BENTUK CAMPUR TANGAN PEMERINTAH TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI

26

BAB III CAMPUR TANGAN PEMERINTAH DALAM MENEGAKKAN

PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI

A. BENTUK CAMPUR TANGAN PEMERINTAH TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI

Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan di Indonesia dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 65 ayat 4 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 yang menentukan bahwa : Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerjaburuh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 sekurang- kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dari ketentuan Pasal 65 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 di atas dapat diketahui bahwa perlindungan hukum yang diberikan kepada perempuan dan laki- laki adalah sama. Untuk melindungi tenaga kerja, maka perusahaan wajib memberikan perlindungan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Adanya ketentuan bahwa pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan ini merupakan angin segar bagi kaum perempuan yang terpaksa bekerja. Karena di dalam praktek kerja yang ada di masyarakat, sering terjadi kesewenang-wenangan terhadap kaum perempuan yang bekerja. Kesewenang-wenangan ini berupa jam kerja yang terlalu panjang, gaji di bawah standar, sakit karena haid tetap disuruh bekerja, tidak diberi waktu istirahat yang cukup, harus mempunyai produktivitas yang sama dengan pekerja laki-laki, Universitas Sumatera Utara 27 tidak disediakan ruang kamar mandi khusus kamar mandi jadi satu dengan pekerja laki-laki sehingga bisa mengundang pelecehan seksual, dan lain-lain. 11 Campur tangan negara dalam masalah ketenagakerjaan sangat diperlukan. Campur tangan ini mewajibkan negara untuk membentuk suatu instansi khusus yang berwenang melakukan campur tangan tersebut. Instansi ini pada masa sekarang adalah Departemen Tenaga Kerja. Adanya ketentuan bahwa pengusaha harus memenuhi syarat-syarat kerja pemberian pekerjaan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, membuat pengusaha yang tidak mau memenuhi ketentuan syarat kerja yang ditujukan bagi pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja perempuan dapat dikenai sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku, antara lain sanksi denda, sanksi kurunganpenjara, sanksi ditutup usahanya, dan lain-lain. 12 Campur tangan pemerintah diperlukan untuk melindungi tenaga kerja, karena jika tanpa adanya campur tangan pemerintah maka sifat dasar pengusaha yang ingin mengejar keuntungan, dapat menyebabkan terjadinya kesewenang- wenangan pengusaha terhadap pekerja hanya demi mencapai keuntungan yang diinginkannya. Sebagai contoh pekerja tidak diberi jam istirahat, pekerja tidak diberi perlindungan di tempat kerja, dan sebagainya. Adanya campur tangan pemerintah, maka jika ada pengusaha yang melanggar ketentuan yang dibuat pemerintah tentang perlindungan tenaga kerja, maka kepada pengusaha itu dapat dikenakan sanksi. 13 Jika hubungan antara buruh dengan majikan diserahkan sepenuhnya kepada para pihak buruh dan majikan, maka tujuan hukum perburuhan untuk menciptakan keadilan sosial di bidang perburuhan akan sangat sulit tercapai, karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai pihak yang lemah homo homini lupus. Majikan sebagai pihak yang kuat secara sosial ekonomi akan selalu menekan pihak buruh yang berada pada posisi yang lemah. Atasa dasar 11 http:www.kompas.com. 12 Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1992, hal. 39. 13 Koko Kosidin, Perjanjian Kerja, Perjanjian Perburuhan, dan Peraturan Perusahaan, Mandar Maju, 1999, hal. 91. Universitas Sumatera Utara 28 itulah pemerintah secara berangsur-angsur turut serta menangani dalam masalah perburuhan ini melalui berbagai peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan di bidang perburuhan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban pengusaha maupun pekerjaburuh. Tujuan campur tangannya pemerintah dalam bidang perburuhan ini adalah untuk mewujudkan perburuhan yang adil, karena peraturan perundang-undangan perburuhan memberikan hak-hak bagi buruhpekerja sebagai manusia yang utuh, karena itu harus dilindungi baik menyangkut keselamatannya, kesehatannya, upah yang layak, dan sebagainya. Selain itu pemerintah juga memperhatikan kepentingan pengusahamajikan, yakni kelangsungan hidup perusahaan. Intervensi pemerintah dalam bidang perburuhan melalui peraturan perundang-undangan tersebut telah membawa perubahan mendasar yakni menjadikan sifat hukum perburuhan menjadi ganda, yakni sifat privat dan publik. Sifat privat melekat pada prinsip dasar adanya hubungan kerja yag ditandai dengan adanya perjanjian kerja antara buruhpekerja dengan pengusahamajikan. Sedangkan sifat publik dari hukum perburuhan itu dilihat dari : 14 1. Adanya sanksi pidana, denda dan sanksi administratif bagi pelanggar ketentuan di bidang hukum perburuhanketenagakerjaan. 2. Keharusan mendapatkan izin pemerintah dalam masalah pemutusan hubungan kerja PHK. 3. Ikut campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya standar upah upah minimum. Selain pergeseran sifat hukum perburuhan, kehadiran UU No. 13 Th. 2003 tentang Ketenagakerjaan telah banyak memberikan perubahan dalam khasanah hukum ketenagkerjaan Indonesia, yakni secara yuridis formal : 15 1. Menggantikan istilah buruh menjadi pekerja, majikan menjadi pengusaha yang secara politis telah lama diupayakan untuk diganti dengan alasan buruh 14 Lalu Husni, op. cit., hal. 8. 15 Ibid. Universitas Sumatera Utara 29 maupun majikan kurang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Buruh berkonotasi pihak yang selalu berada di bawah tekanan pihak majikan. 2. Menggantikan istilah perjanjian perburuhan labour agreement menjadi perjanjian kerja bersama PKB yang berupaya diganti dengan alasan bahwa perjanjian perburuhan berasal dari negara liberal yang sering kali dalam pembuatannya menimbulkan benturan kepentingan antra pihak buruh dengan majikan. 3. Memberikan ruang telaahan untuk menggantikan istilah hukum perburuhan menajdi hukum ketenagakerjaan Campur tangan pemerintah dalam rangka melindungi tenaga kerja perempuan yang bekerja di malam hari juga diwujudkan dengan menetapkan syarat-syarat khusus bagi pengusaha yang akan mempekerjakan tenaga kerja perempuan di malam hari. Tata cara pengusaha mempekerjakan pekerja perempuan pada malam hari telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-04Menl989, antara lain : 1. Jenis usaha dan sifat pekerjaan perusahaan yang bersangkutan. Jika jenis usaha dan sifat pekerjaan perusahaan yang bersangkutan memang membutuhkan perempuan untuk melakukannya, maka pekerjaan itu boleh dilakukan perempuan, walaupun pada malam hari. Akan tetapi apabila pekerjaan tersebut bisa dilakukan perempuan maupun pria, maka yang dipekerjakan malam hari harus pria. Sebagai contoh, pekerjaan yang harus dilakukan perempuan adalah sebagai perawat di Rumah Sakit bersalin, maka boleh mempekerjakan perempuan pada malam hari. Di lain pihak pekerjaan menjaga warung internet, dapat dilakukan baik oleh pria maupun oleh perempuan , sehingga pekerjaan itu di malam hari tidak boleh mempekerjakan perempuan. Universitas Sumatera Utara 30 2. Sifat pekerjaan atau jenis usaha memerlukan kerja terus-menerus. Pekerjaan yang perlu dilakukan terus-menerus ini misalnya pekerjaan di pabrik yang untuk efisiensi dan efektivitasnya harus dilakukan terus- menerus, karena jika dilakukan terputus oleh waktu, maka produk yang dibuat tidak jadi. Sebagai contoh pabrik plastik, karena plastik membutuhkan proses yang berkesinambungan, maka pekerjaan di pabrik plastik harus dilakukan terus-menerus, sehingga boleh mempekerjakan tenaga kerja perempuan pada malam hari. 3. Untuk mencapai target produksi. Untuk mencapai suatu target produksi tertentu, maka terpaksanya sebuah pekerjaan dilakukan dengan lembur sehingga terpaksa mempekerjakan tenaga kerja perempuan di malam hari. 4. Untuk memperoleh mutu yang lebih baik bila di kerjakan oleh perempuan. Sebuah pekerjaan ada yang hanya dapat dilakukan dengan baik apabila dilakukan oleh perempuan. Contoh pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan sebagai juru tulissekretaris, dimana sang sekretaris terpaksa untuk ikut menghadiri sebuah rapat guna mencatat semua hasil rapat yang dilakukan. Tidak semua pekerja perempuan dapat bekerja di malam hari. Hanya seorang pekerja perempuan yang memenuhi syarat-syarat tertentu saja yang dapat bekerja di malam hari. Syarat-syarat ini ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1981999 tentang Syarat Pekerja Perempuan di Malam Hari. Adapun syarat-syarat perempuan yang dapat bekerja di malam hari menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-04Men1989 tentang Syarat-syarat Kerja Malam dan Tata Cara Mempekerjakan pekerja Perempuan pada Malam Hari adalah sebagai berikut : 1. Ada surat izin dari suami, jika sudah bersuami. Jika pekerja perempuan yang akan bekerja di malam hari itu sudah mempunyai suami, maka surat izin yang harus diperolehnya bukan lagi dari orang tuanya, tetapi dari suaminya. Sama seperti halnya surat izin dari orang Universitas Sumatera Utara 31 tua, maka surat izin dari suami ini harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh suami. 2. Sehat jasmani dan rohani. Pekerjaan di malam hari menuntut kondisi kesehatan yang prima. Oleh karena itu syarat wajib bagi perempuan yang akan bekerja di malam hari adalah sehat jasmani dan rohani. Jika perempuan yang akan bekerja itu tidak sehat, maka walaupun telah ada surat izin dari orang tua atau dari suaminya, tetap saja perempuan itu tidak diperbolehkan untuk bekerja di malam hari. 3. Mampu menjaga diri. Kemampuan untuk menjaga diri ini mutlak diperlukan bagi perempuan yang akan bekerja di malam hari. Hal ini dikarenakan risiko yang dihadapi perempuan yang bekerja di malam hari lebih besar daripada perempuan yang bekerja di siang hari. Oleh karena itulah maka syarat ini menjadi syarat wajib bagi perempuan yang akan bekerja di malam hari.

B. PENGAWASAN DEPARTEMEN KETENAGAKERJAAN BAGI TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI