Landasan hukum pengembangan objek wisata berdasarkan surat keputusan SK bersama Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Menparpostel dan Menteri Pertanian
No. KM 47PW-89 dan No. 204 KPTS HK 050 4 1989. Sebuah lembaga hukum mempunyai kekuatan untuk dapat mengikat dan melindungi
terhadap pelestarian dan pemanfaatan alam bagi suatu objek wisata, karena landasan hukum ini sangat dijunjung tinggi oleh Negara Indonesia sebagai Negara yang berazaskan hukum
maupun mengutamakan hukum yang berlaku. Landasan hukum inilah yang menjadi pedoman Masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
2.9 Arah dan Asas Objek Wisata
Arah pengembangan dari objek wisata adalah: 1.
Meningkatkan Nilai estetika dan keindahan alam 2.
Meningkatkan pengembangan objek wisata 3. Memberikan
Nilai rekreasi
4. Meningkatkan Kegiatan Ilmiah dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
5. Meningkatkan keuntungan.
Adapun dua keuntungan ekonomi yaitu: a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah
• Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat pengangguran • Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah
• Meningkatkan popularitas daerah • Meningkatkan produksi
b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata
• Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut
Universitas Sumatera Utara
• Meningkatkan gaji pegawai pengelola objek wisata
• Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata
• Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk melestarikan
potensi daerah objek wisata dan lingkungan hidup serta manfaat yang diperoleh
• Meningkatkan sikap dan kreasi dan inovasi para pengusaha objek wisata
• Serta meningkatkan mutu asesilitas dan bahan-bahan promosi dalam
pengembangan suatu objek wisata.Tirtadinata dan Fachruddin, 1996 : 30
Pengembangan objek wisata didasarkan atas asas sebagai berikut: 1. Asas
Pelestarian Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang hendak
dikembangkan dan diarahkan bertujuan untuk meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan objek wisata serta kesegaran udara di daerah objek wisata tersebut.
2. Asas Manfaat
Penyelenggaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan manfaat dan dampak praktis baik Ekonomi, Sosial, Budaya, Ilmu Pengetahuan maupun
Lingkungan. Tirtadinata dan Fachruddin, 1996 : 32.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM
POTENSI OBJEK WISATA BAH LUNGGUR
3.1 Sejarah Singkat Bah Lunggur
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi di lapangan dan wawancara masyarakat atau penduduk setempat yang tinggal disekitar kawasan Bah Lunggur. Bah Lunggur
merupakan salah satu daerah yang terdapat di Kabupaten Simalungun tepatnya di Kecamatan Bandar Huluan Kebun Laras Bandar Betsy. Dahulunya Bah Lunggur adalah sebuah hutan
belantara yang ditumbuhi pohon-pohon jati liar yang di dalamnya hidup sekumpulan hewani
yaitu “monyet” dan sebuah mata air yang sangat jernih airnya, karena airnya yang jernih
itulah bagi masyarakat setempat dijadikan tempat mandi dan mencuci. “Bah” yang artinya air dan “Lunggur” yang artinya mata dari sinilah nama Bah Lunggur ini diberikan oleh
masyarakat setempat sehingga menjadi nama “Bah Lunggur” yang merupakan mata air, yang airnya sangat jernih.
Dahulunya, Bah Lunggur ini dijadikan Pemerintah Belanda sebagai tempat mengambil air minum mereka dan untuk membuat saluran seperti pipa-pipa air yang diserap
dari mata air Bah Lunggur, untuk dialirkan kependuduk mereka sekitar tahun 1926. Pemerintah Belanda juga membuat kamar mesin air pertama sekali di Bah Lunggur untuk
menyerap dan menyaring airnya agar lebih “higienis” dan bersih yang setiap saat air dari Bah Lunggur ini, dapat digunakan.
Universitas Sumatera Utara