PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI DI PT KUSUMA MULIA KARANGANYAR

(1)

commit to user

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA WANITA YANG

BEKERJA PADA MALAM HARI DI PT KUSUMA MULIA

KARANGANYAR

 

 

 Penulisan Hukum

(skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Bellinda Ajeng PM

E1107016

Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2011


(2)

commit to user

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA WANITA YANG

BEKERJA PADA MALAM HARI DI PT KUSUMA MULIA

KARANGANYAR

Oleh :

BELLINDA AJENG PUSPITASARI MUSALIM

E1107016

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Maret 2011

Dosen Pembimbing

Pius Triwahyudi,S.H.,MSi

NIP. 195602121985031004


(3)

commit to user

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA WANITA YANG

BEKERJA PADA MALAM HARI DI PT KUSUMA MULIA

KARANGANYAR

Oleh

BELLINDA AJENG PUSPITASARI MUSALIM

NIM. E1107016

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari :

Kamis

Tanggal :

7 April 2011

DEWAN PENGUJI

(1)

Purwono Sungkowo Raharjo, S.H___ __ : ………

Ketua

(2)

Wasis Sugandha, S.H., M.Si___ ______ : ……….

Sekretaris

(3)

Pius Triwahyudi, S.H.,M.Si___________ : ………..

Anggota

MENGETAHUI Dekan,

(Moh. Jamin, S.H., M.Hum.) NIP. 196109301986011001


(4)

commit to user

PERNYATAAN

Nama

:

Bellinda Ajeng Puspitasari Musalim

NIM

:

E1107016

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : “

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA WANITA YANG

BEKERJA PADA MALAM HARI DI PT KUSUMA MULIA

KARANGANYAR”

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda

citasi

dan ditunjukkan dalam daftar

pustaka. Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum gelar yang

saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, April 2011

Yang membuat pernyataan,

BELLINDA AJENG PM.

 

           


(5)

commit to user

MOTTO

™

Mintalah maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan

mendapat, ketoklah maka pintu akan dibuka bagimu. Karena setiap orang

yang meminta, menerima, dan setiap orang yang mencari, mendapat, dan

setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

( Lukas 11: 9-10)

™

Janganlah kuatir akan hidupmu , akan apa yang hendak kamu makan, dan

janganlah kuatir pula pada tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.

( Lukas 12: 22)

™

Jika usaha telah dilakukan dengan semaksimal mungkin, kita hanya bisa

berdoa, karna keputusan tertinggi ada di tangan Tuhan.

(Pesan Orang Tua ku)

™

Kesusahan hari ini cukup untuk hari ini, hari esok hadapi dengan hati

yang gembira dan ceria.

         


(6)

commit to user

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan sebuah tulisan sederhana ini sebagai wujud

syukur, cinta, dan terima kasih kepada :

Tuhan Yesus , Atas segala karuni dan berkat yang telah diberikan-Nya

Papa dan mama, Terima kasih atas semua waktu dan semua kasih sayang yang

kau curahkan padaku.

Kepada Kekasihku tercinta, Terimakasih telah memberikan dukungan yang

luar biasa kepadaku.

Teman-teman seperjuangan (Rosy, Anis, Neri, Kiki) , Terimakasih atas

dukungan dan motovasi yang kalian berikan kepadaku.


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan YME . Yang Maha Pengasih dan

Penyayang , penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “

PERLINDUNGAN HUKUM

BAGI TENAGA KERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI

DI PT KUSUMA MULIA KARANGANYAR

”, dapat penulis selesaikan.

Penulisan hukum ini dapat membahas tentang permasalahan perlindungan yang

diberikan perusahaan pada pekerja wanita yang bekerja pada malam hari yang akan

dikaji dari beberapa peraturan perundang-undangan yang ada. Penulis yakin bahwa

penulisan hukum ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada:

1.

Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin kepada Penulis untuk

menyusun penulisan hukum ini.

2.

Bapak Harjono,S.H., M.H. terima kasih atas dukungan, dedikasinya terhadap

Kami dan telah menjadi penyemangat bagi kami selaku mahasiswa.

3.

Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M.SI. selaku Pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan, nasehat, saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

4.

Bapak Lego Karjoko S.H M.H. selaku Ketua PPH atas masukan saat

pengambilan judul skripsi.

5.

Ibu Diana Tantri, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik atas nasehat yang

berguna selama Penulis belajar di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

6.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu hukum khususnya

kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan

semoga dapat penulis amalkan dalam kehidupan masa depan.


(8)

commit to user

7.

Staf dan Karyawan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

(terutama kepada bapak-bapak ibu-ibu penjaga perpus yang sudah banyak

direpotkan saat mencari buku dan jurnal).

8.

Untuk Almamaterku Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9.

Bapak Aris selaku Manager Personalia yang memberi izin, data dan informasi

pada penulis untuk mengadakan penelitian di PT. Kusuma Mulia karanganyar.

10. Mbak Fitri dan Bapak Ary selaku Bagian Personalia di PT. Kusuma Mulia,

terima kasih untuk bimbingan, bantuan, keterangan dan data yang diberikan pada

penulis selama melakukan penelitian di PT. Kusuma Mulia.

11. Bapak Sri Wibowo dan Bapak Agus Sudirman selaku pegawai Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Kab. Karanganyar yang telah memberi masukan dan

wawasan.

12. Terima kasih untuk papa dan mami tercinta yang selalu memberikan kasih

sayang tulus, membiayai semua yang keperluan selama skripsi, nasehat yang

sangat berarti, masukan-masukan padaku setiap hari untuk mengingatkanku.

Setiap doa-doa yang mereka panjatkan bagiku yang penuh limpahan berkah dari

Tuhan yesus. yang selalu menaungi setiap langkahku (semoga Tuhan selalu

melimpahkan rahmat dan menghadiahkan surga kepada keduanya ).

13. Untuk adik-adikku Mega Silvana dan Dian Anggraini, yang sudah memberikan

hiburan tersendiri saat mengerjakan skripsi.

14. Untuk seluruh keluargaku, kakek dan nenek serta paman dan tanteku tercinta

terimakasih atas doa dan dukungannya yang selalu memberikan semangat dan

arti tersendiri.

15. Untuk Nanda Aji Pradikta tercinta, terimaksih telah memberi dukungan semangat

serta masukan-masukan yang bermanfaat.

16. Untuk Mas Franko, terimakasih untuk masukan-masukan dalam mengerjakan

skripsi ini, terimakasih sudah meluangkan waktu buatku.

17. Untuk sahabatku seperjuangan Anis, Rosy, Neri dan Kiki, terimakasih atas

dukungan dan motifasi dan masukan-masukan yang kalian berikan padaku,


(9)

commit to user

teman-teman kuliahku angkatan 2007 NR semuanya terimakasih untuk waktu

yang penuh kenangan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

18. Untuk temen-temen kosku anti, tupi, vera, tika, cia.

19. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penyusunan penulisan hukum ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini terdapat banyak

kekurangan, untuk itu penulis merasa perlu untuk menerima kritik dan saran yang

membangun sehingga dapat memperjelas isi penulisan hukum ini. Semoga Tuhan

YMH,selalu menyertai semuanya dan mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua, terutama bagi Penulis, kalangan akademisi,

praktisi serta masyarakat umum. Amin

Surakarta, April 2011

Penulis


(10)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

i

HALAMAN PERSETUJUAN...

ii

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PERNYATAAN...

iii

iv

HALAMAN MOTTO...

v

HALAMAN PERSEMBAHAN...

vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR...

x

xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

ABSTRAK INDONESIA... xv

ABSTRAK INGGRIS…... xvi

BAB I

PENDAHULUAN...

1

A.

Latar

Belakang Masalah...

1

B.

Perumusan

Masalah...

8

C.

Tujuan

Penelitian...

8


(11)

commit to user

E.

Metode

Penelitian... 10

F.

Sistimatika

Skripsi...

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA... 17

A.

Kerangka

Teoritik... 17

1. Tinjauan Tentang Pengaturan Pekerja atau

Buruh

Perempuan ………...

a.

Pengertian tenaga kerja atau buruh perempuan...

b.

Pekerjaan perempuan...

c.

Waktu Kerja ………...

17

17

19

21

2. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum TenagaKerja

Perempuan...

22

3. Tinjauan Tentang Shift Malam...

31

4.

Tinjauan

Tentang

Perjanjian Kerja ………...

33

a.

Perjanjian Kerja ………... 35

b.

Kewajiban Pihak-Pihak dalam Perjanjian

Kerja………...

39

B. Kerangka Pemikiran ...

40

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

A.

Gambaran Umum PT. Kusuma Mulia………...…… 43

B.

Ijin Penyimpangan Waktu Kerja Malam Hari PT. Kusuma

Mulia Yang Dilihat Dari Peraturan PerUndang-Undangan

Yang Ada ...

50


(12)

commit to user

C.

Hak-Hak Pekerja Wanita Yang Bekerja Pada Malam Hari

dan Kewajiban Pengusaha PT Kusuma Mulia dalam Hal

Mempekerjakan Wanita Pada Malam hari ...

61

1.

Hak yang harus diperoleh para pekerja wanita yang

bekerja pada malam hari di PT. Kusuma Mulia yang telah

diatur dalam UU...

61

2.

Kewajiban Yang Harus Dilakukan Oleh Perusahaan dalam

Mempekerjakan Tenaga Kerja Wanita Yang Bekerja Pada

Malam Hari...

90

BAB IV PENUTUP ... 96

A.

Kesimpulan...

96

B.

Saran-saran...

99

DAFTAR PUSTAKA... 100


(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1 . Alur Pembagian Shift Kerja PT. Kusuma Mulia Karanganyar

Tabel 1. Daftar Pekerja Wanita Malam Hari di Dept. Knitting PT. Kusuma Mulia

Karanganyar.

Tabel 2. Identitas Pekerja Wanita Yang Bekerja Pada Malam Hari di Dept.

Knitting PT. Kusuma Mulia Karanganyar


(14)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Laporan Uang Kesehatan PT. Kusuma Mulia Karanganyar

Lampiran 2 . Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas

Lampiran 3. Izin Usaha Industri

Lampiran 4. Surat Izin Usaha Perdagangan

Lampiran 5 . Surat Perjanjian Kerja

Lampiran 6 . Struktur Organisasi PT. Kusuma Mulia Karanganyar

Lampiran 7 . Kepmenakertrans Nomor Kep.224/MEN/2003

Lampiran 8. Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 202 Tahun 2008

Lampiran 9. Rekomendasi Perusahaan yang mempekerjakan pekerja wanita malam

hari di Disnakertrans Kab. Karanganyar.

Lampiran 10. Surat Izin penelitian


(15)

commit to user

ABSTRAK

Bellinda Ajeng Puspitasari Musalim , NIM E1107016 , 2011,

PERLINDUNGAN

HUKUM TERHADAP PEKERJA WANITA YANG BEKERJA MALAM

HARI DI PT. KUSUMA MULIA KARANGANYAR

. Fakultas

Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Undang-undang ketenagakerjaan harus mampu melindungi para pekerja,

sejalan dengan perkembangan zaman banyak pekerja wanita yang bekerja pada

malam hari, dan penelitian ini akan membahas sejauh mana peraturan

perundang-undangan melindungi para pekerja wanita malam hari dalam hal perizinan dan

pemenuhan hak-haknya.

Penelitian hukum ini merupakan penelitian hukum normatif atau doktrinal

yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan

(statute approach). Jenis data yang digunakan berupa data sekunder. Sumber data dari

bahan hukum primer, sekunder, dan bahan non-hukum. Teknik pengumpulan data

menggunakan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan silogisme

deduktif dengan metode interpretasi gramatikal atau interpretasi bahasa.

Peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan belum sepenuhnya

melindungi para pekerja karena dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 dan

Kepmenakertrans Nomor KEP.224/MEN/2003 belum ada perizinan dalam

mempekerjakan wanita pada malam hari. PT. Kusuma Mulia sendiri selaku

pengusaha belum melakukan semua ketentuan-ketentuan yang ada dalam peraturan

mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari memberikan, tetapi untuk hak-hak

pekerja wanita yang secara umum sudah banyak dilaksanakan seperti hak untuk

bekerja sebagai hak asasi manusia, hak atas kesempatan kerja yang sama, termasuk

kriteria seleksi yang sama dalam penerimaan pekerja, hak untuk memilih profesi dan

pekerjaan, hak untuk kenaikan pangkat jaminan kerja dan semua tunjangan fasilitas

kerja, hak untuk memperoleh latihan kejuruan dan latihan ulang,hak untuk menerima

upah, termasuk tunjangn, perlakuan yang sama untuk kerja yang sama nilainya,

Persamaan penilaian kualitas pekerjaan, hak atas jaminan sosial, hak atas

perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk perlindungan fungsi

reproduksi dan juga tidak melakukan diskriminasi terhadap buruh perempuan.

hak-hak bagi pekerja wanita yang bekerja malam hari, PT. Kusuma Mulia hanya

melakukan penempatan petugas keamanan saja Hak-hak yang telah diabaikan oleh

PT. Kusuma Mulia pada pekerja wanita yang bekerja malam hari meliputi : Belum

diikutsertakannya para buruh di PT. Kusuma Mulia dalam program Jamsostek, belum

adanya angkutan antar jemput, pemberian makan dan minum sebanyak 1400 Kalori,

penyediaaan ruangan dan alat makan yang layak dan higenis.

Kata Kunci : Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Yang Bekerja Pada Malam Hari, PT. Kusuma Mulia Karanganyar


(16)

commit to user

ABSTRACT

Bellinda Ajeng Puspitasari Musalim, NIM E1107016. 2011.

LAW PROTECTION

TO WOMEN WORKER THAT HAVE NIGHT SHIFT ON PT KUSUMA

MULIA KARANGANYAR

. Faculty of law sebelas Maret university.

Human labour regulation should protect the workers. In line with

globalization many women are works on the night, and this research will study how

far the regulation protects the women workers that work in the night on licensing and

fulfillment the right.

The research is normative law research or doctrinal with descriptive

characteristic using statue approach. Data that use in this research is secondary data.

The sources of data are: primary law matter, secondary and non law matter.

Technique of collecting data use library method. The analysis uses deductive

syllogism with grammatical interpretation or language interpretation.

Regulation about human labor is not yet protecting the workers because on

regulation number 13 year 2003 and Ministry of Matters Pertaining to Manpower

number KEP.234/MEN/2003 there is no license about worked women on the night.

PT.Kusuma Mulia as entrepreneur is not yet gives law protection to women worker

that work in the night, but for the global right, has done, like right to works as the

human right, right to have same opportunity, including the same criteria on

acceptance worker, right to choose profession and job, right for promotion job

assurance and all benevolent facility, right to have vocational training and retraining,

right to get salary and benevolent fund, same treatment for the same value works,

equality the quantity of job, right of social insurance, right for health and safety

include reproduction function and indiscriminate women worker. Rights for women

worker that works in the night, PT. Kusuma Mulia only place security officer. Right

that does not obey by PT. Kusuma Mulia to women who works in the night are: the

worker in PT.Kusuma Mulia is not join in insurance of security and safety, there is no

pick up transportation, supply food and drink for 1400kall, availability of room and

tableware that proper and hygienic.

Keywords: women labour protection, works in the night, PT. Kusuma Mulia

Karanganyar.


(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang banyak melakukan pembangunan dalam berbagai sektor, dalam sebuah negara berkembang tidak dapat dipungkiri banyak sekali berdiri pabrik tempat prosuksi barang-barang yang diperlukan, dengan banyaknya pabrik yang ada itu berarti banyak tenaga kerja yang bekerja didalamnya, sedangkan dalam melaksanakan pembangunan diperlukan beberapa faktor yang menunjang seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, demikian juga faktor tenaga kerja memiliki peranan penting dalam sebuah proses industri.

Era perkembangan zaman seperti sekarang ini, dimana kebutuhan ekonomi semakin bertambah, tenaga kerja dalam sektor industri tidak hanya kaum laki-laki saja, banyak wanita yang juga bekerja pada sektor industri yang dahulu banyak dikerjakan oleh para laki-laki, karena Wanita yang bekerja pada masa sekarang ini bukan lagi merupakan suatu hal yang tabu. Banyak alasan yang mendasari wanita bekerja, Ada yang karena harus bekerja karena tidak ada anggota keluarga yang lain yang dapat mencari nafkah, ada pula yang bekerja karena memang ingin mencapai karir yang baik dalam dunia kerja.

Industri sangat diharapkan menjadi motor pembangunan, bahkan kebijaksanaan pembangunan saat ini dapat dikatakan lebih condong kepada sektor industri. Tenaga kerja adalah input dalam proses produksi termasuk di sektor industri. Ada anggapan bahwa tenaga kerja itu adalah homogen, jarang dibedakan antara tenaga kerja laki-laki dengan tenaga kerja perempuan. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak perhatian justru diberikan pada perbedaan tenaga kerja, perbedaan jenis kelamin, dan perbedaan pendidikan serta keahlihan.


(18)

commit to user

Secara formal keberadaan persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan sudah dimulai pada tahun 1948 melalui suatu deklarasi yang disebut sebagai The Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia), oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan tahun 1976 dilengkapi menjadi The International Bill of Human Rights (Pernyataan Hak Asasi Manusia)

Indonesia telah meratifikasi konvensi wanita dengan mengeluarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita, konsekuensi dari adanya ratifikasi tersebut adalah (Achie Sudiarti Luhulima, 2007:23) :

1. Mengutuk diskriminasi terhadap wanita dalam segala bentuknya.

2. Bersepakat untuk menjalankan dengan segala cara yang tepat, tanpa ditunda-tunda, kebijakan menghapus diskriminasi terhadap wanita.

Di Indonesia dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam Pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “setiap warga negara mempunyai hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi manusia “ selain itu dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dikatakan bahwa “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.” Ketentuan Pasal 5 ini membuka peluang kepada wanita untuk memasuki semua sektor pekerjaan termasuk dalam bidang industri, dengan catatan bahwa perempuan itu mau dan mampu melakukan pekerjaan tersebut, Ketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 ini semakin memperjelas ketentuan Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja, dari adanya beberapa peraturan yang ada tersebut Semakin terbukanya kesempatan kerja bagi kaum wanita. Dengan jaminan hukum ini, perempuan mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya dalam bekerja diantaranya memanfaatkan peluang atau kesempatan kerja, baik di dalam maupun di luar negeri.


(19)

commit to user

Mengingat banyaknya tenaga kerja wanita yang semakin banyak dari tahun ke tahun hal ini perlu menjadi perhatian khusus pemerintah, oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk membina, mengarahkan serta memberi perlindungan bagi tenaga kerja khususnya tenaga kerja wanita untuk menciptakan kesejahteraan yang berkaitan dengan yang dilakukannya. Selain ada pendapat yang mengatakan bahwa wanita itu adalah pekerja sekunder, tidak terampil, berfisik lemah dan tidak mempunyai kompetensi teknis, dibidang ketenagakerjaan selain itu wanita dianggap lajang sehingga tidak mendapat tunjangan keluarga, meskipun dalam kenyataan suami seorang pengangguran, disamping itu “buruh perempuan juga ditempatkan sebagai pencari nafkah tambahan sehingga mendapat upah rendah dan terjadi pengabaian terhadap hak-hak nya” (Agnes Widayanti, 2005 : 22).

Banyak perempuan yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan marginal sebagai buruh lepas, atau pekerja keluarga tanpa memperoleh upah atau dengan upah rendah. Mereka tidak memperoleh perlindungan hukum dan kesejahteraan , kerja konkret mereka begitu diremehkan didalam dokumentasi statistik. bahwa banyak perempuan yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan marginal sebagai buruh lepas, atau pekerja keluarga tanpa memperoleh upah atau dengan upah rendah. Mereka tidak memperoleh perlindungan hukum dan kesejahteraan (Hastuti dan Endang Lestari, 2005: 5).

Keadaan pekerja wanita yang demikian, penting diperhatikan untuk mendapat perlindungan hukum. Perlindungan hukum untuk pekerja wanita dapat dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakkan-kebijakkan yang mengatur perlindungan hukum bagi buruh, sehingga perusahaan akan lebih memperhatikan kesejahteraan buruh, disadari bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan. Sejalan dengan itu pembangunan ketenagakerjaan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kontribusinya dalam pembangunan serta untuk melindungi hak dan kepentingan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia.


(20)

commit to user

Pada dasarnya perlindungan bagi tenaga kerja dimaksudkan untuk menjaga agar tenaga kerja menjadi lebih dimanusiakan, dimana pelaku usaha tidak lagi sembarangan memperlakukan tenagakerjanya. Dengan adanya perlindungan pada tenaga kerja wanita diharapkan mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan berbagai tugas dan kewajiban sosialnya dengan baik, dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga pada giliriannya dapat meningkatkan kualitas hidup dan karenanya dapat hidup layak sebagai manusia. Untuk mensukseskan perlindungan terhadap tenaga kerja itu memerlukan peran dari banyak pihak, tidak hanya pemerintah tetapi juga pelaku usaha.

“Sebagai kaum yang lebih lemah dari laki-laki, tenaga kerja wanita sering kali diperlakukan dengan tidak adil karena dapat dilihat dalam kenyataanya dilapangan bahwa mereka terkonsentrasi pada industri padat karya, dengan jam kerja panjang, membosankan, penuh dengan limbah industri, dan upah rendah” (Agnes Widayanti, 2005 : 9).

Dengan semakin banyak profesi yang bisa digeluti wanita dalam mencari nafkah, tidak jarang ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang mewajibkan wanita tersebut untuk bekerja di malam hari. Hal ini misalnya pada sebuah pabrik yang memiliki tiga shift jam kerja yang salah satunya berawal malam hari dan berakhir pada pagi hari.

Sementara pekerja wanita yang bekerja pada malam hari, selama ini masih mengalami berbagai kendala yang dapat diartikan bahwa kaum wanita belum saatnya untuk mandiri secara total. Misalnya pekerja wanita tidak bisa bekerja dalam kondisi sedang hamil, harus mendapat ijin dari suami, orang tua dan perusahan harus menyediakan angkutan antar jemput.

Sebagai Seorang yang lemah dari pada laki-laki harus ada perhatian khusus bagi pekerja wanita, apalagi yang bekerja pada malam hari, mereka harus dilindungi dari kemungkinan-kemungkinan terkena resiko atas pekerjaan yang dilakukannya, karena sering kali pekerja apalagi pekerja wanita dianggap pihak yang lemah ekonominya jika dibandingkan dengan pelaku usaha yang mempunyai ekonomi yang kuat, maka sudah sepatutnya


(21)

commit to user

sebagai pihak yang dianggap lemah mendapat perlindungan atas hak-hak yang diperolehnya.

Salah satu alat yang penting yang dapat melindungi para pekerja wanita, khususnya pekerja wanita yang bekerja malam hari adalah peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah, karena dengan adanya aturan-aturan tersebut akan mendorong para pengusaha yang mempekerjakan pekerja wanita melakukan kewajiban-kewajibannya, karena jika pengusaha tersebut tidak melakukan kewajiban-kewajibannya akan memperoleh sanksi seperti yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan yang ada.

Bentuk perlindungan yang diberikan oleh negara pada tenaga kerja wanita tertuang pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 76 dimana didalamnya mengatur beberapa ketentuan dalam mempekerjakan tenaga kerja wanita pada malam hari, yaitu :

1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib :

a. memberikan makanan dan minuman bergizi dan

b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

4. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

Selain dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 Pasal 76 Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans) No-mor Kep.224/MEN/2003 tentang kewajiban pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00,


(22)

commit to user

dalam peraturan tersebut diatur kewajiban pengusaha yang mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari adalah :

1. Pengusaha wajib menjaga keamanan dan kesusilaan pekerja atau buruh perempuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dengan: a. Menyediakan petugas keamanan ditempat kerja.

b. Menyediakan kamar mandi/WC yang layak dengan penerangan yang memadahi sarta terpisah antara pekerja/buruh perempuan dan laki-laki.

2. Makanan dan minuman yang diberikan harus sekurang-kurangnya 1400 kalori yang diberikan pada waktu istirahat antara jam kerja dan tidak dapat diganti dengan uang.

3. Penyediaan makanan dan minuman, peralatan, dan ruangan makan harus layak serta memenuhi syarat higienis dan sanitasi. Penyajian menu makanan dan minuman yang diberikan kepada pekerja/buruh harus secara bervariasi.

4. Pengusaha wajib menyediakan antar jemput dimulai dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya, Penjemputan dilakukan dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

5. Pengusaha harus menetapkan tempat penjemputan dan pengantaran pada lokasi yang mudah dijangkau dan aman bagi pekerja/buruh perempuan, Kendaraan antar jemput harus dalam kondisi yang layak dan harus terdaftar di perusahaan.

Dengan adanya beberapa peraturan terkait masalah perlindungan pekerja wanita dimalam hari diharapkan pelaku usaha melaksanakan kewajibanya dengan benar agar kesejahteraan pekerja wanita terjamin.

Masyarakat, pekerja atau buruh, serta pengusaha di Indonesia merupakan bagian dari masyarakat dunia yang sedang menuju era pasar bebas. Untuk menghadapi hal tersebut, semua pelaku dalam proses produksi perlu bersatu dan menumbuh kembangkan sikap profesional. Disamping itu


(23)

commit to user

pekerja atau buruh perlu menyadari pentingnya tanggung jawab yang sama dalam kelompok masyarakat lain dalam membangun bangsa dan negara

Peraturan perundang-undangan yang sangat diharapkan mampu melindungi hak-hak yang dimiliki para pekerja wanita yang bekerja pada malam hari dan memberikan kewajiban bagi para pengusaha untuk melakukan pemenuhan hak tersebut, memiliki peran yang penting, dengan adanya sanksi yang tegas akan membuat para pengusaha melakukan kewajibannya.

Salah satu upaya perlindungan yang bisa diberikan oleh pemerintah adalah dengan penerapan suatu perizinan dalam mempekerjakan para pekerja malam hari, karena perizinan merupakan salah satu upaya untuk melindungi para pekerja wanita yang bekerja pada malam hari agar para pengusaha tidak mempekerjakannya dengan sembarangan, karena dengan adanya izin yang harus diperoleh para pengusaha yang mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari, pengusaha tersebut harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang ada dalam peraturan tersebut.

Seperti disebutkan diatas Pekerja wanita pada kodratnya memiliki fisik yang lebih lemah mempunyai hak-hak khusus yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan wanita terutama para tenaga kerja wanita yang mendapat waktu kerja malam hari, hak-hak tersebut seringkali belum dipenuhi oleh perusahaan. Dari hak-hak tersebut akan dapat diketahui kewajiban Perusahaan dalam memperkerjakan tenaga kerja wanita pada malam hari telah dilaksanakan atau belum, seringkali perusahan itu menomor duakan kewajiban yang harus dipenuhi dan lebih banyak menuntut kewajiban pada para pekerja.

Oleh karena itu penelitian ini ingin mengungkap mengenai pengatuarn perizinan yang diharapkan bisa melindung para pekerja wanita yang bekerja pada malam hari, hak-hak wanita yang bekerja pada malam hari dan kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan. Penelitian akan dilakukan pada PT. Kusuma Mulia, karena PT tersebut merupakan perusahaan yang belum lama berdiri dan bergerak dalam bidang industri


(24)

commit to user

garmen, PT tersebut juga mempekerjakan para pekerja wanita yang bekerja pada malam hari.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan hukum dengan judul :

“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI DI PT KUSUMA MULIA KARANGANYAR”

B. Perumusan Masalah

Setiap penulisan ilmiah yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah (Sugiyono, 2004 : 25). Rumusan masalah dimaksud untuk penegasan masalah-masalah yang akan diteliti sehingga memudahkan dalam pekerjaan serta pencapaian sasaran. Perumusan masalah dalam suatu penelitian diperlukan untuk memfokuskan masalah agar dapat dipecahkan secara sistematis. Cara ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pemahaman terhadap permasalahan mencapat tujuan yang dikehendaki.

Dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaturan Masalah Perizinan Dalam hal Mempekerjakan Wanita Pada Malam Hari dan Perizinan tersebut di PT. Kusuma Mulia? 2. Apakah hak-hak pekerja wanita yang bekerja pada malam hari di PT.

Kusuma Mulia dan kewajiban PT tersebut dalam hal mempekerjakan wanita pada malam hari telah dipenuhi?


(25)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan penelitian harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai dengan jelas. Tujuan penelitian diperlukan untuk memberikan arah dalam melangkah dengan tujuan penelitian. Ada pun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Tujuan Obyektif :

a. Untuk mengetahui masalah pengaturan tentang perizinan dalam mempekerjakan tenaga kerja wanita malam hari dan perizinan tersebut di PT. Kusuma Mulia

b. Untuk mengetahui sudah terpenuhi atau tidaknya hak-hak pekerja wanita yang bekerja pada malam hari di PT Kusuma Mulia dan mengetahui kewajiban perusahaan dalam mempekerjakan wanita pada malam hari.

2 Tujuan Subyektif :

a. Untuk menambah pengetahuan wawasan penulis dalam mengetahui seberapa besar perlindungan yang diberikan oleh negara pada para tenagakerja wanita yang bekerja pada malam hari, khususnya diwilayah Karanganyar.

b. Untuk melengkapi syarat akademis guna memperoleh galar kasarjanaan dalam Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Salah satu faktor pemilihan masalah ini adalah dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :


(26)

commit to user

1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum ketenagakerjaan khususnya tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan

literatur dalam dunia kepustakaan tentang perlindungan hukum pada tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari di Karanganyar.

c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2 Manfaat Praktis

a. Guna mengembangkan penaralan, membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam mengkritisi persoalan-persoalan hukum masalah ketenagakerjaan yang diharapkan dapat dipakai bahan evaluasi tentang perlindungan tenaga kerja wanita pada malam hari.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman bagi pihak terkait yang interest terhadap persoalan yang diangkat dalam penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Suatu penelitan haruslah menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh penulis. Sedangkan dalam penentuan metode mana yang akan digunakan, penulis harus cermat agar metode yang dipilih tepat dan sesuai, sehingga untuk mendapat hasil dengan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan dapat tercapai. Metode merupakan suatu cara atau jalan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian itu suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,


(27)

commit to user

gejala atau hipotesa, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah .

“Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi” (Peter Mahmud Marzuku, 2008 : 35).

“Dalam suatu penelitian hukum, konsep dasar tentang ilmu hukum menyangkut sistem kerja dan isi ilmu hukum haruslah sudah dikuasai, selanjutnya baru penguasaan metodelogi penelitian sebagai pertanggung jawaban ilmiah terhadap komunitas pengemban ilmu hukum” ( Johnny Ibrahim, 2005: 26).

Penguasaan terhadap konsep dasar ilmu hukum dan konsekuansinya terhadap metodologinya, akan menghindarkan peneliti ilmu hukum dari pandangan ekstrim bahwa ilmu hukum dipelajari semata-mata untuk mengabdi pada ilmu hukum. Dengan pelajaran tersebut dapat dipahami “bahwa konsep ilmu hukum dan metodologinya yang digunakan dalam suatu penelitian memainkan peran yang sangat signifikan agar ilmu hukum beserta temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi dan aktualitasnya” ( Johnny Ibrahim, 2005: 27-28).

Maka metode penelitan adalah cara yang teratur dan terpikir secara runtun baik dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan guna menguji kebenaran maupun ketidak benaran dari suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif. Menurut Johnny Ibrahim (2005: 295) penelitian hukum normatif adalah “Penelitian yang difokoskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum


(28)

commit to user

positif”. Selain itu mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek yaitu aspek teori, sejarah, filosofis, perbandingan, struktur, komposisi, lingkup dan materi, penjelasan umum dan pasal-demi pasal, formalitas dan kekuatan yang digunakan mengikat suatu UU, tetapi tidak mengkaji aspek terapan atau implementasinya. Dalam hal ini yang dilakukan adalah meneliti data pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan tersebut disusun secara sestematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubunganya dengan masalah yang diteliti. Penelitian yang dilakukan melalui ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perlindungan tenaga kerja wanita yang berkerja di malam hari. Sehingga di ketahui tutuntan hukum yang berlaku dalam mengahadapai permasalahan perlindungan tenaga kerja perempuan yang berkerja di malam hari.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam jenis penelitian Deskriptif, dalam bukunya Hadari Nawawi (1993:63-64) Deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana yang bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ini lebih ditekankan pada memberikan gambaran obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh semua data-data dan semua informasi yang berkaitan dengan penulisan hukum ini , penulis akan mengambil lokasi penelitian di PT. Kusuma Mulia Karanganyar-Surakarta.

4. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode yuridis normatif. Menurut Johnny Ibrahim (2005: 300-322) “dalam kaitannya dengan penelitian normatif dapat digunakan beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan Perundang-undangan, pendekatan konsep, pendekatan analitis, pendekatan perbandingan , pendekatan filsafat dan


(29)

commit to user

pendekatan kasus”. Pendekatan yang digunakan penulis adalah Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach), menggunakan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep.224/MEN/2003.

5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi misalnya laporan atau dokumen. Data yang diperoleh dari bahan kepustakaan, bahan-bahan dokumenter, tulisan ilmiah dan sumber-sumber lain yang berhubungan erat dengan masalah yang diteliti.

Johnny Ibrahim (2005: 295-296) mengatakan dalam bukunya yang berjudul bahan hukum yang dikaji data sekunder dibidang hukum ditinjau dari kekuatan mengikatnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yang mengikat yang terdiri dari norma atau kaidah dasar yaitu pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, peraturan dasar yang terdiri dari batang tubuh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan ketetapan Mejelis Permusyawaratan Rakyat, Peraturan PerUndang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasi seperti hukum adat, yuisprudensi, traktat, bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih brlaku seperti Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2) Keputusan mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP.224/MEN/2003 tentang Kewajiban Pengusahan yang Mempekerjakan Buruh /Pekerja Perempuan Antara Pukul 23.00 Sampai Dengan 07.00.


(30)

commit to user

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti rancangan peraturan perUndang-undangan, hasil karya ilmiah para sarjana dan hasil-hasil penelitian.

c. Bahan hukum tersier atau penunjang

bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder misalnya dari media internet, kamus.

Adapun mengenai sumber data pada penulisan hukum ini Karena bersifat normatif Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yang meliputi bahan hukum sekunder sebagai pendukung dari bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur, buku, koran, media internet serta peraturan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pengaturan tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari dan sebagainya yang berkaitan dengan pokok yang dibahas. 6. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang mendasar dan sangat penting, yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan data-data yang dibutuhkan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah :

a. Wawancara

Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan terwawancara” (Lexy J Moleong, 2009:186) Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada sumber data primer mengenai masalah yang diteliti. Wawancara ini dilakukan dengan catatan-catatan pokok dengan nara sumber pihak PT. Kusuma Mulia yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan.


(31)

commit to user

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan hukum yang didapat dari membaca literatur dan membaca dokumen yang relevan dengan penulisan ini.

7. Teknik Analisis data

“Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” ( Lexy J. Moleong. 2009: 103).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah menggunakan metode Deduktif. Dalam bukunya Johny Ibrahim (2005: 249) yang mengutip pendapat dari Bernard Arif Shiharta logika deduktif “merupakan suatu teknik untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khasus yang bersifat individual”.

Dalam pencarian untuk menemukan jawaban dari permasalah-permasalahan yang ada dapat dilakukan dengan pengkajian peraturan PerUndang-undangan yang ada, dalam penulisan ini penulis menggunakan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Kete-nagakerjaan dan Keputusan mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep.224/MEN/2003 tentang Kewajiban Pengusahan yang Mem-pekerjakan Buruh /Pekerja Perempuan Antara Pukul 23.00 Sampai Dengan 07.00. Kemudian diajukan dalam fakta hukum yang meng-gambarkan permasalahan yang ada tentang perlindungan hukum tenaga kerja yang bekerja malam hari, yang selanjutnya akan memperoleh suatu kesimpulan.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terbagi dalam empat bab yangsaling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah :


(32)

commit to user

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan umum tentang pengaturan pekerja atau buruh perempuan

a. Pengertian tenaga kerja atau buruh perempuan b. Pekerjaan perempuan

c. Waktu kerja

2. Tinjauan tentang Perlindungan hukum tenagakerja perempuan a. Kebijakan perlindungan tenaga kerja perempuan

1) Protektif 2) Korektif

3) Non-diskriminasi b. Penerapan operasional

1) Perlindungan yang bersifat protektif 2) Perlindungan yang bersifat korektif

3) Perlindungan yang bersifat non-diskriminatif 3. Tinjauan tentang sift malam


(33)

commit to user

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dalam bab ini disajikan mengenai .

1. Tentang pengaturan perizinan dalam mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari, dimana peraturan ketenagakerjaan yang ada tidak mengatur masalah perizinan dalam mempekerjakan wanita pada malam hari, hal tersebut sangat merugikan para pekerja. Dan di PT. Kusuma Mulia tidak ada perjanjian kerja yang mengatur pekerja wanita pada malam hari.

2. Pemenuhan Hak-hak wanita yang bekerja pada malam hari di PT Kusuma Mulia yang sebagian besar belum terpenuhi oleh perusahanan, dan Kewajiban PT. Kusuma Mulia dalam mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari juga belum melaksanakan kewajibannya karena masih banyak hak-hak yang tidak didapat para pekerja wanita pada malam hari.

BAB IV : PENUTUP

Simpulan secara singkat dan jelas untuk menjawab permasalahan berdasarkan pembahasan dimana PT. Kusuma Mulia Karanganyar belum sepenuhnya memberikan hak-hak pada pekerja wanita yang bekerja malam hari dan peraturan masalah ketenagakerjaan belum melindungi para pekerja wanita malam hari karena tidak diaturnya masalah perizinan. dalam bab ini juga penulis mencoba untuk memberikan saran dan upaya pemecahan yang harus dilakukan terhadap permasalahan yang diteliti.


(34)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang pengaturan pekerja atau buruh perempuan

a. Pengertian tenaga kerja atau buruh perempuan

Dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat beberapa peristilahan mengenai pekerja. Misalnya ada yang menyebutkan buruh, karyawan atau pegawai. Namun sesungguhnya dapat dipahami , bahwa maksud dari semua peristilahan tersebut adalah sama yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan dengan mendapat upah sebagai imbalan dari pekerjaan yang telah dilakukannya. ( Darwan Prinst, 2000 : 34)

Pada pasal 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa :

1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

3) Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Pengertian tenaga kerja dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tersebut menyempurnakan pengertian tenaga kerja dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan pokok ketenagakerjaan yang memberikan pengertian, tenaga kerja adalah “ setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat “. Dari pengertian tersebut tampak perbedaan yakni dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak lagi memuat kata-kata baik didalam maupun diluar hubungan kerja dan adanya penambahan kata sendiri pada kalimat memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat.


(35)

commit to user

Pengurangan kata didalam maupun diluar hubungan kerja tersebut sangat beralasan karena dapat mengacaukan makna tenaga itu sendiri seakan-akan ada yang didalam dan ada pula diluar hubungan kerja serta tidak sesuai dengan konsep tenaga kerja dalam pengertian yang umum. Sedangkan penambahan kata sendiri karena barang dan jasa yang dihasilkan tidak hanya digunakan masyarakat saja tetapi juga dirinya sendiri. ( Lalu Husni , 2005 : 16)

Dapat dilihat dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Selanjutnya Pasal 1 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1981 tentang perlindungan upah menetukan bahwa buruh adalah tenaga kerja yang bekerja peda pengusaha dengan menerima upah.

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja perempuan yang dimaksud adalah perempuan dewasa, perempuan dianggap sudah dewasa adalah perempuan yang sudah berumur delapan belas atau lebih. Sedangkan perempuan yang berumur kurang dari delapan belas tahun termasuk orang yang belum dewasa atau anak-anak.

Pengertian tentang tenaga kerja wanita dikemukakan oleh Soedijoprapto (1982:73), yang menyatakan bahwa “Tenaga kerja wanita adalah tiap-tiap wanita yang melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”. Dalam hal ini yang dimaksudkan bukan hanya buruh wanita, karyawati atau pegawai wanita yang merupakan tenaga kerja, tetapi juga diperuntukan bagi wanita yang bekerja mandiri.


(36)

commit to user

b. Pekerjaan perempuan

Pekerja atau buruh perempuan merupakan pekerja yang membutuhkan perhatian dan penanganan khusus dan tersendiri, karena memang pada kenyatannya dalam beberapa segi terdapat beberapa perbedaan antara pekerja laki-laki dan perempuan yang tidak dapat dipersamakan. Menurut G Kartasapoetra (1994 : 44) Pihak pekerja yang akan mempekerjakan pekerja perempuan dalam perusahannya hendaknya mempertimbangkan dengan bijak hal-hal sebagai berikut:

1) Kaum perempuan pada umumnya bertenaga lemah, halus tetapi tekun. 2) Norma-norma susila harus diutamakan agar pekerja perempuan

tersebut tidak terpengaruh oleh perbuatan negatif dari pekerja lawan jenisnya, terutama jika dipekerjakan malam hari.

3) Para pekerja perempuan pada umumnya mengerjakan pekerjaan halus sesuai dengan sifat dan tenaganya.

4) Para pekerja perempuan itu ada yang masih gadis dan ada pula yang sudah bersuami atau berkeluarga dengan sendirinya mempunyai beban rumah tangga yang harus ditanggung.

Di Internasional dalam Komisi Eropatelah mengeluarkan sebuah Kode Etik pada penerapan Kesamaan pengupahan bagi Pekerjaan yang Bernilai Setara atas Laki-laki dan Perempuan. Kode etik ini menyatakan bahwa, sebagai langkah pertama informasi perlu dikumpulkan untuk menetapkan suatu gambaran umum tentang gender dan pembayaran. Brussels (1996: 8) Kode etik tersebut menyusun daftar indikator-indikator penting mengenai kemungkinan diskriminasi jenis kelamin, yaitu:

1) Perempuan memiliki pendapatan rata-rata lebih rendah daripada laki-laki dengan pekerjaan yang sama.

2) Perempuan memiliki pendapatan rata-rata lebih rendah daripada laki-laki pada peringkat yang sama.


(37)

commit to user

3) Perempuan pada pekerjaan-pekerjaan tak terlatih yang didominasi kaum perempuan dibayar lebih rendah daripada dalam pekerjaan tak terlatih terendah yang didominasi laki-laki.

4) Pekerjaan-pekerjaan yang sebagian besar ditempati perempuan diberi peringkat atau dievaluasi lebih rendah daripada pekerjaan-pekerjaan yang sebagian besar ditempati laki-laki pada tingkatan usaha, keahlian atau tanggung jawab serupa.

5) Perempuan dibayar lebih rendah daripada laki-laki dengan kualifikasi masuk dan lama bekerja yang setara.

6) Di saat pengaturan perundingan terpisah diharuskan berada dalam satu organisasi, perundingan-perundingan itu akan didominasi oleh laki-laki yang menerima pembayaran lebih tinggi daripada kelompok perunding lain yang didominasi oleh perempuan.

7) Sebagian besar laki-laki dan perempuan dipisahkan oleh pemberian peringkat, klasifikasi, dan sistem evaluasi yang berbeda.

8) Pekerja-pekerja paruh-waktu atau temporer, yang sebagian besar adalah perempuan,memiliki pendapatan per jam rata-rata lebih rendah daripada pekerja penuh atau tetap dalam pekerjaan atau peringkat yang sama.

9) Pekerja-pekerja paruh-waktu atau temporer, yang sebagian besar adalah perempuan, memiliki akses pada pembayaran dan tunjangan kontrak lain yang lebih rendah.

10) Pengaturan bonus yang berlainan, rata-rata bagian dan sistem “pembayaran berdasar hasil” lainnya, diterapkan pada wilayah produksi berbeda, berpengaruh secara tidak seimbang pada salah satu gender.

11) Rata-rata lembur yang berlainan diterapkan di departemen yang berbeda, berpengaruh secara tidak seimbang pada salah satu gender. 12) Pemberian izin berlibur bervariasi antara pekerjaan-pekerjaan di

tingkat yang sama berpengaruh secara tidak seimbang pada salah satu gender.


(38)

commit to user

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka pada umumnya perem-puan serasi dengan pekerjaan-pekerjaan ringan yang tidak memerlukan kerja otot dan dibutuhkan suatu perlindungan yang benar-benar evektif untuk melindungi kaum wanita yang lemah yang sering kali banyak dirampas hak-haknya.

c. Waktu kerja

Pada Paragraf 4 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan masalah Waktu Kerja, dalam Pasal 77 disebutkan “

1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. 2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

b) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

c) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

d) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.

Apabila pengusaha akan mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 77, harus memenuhi syarat-syarat yang disebutkan dalam Pasal 78 yaitu :

1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat :

a) ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan.

b) waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.


(39)

commit to user

2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.

3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.

Selain Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, penyimpangan waktu kerja dapat dilakukan dengan memperhatikan Ke-putusan Menteri Tanaga Kerja Nomor Kep.608/MEN/1989 tentang pemberian ijin penyimpangan waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengusaha-pengusaha yang mempekerjakan pekerja 9 jam sehari dan 54 jam seminggu.

Di tahun 1990 Konferensi Perburuhan Internasional mengadopsi sebuah protokol dari Konvensi (Revisi) Kerja Malam (Perempuan) tahun 1948, yang menyatakan pelarangan kerja malam terhadap perempuan bisa dicabut di mana organisasi pengusaha dan serikat pekerja mencapai persetujuan yang sesuai menghadapi masalah ini. Di tahun yang sama, Konferensi juga mengadopsi Konvensi Kerja Malam (No. 171) untuk menjaga para pekerja malam secara umum. Konvensi ini menyatakan bahwa perempuan diberi alternatif untuk bekerja malam sebelum dan sesudah melahirkan, tetapi untuk hal ini Indonesia tidak meratifikasi.( ILO .2004 : 21)

2. Tinjauan tentang Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Perempuan

Masalah yang sering dialami para pekerja perempuan yang bekerja pada malam hari seperti yang dikutip dari jurnal Internasional yang berjudul When there is “No Respect”at Work: Job Quality Issues for Women in Egypt’s Private Sector (2009.Hal 4 dan 10) adalah bentuk ke-amanan kerja, serta masalahyang nyata kurang terjaminnya keke-amanan,


(40)

kebe-commit to user

basan, dan martabat manusia" (ILO, 1999).selanjutnya, ILO mengidentifika-sikan pekerjaan yang layak sebagai keterlibatan dalam produktif kerja dimana hak dilindungi, penghasilan yang dihasilkan memadai, dan dengan perlindungan sosial yang memadai. Selain itu Perempuan takut mereka pelecehan seksual dan asosiasi dengan pekerjaan kesesuaian tempat, dan pengertian tentang kesucian, moralitas, dan reputasi yang terhormat. Yang bermasalah efek dari jam kerja yang panjang untuk wanita, tidak hanya secara hukum, tetapi dalam rangka beban ganda yang dilakukan o-leh perempuan di wilayah ini, adalah penting untuk kesesuaian tempat kerja perempuan. Kami juga memeriksa kondisi perempuan yang beker-ja untuk upah rendah, kesenbeker-jangan gender dalam upah tempat kerbeker-ja, dan masalah keamanan sosial dalam konteks manfaat, dan adanya perjanjian antara karyawan dan majikan.

Pada jurnal Internasional yang berjudul Working the Night Shift: Gender and the Global Economy (2006 : 10) salah satu bentuk yang diberikan negara pada para pekerja wanita yang bekerja pada malam hari dengan perempuan harus tetap mencerminkan kerangka pikir yang didasarkan pada keamanan dan perlindungan dari tubuh perempuan (tentang kesusilaan yang lebih diutamakan), serta bentuk-bentuk baru temporal yang terkait dengan tuntutan ekonomi global bagi para pekerja selama bekerja pada waktu malam , misalnya harus menyerahkan bukti kerja untuk komunitasnya asosiasi perumahan karena tetangga mempertanyakan mengapa ia akan keluar pada malam hari.Pihak keamanan juga dikirim kerumahnya untuk memberitahu dan menjamin keamanannya .

Perlindungan bagi seorang pekerja dapat dilakukan dengan jalan memberikan sebuah tuntunan atau arahan dan dengan peningkatan pada hak-hak asasi manusia selain itu juga dilakukan dengan perlindungan fisik , teknis dan ekomoni melalui norma-norma yang ada dalam lingkungan kerja tersebut. Menurut G. Kartasapoetra dan Rience Indraningsih yang dikutip dari buku H. Zainal Asikin dkk (2008 : 96) perlindungan kerja mencakup :


(41)

commit to user

a. Norma keselamatan kerja yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan mesin, alat-alat kerja, pesawat dan proses pekerjaannya, serta keadaan tempat kerjadan lingkungan serta cara melakukan pekerjaan. b. Norma kesehatan kerja dan Heigiene kesehatan perusahaan yang meliputi

: pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja, dilakukan dengan pemberian obat-obatan dan perawat bagi tenaga kerja yang sakit. Mengatur persediaan tempat cara dan syarat kerja memenuhi heigiene kesehatan perusahaan dan pekerja untuk mencegah penyakit.

c. Norma kerja yang meliputi : perlindungan tenaga kerja yang berkaitan dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahan, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan ibadah menurut kesusilaan masing-masing yang telah diakui oleh pemerintah.

d. Kepada tenaga kerja yang mendapat kecelakaan atau menderita penyakit karena kuman yang diakibatkan dari sebuah pekerjaan, ia berhak mendapat ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat pekerjaan, ahli waris juga berhak mendapat ganti rugi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Soepomo yang dikutip dalam bukunya H. Zainal Asikin dkk (2008 : 97) membagi perlindungan pekerja mejadi tiga macam:

a. Perlindungan ekomonis merupakan perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bagi kehidupannya dan keluarganya, termasuk dalam hak pekerja pekerja tersebut tidak mampu bekerja karena suatu alasan tertentu. Disebut juga dengan perlindungan dengan jaminan sosial.

b. Perlindungan sosial yaitu perlindungan ini berkaitan dengan usaha kemasyarakatan yang bertujuan memungkinkan pekerja itu mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagai manusia pada umumnya. c. Perlindungan teknis yaitu perlindungan yang berkaitan dengan

usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang timbul dari alat-alat kerja, bahan yang diolah, pesawat.


(42)

commit to user

Perlindungan kerja bertujuan untuk menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Untuk ini pengusaha wajib melaksanakan ketentuan perlindungan tersebut sesuai peraturan perUndang-undangan yang berlaku.

Menurut jurnal Nasional yang berjudul Pekerja Wanita diperusahaan dalam Perspektif Hukum dan Jender (Sinta uli ,2005:7), Aspek perlindungan hukum ketenagakerjaan mengatur perlindungan sejak sebelum dalam hubungan kerja, selama dalam hubungan kerja dan setelah hubungan kerja berakhir. Perlindungan sebelum kerja misalnya jaminan bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi, untuk memperoleh pekerjaan, pelanggaran dalam hal itu dapat dikenai sanksi. Perlindungan setelah hubungan kerja misalnya adanya kewajiban pengusaha untuk membayar pesangon agar dapat menjamin hidupnya dalam waktu tertentu .

Secara yuridis dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, yaitu memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat. Sedangkan dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, mewajibkan para pengusaha untuk memberikan hak dan kewajiban pekerja atau buruh tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit, dan aliran politik.

a. Kebijakan perlindungan tenaga kerja wanita

Upaya perlindungan hukum bagi tenaga kerja wanita didasar pada peraturan perundang-undangan nasional juga standard ketenagakerjaan internasional yang telah diadopsi menjadi peraturan perundang-undangan nasional, tujuannya adalah untuk meningkatkan perlindungan tenaga kerja wanita.

Pada dasarnya sifat kebijakan perlindungan tenaga kerja wanita dapat dikategorikan menjadi tiga hal (Sulistyowati Irianto, 2006:449) :


(43)

commit to user

1) Protektif

Kebijakan perlindungan ini diarahkan pada perlindungan fungsi reproduksi bagi tenaga kerja wanita, seperti pemberian istirahan haid, cuti melahirkan atau gugur kandung.

2) Korektif

Kebijakan perlindungan ini diarahkan pada peningkatan kedudukan tenaga kerja wanita seperti larangan pemutusan hubungan tenaga kerja bagi tenaga kerja wanita karena menikah, hamil atau melahirkan. Selain itu juga menjamin tenaga kerja wanita agar dilibatkan dalam penyusuna peraturan perusahaan dan perjanjian kerja bersama.

3) Non-diskriminasi

Kebijakan perlindungan ini diarahkan pada tidak adanya perlakuan yang bersifat diskriminatif terhadap tenaga wanita dengan tenaga kerja laki-laki ditempat kerjanya.

b. Penerapan operasional

1) Perlindungan yang bersifat protektif

Tenaga kerja wanita merupakan kelompok yang karena kodratnya mempunyai karakteristik tertentu yang perlu mendapat perhatian. Oleh sebab itu dalam beberapa hal terhadap tenaga kerja wanita ini diberlakukan peraturan khusus terutama yang menyangkut perlindungan tenaga kerja wanita, perlindungan tersebut mencakup : larangan melakukan pekerjaan yang mem-bahayakan kesehatan kesusilaan perempuan ( misal, tidak boleh bekerja dibidang tambang dibawah tanah), cuti haid, dan kesempatan menyusui anak pada waktu jam kerja.

Untuk melihat sampai seberapa jauh peraturan perundang-undangan telah memperhatikan ekssistensi tenaga kerja wanita, berikut ini disajikan ketentuan-ketentuan atau perturan yang mengatur masalah-masalah tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari yaitu :


(44)

commit to user

Dalam Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 76 diatur hal-hal berikut :

a) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

b) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. c) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan

antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib : (1) Memberikan makanan dan minuman bergizi dan

(2) Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. d). Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi

pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

Pengaturan pekerja wanita dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 telah banyak mengalami perubahan dari ketentuan sebelumnya yang melarang perempuan dipekerjakan pada malam hari, kecuali karena sifat pekerjaan tersebut harus dikerjakan oleh perempuan dengan meminta izin instansi yang bertanggungjawab pada bidang ketenagakerjaan dalam undang-undang tersebut sudah tidak mengatur masalah perizinan lagi.

Selain Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dikeluarkan Kepmenakertrans Nomor Kep.224/MEN/2003 yang mengatur tentang kewajiban pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh perempuan antara pukul 23.00 sempai dengan 07.00, dalam keputusan tersebut diterangkan kewajiban pengusaha yang mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari ini antara lain :


(45)

commit to user

a) Pengusaha wajib menjaga keamanan dan kesusilaan pekerja atau buruh perempuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dengan :

(1) Menyediakan petugas keamanan ditempat kerja. (2) Menyediakan kamar mandi /WC yang layak dengan

penerangan yang memadahi sarta terpisah antara pekerja/ buruh perempuan dan laki-laki.

b) Makanan dan minuman yang diberikan harus sekurang-kurangnya 1400 kalori yang diberikan pada waktu istirahat antara jam kerja dan tidak dapat diganti dengan uang.

c) Penyediaan makanan dan minuman, peralatan, dan ruangan makan harus layak serta memenuhi syarat higiene dan sanitasi. Penyajian menu makanan dan minuman yang diberikan kepada pekerja/buruh harus secara bervariasi.

d) Pengusaha wajib menyediakan antar jemput dimulai dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya, Penjemputan dilakukan dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

e) Pengusaha harus menetapkan tempat penjemputan dan pengantaran pada lokasi yang mudah dijangkau dan aman bagi pekerja/buruh perempuan, Kendaraan antar jemput harus dalam kondisi yang layak dan harus terdaftar di perusahaan 2) Perlindungan yang bersifat korektif

Pelaksanaan perlindungan yang bersifat koreksi terhadap hal-hal yang normatif dilakukan melalui pengawasan ketenagakerjaan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan. Pengertian pengawasan dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan untuk melihat, melakukan pengawasan. sedangkan pengawasan ketenagakerjaan adalah lembaga yang penting dalam penyelenggarakan undang-undang dan peraturan lain


(46)

commit to user

yang terkait masalah ketenagakerjaan ( Purwono Sungkowo, Wida Astuti dan Pius Triwahyudi , 2007: 16).

Tujuan pengawasan untuk mengawasi berlakunya peraturan perundang-undangan yang ada masalah ketenagakerjaan, memghimpun bahan dan keterangan masalah hubungan kerja dan keadaan tenaga kerja serta menjalankan pekerjaan lain yang menjadi kewajibannya ( Purwono Sungkowo, Wida Astuti dan Pius Triwahyudi , 2007: 16).

Dalam Pasal 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Tugasnya Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang pembinaan pengawasan ketenagakerjaan sedangkan fungsinya

a) perumusan kebijakan di bidang pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan, norma kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

b) pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan, norma kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan kerja. c) perumusan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, dan

evaluasidi bidang pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan, norma kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan ,norma kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan kerja. e) pelaksanaan administrasi Direktorat Jendral.


(47)

commit to user

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 176. Pelaksanaan pengawasan terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, meliputi :

a) Penyusunan rencana kerja.

b) Pemeriksaan diperusahaan atau tempat kerja c) Pelaporan hasil pemeriksaan

3) Perlindungan yang bersifat non-diskriminatif

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang pengesahan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, maka pengesahan perlindungan tenaga kerja perempuan dari perlakuan diskriminatif semakin kuat.

Dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 dijelaskan tentang hak-hak wanita dalam ketenagakerjaan yaitu : a) Hak untuk bekerja sebagai hak asasi manusia.

b) Hak atas kesempatan kerja yang sama, termasuk kriteria seleksi yang sama dalam penerimaan pegawai.

c) Hak untuk memilih profesi dan pekerjaan, hak untuk kenaikan pangkat jaminan kerja dan semua tunjangan fasilitas kerja. d) Hak untuk memperoleh latihan kejuruan dan latihan ulang,

termasuk masa kerja sebagai magang.

e) Hak untuk menerima upah, termasuk tunjangn, perlakuan yang sama untuk kerja yang sama nilainya.

f) Persamaan penilaian kualitas pekerjaan. g) Hak atas jaminan sosial.

h) Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk perlindungan fungsi reproduksi.

3. Tinjauan Tentang Shift Malam

Shift kerja adalah pembagian kerja dalam waktu 24 jam meliputi kerja pagi, sore dan malam yang dilaksanakan untuk memanfaatkan sumber daya


(48)

commit to user

yang ada dengan tujuan memenuhi dan meningkatkan produksi. shift kerja ada 2 macam yaitu: Shift permanen. Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari dan Shift Rotasi Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus ditempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift yang paling mengganggu terhadap irama circardian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.

Model ILO (1983) pergantian shift yang normal 8 jam per shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu kerja ini dikenal dengan regu kerja terus-menerus (3 x 8). Pekerja yang terlibat dalam sistem shift rotasi akan berubah-ubah waktu kerjanya, pagi, sore dan malam hari, sesuai dengan sistem kerja shift rotasi yang ditentukan. Di Indonesia, sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift dengan pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima hari shift pagi (08.00-16.00), lima hari shift sore (16.00-24.00) dan lima hari shift malam (24.00-08.00) diikuti dengan dua hari libur pada setiap akhir. (merulalia , wartawarga.gunadarma.ac.id , 9 oktbr 2010 pukul 18.00 wib)

Dalam Peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan diIndonesia Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dalam Pasal 76 disebutkan para pengusaha wajib memberikan perlakuan khusus kepada para pekerja wanita yang bekerja antara pukul 24.00 sampai 07.00, pukul 24.00 sampai pukul 07.00 dapat dikatakan para pekerja yang mendapak shift malam. Selain dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 peraturan yang mengatur masalah pekerja wanita malam hari dapat dilihat dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Kep. 224 /MEN/2003 Tentang Kewajiban Pengusaha Yang Mempekerjakan Pekerja atau Buruh Perempuan Antara Pukul 23.00 Sampai Dengan 07.00, dalam peraturan tersebut juga mengatur perlakuan khusus pada pekerja


(49)

commit to user

wanita yang bekerja pada malam hari, waktu malam juga menunjuk pada pukul 23.00 sampai 07.00.

4. Tinjauan tentang perjanjian kerja

Dalam KUHPdt pasal 1313 perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih megikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kedudukan antara para pihak yang mengadakan perjanjian adalah sama dan seimbang. (Djumadi . 2006. 13) menurut Abdul Kadir Muhammad dalam bukunya yang berjudul Hukum perikatan sebagaimana yang dikutip Djumadi (2006.15) bahwa dalam suatu perjanjian termuat beberapa unsur diantaranya adalah :

a. Ada pihak-pihak

Paling sedikit terdapat dua pihak yang bertindak sebagai subyek, yang telah dewasa dan cakap dalam melakukan hubungan hukum, dapat terdiri dari manusia atau badan hukum.

b. Ada persetujuan dari para pihak

Para pihak harus diberi kebebasan dalam melakukan suatu perjanjian atau sering disebut asas konsensual, tidak boleh ada paksaaan, tipuan atau kehakiman.

c. Ada tujuan yang akan dicapai

Dalam mencapai suatu tujuan tertentu para pihak terkait adanya ketentuan bahwa tujuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

d. Ada prestasi yang harus dilaksanakan

Adanya kewajiban dan hak yang harus dipenuhi dan didapat oleh masing-masing pihak.

e. Ada bentuk tertentu

Dibuat dalam bentuk tertentu misalnya dalam bentuk lisan atau tertulis, jika tertulis dibentuk dalam suatu akta baik akta autentik atau dibawah tangan.


(50)

commit to user

Syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam melakukan suatu perjanjian salah satunya harus sesuai dengan pasal 1320 KUHPdt.

Syarat sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUHPdt adalah : a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri.

b. Kecakapan membuat suatu perjanjian. c. Suatu hal tertentu.

d. Suatu sebab yang halal.

Beberapa asas dalam suatu perjanjian adalah a. Asas kebebasan berkontrak atau open system

Maksutnya dalah setiap orang beleh mengadakan perjanjian apa saja dan dengan siapa saja. dalam melakukan suatu perjanjian kerja asas ini masih dipakai sebagai asas yang utama yaitu perjanjian kerja dapat menciptakan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan kerja antara majikan dan buruh dimana mereka telah membuatnya (Djumadi. 2006 . 23).

b. Asas konsensual atau asas kekuasaan bersepakat

Perjanjian itu ada sejak tercapai kata sepakat antara pihak yang mengadakan perjanjian.

c. Asas kelengkapan atau optimal system

Apabila para pihak yang mengadakan perjanjian, berkeinginan lain mereka bisa menyingkirkan beberapa pasal-pasal yang ada pada Undang-undang akan tetapi jika tidak secara tegas ditentukan dalam suatu perjanjian, maka ketentuan dalam undang-undanglah yang dinyatakan tidak berlaku.

a. Perjanjian Kerja

1) . pengertian perjanjian kerja

Dalam ketentuan pasal 1601a KUHPdt mengenai perjanjian kerja yang dimaksud perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu siburuh, mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak yang lain, simajikan untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.


(51)

commit to user

Pengertian perjanjian kerja menurut pakar hukum perburuhan Prof R. Imam Soepomo mengemukakan “perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pijak kesatu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lain, majikan yang mengikatkan diri untuk mengerjakan buruh itu dengan membayar upah “ (Djumadi . 2006 .30)

Selanjutnya pengertian perjanjian kerja menurut Prof Subekti yang dikutip dalam bukunya Djumadi yang berjudul Perjanjian Kerja , disebutkan perjanjian kerja adalah “perjanjian antara seorang buruh dengan seorang majikan, perjanjian mana ditandai dengan ciri-ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu diperjanjiankan dan adanya hubungan diperatas yaitu suatu hubungan bedasarkan mana pihak satu (majikan) berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain.

2). Unsur-unsur dalam perjanjian kerja

Dalam perjanjian kerja pada prinsipnya unsur-unsur seperti dalam pasal 1320 KUHPdt masih juga menjadi pegangan dan harus diterapkan agar suatu perjanjian tersebut keberadaanyan bisa dianggap sah dan konsekuensinya dianggap sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Menurut Prof, Mr. M.G. Rood yang dikutip dalam bukunya Djumadi (2006. 35) menyebutkan dalam perjanjian kerja ada unsur-unsur yang harus dipenuhi antara lain:

a) Adanya unsur pekerjaan

Harus ada pekerjaan yang diperjanjikan dan dikerjakan sendiri oleh pekerja yang membuat perjanjian kerja tersebut. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan atas dasar perjanjian tersebut pada pokoknya wajib untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.


(1)

f. Kepmenakertrans Nomor KEP.224/MEN/2003 tentang kewajiban pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00. tentang Penyediaan makanan dan minuman, peralatan, dan ruangan makan harus layak serta memenuhi syarat higiene dan sanitasi. Penyajian menu ma-kanan dan minuman yang diberikan Kepada pekerja/buruh harus secara bervariasi. Untuk hal ini PT. Kusuma Mulia tidak melaksanakan kentuan tersebut karena dirasa sangat memberatkan dan seringkali para pekerja tidak menjaga alat-alat yang ada, PT. Kusuma Mulia tidak melakukan kewajibannya seperti dalam peraturan yang ada.

Pasal 187 mengatakan Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), Pasal 44 ayat (1), Pasal

45 ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat (2), Pasal 76, Pasal 78 ayat

(2), Pasal 79 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 85 ayat (3), dan Pasal 144, dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran.

Mengenai uraian diatas memeng benar masih banyak kewajiban-kewajiban Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans Nomor Kep.224/MEN/2003 yang belum dilakukan PT. Kusuma Mulia pada pekerja wanita yang bekerja malam hari, tetapi untuk beberapa kewajiban yang mengharuskan pengusaha untuk melakukan perlindungan yang bersifat non-diskriminasi PT tersebut telah melakukannya. Masih adanya kendala pada beberapa hal-hal yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang ada mengenai kewajiban para pengusaha yang mempekerjakan wanita pada malam hari disebabkan oleh pengusaha itu sendiri misalnya :


(2)

a. Biaya yang tinggi untuk operasional hal-hal menyangkut kewajibnnya dalam menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari, misalnya biaya operasional untuk kendaraan, bensi, selain itu misalnya lagi perusahaan terlalu berat saat diharuskan memberikan fasilitas ruang dan peralatan yang higeinis, pengeluaran bensin yang digunakan untuk biaya transport, yang seringkali para pekerja lebih memilih dialigkan dalam bentuk uang saja, seperti pemberian makan dan minum para pekerja lebih senang diganti dengan uang. Banyaknya pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan seperti yang diatur dalam peraturan yang ada sangat berimbas pada kenaikan produksi apalagi dalam masa seperti ini kebutuhan produksi sangat mahal dan persaingan sangat ketat, jadi tidak mungkin perusahaan akan menaikan harga jual dengan kualitas yang sama tetapi kenaikan tersebut digunakan untuk pemenuhan kesejahteraan para pekerja, apalagi seperti PT. Kusuma Mulia yang berada di palur merupakan cabang dan baru berdiri beberapa tahun yang lalu.

b. Para pekerja berpendapat dengan adanya mobil jemputan dan

pemberian makan kurang efektif karena pada saat PT. Kusuma Mulia mengoperasikan kendaraan jemputan banyak pekerja yang memilih berangkat sendiri alasanya jika naik kendaraan jemputan mereka harus datang lebih awal, jika mereka berangkat sendri lebih santai. Untuk pemberian makanan mereka memilih diganti dengan uang makan karena lebih enak bisa memilih menu sesuai dengan keinginan mereka.

Adanya kendala yang dihadapi oleh para pengusaha akan sangat mempengaruhi pelaksanaan kewajiban pengusaha itu sendiri, tapi kendala tersebut tidak dapat dijadikan alasan bagi setiap pengusaha untuk tidak melakukan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang ada, jika pengusaha ingin mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari


(3)

mereka wajib memakukan kewajibannya sesuai dengan Pasal 76 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans Nomor Kep.224/MEN/2003, hal tersebut sudah merupakan konsekuensi atas mempekerjakan wanita pada malam hari, kewajiban tersebut harus benar-benar dilaksanakan agar tujuan dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 untuk melindungi Kepentingan pekerja tercapai. Pengusaha jangan mengganti kewajiban yang ada dengan menggunakan uang, misalnya angkutan antar jemput dan harus memberikan makan dan minum diganti dengan uang, dengan penggantian tersebut pengusaha tidak melakukan kewajibannya, dan dengan menggantinya dengan uang akan tidak sesuai dengan tujuab peraturan ketenagakerjaan.

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

1. Tidak adanya pengaturan masalah perizinan bagi pengusaha dalam


(4)

perundang-undangan masalah tenaga kerja, dengan tidak adanya perizinan dalam hal tersebut menyebabkan lemahnya perlindungan pada para pekerja wanita yang bekerja pada malam hari, di Kabupaten Karanganyar ada surat rekomendasi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang memeng tidak bersifat wajib, PT. Kusuma Mulia tidak mempunyai surat rekomendasi tersebut.

2. Hak-hak yang didapat oleh pekerja wanita pada malam hari di PT. Kusuma

Mulia belum sepenuhnya didapatkan.

a. Hak protektif yang diatur dalam dalam pasal 76 Undang-undang Nomor

13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans Nomor KEP.224/MEN/2003 para pekerja wanita hanya mendapat perlindungan dalam keamanan dan penjagaan kesusilaan. Tidak adanya angkutan antar jemput, pemberian makan dan minum sebanyak 1400 Kalori, penyediaaan ruangan dan alat makan yang layak dan higenis yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertras Nomor Kep.224/MEN/2003 dimana dalam peraturan yang ada tersebut seharusnya pengusaha memberikan angkutan antar jemput pada semua pekerja wanita yang

mendapat shift malam dan mendapat makanan dan minuman serta

mendapat ruangan yang higenis untuk makan.

b. Hak Korektif, mengenai pengawasan dari Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi. Disbakertrans belum melakukan pengawasan yang evektif di PT. Kusuma Mulia, karena sampai saat ini tidak ada teguran atau pun peringatan pada perusahaan tersebut, karena perusahaan tersebut belum melakukan kewajibannya dalam mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari.

c. Hak Non-diskriminasi. Tidak diikutsertakannya para buruh di PT.

Kusuma Mulia dalam program Jamsostek, padahal telah terpenuhi syarat-syarat yang sesuai ketentuan Perundang-undangan agar suatu perusahaan itu dapat mengikutsertakan buruh-buruhnya pada Jamsostek. Maka, hal ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap peraturan Perundang-undangan. Untuk hak non diskriminasi seperti hak untuk bekerja, hak atas kesempatan kerja yang sama, termasuk kriteria seleksi yang sama


(5)

dalam penerimaan pekerja, hak untuk memilih profesi dan pekerjaan, hak untuk kenaikan pangkat jaminan kerja dan semua tunjangan fasilitas kerja, Hak untuk memperoleh latihan kejuruan dan latihan ulang, termasuk masa kerja sebagai magang, hak untuk menerima upah, termasuk tunjangn, perlakuan yang sama untuk kerja yang sama nilainya, persamaan penilaian kualitas pekerjaan, hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk perlindungan fungsi reproduksi. perusahaan telah melakukannya.

d. Tidak adanya peraturan perusahaan atau perjanjian kerja di PT. Kusuma

Mulia yang mengatur masalah hak-hak yang diterima para pekerja wanita yang bekerja pada malam hari dan kewajiban PT tersebut dalam mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari, yang ada hanya tata tertib perusahaan.

e. Tidak dilakukannya kewajiban-kewajiban PT. Kusuma Mulia dalam

mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari yang telah diatur dalam pasal 76 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans Nomor KEP.224/MEN/2003. Sedangkan kewajiban dalam perlindungan non diskriminasi sudah dilaksanakan, akan tetapi belum memberikan jamsostek pada para pekerjanya.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Perlun diadakan suatu penambahan dalam peraturan ketenagakerjaan

mengenai izin bagi pengusaha yang mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.


(6)

2. PT. Kusuma Mulia hendaknya mengajukan rekomendasi pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Karanganyar jika perusahaan tersebut mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari, agar Disnaketrans mudah untuk memantaunya.

3. PT. Kusuma Mulia hendaknya membuat sebuat aturan perusahaan atau

perjanjian kerja yang mencakup hak-hak bagi para pekerja wanita yang bekerja pada malam hari dan kewajiban PT tersebut.

4. PT. Kusuma Mulia wajib melakukan kewajibannya sesuai dengan peraturan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans Nomor Kep.224/MEN/2003 jika ingin mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari.