BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban dunia pada masa kini dicirikan dengan fenomena kemajuan teknologi informasi dan globalisasi yang berlangsung di semua bidang kehidupan.
Apa yang disebut dengan globalisasi pada dasarnya bermula dari awal abad ke-20, yakni pada saat terjadi revolusi transportasi dan elektronika yang
menyebarluaskan dan mempercepat perdagangan antar bangsa, disamping pertambahan kecepatan lalu lintas barang dan jasa.
1
Berkenaan dengan pembangunan teknologi, dewasa ini seperti kemajuan dan perkembangan teknologi informasi melalui internet interconnection
network, peradaban manusia dihadapkan pada fenomena baru yang mampu mengubah hampir setiap aspek kehidupan manusia.
2
Kemajuan dan perkembangan teknologi, khususnya telekomunikasi, multimedia dan teknologi
informasi telematika pada akhirnya dapat merubah tatanan organisasi dan hubungan sosial kemasyarakatan. Hal ini tidak dapat dihindari, karena fleksibilitas
dan kemampuan telematika dengan cepat memasuki berbagai aspek kehidupan manusia.
3
1
Juwono Sudarsono, Globalisasi Ekonomi dan Demokrasi Indonesia, artikel dalam Majalah Prisma, No.8 Tahun XIX 1990, LP3ES, Jakarta., seperti dikutip oleh Didik M.Arief
Mansur, Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi Bandung: PT Refika Aditama, 2009, hal.1.
2
Ibid., hal.2.
3
Ibid.
Dengan semakin berkembangnya teknologi komputer dan seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi dan radio, berbagai komputer
dapat dihubungkan untuk membentuk jaringan komputer yang mengarah kepada
Universitas Sumatera Utara
perkembangan internet. Secara umum, jaringan komputer ialah gabungan komputer dan alat perangkatnya yang terhubung dengan saluran komunikasi yang
memfasilitasi komunikasi di antara pengguna dan memungkinkan para penggunanya untuk saling menukar data dan informasi.
4
Menurut Soerjono Soekanto, kemajuan di bidang teknologi akan berjalan bersamaan dengan munculnya perubahan-perubahan di bidang kemasyarakatan.
Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai sosial, kaidah- kaidah sosial, pola-pola perilaku, organisasi dan susunan lembaga
kemasyarakatan.
5
Salah satu perubahan pola perilaku masyarakat saat ini adalah mudahnya mendapatkan informasi dan melakukan transaksi menggunakan
teknologi komputer dan jaringan internet. Hampir dalam setiap kegiatan manusia menggunakan teknologi komputer, mulai dari yang bentuknya sederhana sampai
yang bentuknya rumit. Secara khusus, perkembangan teknologi komputer dan internet memberikan implikasi-implikasi yang signifikan terhadap pengaturan
atau pembentukan regulasi dalam ruang siber dan hukum siber serta terhadap perkembangan kejahatan dalam cyberspace, cybercrimes.
6
4
Josua Sitompul, Cyberspace Cybercrimes Cyberlaw Tinjauan Aspek Hukum Pidana, Jakarta: PT Tatanusa, 2012, hal. 20
5
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta Rajawali Pers, 1980, hlm.87-88., seperti dikutip oleh Didik M.Arief Mansur, Elisatris Gultom, Op.cit., hal. 3.
6
Josua Sitompul, Op.Cit., hal.26.
Penggunaan teknologi komputer dan peralatan digital lainnya, serta ditunjang oleh jaringan internet,
selain mempermudah pekerjaan manusia juga memberikan dampak negatif yaitu meningkatnya potensi terjadinya tindak pidana. Hal ini dikarenakan, munculnya
wadah baru terjadinya tindak pidana, yaitu cyberspace atau sering juga disebut dunia virtual. Selain itu, pada awal pembentukannya, internet berada dalam satu
Universitas Sumatera Utara
kontrol administrator yang ketat. Sistem administrator mengontrol secara penuh sistem dan perangkat keras serta perangkat lunak jaringan. Pengguna awal internet
adalah anggota komunitas yang dapat diidentifikasi sehingga dalam hal pengguna melakukan penyalahgunaan jaringan atau perangkat, sistem administrator dapat
segera mengetahuinya dan dapat memberikan sanksi.
7
Penggunaan kata cyber dalam cyberspace, cybercrime, dan cyberlaw serta istilah lain yang menggunakan kata cyber seperti cyberpatrol, cyberterrorism, dan
cybersex berkembang dari penggunaan terminologi cybernetics oleh Norbert Wiener. Esensinya, Cybernetics ialah ilmu pengetahuan tentang mengatur atau
mengarahkan sistem mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks dengan cara memahami sistem dan perilakunya terlebih dahulu dan
mengaturnya dari luar sistem melalui berbagai alat, cara, dan metode. Oleh karena itu, dalam konsep cybernetics, kontrol merupakan kunci penting dalam suatu
sistem.
8
Perkembangan teknologi dan internet yang dipengaruhi oleh konsep cybernetics telah melahirkan dunia baru yang dikenal dengan cyberspace,
globalvillage, atau internet yang menandakan dimulainya era baru, yaitu era digital atau era informasi.
9
7
Josua Sitompul, Op.Cit., hal.27.
8
Ibid., hal. 4.
9
Ibid., hal.31.
Menurut Didik J. Rachbini, teknologi informasi dan media elektronika dinilai sebagai simbol pelopor, yang akan mengintegrasikan
seluruh sistem dunia, baik dalam aspek sosial, budaya, ekonomi dan keuangan. Dari sistem-sistem kecil lokal dan nasional, proses globalisasi dalam tahun-tahun
terakhir bergerak cepat, bahkan terlalu cepat menuju suatu sistem global. Dunia
Universitas Sumatera Utara
akan menjadi “global village” yang menyatu, saling tahu dan terbuka, serta saling bergantung satu sama lain.
10
Menurut McLuhan, Global Village ini kemudian dikenal dengan cyberspace.
11
Cyberspace, global village atau internet, merupakan suatu dunia baru yang tercipta karena penyatuan antara manusia dan teknologi
berdasarkan ilmu pengetahuan, dan menandakan dimulainya era digital. Sama seperti dalam dunia konvensional, maka dalam cyberspace ‘hidup’ masyarakat
cybersociety yang terdiri dari jutaan pengguna internet dari segala penjuru dunia yang berkomunikasi atau berinteraksi satu sama lain melalui jaringan komputer.
12
Di samping itu, perkembangan teknologi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas borderless
13
, yaitu mengecilnya atau bahkan hilangnya batas-batas wilayah negara dimana informasi dapat dengan cepat diketahui oleh
negara lain. Namun disisi lain, dengan mudahnya komunikasi yang terjadi, maka kejahatanpun semakin mudah terjadi. Sehingga teknologi informasi menjadi
pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif
perbuatan melawan hukum.
14
Salah satu aspek kehidupan manusia yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi adalah lalu lintas perdagangan. Kemajuan teknologi
mempermudah masyarakat melakukan transaksi keuangan antar negara melalui jasa perbankan tanpa membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, kegiatan
10
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.1.
11
Josua Sitompul, Op.Cit., hal. 31.
12
Ibid., hal. 31
13
H. Ahmad Ramli, Cyber Law Dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama, 2004, hal.1.
14
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
transfer dana pemindahan pengiriman pembayaran uang merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan modern saat ini. Perkembangan
globalisasi di berbagai bidang kehidupan yang ditunjang dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan elektronik telah memunculkan sistem transfer
dana elektronik electronic Funds transfer system, disingkat EFTS.
15
Berkembangnya sistem transfer dana elektronik diikuti pula dengan berkembangnya kejahatan teknologi canggih high tech crime. Dikenallah antara
lain istilah cybercrime, EFTcrime,
cybankcrime, internetbankingcrime,
onlinebusinesscrime, cyberelectronicmoneylaundering.
16
Kejahatan transfer dana elektronik electronic funds transfer crime tidak hanya ditujukan pada pencurian dana theft of funds, tetapi juga pada
penggunaan, pengungkapan, penghapusan, pencurian atau perusakan data use, disclosure, alteration, theft, or destruction of data, atau bertujuan untuk
mengganggumengacaukan atau merusak sistem transfer dana elektroniknya itu sendiri disruption or destruction of the EFT system.
17
Sistem transfer dana elektronik juga dapat membantu menyembunyikan atau memindahkan hasil
kejahatan, sehingga sering juga disebut kejahatan pencucian uang yang dilakukan secara elektronik.
18
15
Makalah Pada Seminar Nasional Problematika Perkembangan Hukum Ekonomi dan Teknologi, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 29 Mei 2004, seperti dikutip
oleh Barda Nanawi Arief, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber Crime Di Indonesia Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 51-52.
16
Ibid., hal. 52.
17
Library Of Congress Catalog, Selected Electronic Funds Transfer Issues: Privacy, Security, And Equity Washington D.C: U.S Government Printing Office, 1982, hal. 48., seperti
dikutip oleh Ibid., hal.54.
18
Ibid.
UU No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 3, menyebutkan secara spesifik perbuatan
Universitas Sumatera Utara
yang dikatakan melakukan tindak pidana pencucian uang, yaitu perbuatan menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain.Dalam
melakukan perbuatan yang dikatakan tindak pidana pencucian uang tersebut, seringkali menggunakan transaksi elektronik.
Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindak perilaku seseorang dan masyarakat yang terhadap pelanggarannya dikenakan
sanksi oleh negara. Meskipun dunia siber ialah dunia virtual, hukum tetap diperlukan untuk mengatur sikap tindak masyarakat, setidaknya karena dua hal.
Pertama masyarakat yang ada di dunia virtual ialah masyarakat yang ada di dunia nyata; masyarakat memiliki nilai dan kepentingan baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama yang harus dilindungi. Kedua, walaupun terjadi di dunia virtual, transaksi yang dilakukan oleh masyarakat memiliki pengaruh dalam dunia
nyata, baik secara ekonomis maupun non ekonomis.
19
Hukum akan selalu ketinggalan dengan perkembangan masyarakat. Begitu juga dengan kejahatan. Hukum baru muncul setelah ada kejahatan. Dengan
munculnya kejahatan yang baru dan dengan modus operandi yang baru, penegak hukum harus memiliki cara untuk mengungkap kejahatan tersebut. Awalnya,
Kondisi inilah yang membuat harus ada pengaturan hukum mengenai aktivitas di cyberspace dunia
virtualmaya termasuk juga pengaturan atas segala dampak yang ditimbulkannya, baik dampak positif maupun dampak negatif.
19
Josua Sitompul, Op.Cit., hal.39.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat tidak mengenal apa yang dimaksud dengan cybercrime, namun dengan perkembangan kejahatan di dunia virtual cyberspace, maka muncullah
istilah baru dalam hukum. Sama seperti di dunia konvensional yang penuh dengan permasalahan hukum, cyberspace juga memunculkan permasalahan hukum
sehingga diperlukan cyberlaw. Salah satu permasalahan dalam dunia virtual cyberspace adalah
mengenai pembuktian, karena harus membuktikan suatu persoalan yang diasumsikan sebagai maya, sesuatu yang tidak terlihat dan semu. Alat buktinya
bersifat elektronik, yaitu dalam bentuk dokumen elektronik, yang belum diatur dalam hukum acara sebagai hukum formal, namun dalam praktek telah dikenal
dan banyak digunakan. Bukti merupakan hal mendasar dalam setiap perkara pidana. Oleh karena itu, alat bukti menjadi hal yang sangat menentukan dapat
tidaknya seseorang dipidana. Cara yang dipergunakan dalam mencari, memeriksa, mengumpulkan dan menyimpan bukti tersebut dapat saja berbeda antara satu
penegak hukum dengan penegak hukum lainnya, namun demikian prosedur untuk melakukan hal tersebut tetap diatur oleh suatu Hukum Acara Pidana yang berlaku
dan tentunya harus ditaati. Terjadinya kesalahan dalam mengumpulkan, mengolah dan mempresentasikan bukti dalam persidangan dapat menimbulkan akibat yang
merugikan bagi usaha pembuktian terjadinya suatu tindak pidana,
20
20
Mohamed Chawki, “The Digital Evidence In The Information Era”, Makalah disampaikan pada Cybercrime Conference 2003, Washington, 2003, hal.3.,seperti dikutip oleh
Apreza Darul Putra, “Pengaturan Penggeledahan Dan Penyitaan Bukti Elektronik Dalam Kerangka Pembaruan Hukum Acara Pidana Indonesia,”Tesis, Magister Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta, 2013, Hal. 1.
seperti dalam kasus tindak pidana pencucian uang, yang dilakukan oleh terdakwa Ahmad
Hanafi alias Ifanq dengan Nomor Perkara 133Pid.B2012PN.Pwk pada tahun
Universitas Sumatera Utara
2012, yang telah diperiksa oleh Pengadilan Negeri Purwakarta menyatakan bahwa terdakwa terbukti telah melakukan tindak pidana pencucian uang, dimana tindak
pidana awalnya adalah tindak pidana penipuan di bidang komputer. Dilihat dari fakta-fakta dipersidangan, terdakwa telah menempatkan dan membelanjakan harta
kekayaan yang diketahuinya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan karena terdakwa
telah menempatkan uang hasil penjualan pulsa yang didapatnya dengan jalan masuk ke dalam sistem elektronik milik PT. Telkomsel ke dalam transaksi
keuangan yang ditempatkannya di rekening BCA KCU Purwakarta atas nama Ahmad Hanafi. Selain itu, terdakwa membeli sebuah mobil Toyota Avanza Veloz
dan mentransfer uang kepada saudara iparnya. Oleh majelis hakim, terdakwa diyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
pencucian uang dengan barang bukti berupa kartu ATM Mandiri Syariah dan alat bukti berupa hasil cetak transaksi transfer dana yang dilakukan oleh terdakwa.
Pengaturan secara materil tentang bukti elektronik telah diatur dalam beberapa undang-undang khusus seperti dalam UU No. 8 tahun 2008 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, namun aturan secara formilnya belum ada, walaupun dalam prakteknya hakim dalam
memutuskan kasus tindak pidana pencucian uang sudah memperhatikan keberadaan alat bukti elektronik ini. Perkembangan teknologi yang sering
disalahgunakan dan menjadi media dan sarana yang digunakan dalam tindak pidana pencucian uang, perlu mendapatkan penanganan yang serius, termasuk
dalam pembuktiannya. Hal ini dikarenakan pembuktian sangat menentukan
Universitas Sumatera Utara
apakah seseorang bersalah atau tidak bersalah. Sehingga penulis tertarik
mengangkat judul TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMBUKTIAN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI YANG SAH DALAM KASUS
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DIKAITKAN DENGAN UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK.
B. Rumusan Masalah