Sejarah Singkat Bah Lunggur

BAB III GAMBARAN UMUM

POTENSI OBJEK WISATA BAH LUNGGUR

3.1 Sejarah Singkat Bah Lunggur

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi di lapangan dan wawancara masyarakat atau penduduk setempat yang tinggal disekitar kawasan Bah Lunggur. Bah Lunggur merupakan salah satu daerah yang terdapat di Kabupaten Simalungun tepatnya di Kecamatan Bandar Huluan Kebun Laras Bandar Betsy. Dahulunya Bah Lunggur adalah sebuah hutan belantara yang ditumbuhi pohon-pohon jati liar yang di dalamnya hidup sekumpulan hewani yaitu “monyet” dan sebuah mata air yang sangat jernih airnya, karena airnya yang jernih itulah bagi masyarakat setempat dijadikan tempat mandi dan mencuci. “Bah” yang artinya air dan “Lunggur” yang artinya mata dari sinilah nama Bah Lunggur ini diberikan oleh masyarakat setempat sehingga menjadi nama “Bah Lunggur” yang merupakan mata air, yang airnya sangat jernih. Dahulunya, Bah Lunggur ini dijadikan Pemerintah Belanda sebagai tempat mengambil air minum mereka dan untuk membuat saluran seperti pipa-pipa air yang diserap dari mata air Bah Lunggur, untuk dialirkan kependuduk mereka sekitar tahun 1926. Pemerintah Belanda juga membuat kamar mesin air pertama sekali di Bah Lunggur untuk menyerap dan menyaring airnya agar lebih “higienis” dan bersih yang setiap saat air dari Bah Lunggur ini, dapat digunakan. Universitas Sumatera Utara Kamar mesin air bekas peninggalan Belanda tersebut lantas oleh masyarakat setempat digunakan dan dirawat serta diperbaiki apabila ada sedikit kerusakan. Sebagian Kawasan Bah Lunggur dahulunya oleh Pemerintahan Kolonial Belanda, dijadikan untuk lahan menanam kelapa sawit, tetapi tidak semuanya dijadikan lahan kelapa sawit. Kelapa sawit inilah yang nantinya untuk mempertahankan kehidupan mereka dan kesetabilitas Pemerintahan Belanda. Kelapa sawit inilah yang dapat menopang perekonomian belanda ketika Pemerintah Belanda masih menguasai Negara Indonesia. Pada waktu minyak kelapa sawit di pasaran eropa harganya sedang melambung tinggi, pada waktu itu, minyak kelapa sawit kebanyakan dipergunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sabun, melihat itu semua maka Pemerintah Kolonial Belanda menanami pohon kelapa sawit di sekitar Kawasan Bah Lunggur tersebut. Bah Lunggur ini adalah hutan jati yang tidak terlalu luas namun cukup mempunyai daya tarik tersendiri bagi yang melihatnya, Pemerintah Belanda sadar bahwa hutan jati yang letaknya persis berada di tengah-tengah Bah Lunggur ini, beserta sungainya yang jernih tidak ingin semuanya dijadikan lahan kelapa sawit, mereka memanfaatkan itu semua sebagai daya tarik wisata kejenuhan hati mereka. Konon katanya oleh para sesepuh tua yang sudah lama hidup dan tinggal di sekitar Kawasan Bah Lunggur, di dalamnya terdapat dua pohon jati raja yang besar yang kabarnya dua pohon jati yang besar tersebut tinggallah dua orang sosok makhluk halus yang menghuni dan menjaga Kawasan Bah Lunggur ini. Di dalam kawasan Bah Lunggur hidup beratus bahkan beribu-ribu ekor monyet yang konon katanya sudah berumur ratusan tahun lamanya dan sudah beranak cucu. Universitas Sumatera Utara

3.2 Kondisi Umum