON NIM: 100200073
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
Ketua Departemen
NIP: 196403301993031002 Arif, SH, MH
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Sutiarnoto SH, M.Hum
NIP: 195610101986031003 NIP:197308012002121002
Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur bagi Bapa didalam Tuhan Yesus Kristus atas anugerah yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan tulisan (skripsi)
ini. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.Adapun yang Penulis pilih sebagai judul Skripsi adalah :
PERANAN INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY UNTUK MENGAWASI PROGRAM NUKLIR IRAN DALAM KAITANNYA DENGAN IMPLEMENTASI JOINT PLAN OF ACTION 2013
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, terdapat adanya
kekurangan baik dalam penyusunan serta pemilihan kata-kata. Oleh karena itu
penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun.
Pada kesempatan ini juga, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepadakedua orang tua tercinta, A. Simbolon / GB. Togatorop,
atas kasih sayang, dukungan dan pengertian yang selalu penulis dapatkan. Ucapan
terimakasih ini juga ditujukan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MH, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. M.Hum selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Bapak Syafrudin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Bapak Muhammad Husni, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III
(3)
3. Bapak Arif, SH, MH, selaku Ketua Departemen Hukum Internasional
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Sutiarnoto SH, MHum, selaku Dosen Pembimbing I, untuk
dukungan, bimbingan, dan nasihat yang sangat bermanfaat bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, untuk
nasihat, motivasi, bimbingan penuh suka cita dan kesabaran, serta
bantuanyang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, untuk
bimbingan selama masa perkuliahan.
7. Kedua abangku : Eko Johan S. Simbolon dan Prima Perkasa Putra, untuk
kasih sayang, kesabaran dan rasa mengalah yang kalian punya selama ini.
8. Opung boru S br. Hutauruk
9. Melda Rosalina Siregar, untuk menjadi sahabat layaknya saudara dan
menjadi teman sejati dalam melewati banyak masa.
Byebella Ruth Matondang, untuk menjadi teman berbagi cerita kapanpun
dan dimanapun.
10. Nurmawati Pakpahan (Mendiang), karena telah hadir di hidupku, menjadi
sahabat dalam hidupku sekaligus teman terdekatku di Departemen HI.
Terimakasihku juga yang sebesar-besarnya untuk kasih, ketulusan,
kebaikan hati dan kepedulianmu. Bersyukur untuk setiap hal yang pernah
kita lewati bersama, setiap mimpi yang kita bagi dan setiap rencana yang
(4)
kusimpan. Sejak awal telah kurencanakan pasti mencantumkan namamu
disini, hanya tak pernah kusangka akan menambahkan kata “mendiang”
didalamnya. Beristirahat dengan tenang disana ya nur..aku mengasihimu...
11. Seluruh teman-teman Grup B stambuk 2010, terkhusus kepada Rezski
Ananias, Cynthia Wirawan, Diana Wijaya, Anggi Yosephine Sinaga,
Defina Simangunsong, Maharanni, Febrina Permatasari, Dessi Saida dan
Tari Sitepu.
12. International Law Student Association (ILSA) 2013 “kalian luar
biasaaaaaa dalam hal makan” dan bang Dedi
13. Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu per satu, untuk dukungan
yang penulis dapatkan.
14. Noranta-tres/ Noventa y tres
Terima kasih, Terima kasih banyak.
Medan, April 2014
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Permasalahan...9
C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan...10
D. Keaslian Penulisan...11
E. Tinjauan Pustaka...12
F. Metode Penulisan...15
G. Sistematika Penulisan...17
BAB II : ASPEK ORGANISASI NTERNASIONAL DARI INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY DAN KEWENANGANNYA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Aspek International Atomic Energy Agency sebagai organisasi internasional...20
B. Personalitas International Atomic Energy Agency sebagai organisasi internasional...30
C. Hak dan kewajiban negara-negara anggota International Atomic Energy Agency...44
D. Kewenangan International Atomic Energy Agency menurut hukum internasional...46
BAB III : PEMANFAATAN NUKLIR DAN PENGATURANYA
MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Tinjauan umum tentang nuklir
(6)
1. Sejarah Penemuan dan Perkembangan...51 2. Bahan Bakar...54 B. Pemanfaatan nuklir dan resiko yang mungkin ditimbulkan
1. Pemanfaatan untuk :
Tujuan Damai...57 Tujuan Militer...60 2. Resiko yang Mungkin Timbul...62 C. Perkembangan program nuklir negara-negara di dunia
1. Negara Nuklir...66 2. Negara Non-nuklir...72 3. Negara Ambang Nuklir...75 D. Pengaturan hukum internasional tentang nuklir dalam
tingkat multilateral dan regional...78
BAB IV : PERAN INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY UNTUK MENGAWASI PROGRAM NUKLIR IRAN DALAM KAITANNYA DENGAN IMPLEMENTASI JOINT PLAN OF ACTION 2013
A. Urgensi Program Nuklir Iran...83 B. Sejarah Pengawasan IAEA pada Program Nuklir Iran
Hingga Pelaporan Kepada Dewan Keamanan PBB...88 C. Implementasi Joint Plan of Action 2013...95 D. Pengawasan International Atomic Energy Agency
untuk program nuklir Iran dalam kaitannya dengan
Kesepakatan Joint Plan of Action 2013...101
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan...109 B. Saran...111