Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia

(1)

ANALISIS HUKUM KETENTUAN FAKTA MATERIL

DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL

INDONESIA

TESIS

OLEH

JOHAN ALAMSYAH

057005011/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS HUKUM KETENTUAN FAKTA MATERIL

DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL

INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH

JOHAN ALAMSYAH

057005011/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM KETENTUAN FAKTA MATERIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL INDONESIA

Nama Mahasiswa : Johan Alamsyah Nomor Pokok : 057005011 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ningrum N. Sirait, SH, MLI Ketua

)

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH Anggota

) (Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum Anggota

)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

Dekan

) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 01 April 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ningrum N. Sirait, SH, MLI Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

2. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum 3. Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS


(5)

ABSTRAKSI

Pasar modal adalah wahana investasi tidak langsung (indirect investment) yang dibutuhkan investor untuk mencari keuntungan dan dibutuhkan pula oleh perusahaan publik untuk memperoleh dana guna memperkuat permodalan perusahaan. Telah banyak kasus yang terjadi di Indonesia mengenai pelanggaran di bidang pasar modal yang melibatkan para pelaku pasar modal dan perusahaan publik itu sendiri, yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan publik dan masyarakat investor. Oleh karena itu, peraturan hukum harus memberikan kepastian bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal, dan sekaligus melindungi kepentingan investor dari praktek yang merugikan. Salah satu kepastian hukum yang harus dijamin oleh hukum pasar modal adalah mengenai ketentuan fakta materil.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai ketentuan fakta materil yang diatur dalam hukum pasar modal Indonesia. Ada tiga rumusan masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu pertama, mengapa keterbukaan mengenai fakta materil perlu diatur dalam bidang Hukum Pasar Modal di Indonesia, kedua, bagaimana ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia, dan ketiga, bagaimanakah bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia.

Berdasarkan rumusan permalahan tersebut, ada 3 (tiga) tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini, yaitu, pertama, untuk mengetahui dan memahami perlunya prinsip keterbukaan mengenai fakta materil diatur dalam bidang hukum pasar modal di Indonesia, kedua, untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia,dan ketiga, untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia. Berdasarkan tujuan yang berhasil dicapai tersebut, penelian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa memperkaya khazanah ilmu pengetahuan hukum mengenai keterbukaan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia, memberikan input bagi aparat penegak hukum, pembuat kebijakan dan pembuat peraturan perundang-undangan, serta diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memperbaharui atau menyempurnakan ketentuan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia.

Untuk menemukan jawaban terhadap ketiga rumusan masalah tersebut, penelitian ini menggunakan kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah yang biasa dipergunakan dalam jenis penelitian hukum normatif. Penelitian tesis ini bersifat deskriptif-analisis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Data pokok yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari studi kepustakaan (library research), yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Seluruh data sekunder yang berhasil dikumpulkan, selanjutnya diseleksi, diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, dan kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif agar dapat dikemukakan dalam bentuk uraian yang jelas dan sistematis sebagai hasil penelitian ini.


(6)

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pengaturan keterbukaan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia berperan penting dalam mewujudkan mekanisme pasar modal yang efisien, yang mampu melindungi investor dari praktek pelanggaran hukum dan sekaligus mewujudkan tata kelola perusahaan publik yang baik. Ruang lingkup informasi penting yang dikategorikan sebagai fakta materil terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu fakta materil sebagaimana ditentukan secara tegas dan limitatif di dalam UUPM dan berbagai peraturan Bapepam-LK, dan fakta materil sebagaimana standar penentuan yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7 UUPM. Dalam hal ini, UUPM telah menentukan berbagai bentuk pelanggaran terhadap fakta materil yang harus dipertanggungjawabkan pelakunya, yaitu penipuan (fraud), pernyataan menyesatkan (misleading statement), baik pernyataan tidak benar mengenai fakta materil (misrepresentation) maupun tidak mengungkap fakta materil yang benar (ommission), serta manipulasi pasar (market manipulation) dan perdagangan orang dalam (insider trading). Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan bahwa pengaturan mengenai fakta materil perlu disempurnakan dan ditegakkan secara tegas, dan penanganan kasus pelanggaran fakta materil harus dilakukan secara terbuka kepada publik.


(7)

ABSTRACT

Capital market is a means of indirect investment which needs investors to gain profit and is needed by public businesses to obtain funds to strengthen their capital. There have been many cases in capital market in Indonesia; that is, the violation against capital market which involves the agents of capital market and the public businesses themselves so that it will harm public businesses and investors. Therefore, legal provisions should provide legal certainty for those who are involved in capital market and, at the same time, protect the investors’ interest from financial loss. One of the legal certainties which should be guaranteed by UUPM (Law on Capital Market) is the provision of material fact.

Based on the explanation above, the research on the provision of material facts as it is stipulated in UUPM in Indonesia needs to be studied. There were three problems which have to be answered in this research; first, why transparency in material facts needed to be regulated in UUPM in Indonesia, secondly, how about the scope of the regulation on material facts in UUPM in Indonesia, and thirdly, how about the features of violation against material facts in UUPM in Indonesia.

Based on the formula of the problems above, there were three objectives which have to be achieved in this research; first, to know and to understand the need for the principle of transparency in material facts as it is stipulated in UUPM in Indonesia, secondly, to know and to understand the scope of the provision of material facts in UUPM in Indonesia, and thirdly, to know and to understand the features of violation against material facts in UUPM in Indonesia. Based on the objectives which have to be achieved in the research, this research was expected to be beneficial for enriching the jurisprudence in the transparency in material facts in UUPM, to give input to law enforcement agencies, policy and law makers, and to be used as food for thought in renewing or completing the provision of material facts in UUPM in Indonesia.

In order to find the answer for the three formulations above, the research used the principles of scientific research method which is commonly used in the type of judicial normative research. The research was descriptive analytic with judicial normative approach. The main data were secondary data which came from the library research which comprised primary, secondary, and tertiary legal materials. The collected secondary data were then selected, classified, and arranged systematically and processed qualitatively so that they could be presented in the clear and systematic description as the result of the research.

The conclusions shows that the provision of the transparency in material facts in UUPM in Indonesia plays an important role in realizing the mechanism of efficient capital market which is able to protect investors from the practice of the violation against law and, at the same time, can realize the management of good public businesses. The scope of important information which is categorized as material facts is divided into two types: material facts as they are stipulated firmly and limitative in UUPM and in various Bapepam-LK regulations and material facts as they are formulated in the standard provision in Article 1, paragraph 7 of UUPM. In this case,


(8)

UUPM has regulated various violations against material facts which have to be justified by the doers such as fraud, misleading statement, misrepresentation, omission, market manipulation, and insider trading. Based on the conclusions above, it is recommended that the provision of material facts should be completed and enforced strictly, and the handling of violation against the cases on material facts should be done transparently so that the public know them.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul “Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia” ini merupakan syarat terakhir yang harus penulis penuhi untuk meraih gelar Magister Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyelesaian tesis ini tak bisa penulis pisahkan dengan jasa, dukungan, doa dan bantuan banyak orang, dan untuk itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka semua. Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc., (CTM), SP.A(K), selaku Rektor Univesitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan kepada penulis menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc., Ph.D., selaku Pembantu Rektor I Univesitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dan kesempatan besar kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara, yang banyak memberikan dukungan moril kepada penulis untuk bergiat menyelesaikan tesis ini.


(10)

4. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH.,MLI. selaku Pembimbing Utama penulisan tesis ini, yang senantiasa mengkonfirmasi kesiapan tesis penulis dan terus memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini. Penulis sangat berterima kasih kepada beliau yang dalam kesibukan beliau yang sangat padat sebagai Pembantu Rektor IV Universitas Sumatera Utara, konsultan hukum dan pengajar di berbagai perguruan tinggi, beliau senantiasa respek dan memberikan

agenda waktu yang cukup kepada penulis untuk membimbing penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H.,M.H., Pembimbing penulisan tesis ini, dan sekaligus Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas segala arahan dan dorongan yang diberikan kepada penulis, baik selama penulisan tesis ini maupun selama penulis menuntut ilmu di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum., Pembimbing penulisan tesis ini, dan seklaigus Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang selalu memberikan motivasi, koreksi dan masukan yang sangat berarti bagi penulis selama penulis menyelesaikan tesis ini untuk membuat tesis ini menjadi lebih baik.

7. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello,S.H.,M.S. dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H.,C.N.,M.Hum., sebagai Penguji atas penulisan tesis ini, yang telah banyak memberikan masukan, koreksi dan dukungan kepada penulis untuk dapat mempertanggungjawabkan tesis ini.


(11)

8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H.,M.H., mantan Ketua Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Hukum, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis pada masa-masa kehidupan yang sangat sulit selama menjadi mahasiswa di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 9. Seluruh Guru Besar dan para staf pengajar yang telah memberikan ilmu dan arahan

selama penulis menimba ilmu di Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Bapak Dr. H. Ibrahim Siregar, M.C.L., selaku Ketua STAIN Padangsidimpuan tempat penulis bekerja, yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi kepada penulis untuk fokus dan menyelesaikan studi S-2 penulis.

11. Bapak Dr. Sumper Mulia Harahap, M.A., selaku Ketua Jurusan Syariah STAIN Padangsidimpuan, yang telah banyak memberikan banyak dukungan, motivasi, dan diskusi agar penulis dapat segera menyelesaikan tesis ini.

12. Rekan-rekan kerja di STAIN Padangsidimpuan, Bang Irwan, Bang Rafiq, Pak Nijar, Zakir, Fatah, Bu Asnah, Magdalena, Fauziah, bang Aswadi, dan seluruh

rekan-rekan lainnya yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini.

13. Rekan-rekan sekretariat Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fitri, Juli, Fika, Kak Ganti, Hendra, Hendri, Zulhiman, Udin, Hendra, dan Kak Niar,

14. Sahabat-sahabat penulis di Prodi. Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, Boy Laksamana, S.H., M.Hum., Faisal, S.H., M.Hum., Azwir Agus, S.H., M.Hum., dan kawan-kawan lain yang senantiasa menjadi sahabat yang baik bagi penulis, baik dalam menyelesaikan studi Magister Ilmu Hukum maupun dalam kehidupan penulis.


(12)

15. Keluarga penulis, Ucok, Sunggul, Ompung Fitri, Adinda Feri Sahputra, Adinda Erwinsyah Nasution, Adinda M. Thohir Ritonga, dan seluruh keluarga

penulis yang telah banyak membantu dan mendukung penulis selama ini.

16. Teman-teman penulis, Hasan, Kadir, bang Edi Pur, Umri, dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan arti kepada penulis dalam menjalani kehidupan dan studi penulis.

Tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang penuh hormat dan kasih sayang tak terhingga kepada:

1. Ayah dan Emak, almarhum Adamsyah Nasution dan almarhumah Nuraini Nasution, yang telah menyayangi, melindungi dan mendidik penulis sejak dari kandungan hingga akhir hayat beliau, dengan harapan penulis dapat menjadi anak yang berbakti, semoga harapan ayah dan emak agar penulis dapat membaktikan ilmu yang bermanfaat dikabulkan Allah SWT, dan penulis senantiasa mendoakan agar Allah SWT mengampunkan seluruh dosa-dosa ayah dan emak, dilapangkan dalam kuburnya dan ditempatkan Allah di surga-Nya pada hari berbangkit kelak, dan penulis berharap dapat membalas seluruh kasih sayang dan jasa-jasa ayah dan emak.

2. Tulang dan Nantulang, yang senantiasa menyayangi dan mendoakan penulis dalam penyelesaian tesis ini dan dalam kehidupan keluarga penulis, semoga Allah menjadikan penulis sebagai anak menantu yang dapat membaktikan diri kepada keluarga besar tulang dan nantulang.


(13)

3. Anak-anak tercinta, Fateh Alrido Nasha dan Fatiya Alisa Nasha, yang senantiasa memberikan kegembiraan dan penawar lelah kepada penulis dalam mengatasi seluruh persoalan hidup dan kerja penulis, ayah memohon maaf atas waktu-waktu kita bersama yang ayah lewatkan guna menyelesaikan tesis ini, dan sekaligus atas waktu-waktu kita bersama yang ayah lewatkan karena tuntutan pekerjaan ayah yang jauh dari rumah kediaman kita bersama, semoga ananda berdua selalu menjadi anak yang berbakti kepada orangtua dan Allah SWT.

4. Isteri tercinta, Helmilawati,S.H.I.,M.A., yang senantiasa memberikan dorongan, bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini, dan juga senantiasa dengan dengan sabar dan senyum mendampingi penulis dalam menuntaskan seluruh tuntutan hidup dan pekerjaan penulis, semoga kita selalu dapat menjadikan rumah kediaman kita sebagai surga untuk kita dan anak-anak serta keluarga kita, dan mudah-mudahan Allah meridhoi kita mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah, amin.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan tulisan ini, untuk itu Penulis tetap membuka diri atas masukan dan kritikan yang sifatnya membangun.

Akhir kata, penulis bereserah diri kepada Allah swt, semoga tulisan ini memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi siapapun yang membacanya. Amin.

Medan, 27 Mei 2013 Penulis


(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : JOHAN ALAMSYAH

Suku/Marga : Mandailing / Nasution Tempat/Tgl. Lahir : Binjai, 20 September 1971

Domisili saat ini : Jalan Puti Sangkar Bulan – Nagari Tanjung Beringin Kota Lubuk Sikaping Kab. Pasaman Provinsi Sumatera Barat

Pekerjaan : Dosen STAIN Padangsidimpuan

Alamat Pekerjaan : Jalan Imam Bonjol KM. 4,5 Sihitang Kota Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara

Agama/Jenis Kelamin: Islam / Laki-laki

Riwayat Pendidikan : - Sekolah Dasar Negeri 023903 Binjai, 1984

- Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Binjai, 1987 - Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Binjai, 1990

- Universitas Sumatera Utara, Medan, Fakultas Hukum Jurusan Perdata, tamat tahun 1997

- Universitas Sumatera Utara, Medan, Fakultas Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, tamat tahun 2013

Nama Istri : Helmilawati, S.H.I., M.A

Nama Anak-anak : 1. Fateh Alrido Nasha (10 thn), 2. Fatiya Alisa Nasha (7 thn) Nama Ayah dan Ibu : Adamsyah (alm) dan Nuraini (almh).


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI……… i

ABSTRACT ……… iii

KATA PENGANTAR ……… v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… x

DAFTAR ISI……… xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12

1. Kerangka Teori ... 12

2. Konsepsi ... 18

G.Metode Penelitian ... 20

BAB II. PENTINGNYA KETERBUKAAN FAKTA MATERIL DALAM HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA ... 26

A.Mekanisme Perdagangan Efek di Pasar Modal ... 26

1. Penawaran Umum di Pasar Perdana ... 28

2. Pasar Sekunder ... 39


(16)

B. Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal Indonesia ... 45

1. Pengertian Pasar Modal dan Prinsip Keterbukaan ... 45

2. Pentingnya Pengaturan Keterbukaan Fakta Materil ... 48

C. Hubungan Prinsip Keterbukaan Fakta Materil dengan Good Corporate Governance ... 52

D.Pasar Modal yang Efisien Berdasarkan Keterbukaan Fakta Materil 55 BAB III. RUANG LINGKUP PENGATURAN FAKTA MATERIL DALAM HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA ... 60

A.Pengertian Fakta Materil ... 60

B. Pengaturan Fakta Materil dalam Peraturan Perundang-undangan ... 62

1. Dalam Rangka Penawaran Umum ... 64

2. Setelah Penawaran Umum ... 74

BAB IV. PELANGGARAN KETENTUAN FAKTA MATERIL ... 83

A.Pelanggaran Ketentuan Fakta Materil ... 83

1. Penipuan (Fraud) ... 84

2. Pernyataan Menyesatkan (Misleading Statement) ... 90

3. Manipulasi Pasar ... 93

4. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading) ... 101

B. Pengawasan dan Pertanggungjawaban ... 106

1. Pengawasan ... 106

2. Pertanggungjawaban Pidana ... 109

3. Pertanggungjawaban Perdata ... 115


(17)

C. Penegakan Hukum atas Pelanggaran Fakta Materil setelah Berlakunya UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) ... 126

1. Latar Belakang Lahirnya OJK ... 127

2. Tugas dan Wewenang OJK ... 135

3. Kedudukan Bapepam setelah Dibentuknya OJK ... 143

4. Pengawasan Pasar Modal oleh OJK ... 148

BAB V. PENUTUP ... 159

A.Kesimpulan ... 159

B. Saran ... 160


(18)

ABSTRAKSI

Pasar modal adalah wahana investasi tidak langsung (indirect investment) yang dibutuhkan investor untuk mencari keuntungan dan dibutuhkan pula oleh perusahaan publik untuk memperoleh dana guna memperkuat permodalan perusahaan. Telah banyak kasus yang terjadi di Indonesia mengenai pelanggaran di bidang pasar modal yang melibatkan para pelaku pasar modal dan perusahaan publik itu sendiri, yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan publik dan masyarakat investor. Oleh karena itu, peraturan hukum harus memberikan kepastian bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal, dan sekaligus melindungi kepentingan investor dari praktek yang merugikan. Salah satu kepastian hukum yang harus dijamin oleh hukum pasar modal adalah mengenai ketentuan fakta materil.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai ketentuan fakta materil yang diatur dalam hukum pasar modal Indonesia. Ada tiga rumusan masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu pertama, mengapa keterbukaan mengenai fakta materil perlu diatur dalam bidang Hukum Pasar Modal di Indonesia, kedua, bagaimana ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia, dan ketiga, bagaimanakah bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia.

Berdasarkan rumusan permalahan tersebut, ada 3 (tiga) tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini, yaitu, pertama, untuk mengetahui dan memahami perlunya prinsip keterbukaan mengenai fakta materil diatur dalam bidang hukum pasar modal di Indonesia, kedua, untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia,dan ketiga, untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia. Berdasarkan tujuan yang berhasil dicapai tersebut, penelian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa memperkaya khazanah ilmu pengetahuan hukum mengenai keterbukaan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia, memberikan input bagi aparat penegak hukum, pembuat kebijakan dan pembuat peraturan perundang-undangan, serta diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memperbaharui atau menyempurnakan ketentuan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia.

Untuk menemukan jawaban terhadap ketiga rumusan masalah tersebut, penelitian ini menggunakan kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah yang biasa dipergunakan dalam jenis penelitian hukum normatif. Penelitian tesis ini bersifat deskriptif-analisis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Data pokok yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari studi kepustakaan (library research), yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Seluruh data sekunder yang berhasil dikumpulkan, selanjutnya diseleksi, diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, dan kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif agar dapat dikemukakan dalam bentuk uraian yang jelas dan sistematis sebagai hasil penelitian ini.


(19)

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pengaturan keterbukaan fakta materil dalam hukum pasar modal di Indonesia berperan penting dalam mewujudkan mekanisme pasar modal yang efisien, yang mampu melindungi investor dari praktek pelanggaran hukum dan sekaligus mewujudkan tata kelola perusahaan publik yang baik. Ruang lingkup informasi penting yang dikategorikan sebagai fakta materil terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu fakta materil sebagaimana ditentukan secara tegas dan limitatif di dalam UUPM dan berbagai peraturan Bapepam-LK, dan fakta materil sebagaimana standar penentuan yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7 UUPM. Dalam hal ini, UUPM telah menentukan berbagai bentuk pelanggaran terhadap fakta materil yang harus dipertanggungjawabkan pelakunya, yaitu penipuan (fraud), pernyataan menyesatkan (misleading statement), baik pernyataan tidak benar mengenai fakta materil (misrepresentation) maupun tidak mengungkap fakta materil yang benar (ommission), serta manipulasi pasar (market manipulation) dan perdagangan orang dalam (insider trading). Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan bahwa pengaturan mengenai fakta materil perlu disempurnakan dan ditegakkan secara tegas, dan penanganan kasus pelanggaran fakta materil harus dilakukan secara terbuka kepada publik.


(20)

ABSTRACT

Capital market is a means of indirect investment which needs investors to gain profit and is needed by public businesses to obtain funds to strengthen their capital. There have been many cases in capital market in Indonesia; that is, the violation against capital market which involves the agents of capital market and the public businesses themselves so that it will harm public businesses and investors. Therefore, legal provisions should provide legal certainty for those who are involved in capital market and, at the same time, protect the investors’ interest from financial loss. One of the legal certainties which should be guaranteed by UUPM (Law on Capital Market) is the provision of material fact.

Based on the explanation above, the research on the provision of material facts as it is stipulated in UUPM in Indonesia needs to be studied. There were three problems which have to be answered in this research; first, why transparency in material facts needed to be regulated in UUPM in Indonesia, secondly, how about the scope of the regulation on material facts in UUPM in Indonesia, and thirdly, how about the features of violation against material facts in UUPM in Indonesia.

Based on the formula of the problems above, there were three objectives which have to be achieved in this research; first, to know and to understand the need for the principle of transparency in material facts as it is stipulated in UUPM in Indonesia, secondly, to know and to understand the scope of the provision of material facts in UUPM in Indonesia, and thirdly, to know and to understand the features of violation against material facts in UUPM in Indonesia. Based on the objectives which have to be achieved in the research, this research was expected to be beneficial for enriching the jurisprudence in the transparency in material facts in UUPM, to give input to law enforcement agencies, policy and law makers, and to be used as food for thought in renewing or completing the provision of material facts in UUPM in Indonesia.

In order to find the answer for the three formulations above, the research used the principles of scientific research method which is commonly used in the type of judicial normative research. The research was descriptive analytic with judicial normative approach. The main data were secondary data which came from the library research which comprised primary, secondary, and tertiary legal materials. The collected secondary data were then selected, classified, and arranged systematically and processed qualitatively so that they could be presented in the clear and systematic description as the result of the research.

The conclusions shows that the provision of the transparency in material facts in UUPM in Indonesia plays an important role in realizing the mechanism of efficient capital market which is able to protect investors from the practice of the violation against law and, at the same time, can realize the management of good public businesses. The scope of important information which is categorized as material facts is divided into two types: material facts as they are stipulated firmly and limitative in UUPM and in various Bapepam-LK regulations and material facts as they are formulated in the standard provision in Article 1, paragraph 7 of UUPM. In this case,


(21)

UUPM has regulated various violations against material facts which have to be justified by the doers such as fraud, misleading statement, misrepresentation, omission, market manipulation, and insider trading. Based on the conclusions above, it is recommended that the provision of material facts should be completed and enforced strictly, and the handling of violation against the cases on material facts should be done transparently so that the public know them.


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar Modal (Capital Market) adalah salah satu sektor investasi di Indonesia yang menarik minat banyak investor. Pasar Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.1 Benda-benda yang diperdagangkan di Pasar Modal adalah efek atau surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan, kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.2 Melalui benda-benda yang diperdagangkan tersebut, Pasar Modal (capital market) merupakan tempat atau sistem untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dana bagi modal suatu perusahaan.3

Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di bidang Pasar Modal, Pemerintah harus memberikan payung hukum yang jelas dan landasan hukum yang Oleh karena itu, Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan sekaligus sebagai wahana investasi tidak langsung (indirect investment) bagi masyarakat pemodal.

1

Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 13.

2

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 5.

3

Lihat, A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1991), hal.169.


(23)

kokoh untuk lebih menjamin kepastian hukum bagi pihak-pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal, serta sekaligus melindungi kepentingan investor dari praktek yang merugikan.4

Dalam rangka menciptakan Pasar Modal yang efisien, yaitu adil, teratur, terbuka dan melindungi kepentingan investor dan masyarakat, Pasal 101 ayat (1) UUPM memberikan kewenangan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) selaku otoritas Pasar Modal untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap pelanggaran yang mengakibatkan kerugian bagi kepentingan Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal atau masyarakat.

Untuk merealisasikan maksud tersebut, pada tanggal 1 Januari 2006 Pemerintah Indonesia memberlakukan secara efektif Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, selanjutnya disingkat UUPM.

5

Hasil tindakan represif yang dilakukan Bapepam-LK ini ditindaklanjuti dengan pengenaan sanksi administratif, atau diserahkan kepada Pengadilan dalam rangka penegakan hukum dan penerapan sanksi terhadap pelaku Pasar Modal yang telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yuridis UUPM.6

Salah satu perangkat hukum yang perlu dianalisis dalam Hukum Pasar Modal adalah mengenai ketentuan fakta materil. Berdasarkan Pasal 1 angka 7 UUPM, yang dimaksud dengan fakta atau informasi materil adalah informasi atau fakta penting dan

4

Lihat, Penjelasan Umum UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Konsiderans bagian Menimbang huruf b dan huruf c.

5

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 101 ayat (1) secara lengkap berbunyi: “Dalam hal Bapepam berpendapat pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya mengakibatkan kerugian bagi kepentingan Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal atau masyarakat, Bapepam menetapkan dimulainya tindakan penyidikan”.

6


(24)

relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.7

Fakta materil merupakan inti dari prinsip keterbukaan di dalam Pasar Modal.8 Yang dimaksud prinsip keterbukaan adalah keharusan bagi setiap Emiten, Perusahaan Publik, dan pihak lain yang tunduk kepada UUPM untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi atau fakta materil mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.9 Prinsip keterbukaan tidak terpisahkan dari kepentingan berfungsinya arus informasi fakta materil dari emiten ke Pasar Modal sehingga tercipta informasi yang akurat. Jadi, keterbukaan fakta materil akan sangat menentukan setiap keputusan yang diambil oleh investor secara rasional.10

Hukum Pasar Modal di Indonesia dipandang oleh Bismar Nasution masih belum jelas dan belum lengkap mengatur persoalan mengenai fakta materil.11 Pengertian fakta materil di dalam Pasal 1 angka 7 UUPM hanya menggunakan pendekatan “sesuatu yang dapat mempengaruhi harga efek dan atau keputusan investor”, tanpa membuat kualifikasi bobot investor dan unsur “kepercayaan investor”12

7

Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 7.

8

Bismar Nasution, (I), Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001), hal. 1.

9

Lihat, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 25.

10

Bismar Nasution, (I), log.cit.

11

Ibid., hal.273.

12

Ibid., hal.72.


(25)

mempengaruhi perusahaan di masa mendatang, “penghilangan” informasi material tertentu yang dibutuhkan investor untuk melakukan pertimbangan yang matang, dan suatu fact-specific secara case-by-case.13

Ketidakjelasan dan ketidaklengkapan pengaturan mengenai ketentuan fakta materil jelas akan mempengaruhi penerapan prinsip keterbukaan di dalam Pasar Modal, dalam arti belum adanya ketegasan untuk mengimplementasikan prinsip keterbukaan tersebut.14 Kewajiban menyampaikan informasi (duty to disclosure) ditentukan oleh apakah suatu kejadian atau peristiwa terkualifikasi sebagai fakta materil atau tidak,15 sehingga tidak terperincinya standar penentuan fakta materil sangat berpotensi menyebabkan terjadinya pelanggaran prinsip keterbukaan yang merugikan investor. Wajar jika kemudian investor asing sering menuduh tingkat kualitas keterbukaan perusahaan-perusahaan di Indonesia masih cukup rendah.16

Ketidakjelasan batasan atau standar penentuan mengenai fakta materil dalam hukum positif di bidang Pasar Modal juga akan menyebabkan tidak adanya persamaan persepsi atau penafsiran mengenai fakta materil itu sendiri. Apa yang dimaksud mengenai fakta materil dan bagaimana batasan atau standar penentuannya, serta ruang lingkup yang tercakup di dalamnya, dengan mudah dapat mengalami perbedaan

Untuk mengatasi kelemahan ini, analisis terhadap ketentuan fakta materil sangat penting dilakukan guna menjamin dilaksanakannya prinsip keterbukaan di dalam Pasar Modal Indonesia dalam konteks perkembangan ekonomi global saat ini.

13

Ibid., hal.66-71.

14

Ibid., hal.273.

15

Ibid., hal.11.

16


(26)

penafsiran antara emiten, investor, Bapepam-LK dan bahkan para akademisi dan praktisi hukum. Hal ini menunjukkan bahwa kepastian hukum mengenai ketentuan fakta materil sangat dibutuhkan dalam Hukum Pasar Modal.

Ketidakjelasan dan ketidaklengkapan pengaturan mengenai ketentuan fakta materil juga akan mempengaruhi kualitas penegakan hukum (law enforcement) di bidang Pasar Modal, padahal kegiatan Pasar Modal rawan dengan pelanggaran dan kejahatan. Sebagaimana sering dikemukakan, kejahatan di bidang Pasar Modal adalah kejahatan kerah putih, dengan modus dan strategi yang sangat halus dan sulit dideteksi secara “hitam-putih” mengenai klasifikasi kejahatannya. Kondisi ini akan bertambah mengkhawatirkan jika kita bersandar kepada peringatan Kehoe, bahwa internasionalisasi Pasar Modal melahirkan konsekuensi meningkatnya jumlah kejahatan Pasar Modal yang melampaui batas-batas negara (cross-border).17

Kelemahan pengaturan ketentuan fakta materil mengakibatkan tidak semua informasi yang menyesatkan (misleading information) dan tindakan manipulasi pasar, penipuan dan perdagangan orang dalam (insider trading) dapat dengan mudah terdeteksi oleh hukum atau dibuktikan secara hukum. Tindakan yang pada mulanya dicurigai sebagai pelanggaran dan kejahatan Pasar Modal, pada akhirnya menjadi samar dan tidak dapat lagi secara jelas dikategorikan sebagai pelanggaran dan kejahatan Pasar Modal, sehingga penegakan hukumnya seringkali tidak dapat dilakukan secara tepat dan tuntas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis ketentuan fakta materil sebagai landasan dalam upaya penyidikan dan

17


(27)

pembuktian pelanggaran dan kejahatan di Pasar Modal, agar upaya penegakan hukumnya dapat dilaksanakan secara tegas oleh otoritas Pasar Modal, yaitu Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).

Berdasarkan pemikiran tersebut, penting melakukan penelitian terhadap ketentuan fakta materil di dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia, baik konsepsinya, pengaturannya maupun penegakan hukumnya (law enforcement). Penelitian ini tidak hanya bermaksud melakukan analisis terhadap ketentuan fakta materil yang berlaku secara positif di dalam Hukum Pasar Modal Indonesia, tetapi juga berupaya menemukan suatu batasan atau standar penentuan fakta materil yang jelas, baik dalam perumusan hukumnya (law making) maupun dalam penegakan hukumnya (law enforcement).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengapa keterbukaan mengenai fakta materil perlu diatur dalam bidang Hukum Pasar Modal di Indonesia?

2. Bagaimana ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia?

3. Bagaimanakah bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia?


(28)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami perlunya prinsip keterbukaan mengenai fakta materil diatur dalam bidang hukum pasar modal di Indonesia

2. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup pengaturan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk pelanggaran ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan hukum mengenai Hukum Pasar Modal, khususnya yang berkaitan dengan fakta materil sebagai esensi prinsip keterbukaan Pasar Modal. 2. Dari sudut pandang praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau

tawaran yang berharga bagi aparat penegak hukum dan pemerintah, khususnya Bapepam-LK, dalam menyelesaikan permasalahan fakta materil dalam kegiatan Pasar Modal yang terjadi di Indonesia.


(29)

3. Dari sudut pandang kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan (policy maker) dalam memperbaharui atau menyempurnakan peraturan perundang-undangan mengenai Pasar Modal, khususnya yang menyangkut pengaturan fakta materil.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang penulis lakukan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah pernah dilaksanakan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU), penelitian tesis berjudul “Analisis Hukum Ketentuan Fakta Materil dalam Perspektif Hukum Pasar Modal” belum pernah dilakukan dalam topik dan masalah yang sama. Objek penelitian ini belum dibahas secara komprehensif dalam suatu penelitian ilmiah. Oleh karenanya, penelitian ini merupakan sesuatu yang baru dan asli sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk kritik yang bersifat membangun terhadap topik dan permasalahan dalam penelitian ini.

Ada beberapa penelitian tesis di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang membahas aspek-aspek hukum tertentu dari Hukum Pasar Modal dan prinsip keterbukaan di Pasar Modal, dan pembahasannya bukanlah mengulas pengaturan fakta materil sebagai fokus utama penelitian tesis. Beberapa penelitian tesis hanya membahas suatu perbuatan tertentu yang dilarang dalam kegiatan di pasar modal, dan beberapa tesis yang lain membahas aspek hukum pelaku pasar modal,


(30)

dengan menjadikan fakta materil sebagai salah satu pisau bedah analisis. Beberapa penelitian tesis yang berhasil penulis periksa adalah sebagai berikut:

1. Penelitian tesis berjudul “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Menyesatkan dalam Pernyataan Pendaftaran di Pasar Modal” oleh Murzal, diselesaikan pada tahun 2003. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa pengaturan mengenai larangan perbuatan menyesatkan dan sanksinya dalam UUPM masih sederhana dan belum memadai, khususnya mengenai elemen-elemen perbuatan menyesatkan untuk menentukan suatu perbuatan adalah misrepresentation

dan omission, dan hal ini berbeda dengan praktek di pasar modal Amerika Serikat yang telah merinci elemen-elemen perbuatan yang menyesatkan. Akuntan publik bertanggungjawab secara pidana, perdata dan administrasi atas laporan keuangan yang menyesatkan, meskipun pertanggungjawaban administrasi lebih dominan diterapkan oleh Bapepam.

2. Penelitian tesis berjudul “Manipulasi Transaksi Saham oleh Perusahaan Publik dalam Pasar Modal” oleh R. Deddy Harryanto, diselesaikan pada tahun 2003. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa batasan manipulasi pasar di Indonesia belum begitu jelas dan memadai, sehingga terjadi banyak lubang-lubang hukum (loop hole) yang dapat dipergunakan untuk melakukan perbuatan manipulasi pasar, sedangkan Bapepam belum pernah menyeret pelaku manipulasi pasar ke pengadilan. Tindakan manipulasi pasar harus dipertanggungjawabkan secara pidana, dengan tetap membuka peluang memajukan tuntutan ganti kerugian oleh pihak yang


(31)

dirugikan, dengan salah satu saran seharusnya dianut strict liability dalam pertanggungjawaban perdata tindakan manipulasi pasar.

3. Penelitian tesis berjudul “Penentuan Standar Penipuan dalam Pasar Modal Indonesia: Analisis Juridis terhadap Putusan Bapepam dan Perbandingannya dengan Putusan Pengadilan di Negara Common Law” oleh Abdurrahman, diselesaikan pada tahun 2005. Berdasarkan kesimpulan dan abstraknya, penelitian tesis ini menyatakan bahwa penentuan standar penipuan dalam UUPM yang dipakai oleh Bapepam diukur berdasarkan fakta materil, yaitu apabila terjadi penyimpangan terhadap fakta materil yang disajikan, dan hal ini mirip dengan standar penipuan menurut putusan pengadilan di negara Common Law yang juga ditentukan berdasarkan fakta materil, tetapi di negara Common Law sanksi yang dijatuhkan sangat tergantung pada sifat perkara, apakah penipuan itu sebagai tort atau criminal.

4. Penelitian tesis berjudul “Analisis Hukum atas Pertanggungjawaban Perusahaan Publik terhadap Investor yang Dirugikan Akibat Kesalahan Prospektus” oleh Maswandi, diselesaikan pada tahun 2005. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa perusahaan publik wajib memuat prospektus dalam melakukan penawaran umum, yang di dalamnya harus memuat informasi yang sebenarnya dan tidak menyesatkan mengenai keadaan emiten sehingga menjadi dasar investor melakukan investasi. Bilamana prospektus memuat informasi yang tidak benar, hal ini merupakan pelanggaran prinsip keterbukaan, yaitu merupakan suatu penipuan, yang membawa dampak terhadap pasar modal dan pihak-pihak lain, yaitu ketidakpercayaan rakyat terhadap pasar modal dan sekaligus kerugian investor.


(32)

Manakala hal ini terjadi, emiten harus bertanggungjawab terhadap kesalahan prospektus yang dilakukannya, baik pertanggungjawaban pidana, perdata maupun administrasi. Pihak-pihak yang membantu dan ikut menandatangani pernyataan pendaftaran dan prospektus juga ikut bertanggung jawab sepanjang tugas yang mereka lakukan tidak sesuai dengan pekerjaannya secara profesional.

5. Penelitian tesis berjudul “Aspek Hukum Perlindungan Investor dalam Perdagangan Saham Bank Mandiri Menjelang Pasar Perdana” oleh Tama Ulinta Tarigan, diselesaikan pada tahun 2005. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa pengaturan prinsip keterbukaan dalam UUPM belum diatur secara jelas, khususnya terhadap perusahaan perbankan seperti Bank Mandiri, yaitu tidak ada ketentuan yang tegas yang menjadi pedoman mengenai informasi apa yang diperlukan dalam Pernyataan Pendaftaran di Bapepam, sehingga Prospektus Bank Mandiri belum menunjukkan keakuratan yang tinggi tentang informasi dari sebuah emiten yang besar. Go publicnya Bank Mandiri lebih didominasi oleh kepentingan politik keuangan negara yang menargetkan percepatan privatisasi BUMN, sehingga keterbukaan dalam go publicnya Bank Mandiri belum tersentuh secara substansial. Perlindungan investor belum terjamin dalam go publicnya Bank Mandiri ini, yaitu karena prospektus Bank Mandiri kurang akurat dalam mengungkap pernyataan utang, kecukupan modal, resiko usaha dan prospek usaha, tetapi Bapepam meloloskannya. Kesimpulan dalam penelitian tesis ini juga mengemukakan mengenai perbedaan masa tenang menjelang IPO antara Hukum Pasar Modal di Indonesia dengan di Amerika Serikat.


(33)

6. Penelitian tesis berjudul “Prinsip Keterbukaan dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal” oleh R.A. Dyna Ramadhani, diselesaikan pada tahun 2008. Penelitian tesis ini memuat kesimpulan bahwa keterbukaan berlaku bagi perusahaan penanaman modal dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk keterbukaan dalam laporan keuangan. Perlunya prinsip keterbukaan ini didasarkan kepada 6 (enam) pertimbangan mendasar. Laporan keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam penerapan asas keterbukaan di perusahaan penanaman modal. Laporan keuangan tidak saja merupakan informasi penting bagi pemegang saham (penanam modal) untuk mengukur kinerja pengurusan perusahaan, tetapi juga bagi pemerintah dalam pemenuhan kewajiban fiskal perusahaan penanaman modal tersebut dan untuk meningkatkan kepercayaan investor, dan juga penting bagi masyarakat untuk pertanggungjawaban sosial dan lingkungan yang berasal dari alokasi beban biaya perusahaan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Pasar Modal sebagai media investasi publik membutuhkan pengaturan yang mampu memberikan rasa aman bagi masyarakat investor maupun masyarakat pada umumnya. Aliran dana yang demikian kompleks di Pasar Modal menuntut


(34)

ketentuan-ketentuan yang komprehensif, termasuk tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang semakin kuat.18

“Keterbukaan ini diharuskan karena pada dasarnya para calon investor (pemodal) mempunyai hak untuk mengetahui secara detail mengenai segala sesuatu tentang bisnis perusahaan, dimana mereka akan menempatkan uangnya, maka untuk itu harus dapat dimengerti pula bahwa hal tersebut juga merupakan suatu tahap dari peralihan dari perusahaan privat menjadi perusahaan publik, yang merupakan suatu hal yang sangat menantang bagi pemilik dan manajemennya.”

Dikatakan oleh Asril Sitompul:

19

Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap potensi dana yang dimiliki masyarakat sangat penting artinya karena perusahaan yang bersangkutan akan memanfaatkan dana masyarakat yang relatif murah untuk kepentingannya sendiri.

Pasal 78 ayat (1) UU Pasar Modal mengharuskan keterbukaan fakta materil telah dimulai sejak prospektus perusahaan diajukan kepada Bapepam-LK dalam rangka penawaran perdana (Initial Public Offering atau IPO) di Bursa Efek.

20

18

Erman Rajagukguk, “Peranan Hukum dalam Pembangunan pada Era Globalisasi: Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indonesia,” disampaikan pada pengukuhan jabatan Guru Besar dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum UI, Jakarta, 4 Januari 1997, hal.14.

19

Asril Sitompul, (I), Pasar Modal, Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), hal.56.

20

Penawaran umum akan mengakibatkan terjadinya perubahan struktur pemilikan perusahaan. Ini disebabkan porsi pemilikan suatu perusahaan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan modal yang ditanamkan investor pada perusahaan tersebut. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal.5. Pendapat ini senada dengan Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal.47, yang menyatakan besarnya pemilikan tergantung dari besarnya persentase saham yang dimiliki oleh penanam modal.

Setiap calon emiten (perusahaan publik) demi hukum secara institusional mempunyai tanggung jawab menyampaikan kebenaran informasi materil di dalam prospektus kepada publik sebelum adanya ijin melakukan penawaran umum oleh


(35)

Bapepam-LK.21

Keharusan keterbukaan (disclosure) dalam Hukum Pasar Modal mengandung aspek yang cukup luas, sehingga Bapepam-LK mewajibkan pihak manajemen perusahaan untuk membuka seluruh informasi yang dibutuhkan publik. Keterbukaan mencakup pengertian mengenai informasi apa yang diperlukan publik dan kemudian menyediakannya secara jelas, terbuka dan benar, guna meningkatkan minat investor. Prinsip keterbukaan ini salah satunya tampak dalam peraturan yang menegaskan bahwa setiap prospektus (dokumen penawaran) dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta materil (misrepresentation), atau tidak memuat keterangan yang benar tentang fakta materil (omission), yang diperlukan agar prospektus tidak memberikan gambaran yang menyesatkan (misleading). Kewajiban ini bukan hanya dibebankan kepada direksi dan komisaris perusahaan, tetapi juga setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran yang diajukan kepada Bapepam-LK, termasuk penjamin emisi efek dan profesi penunjang Pasar Modal yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran.

Ketentuan ini dapat diterima secara teoritis, sebab publik menilai kelayakan berinvestasi pada suatu perusahaan publik adalah berdasarkan prospektus yang diajukan perusahaan tersebut.

22

Dikatakan oleh Bismar Nasution, bahwa prinsip keterbukaan merupakan jiwa Pasar Modal, sedangkan fakta materil merupakan inti dari prinsip keterbukaan

21

Sri Redjeki Hartono, (I), Kapita Selekta Hukum Ekonomi, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hal.48-49.

22


(36)

tersebut.23

Ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal, yaitu:

Artinya, prinsip keterbukaan mengacu kepada analisis tuntas terhadap esensi dan batasan fakta materil.

24

1. Prinsip keterbukaan berfungsi memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Keputusan investor untuk melakukan investasi terbentuk oleh penilaian dan pilihan terhadap kelengkapan, kejelasan dan kepastian informasi yang diberikan oleh emiten, sehingga kepercayaan investor terhadap mekanisme pasar ditentukan oleh adanya keterbukaan dalam Pasar Modal.

2. Prinsip keterbukaan berfungsi utama menciptakan mekanisme pasar yang efisien, baik dalam penciptaan harga, pengalokasian modal maupun perlindungan investor. Berfungsinya keterbukaan menyebabkan pelaku pasar dapat melakukan

market discipline, sebab terbukanya arus informasi berperan menciptakan informasi yang benar dan akurat. Harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia, sehingga manajemen perusahaan harus menjaga harga pasar dan peluang penjualan saham dengan mengemukakan informasi yang relevan.

3. Prinsip keterbukaan berperan penting untuk mencegah penipuan (fraud), termasuk mencegah terjadinya penyesatan dan kekeliruan informasi yang diperoleh investor.

23

Dikatakan Bismar Nasution, prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di Pasar Modal, sekaligus merupakan jiwa Pasar Modal itu sendiri. Lebih lanjut dikatakannya, karena prinsip keterbukaan adalah jiwa Pasar Modal itu sendiri, maka perlu dilakukan pengkajian mendalam tentang bagaimana sesungguhnya pelaksanaan prinsip keterbukaan dan penentuan fakta materil di Indonesia. Lihat, Bismar Nasution, (I), op.cit., hal. 1.

24


(37)

Perusahaan- perusahaan publik semakin banyak bergantung pada modal ekstern ( modal ekuitas dan pinjaman) guna pembiayaan aktifitas perusahaan, melakukan investasi dan menciptakan pertumbuhan. Untuk kepentingan pihak pemodal ekstern, perusahaan perlu meyakinkan mereka bahw a manajemen

akan melakukan tindakan terbaik untuk kepentingan perusahaan dengan menggunakan dana- dana tersebut secara tepat dan efisien.

Kepastian seperti ini diberikan oleh sistem “tata kelola perusahaan

yang baik”, atau lebih dikenal dengan istilah “Go o d Co r p o r at e

Go v er n an ce”, dan selanjutnya akan dipakai singkatan “GCG”, yang

dapat diartikan sebagai:

“sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan

tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (sh ar eh o ld er s

v alu e) serta mengakomodasi berbagai pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan”.25

Pengertian ini menunjukkan bahw a GCG merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, yaitu menyangkut seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang

saham, pengurus ( pengelola perusahaan) , pihak kreditor, pemerintah, karyaw an, serta para pemegang kepentingan intern

25

Eddi Wibowo, Tomo HS, dkk., Memahami Good Government Governance dan Good Corporate Governance, (Yogyakarta: Penerbit YPAPI, 2004), hal.85.


(38)

dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak- hak dan kew ajiban

mereka.26

GCG mensyaratkan adanya struktur dan perangkat untuk mencapai tujuan dan pengaw asan atas kinerja. Penerapan GCG akan mampu memberikan insentif yang baik bagi manajemen

untuk mencapai tujuan yang dikehendaki perusahaan dan pemegang saham, dan juga memfasilitasi pemonitoran yang efektif

guna mendorong perusahaan menggunakan sumber daya secara

efisien.27

a. Fair n ess ( Kew ajaran) .

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting GCG ini, Or g an izat io n f or Eco n om ic Co r p o r at io n an d Dev elo p m en t

( OECD) telah mengembangkan seperangkat prinsip- prinsip GCG yang dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya dan tradisi di masing- masing negara. Prinsip- prinsip yang

dikembangkan oleh OECD tersebut mencakup empat bidang utama, yaitu:

Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi

yang penting serta melarang pembagian untuk pihak

26

Lihat, I Nyoman Tjager, et.al., Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: Prenhallindo, 2003), hal.25-26.

27


(39)

sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (in sid er t r ad in g) .

b. Disclo su r e an d Tr an sp ar an cy ( Keterbukaan dan

Transparansi) .

Hak- hak para pemegang saham atas penerimaan informasi dengan benar dan tepat pada w aktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan- perubahan

yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaaan.

c. Acco u n t ab ilit y ( Akuntabilitas) .

Tanggung jaw ab manajemen melalui pengaw asan yang

efektif berdasarkan b alan ce o f p o w er ( keseimbangan

kekuasaan) antara manajer, pemegang saham, Dew an Komisaris, dan auditor, merupakan bentuk

pertanggungjaw aban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham.

d. Resp o n sib ilit y ( Pertanggungjaw aban) .

Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara

perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, perusahaan yang

sehat dalam aspek keuangannya.28

Setiap perusahaan harus menyadari betapa pentingnya penerapan GCG karena manfaat GCG dapat dipetakan ke dalam

lima kelompok, yaitu:

Prinsip- prinsip ini diharapkan menjadi rujukan bagi pemerintah dalam membangun ruang lingkup bagi penerapan GCG. Bagi pelaku

usaha dan Pasar Modal, prinsip- prinsip ini dapat menjadi pedoman dalam menentukan tindakan terbaik untuk peningkatan nilai dan

keberlangsungan perusahaan.

28


(40)

a. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

b.Mendapatkan co st o f cap it al yang lebih murah.

c. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam

meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan.

d. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan sh ar eh o ld er s

dan st ak eh o ld er s terhadap perusahaan.

e. Melindungi Direksi, Komisaris/ Dew an Pengurus dari

tuntutan hukum.29

Manfaat- manfaat yang akan diperoleh perusahaan dengan menerapkan GCG ini tentunya akan meningkatkan nilai perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik dan yang paling

utama adalah menghasilkan kemajuan bagi perusahaan.

2. Konsepsi

Penulis akan mengemukakan beberapa konsepsi untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah- istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1.Modal adalah adalah efek atau sekuritas (secu r it ies) , yaitu setiap

surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, w aran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap

29

Bacelius Ruru, “Transformasi Budaya Perusahaan di BUMN melalui Pelaksanaan Good Corporate Governance”, Makalah, disampaikan dalam Rapat Koordinasi BUMN, Jakarta, 17-18 April 2002, hal.2.


(41)

instrumen yang ditetapkan sebagai sekuritas atau efek oleh

pihak yang berw enang di bidang Pasar Modal.30

2.Pasar Modal, atau sering pula disebut bursa efek, adalah “suatu

pasar yang terorganisir dimana berbagai jenis efek- efek

diperdagangkan”.31

3.Emiten, yang sering pula disebut perusahaan publik, adalah

Pihak yang melakukan Penaw aran Umum di Pasar Modal.

Pasar Modal merupakan tempat bertemunya investor dengan emiten untuk mengadakan transaksi jual beli efek.

32

4.I nvestor ( pemodal) adalah pihak yang membeli sekuritas yang

diterbitkan oleh emiten sebagai cara untuk menanamkan modalnya pada perusahaan emiten tersebut.

5.Saham adalah selembar catatan yang memuat nilai nominal

sebagaimana telah ditetapkan oleh emiten yang menunjukkan jumlah batas hak dan tanggung jaw ab dari pemiliknya terhadap perusahaan.

6.Fakta materil adalah informasi atau fakta penting dan relevan

mengenai peristiw a, kejadian atau fakta, yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek ( Pasar Modal) dan

30

Asril Sitompul, (I), op.cit., hal.3.

31

Ibid.

32


(42)

atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang

berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.33

7.Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan

Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang- undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam w aktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari

Efek tersebut.34

G. Metode Penelitian

Rangkaian kegiatan penelitian ini, sejak pengumpulan data hingga analisis data, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah. Kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah tersebut terdiri dari jenis penelitian, sifat penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, pengolahan dan analisis data.

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian berfungsi menjelaskan jenis penelitian, pendekatan penelitian dan sifat penelitian. Ketiga aspek ini merupakan acuan dalam merumuskan aspek-aspek lain dari metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini.

33

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 7.

34


(43)

Sesuai karakteristik rumusan permasalahan, penelitian ini tergolong ke dalam jenis “penelitian hukum normatif”. Yang dimaksud dengan penelitian hukum normatif, atau disebut juga penelitian hukum doktrinal (doctrinal research), adalah suatu penelitian yang menganalisis permasalahan yang ada berdasarkan norma-norma hukum yang tertulis dalam berbagai literatur (law in written in book) maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan (law as it decided by the judge through judicial process).35

Penelitian ini bersifat “deskriptif analitis”, artinya penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ketentuan-ketentuan dan permasalahan-permasalahan hukum mengenai pengaturan ketentuan fakta materil dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia, dan sekaligus menganalisis ketentuan dan permasalahan tersebut guna menemukan

Oleh karena itu, penelitian ini menjadikan kaidah hukum sebagai premis utama dan sebagai hasil penelitian.

Berdasarkan jenis penelitian tersebut di atas, penelitian ini menggunakan “pendekatan yuridis normatif” dengan mengacu kepada norma-norma hukum yang berlaku dalam Hukum Pasar Modal di Indonesia. Dalam penelitian ini, hukum dipandang sebagai kaidah atau norma yang bersifat otonom, bukan sebagai sebuah fenomena sosial. Penelitian mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan, yaitu mengumpulkan dan menganalisis kecukupan dan kejelasan kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Pasar Modal mengenai ketentuan fakta materil.

35

Ronald Dworlin, dalam Bismar Nasution, (VII) “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”, makalah pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Medan, tanggal 18 Pebruari 2003, hal.1.


(44)

solusi yang dapat digunakan dalam penyempurnaan ketentuan yang ada. Spesifikasi ini menunjukkan bahwa penelitian ini membatasi kerangka studi pada suatu pemberian, suatu analisis atau suatu klasifikasi tanpa secara langsung bertujuan untuk menguji hipotesa-hipotesa atau teori-teori.36

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari studi kepustakaan (library research). Oleh karena itu, data sekunder dalam penelitian ini berfungsi sebagai data utama atau data pokok penelitian.37

Data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier,

38

a. bahan hukum primer, seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Bapepam-LK, Keputusan Kepala Bapepam-LK, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan;

sebagai berikut:

36

Alvi Syahrin, (I), Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003), hal. 17.

37

Bambang Sunggono, Penelitian Hukum: Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal.194-195.

38


(45)

b. bahan hukum sekunder, terdiri dari buku-buku karya para ahli hukum, jurnal dan artikel ilmiah, hasil penelitian, majalah, surat kabar, situs internet dan lain-lain; c. bahan huku m tertier, terdiri dari kamus-kamus hukum, ensiklopedi, dan lain-lain. Keseluruhan data sekunder yang diperoleh ditujukan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi mengenai permasalahan yang akan dibahas. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, dan tidak menggunakan data primer berdasarkan hasil wawancara terhadap para ahli hukum, ahli ekonomi dan praktisi Pasar Modal yang berkiprah di Bursa Efek Indonesia. Keberadaan penulis yang sejak 4 (empat) tahun terakhir ini berdomisili Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat menyebabkan peneliti mempunyai keterbatasan waktu, biaya dan tenaga untuk melakukan penelitian lapangan (field research) guna mendapatkan data primer yang relevan dan signifikan dalam menyempurnakan analisis penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan studi pustaka (library research) sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh data sekunder. Studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data dilakukan terhadap bahan-bahan pustaka yang ada, termasuk peraturan perundang-undangan dan surfing di internet. Studi pustaka dilakukan dengan memperhatikan beberapa karakteristik, yaitu relevansi dengan penelitian, akurasi data dan aktualitas masalahnya.

Bahan-bahan hukum yang dikumpulkan melalui studi pustaka adalah data-data yang bersifat teoritis ilmiah dan bahan-bahan hukum yang bersifat yuridis normatif


(46)

sebagai perbandingan dan pedoman dalam menguraikan permasalahan yang dibahas. Semua data yang telah dikumpulkan selanjutnya diseleksi dan diolah.

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif yang didukung logika berpikir deduktif. Pendekatan kualitatif dalam analisis data ini merupakan usaha menganalisis data secara mendalam dan integral (holistic), untuk kemudian dilakukan penafsiran. Sesuai spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif analitis, analisis data ditujukan untuk menggambarkan dan mengungkapkan permasalahan yang terjadi dan sekaligus memahaminya, dan selanjutnya diharapkan dapat memberikan solusi dalam penelitian ini.

Metode analisis kualitatif digunakan karena berbagai pertimbangan, sebagai berikut:

Pertama, analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan yang dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan. Kedua, data yang dianalisis beraneka ragam serta memiliki sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ketiga, sifat dasar data yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral (holistic), yang menuntut tersedianya informasi yang mendalam (indepth information).39

Berdasarkan pertimbangan ini, penggunaan metode analisis kualitatif diharapkan dapat memberikan jawaban yang memuaskan atas permasalahan penelitian tesis ini.

39

Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal; Studi Kesiapan Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral, (Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2005), hal.29.


(47)

5. Jalannya Penelitian

Penelitian tesis ini dimulai dengan penelitian kepustakaan (library research)

untuk memperoleh data sekunder. Seluruh data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan berdasarkan studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data terhadap bahan pustaka yang ada. Studi pustaka terutama ditujukan untuk terlebih dahulu memahami berbagai teori, doktrin, peraturan perundang-undangan dan konsepsi-konsepsi yang relevan dengan masalah penelitian ini.

Pengumpulan dan pengolahan data sekunder dimulai berdasarkan literatur dan peraturan perundang-undangan yang relevan, baik yang langsung mengenai masalah yang akan diteliti maupun yang dinilai berkaitan atau berhubungan. Pengumpulan dan pengolahan data ditujukan guna memperoleh bahan-bahan yang bersifat teoritis ilmiah dan bahan-bahan yang bersifat yuridis normatif sebagai pedoman dan perbandingan dalam memahami dan menguraikan permasalahan yang dibahas.

Data sekunder yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, selanjutnya diseleksi, diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, dan kemudian diolah supaya dapat dihindarkan kesalahan dan kekurangan pada data-data tersebut. Dengan cara demikian, diharapkan data yang diperoleh adalah reliable dan valid.

Data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan dengan tetap berada dalam lingkup permasalahan yang akan dijawab, yaitu dengan mengaplikasikan teori, konsep dan norma hukum yang relevan untuk menjelaskan dan menunjukkan hubungan atau komparasi terhadap data-data yang diperoleh di dalam penelitian. Data yang telah dianalisis secara kualitatif tersebut, selanjutnya akan


(48)

dikemukakan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, sehingga selain mampu menggambarkan dan mengungkapkan permasalahan yang terjadi, juga sekaligus diharapkan akan dapat menunjukkan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.


(49)

BAB II

PENTINGNYA KETERBUKAAN FAKTA MATERIL

DALAM HUKUM PASAR MODAL DI INDONESIA

A.Mekanisme Perdagangan Efek di Pasar Modal

Penjual dan pembeli di pasar modal (bursa efek) harus terdaftar dan menjadi anggota sebelum melakukan jual-beli, dan sekuritas yang diperjualbelikan juga harus merupakan sekuritas yang terdaftar. Anggota pasar modal di Indonesia adalah pemegang saham dari pasar modal tersebut, sebab pasar modal Indonesia didirikan dengan bentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, yang saat ini telah diganti dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 8 UUPM menetapkan bahwa yang dapat menjadi pemegang saham bursa efek adalah perusahaan efek yang telah memperoleh izin usaha untuk melakukan kegiatan sebagai perantara pedagang efek, dan izin tersebut dikeluarkan oleh Bapepam-LK.

Perdagangan efek berarti perdagangan surat berharga berbentuk efek yang merupakan aset keuangan. Perdagangan efek ditandai dengan penyerahan fisik tanda bukti penyerahan, antara lain saham, obligasi, waran, opsi dan rights. Hal yang sangat menonjol dan merupakan ciri khas perdagangan efek dibandingkan perdagangan pada umumnya adalah masalah informasi yang bersifat dominan dan krusial karena pengambilan keputusan oleh investor sangat bergantung pada informasi yang


(50)

dimilikinya. Informasi di pasar modal merupakan penentuan struktur, tingkat kompetitif dan efisiensi Bursa Efek.

Instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal adalah efek (surat berharga), yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif (efektif derivative) dari efek.40 Efek yang paling sering diperdagangkan di Pasar Modal adalah saham41 dan obligasi42

Klasifikasi pasar modal mencakup pembedaan antara pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar perdana memperdagangkan efek yang baru diedarkan, dan pasar sekunder memperdagangkan efek yang telah selesai diperdagangkan di pasar perdana dan dicatatkan di Bursa Efek untuk diperjualbelikan dan Pasar Paralel di luar Bursa Efek

.

.43 .

40

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 5. Dikatakan dalam Penjelasan Pasal 1 angka 5, bahwa derivatif dari efek adalah turunan dari efek, baik efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi dan waran. Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak pemegang efek untuk memesan saham perusahaan tersebut pada harga tertentu setelah 6 (enam) bulan atau lebih sejak efek dimaksud diterbitkan, sedangkan opsi adalah hak yang dimiliki oleh pihak untuk membeli atau menjual kepada pihak lain atas sejumlah efek pada harga dan dalam waktu tertentu.

41

Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Modal perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham (Pasal 24 ayat (1) UUPT). Wujud saham adalah, selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi pemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, op.cit.,hal. 5.

42

Obligasi merupakan sertifikat bukti utang yang dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mendapatkan dana/modal (pendanaan) atau yang bisa disebut bond. Perusahaan membayar bunga atas obligaisi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang terutang. Johar Arifin dan Muhammad Fakhruddin, op. cit. , hal. 241.

43


(51)

a. Penawaran Umum di Pasar Perdana

Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten yang menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya.44 Penawaran umum sering disebut dengan istilah go public, sebab penawaran umum merupakan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya (perdana).45

Perusahaan yang sudah melakukan penawaran umum disebut perusahaan terbuka atau perusahaan publik. Ini berarti perusahaan tersebut sudah merupakan milik masyarakat pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan, dan besarnya pemilikan perusahaan tergantung dari besarnya persentase saham yang dimiliki oleh penanam modal.

Setelah memutuskan go public, perusahaan mempersiapkan proses pendaftaran penawaran umum kepada Bapepam-LK.

46

Proses penawaran umum (perdana) di pasar modal melibatkan peran banyak pihak, sebagai berikut:

47

a. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam); b. Pelaksana Bursa48

44

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 15.

45

Pandji Anoraga danPidji Pakarti, op.cit., hal. 46.

46

Ibid, hal. 47.

47

Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997), hal. 26 – 29.

;

48

Pelaksana Bursa, atau dalam UUPM disebut Bursa Efek, adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek


(52)

pihak-c. Emiten (perusahaan yang go public)49 d. Penjamin emisi efek (underwriter)

;

50

e. Perusahaan Efek

;

51

f. Lembaga Penunjang Pasar Modal, yaitu ;

(1) Wali amanat52

(2) Penanggung (Guarantor) ;

53

(3) Biro Administrasi Efek (BAE) ;

54

(4) Kustodian (tempat penitipan harta) ;

55

pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka, vide Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995.

49

Emiten (perusahaan yang go public) adalah pihak yang melakukan penawaran umum, vide Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995. Perusahaan yang dapat menjadi emiten untuk melakukan penawaran umum dan menjual efeknya di pasar modal haruslah berbentuk perseroan terbatas berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (catatan penulis: sekarang harus dibaca berdasarkan “Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), vide Pasal 1 angka 20 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995.

50

Penjamin emisi (underwriter), adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual, vide Pasal 1 angka 17 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995. Biasanya Penjamin Emisi (underwriter) bertindak sebagai penjamin dan membantu emiten dalam proses emisi, dan jika efek yang ditawarkan tidak habis terjual, maka penjamin emisi (underwriter) bertanggung jawab untuk membeli seluruh sisa efek yang belum terjual tersebut.

51

Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi, vide Pasal 1 angka 21 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995. Perantara Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan diri sendiri atau pihak lain, vide Pasal 1 angka 18 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, vide Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995.

52

Wali amanat, yaitu pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang, vide Pasal 1 angka 30 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995. Dengan kata lain, Wali Amanat adalah pihak yang bertindak selaku wali bagi kepentingan pemegang obligasi (untuk emisi obligasi).

53

Penanggung (Guarantor) adalah pihak yang menjadi penanggung dalam transaksi di pasar modal.

54

Biro Administrasi Efek (BAE), adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek, Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995.


(1)

Prodjokodikoro, Wirjono, (I), Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Jakarta-Bandung: Eresco, 1974.

________, (II), Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang dari Sudut Hukum Perdata. Bandung-s-Gravenhage: Vorkink-Van Hoeve, 1953.

Purbacaraka, Purnadi, dan Soerjono Soekanto, Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum. Bandung: Alumni, 1986.

Rajagukguk, Erman, “Peranan Hukum dalam Pembangunan pada Era Globalisasi: Implikasinya bagi Pendidikan Hukum di Indonesia.” Disampaikan pada pengukuhan jabatan Guru Besar dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum UI, Jakarta, 4 Januari 1997.

Safitri, Indra, ed., (I), Catatan Kolom Hasan Zein Buku Pertama. Jakarta: Go Global Book, 1998.

________, (II), Transparansi Independensi dan Pengawasan Kejahatan Pasar Modal. Jakarta: Go Global Book, 1998.

Setiawan, Rachmat, Tinjauan Elimenter Perbuatan Melawan Hukum. Bandung: Alumni, 1982.

Sidharta, Bernard Arief, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum. Bandung: Mandar Maju, 1999.

Siregar, Mahmul, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal; Studi Kesiapan Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2005.

Sitompul, Asril, (I), Pasar Modal (Penawaran Umum dan Permasalahannya). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004.

________, (II), Due Dilligence dan Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Penunjang pada Proses Penawaran Umum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999.

Sitompul, Zulkarnain, (I), Problematika Perbankan. Bandung: Books Terrace&Library, 2005.


(2)

Soesilo, R., Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia, 1964.

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni, 1981.

Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997.

Sunggono, Bambang, Penelitian Hukum: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Surya, Indra, (I), “Tindak Pidana dan Penegakan Hukum di Pasar Modal Indonesia”, The Essence of Corporate Secretary, Panduan Sekretaris Korporasi Indonesia Memasuki Millenium Baru, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia (YPPMI) dan Salemba Communications, 2000.

________, (II), Transparansi, Independensi dan Pengawasan Kejahatan Pasar Modal. Jakarta: Safitri & Co. Go Global Book, 1998.

Syahrin, Alvi, (I) Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan. Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003.

________, (II), Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Pencemaran Dan Atau Kerusakan Lingkungan Hidup. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Pidana/ Lingkungan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara di Gelanggang Mahasiswa USU, Sabtu 20 Desember 2003. Tavinayanti, dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika, 2009.

Tjager, I Nyoman, et.al., Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo, 2003.

Usman, Marzuki, et.al., Pengetahuan Dasar Pasar Modal. Diterbitkan atas kerjasama Jurnal Keuangan dan Moneter dengan Institut Bankir Indonesia”. Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1997.


(3)

White, John, How to Invest Shocks & Shares (Investasi Surat Berharga & Saham), (Penerjemah : Soesanto Boedidharmo). Jakarta : Elex Media Komputindo, 2002.

Wibowo, Eddi, Tomo HS, dkk., Memahami Good Government Governance dan Good Corporate Governance. Yogyakarta: Penerbit YPAPI, 2004.

Widjaya, I.G. Rai, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Khusus Pemahaman Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. Jakarta: Kesaint Blanc, 2002.

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Perseroan Terbatas. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Makalah dan Artikel Ilmiah:

Herawatie, Hadiah, “Catatan Ringkas mengenai Beberapa Bentuk Pelanggaran di Pasar Modal”. Makalah. Jakarta: Biro Hukum PPU, Sekretariat Kabinet RI, 1995. Firman, Dekan Fakutas Hukum UI , “Tekanan Transisi”.

Koot, Harry, “Analisis Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan”.

Mustaqin, Andika Hendra, Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Solusi Sistem Ekonomi

Nasional

Nasution, Bismar, (VI), “Bahan Lokakarya Mengenai Rancangan Perubahan UUPM”. Makalah, tanggal 5 Mei 2001.

________, (VII), “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”. Makalah, pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, Medan, tanggal 18 Pebruari 2003.

________, (VIII), “Keterbukaan dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal”. http//bismarnasty.wordpress.com.


(4)

________, (IX), “Implementasi Pasal 34 Undang-undang Tentang Bank Indonesia dan Dampaknya Pada Peranan dan Fungsi Bank Indonesia Di Bidang Moneter, Sistem Pembayaran dan Stabilitas Keuangan”.

________, (X), “Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan: Kajian Terhadap Indepedensi dan Pengintegrasian Pengawasan Lembaga Keuangan”. Disampaikan pada sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, dilaksanakan BAPEPAM-LK, Hotel Tiara, Medan, 8 Juni 2012.

Nasution, Darmin, “Konsepsi Pemikiran Otoritas Jasa Keuangan”.

Nurhaida, (I), “Tim Transisi OJK sudah terbentuk”.

Nurhaida, (II), “Reformasi Pengawasan Jasa Keuangan Melalui Pembentukan Otoritas Jasa keuangan Sebagai Upaya Mendorong pertumbuhan Perekonomian

Nasional”.

Ruru, Bacelius, “Transformasi Budaya Perusahaan di BUMN melalui Pelaksanaan Good Corporate Governance”. Makalah, disampaikan dalam Rapat Koordinasi BUMN, Jakarta, 17-18 April 2002.

Siregar, A. Dohar, “Implementasi Good Corporate Governence di Antam”. Makalah, disampaikan pada Semiloka Peran Pengawasan Pengelolaan Perusahaan dalam mendukung pelaksanaan GCG di Sumatera Utara, Medan, 30 April 2003.

Sitompul, Asril, (III), “Aspek Hukum Laporan Keuangan Perusahaan Publik Dual Listing”. Makalah, Disajikan dalam Seminar Nasional Pengelola Perusahaan Publik Sehari, Kamis, 21 Agustus 2003.

Sitompul, Zulkarnain, (II) “Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan”.

Sugarda, Paripurna P., “Status Hukum dan Kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan”.

Tim Kerjasama Penelitian FEB UGM & FE UI, “Alternatif Sturktur OJK Yang Optimum: Kajian Akademik”. xa.yimg.com/kq/.../KajiAkademikOJK-UI-UGMversi+230810.pdf.


(5)

Yulianto, Ahmad, “Peran Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Investasi”. Jurnal Hukum Bisnis, Vol.22 No.5.

Berita dan Situs Internet:

Bisnis Indonesia, Rabu 31 Januari 2007. Bisnis Indonesia, Jumat, 2 Februari 2007. Kompas, 25 Maret 1997.

Kompas, 31 Januari 2007. Kompas, 2 Februari 2007. Tempo, Edisi 5 Februari 2007. http://bapepam go.id

http:/

www.hukumonline.com

http:/

http:/

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal.../311/235.

Undang-Undang:

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.


(6)

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Keputusan Menteri Keuangan RI No.1199/KMK.010/1991 tentang Pasar Modal

Peraturan Bapepam No. X.K.5. tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit

Peraturan Bapepam No. IX.C.3 tentang Laporan Tahunan, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995 tanggal 9 Juni 1995.

Peraturan Bapepam No. IX.C.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan kepada Publik, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-22/PM/1991 tanggal 19 April 1991.

Peraturan Bapepam No. IX.D.1 tentang Persyaratan Keterbukaan Orang Dalam dan Pemegang Saham Tertentu, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-09/PM/1991 tanggal 3 Oktober 1991.

Peraturan Bapepam No. IX.D.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-04/PM/1994 tanggal 7 Januari 1994.

Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-01/PM/1995 tanggal 20 Maret 1995 mengenai penyampaian laporan keuangan tahunan dan tengah tahunan serta kewajiban pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi.

Surat Ketua Bapepam No. S-199/PM/1992 tanggal 22 Januari 1992 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Hasil Emisi.

Surat Ketua Bapepam No. S-456/PM/1991 tanggal 12 April 1991 perihal Pembelian Saham atau Penyertaan pada Perusahaan Lain.