Perlekatan frena atau otot yang terlalu dekat ke tepi gingiva dapat mengganggu jaringan gingiva dan mengubah komposisi jaringan ikatnya dari massa kolagen yang rapat menjadi massa
yang longgar dan elastik seperti biasa dijumpai pada mukosa alveolar. Jaringan tipis dengan perlekatan yang longgar ini cenderung membentuk sulkus yang akan mempermudah
penumpukan dan terlalu dekat ke tepi gingiva menyebabkan tarikan-tarikan pada tepi gingiva setiap kali berbicara, mengunyah maupun menyikat gigi. Kerentanan bagi terjadinya resesi
gingiva juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Posisi gigi yaitu apabila gigi rotasi, tilting atau labioversi, plat tulang tipis dan berkurang tingginya. Pada keadaan yang demikian, tekanan
pengunyahan atau penyikatan gigi yang sedang telah memungkinkan resesinya gingiva yang tidak didukung tulang alveolar tersebut. Morfologi akar gigi yaitu bila inklinasi lingual dari akar
palatinal atau akar bukal menjulang ke arah bukal, tulang pada daerah serviks gigi menjadi tipis atau berkurang ketinggiannya. Hal ini menyebabkan gingiva bebas tidak punya dukungan,
sehingga mudah terjadi resesi. Pada zona gingiva cekat yang inadekuat mukosa alveolar akan berperan sebagai jaringan marginal sekeliling gigi. Jaringan yang perlekatannya longgar dan
tidak berkeratin ini tidak dapat menahan tekanan dari penyikatan gigi maupun ektruksi makanan pada waktu pengunyahan sehingga mudah terjadi resesi. Tekanan oklusal yang berlebihan bisa
menyebabkan terposisinya plat tulang vestibular dan oral yang tipis, sehingga gingiva rentan untuk mengalami resesi.
6
2.4 Pemicu dan mulai terjadinya hipersensitif dentin
Pemicunya berupa rangsangan terhadap tubulus dentin yang terbuka seperti taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas atau dingin. Namun, rangsangan dingin
merupakan rangsangan yang paling sering menyebabkan hipersensitif dentin.
13
Dimana
Universitas Sumatera Utara
rangsangan dingin menyebabkan gerakan cairan ke luar dan menghasilkan respon saraf lebih cepat dan besar bila dibandingkan dengan rangsangan panas yang menyebabkan gerakan cairan
ke arah dalam.
14,15
Hal ini dapat menjelaskan bahwa adanya respon yang cepat dan hebat terhadap rangsangan dingin dibandingkan dengan respon yang lambat terhadap rangsangan
panas. Oleh karena itu, perubahan tekanan sepanjang dentin akan mengubah reseptor nyeri pada daerah pulpodentinal.
14
Seperti yang dijelaskan pada teori hidrodinamik bahwa pergerakan cairan dalam tubulus dentin ke dalam dan ke luar akan menyebabkan stimulus pada saraf pulpa.
15
Dan teori hirodinamik juga menyimpulkan bahwa hipersensitif dentin dimulai dari dentin yang terpapar
mengalami rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak menuju reseptor saraf perifer pada pulpa yang kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi rasa
sakit.
3,4
Beberapa pasien yang terkena termal dingin dan panas biasanya giginya terasa ngilu. Jika permukaan marginal pada bukal gigi akan sensitif untuk dingin atau sentuhan mekanis, kasus
yang utama permukaan akar sensitif menyebabkan resesi gingiva. Biasanya pada kasus yang lain diakui hipersensitivitas adalah bleaching pemutihan gigi. Ketika sensitivitas dapat membuat
pasien mulai menyikat gigi pada daerah yang sensitif maka hal itu akan menambah perkembangan dari inflamasi gingiva dan sensitivitas meningkat. Termal sensitivitas di atas
permukaan oklusal mungkin mengindikasi restorasi yang salah atau pemakaan pada permukaan oklusal yang berlebihan mempengaruhi nervus pada gigi. Tekanan sensitivitas dapat diindikasi
dengan kuat atau restorasi fraktur atau fraktur gigi. Banyak pasien biasanya bertanya apa yang membuat gigi mereka sensitif. Respon yang positif harus diikuti dengan teliti pada gigi dari
berbagai sudut untuk mendeteksi vertikal dan horizontal yang benar atau fraktur enamel. Kaca
Universitas Sumatera Utara
gigi dapat digunakan untuk melihat kondisi gigi dengan bantuan cahaya lampu. Daerah sensitif harus dicatat pada rekam medik pasien dan dipertimbangkan untuk rencana perawatan yang
selanjutnya.
12
Gambar 5. Gambaran etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin Strassler HE,
Drisko CL, Alexander DC. http:www.insidedentalassisting.com
23 juni 2010
----------00000----------
Cairan tubulus
dentin Dentin
yang terpapar
Resesi gingiva
Rangsangan sentuhan, uap, dingin, panas, dan manis
Permukaan akar yang terkena
rangsangan
Pergerakan cairan
Tubulus dentin
Odontoblas Pulpa gigi
Syaraf pulpa
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERAWATAN HIPERSENSITIF DENTIN
Ada beberapa metode yang digunakan untuk merawat, menghilangkan dan menangani hipersensitif dentin. Perawatan akan lebih berhasil bila faktor yang memperparah hipersensitif
dapat dihilangkan atau dikurangi.
16
Ada dua prinsip perawatan hipersensitif dentin, yaitu mencegah aliran cairan tubulus dentin dan mengurangi rangsangan terhadap saraf.
17
Perawatan hipersensitif dentin ada dua, yaitu secara invasif dan non-invasif. Perawatan invasif termasuk bedah gingiva, aplikasi resin dan pulpektomi. Perawatan non-invasif dengan
menggunakan bahan-bahan topikal dan pasta gigi yang terdiri dari bahan-bahan desensitisasi aktif.
14
Berikut ini akan dijelaskan mengenai perawatan hipersensitif dentin secara non-invasif dan invasif.
3.1 Perawatan hipersensitif dentin secara non-invasif
Perawatan hipersensitif dentin secara non-invasif seperti pasta desensitisasi dan agen topikal merupakan perawatan yang ringan dan mudah dilakukan oleh pasien ataupun dokter gigi.
Perawatan non-invasif lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan perawatan invasif.
2
Perawatan non-invasif betul-betul dipertimbangkan supaya menjadi perawatan yang sederhana, harga dapat terjangkau dan menjadi perawatan yang tepat bagi kebanyakan pasien.
14
Perawatan non-invasif ini meliputi dua cara, yaitu perawatan di rumah oleh pasien sendiri dan perawatan di
klinik. 3.1.1 Perawatan di rumah oleh pasien sendiri
Pemeriksaan dan evaluasi yang teliti terhadap kebiasaan menjaga kesehatan rongga mulut pada masing-masing pasien, kebiasaan parafungsi clenching dan bruxism dan pola makan
Universitas Sumatera Utara