Tujuan dan Hikmah Nikah

Terkadang ada orang yang ragu-ragu untuk kawin, karena sangat takut memikul beban berat dan menghindarkan diri dari kesulitan-kesulitan. Islam memperingatkan bahwa melalui ikatan perkawinan, Allah SWT akan memberikan kepadanya penghidupan yang berkecukupan, menghilangkan kesulitan-kesulitannya dan diberikan kepadanya kekuatan yang mampu mengatasi kemiskinan.

1. Tujuan dan Hikmah Nikah

Keluarga adalah sebuah institusi terkecil dalam tingkat masyarakat. Untuk dapat membangun keluarga sakinah yang menjadi impian semua orang, maka para anggota yang terdapat di dalam institusi tersebut harus memiliki kesadaran tinggi terhadap hak dan kewajibannya masing-masing. Keluarga sakinah dapat terbina dengan perkawinan yang dianugrahi pasangan yang saling menghormati, menghargai dan saling menyayangi. 14 Dalam Kompilasi Hukum Islam yang juga merupakan penjelasan dari undang-undang perkawinan telah dirumuskan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Hikmah menikah pernikahan agar manusia hidup berpasang-pasangan, membangun rumah tangga yang damai dan teratur. Untuk itu haruslah diadakan ikatan dan pertalian yang kokoh yang tak mudah putus dan diputuskan, ialah ikatan akad nikah atau ijab qabul perkawinan, dan bila akad nikah telah 14 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995, h.15. dilangsungkan maka mereka telah berjanji dan bersetia, akan membangunkan satu rumah tangga yang damai dan teratur, dan mereka akan menjadi satu keluarga. 15 Sedangkan menurut Abdul Qadir Jaelani dalam bukunya “Keluarga Sakinah ” : Perkawinan itu adalah salah satu cara yang telah banyak ditetapkan oleh Allah SWT untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan serta melangsungkan kehidupan manusia. Dan suami istri ditugaskan untuk mengatur, dan mengenai ini Allah SWT berfirman : =ی ی ﻝ ? ﻥ A ﻥ B C D 01 57 E ﻝF G D 888 H9ﻝ I + Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersekutu-sekutu supaya kamu mengenal” Q.S. 49 Al Hujurat: 13. Adapun masalah hikmah perkawinan. Abdullah Nasheh Ulwan menyatakan antara lain adalah untuk memelihara jenis manusia, untuk memelihara keturunan, menyelamatkan masyarakat dari kerusakan akhlak, menyelamatkan masyarakat dari berragam penyakit dalam perkawinan, untuk menentramkan jiwa setiap pribadi, untuk menjalin kerja sama suami istri dalam membina keluarga dan mendidik anak-anak, menyuburkan rasa kasih sayang ibu dan bapak. 16 15 Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, h.42. 16 Abdul Qadir Jaelani, Keluarga Sakinah Surabaya: Cahaya Ilmu, 1995, h.41-46. Sedangkan menurut Al Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qadir Jaelani, hikmah pernikahan itu adalah: a. Untuk mendapatkan keturunan. Empat keutamaan yang dapat diperoleh dari keturunan yang didasarkan pada pernikahan adalah : 1 Cinta kepada Allah, karena memperoleh anak berarti melestarikan jenis manusia di alam ini untuk kepentingan beribadah kepadanya. 2 Sebagai tanda cinta kasih kepada Rasulullah SAW, dengan memperoleh anak, berarti umat Muhammad SAW bertambah banyak dan ini merupakan kebanggaan Rasulullah di akhir nanti. 3 Mencari keberkahan dari do’a anak yang saleh, apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia. 4 Mencari syafaat dari kematian anak yang masih kecil, yang mendahului orang tuanya. b. Membentengi diri dari godaan setan dalam mengendalikan nafsu seks c. Untuk menimbulkan ketenangan jiwa Menurut pendapat Sayyi Sabiq, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qadir Jaelani, beliau menulis sebagai berikut : a. Persaudaraan yang langgeng teman sehidup semati diantara pria dan wanita8 b. Perkawinan adalah jalan terbaik untuk memelihara dan berkorban guna kepentingan anak-anak dan memperbanyak keturunan dalam melanjutkan kehidupan dengan memelihara garis keturunan. c. Dengan perkawinan watak kebapak dan keibuan akan bertambah subur dan sempurna, apabila mereka mampu memelihara dan melindungi anak- anak. d. Perkawinan adalah untuk mengetahui hakikat pertanggungjawaban dalam memelihara dan mendidik anak-anak. e. Dan perkawinan mengadakan pembagian tugas pekerjaan secara teratur mengenai kehidupan rumah tangga. Menurut pendapat Abu Bakar Jabir Al Jazair : a. Untuk melestarikan jenis kehidupan manusia dengan keturunan yang dihasilkan. b. Untuk memenuhi kebutuhan biologis antara suami dan istri. c. Untuk mewujudkan kerja sama suami istri dalam pemeliharaan dan pendidikan anak-anak. d. Untuk mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam masalah-masalah hak dan kewajiban yang asasi. 17 Dari hikmah-hikmah pernikahan yang tercantum di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan dilakukan untuk memberikan kemaslahatan bagi kehidupan manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk yang beragama. 2. Hukum Nikah Meskipun nikah adalah dianjurkan oleh Rasulullah saw, namun hukumnya bisa berubah, tergantung kepada kondisi seorang muslim. Di antara hukum-hukum nikah adalah: a. Wajib: Bagi yang mampu kawin, hawa nafsunya telah mendesak dan takut terjerumus dalam perzinahan. b. Sunnah: Bagi yang mampu kawin, nafsunya telah mendesak tapi masih dapat menahan hawa nafsunya. c. Haram: Bagi yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya kepada istrinya serta nafsunya tidak mendesak dan diyakini tidak dapat melaksanakan tanggung jawabnya terhadap istri. d. Makruh: Bagi yang lemah syahwat dan tidak mampu menafkahi istrinya. e. Mubah: Bagi yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera kawin atau alasan-alasan untuk yang mengharamkan untuk kawin. 18 17 Ibid, h. 48-50 3. Syarat dan Rukun Nikah Syarat-syarat nikah merupakan dasar bagi sahnya pernikahan. Pada garis besarnya, syarat-syarat sahnya pernikahan itu ada dua: a. Calom mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang ingin menjadikannya istri. b. Akad nikahnya dihadiri para saksi. Sedangkan rukun-rukun nikah itu terdiri dari: a. Pihak Laki-Laki b. Pihak Perempuan c. Wali atau Wali Hakim d. Dua Orang Saksi e. Ijab Dan Qabul 19

B. Pengertian Cerai, Perbedaan Antara Cerai dan Fasakh