BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG HUKUM MATERIL
DAN HUKUM ISLAM
A. Pengertian Hukum Materil
1. Kompilasi Hukum Islam dan Latar Belakang terbentuknya KHI
Kompilasi hukum Islam pada dasarnya adalah berbicara salah satu aspek dari hukum Islam di Indonesia, bahwa berlakunya suatu hukum Islam di
Indonesia sangat tergantung pada masyarakat atau umat Islam itu sendiri yang menjadi sarat utama bagi penunjang kelangsungan hukum Islam. Dan
walaupun tidak sedikit yang telah melaksanakan hukum Islam namun hukum Islam Indonesia masih belum memperlihatkan bentuknya yang utuh sesuai
dengan konsep dasarnya menurut Al Qur’an dan Sunnah. Dan ini adalah realita yang merupakan refleksi berlangsungnya proses Islamisasi yang
berlanjut terus dalam kehidupan umat Islam yang belum mencapai target. Sikap tidak setia menjadi salah satu faktor terbesar adanya ‘Islam KTP’ yaitu
Islam yang tidak mengindahkan hukum Islam bahkan masih awam. Dan inilah yang belum selaras dalam dunia Islam. Adapun kendala yang juga terlihat
sangat jelas adalah daya lentur hukum Islam adability, hukum Islam dapat beradaptasi sesuai dengan kemajuan zaman, tetapi usaha untuk selalu
mengaktualkan hukum Islam untuk menjawab perkembangan dan kemajuan zaman masih belum dikembangkan sebagaimana mestinya, bahkan cenderung
hanyut dalam pertentangan yang tak kunjung selesai sehingga untuk beberapa abad kita masih belum menunjukan karya nyata mengenai hal ini.
33
Istilah kompilasi diambil dari bahasa latin “compilare” yang mempunyai arti mengumpulkan peraturan-peraturan yang tersebar berserakan
dimana-mana. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi “compilation” dalam bahasa inggris atau “compilatie” dalam bahasa belanda. Istilah ini
kemudian dipergunakan dalam bahasa Indonesia menjadi “kompilasi” yang berarti terjemahan langsung dari dua perkataan yang tersebut terakhir.
Dalam kamus lengkap Inggris Indonesia – Indonesia Inggris yang disususn oleh S. Wojowasito dan WJS Poerwadarminta disebutkan kata
“compilation” dengan terjemahan “karangan tersusun dan kutipan buku-buku
lain. Sedangkan dalam kamus umum Belanda Indonesia yang disusun oleh S. Wojowasito kata “compilatie” diterjemahkan menjadi “kompilasi” dengan
keterangan tambahan “kumpulan dari lain-lain karangan”.
34
Berdasarkan beberapa keterangn di atas bahwa dari sudut bahas kompilasi adalah kegiatan pengumpulan dari berbagai bahan tertulis yang
diambil dari berbagai bukutulisan mengenai suatu persoalan tertentu. Dalam Black’s law Dictionary yang telah memberikan rumusan
pengertian kompilasi sebagai “a bringing together of preexisting status in the
33
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Jakarta: Akademika Pressindo, 2004, h.1-2.
34
S. Wojowasito dan WJS Purwodarminto, Kamus Lengkap Inggris Indonesia – Indonesia Inggris
Jakarta: Balai Pustaka, 1982, h. 123
form which they appear in the books, with the removal of sections which have been repealed and subtitution of amandments in an arrangement designed to
facilitate their use. A literary production compused of the works or manner .
35
Maka kompilasi dalam kompilasi hukum Islam adalah merupakan rangkuman dari berbagai pendapat hukum yang dapat diambil dari berbagai
kitab yang ditulis oleh para ulama fiqih yang biasa dipergunakan sebagai referensi pada pengadilan agama untuk diolah dan dikembangkan serta
dihimpun ke dalam suatu himpunan. Tahun 1958 kementrian agama memberikan acuan untuk keseragaman
hukum pengadilan agama dengan mengeluarkan 12 buku untuk digunakan sebagai acuan dalam menangani berbagai kasus. Kini sudah waktunya untuk
memperluas buku-buku tersebut, sehingga keputusan pengadilan agama dapat berjalan sesuai dengan persepsi hukum orang-orang yang mencari keadilan.
Juga sudah saatnya untuk mensistematisasikan hukum Islam, agar masyarakat Islam yang kebanyakan tidak tahu hukum serta bahasa Arab bahasa yang
dipergunakan dalam buku, mengenal hak serta kewajibannya menurut pengadilan Islam.
36
Latar belakang Kompilasi Hukum Islam KHI berawal dari konsideran keputusan bersama ketua Mahkamah Agung dan menteri agama
tanggal penunjukan pelaksanaan proyek pembangunan hukum Islam melalui
35
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, h. 12
36
Ibid, h. 13
yurisprudensi atau yang lebih dikenal sebagai proyek kompilasi hukum Islam, dan dikemukakan ada dua pertimbangan mengapa proyek ini diadakan,
yaitu:
37
a. bahwa sesuai dengan fungsi pengaturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia terhadap jalannya peradilan disemua lingkungan peradilan di Indonesia, khususnya di lingkungan peradilan agama, perlu
mengadakan kompilasi hukum Islam yang selama ini menjadikan hukum positif di pengadilan agama;
b. bahwa guna mencapai maksud tersebut, demi meningkatkan kelancaran
pelaksanaan tugas, sinkronisasi dan tertib administrasi dalam proyek pembangunan hukum Islam melalui yurisprudensi, di pandang perlu
membentuk suatu tim proyek yang sususnannya tediri dari para pejabat Mahkamah Agung dan Departemen Agama Republik Indonesia.
Pembentukan kompilasi hukum Islam ini mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kondisi yang ada di negara kita Indonesia selama ini. Dan
hal ini penting untuk ditegaskan menurut Muchtar Zarkasyi, sebagaimana yang dikutip oleh Abdurrahman, karena hingga kini belum ada satu pengertian
yang disepakati tentang hukum Islam di Indonesia. Ada beberapa anggapan tentang hukum Islam yang masing-masing melihat dari sudut yang berbeda.
38
Menurut Muhammad Daud Ali, sebagaimana yang dikutip oleh
37
Ibid, h. 15
38
Ibid, h. 16
Abdurrahman, dalam membicarakan hukum Islam di Indonesia, pusat perhatian akan ditujukan pada kedudukan hukum Islam dalam sistem hukum
Indonesia. Dan menurut Ichtianto, sebagaimana yang dikutip oleh Abdurrahman, hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipegangi dan
ditaati oleh mayoritas penduduk dan rakyat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat, merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan
Islam dan ada dalam kehidupan hukum nasional dan merupakan bahan dalam pembinaan dan pengembangannya.
39
Secara umum Satria Effendi M. Zein, sebagaimana yang dikutip oleh Abdurrahman, berpendapat bahwa suatu hal yang tidak dapat dibantah adalah
bahwa hukum Islam baik di Indonesia maupun di dunia Islam pada umumnya, sampai hari ini adalah hukum fiqh hasil penafsiran pada abad ke dua dan
beberapa abad selanjutnya, kitab-kitab fiqh klasik masih tetap berfungsi dalam memberikan informasi hukum. Dan hal ini membuat Islam terlihat begitu
kaku berhadapan dengan masalah-masalah sekarang, yang amat banyak melibatkan masalah ekonomi.
40
Banyak masalah baru yang belum ada padanannya pada masa Rasulullah dan pada masa para Mujtahid di masa madzhab-madzhab
terbentuk. Berbagai sikap dalam menghadapi tantangan ini telah dilontarkan. Satu pihak hendak berpegang pada tradisi dan penafsiran-penafsiran oleh
39
Ibid
40
Ibid
ulama Mujtahid tedahulu, sedang pihak lain menawarkan, bahwa berpegang erat saja kepada penafsiran-penafsiran lama tidak cukup menghadapi
perubahan sosial di abad kemajuan ini. Penafsiran-penafsiran hendaklah diperbaharui sesuai dengan kondisi dan situasi masa kini. Untuk itu ijtihad
perlu digalakkan kembali. Hasan Basry Ketua Umum MUI menyebutkan kompilasi hukum
Islam sebagai keberhasilan besar umat Islam Indonesia pada masa orde baru ini. Sebab dengan demikian, nantinya umat Islam di Indonesia akan
mempunyai pedoman fiqih seragam dan telah menjadi hukum positif yang wajib dipatuhi oleh seluruh bangsa Indonesia yang beragama Islam. Dengan
ini dapat diharapkan tidak akan terjadi kesimpangsiuran keputusan dalam lembaga-lembaga peradilan agama dan sebab-sebab khilaf yang disebabkan
oleh masalah fiqih akan dapat diakhiri. Dari penegasan ini tampak bahwa latar belakang pertama dari diadakannya penyusunan kompilasi adalah karena
adanya kesimpangsiuran putusan dan tajamnya perbedaan pendapat tentang masalah-masalah hukum Islam.
41
2. Undang-undang Perkawinan No. 1 Th 1974 dan Latar Belakang UU
Perkawinan No.1 Th 1974 Pasal 2 UU No. 11974 UU Perkawinan, menetapkan bahwa
perkawinan yang sah adalah jika perkawinan tersebut dilaksanakan sesuai dengan agama pengantin.
41
Ibid, h. 20.
Hukum perkawinan di Indonesia diatur dalam undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang disahkan Presiden pada tanggal 2
Januari 1974 dan instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 tahun 1991 yang didalamnya menjelaskan tentang mutlak adanya undang-undang
perkawinan mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, asas-asas perkawinan dan jaminan kepastian
hukum.
42
Dengan lahirnya Undang-Undang No. 1 Th 1974 tentang perkawinan dan peraturan pemerintah No. 9 Th. 1975 tentang peraturan pelaksanaan
Undang-Undang No. 1 tentang perkawinan, antara lain mengatur tentang rukun dan syarat-syarat perkawinan, maka terciptalah kepastian hukum dalam
urusan perkawinan pada khususnya, dan pada masalah keluarga pada umumnya. Sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan yang menyatakan bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk rumah tangga yang bahagia kekal dan abadi.”
B. Pengertian Hukum Islam