Profil Lipid Pada Pemakaian KB Depo Medroksi Progesteron Asetat Selama 1 Tahun

(1)

PROFIL LIPID PADA PEMAKAIAN KB DEPO

MEDROKSI PROGESTERON ASETAT SELAMA

1 TAHUN

TESIS

OLEH :

EDWARD MULJADI

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP H.ADAM MALIK - RSUD Dr.PIRNGADI

MEDAN

2010


(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM – 5

Pembimbing : Dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG (K)

Dr. Yostoto B.Kaban, Sp.OG (K)

Penyanggah : Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG (K)

Dr. Indra G Munthe, Sp.OG (K)

Dr. Deri Edianto, Sp.OG (K)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai keahlian dalam bidang Obstetri


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian ini telah disetujui oleh TIM – 5:

PEMBIMBING:

Dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG (K)

……….

Pembimbing I Tgl: September

2010

Dr. Yostoto B. Kaban, Sp. OG (K) ……….

Pembimbing II Tgl: September

2010

PENYANGGAH

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG

……….

Tgl: September 2010

Dr. Deri Edianto, Sp.OG (K)

……….

Tgl: September 2010

Dr. Indra G. Munthe, Sp.OG (K)

………..

Tgl: September 2010


(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Berkat dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

” PROFIL LIPID PADA PEMAKAIAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT SELAMA 1 TAHUN ”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H (CTM&H), Sp.A(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar Siregar, Sp.PD, KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran dan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi USU Medan.

2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. M.Fidel Ganis Siregar, SpOG , Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Dr. Deri Edianto, SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. Yusuf Hanafiah, SpOG (K), Prof. Dr. T.M. Hanafiah, SpOG (K), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K), Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K), Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K), dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K), yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3. Prof. DR.Dr.H.M Thamrin Tanjung, SpOG (K) selaku Kepala Sub Divisi Fertilitas-Endokrinologi-Reproduktif atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian ini.


(5)

4. Dr Ichwanul Adenin, SpOG.(K) dan Dr.Yostoto B. Kaban, SpOG.(K) dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing , memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

5. Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG, Dr. Indra G Munthe, SpOG.(K) dan Dr. Deri Edianto, SpOG.(K) selaku tim penyanggah dan nara sumber dalam penulisan tesis ini, yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam perbaikan tesis ini.

6. Prof. Dr. Djafar Siddik, Sp.OG.(K) beserta keluarga besar yang telah memberikan saya kesempatan, motivasi sekaligus semangat bagi saya untuk dapat mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSHAM/RSPM.

7. Prof. Dr.M Fauzie Sahil ,SpOG.(K), selaku Bapak Angkat saya selama menjalani masa pendidikan ini, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan nasehat-nasehat bermanfaat kepada saya dalam menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.

8. Dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.

9. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP H. Adam Malik- RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan.

10.Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di departemen Obstetri dan Ginekologi.

11.Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

12.Direktur RS PTPN II Tembakau Deli Medan, Dr. Sofian Abdul Illah, SpOG dan Dr. Nazaruddin Jafar, SpOG(K) beserta staf yang telah memberi kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut


(6)

13.Direktur RSU Sipirok, beserta staf, atas kesempatan kerja dan bantuan moril selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.

14.Kepala Bagian Anastesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di bagian tersebut

15.Kepala Departemen Patologi Anatomi FK USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberiakn selama saya bertugas di Departemen tersebut

16.Kepada Senior-senior saya Dr. Hayu Lestari, SpOG, Dr. M. Oky Prabudi, SpOG,Dr. Johny Marpaung, SpOG, Dr. Melvin G Barus, SpOG, Dr. Milvan Hadi , SpOG, Dr. Muara P Lubis, SpOG , Dr. Juni Hardy Tarigan, SpOG, Dr. Dudy Aldiansyah, SpOG, Dr. Dwi Faradina, SpOG, Dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG, Dr. Adrian, SpOG, Dr. Andrian SpOG, Dr. Rony Pumala Bangun, SpOG,Dr. David Lubis, SpOG, Dr. Silvy Syahrini, SpOG dan Dr. Gorga IVW Udjung, SpOG terima kasih banyak atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.serta Junior-junior saya Dr Yasnil, Dr Made Surya Kumara, Dr Jepri, Dr. Andri P Aswar, Dr Alfian Siregar, Dr Errol H, Dr. Glugno Joshimin, Dr Ismail Usman, Dr Irwan,Dr Meity, Dr Hendri Ginting, Dr Yudha Sudewo, Dr Hendri Gunawan,Dr Julita, Dr Wahyu Wibowo, Dr Nurneliani Amni dan Dr Rahmanita Siregar terima kasih atas dukungan, motivasi dan kebersamaan kita selama ini.

17.Kepada teman – teman seangkatan saya, Dr. M. Ikhwan, Sp.OG, Dr. Zilliyadein Rangkuti, Dr. Ari Abdurahman Lubis, Dr. Riza Hendrawan Nasution dan Dr. Lili Kuswani terima kasih atas dorongan dan semangat yang diberikan kepada saya.

18.Teman Sejawat Asisten Ahli, Dokter Muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, dan pasien-pasien yang telah ikut membantu dan bekerjasama dengan saya dalam menjalani pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik, RSUD Pirngadi Medan, RS Sundari, RUMKIT ANGKATAN DARAT, RS Haji Mina Medan, RS PTPN II TEMBAKAU DELI.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang tercinta, Ayahanda Dr Johannes Muljadi dan Ibunda Dr


(7)

Veronica Lianawati Ramali, yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta motivasi selama mengikuti pendidikan ini.

Terima Kasih saya ucapkan kepada Aminuddhin,drg , Mery Soengjadi, Fridolin Widia,drg , Andy William, beserta seluruh Keluarga Besar serta Keluarga Besar Drs H Hasrul Azwar MM dan ibu yang telah banyak memberikan dukungan kepada saya, khususnya selama menjalani pendidikan dan masa-masa yang sulit serta memberikan motivasi kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Khususnya kepada Orang tua saya , saya ucapkan terima kasih yang tidak terhingga dan saya sampaikan serta diiringi permohonan maaf saya yang sebesar-besarnya karena kesibukan menyelesaikan tugas-tugas di pendidikan ini, tugas saya sebagai Anak sedikit terabaikan. Tanpa pengorbanan, doa dan dukungan dari kalian, tidak mungkin tugas-tugas ini dapat saya selesaikan.

Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.

Medan, September 2010


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..i

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR SINGKATAN………ix

ABSTRAK………...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….…………1

1.2 Identifikasi Masalah……….…………4

1.3 Hipotesa……….…………4

1.4 Tujuan penelitian 1.4.1. Tujuan umum………...4

1.4.2. Tujuan Khusus………...4

1.5 Manfaat Penelitian………...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak………..……...6

2.1.1 Klasifikasi Lipid………...6

2.1.2 Metabolisme Lipid………...7

2.1.3 Lipoprotein………...9

2.1.3.1 Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)…...10

2.1.3.2 Kolesterol High Density Lipoprotein (HDL)…..12

2.2 Dislipidemia………...14

2.2.1 Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner………16

2.2.2 Klasifikasi Kadar Lipid Plasma menurut NCEP-ATP III……….16

2.2.3 Proses aterosklerosis………...17

2.3 Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)………...19

2.3.1 Penggunaan DMPA………20

2.3.2 Farmakokinetik DMPA………22

2.3.3 Farmakodinamik………..24

2.3.4 Pengaruh DMPA terhadap penyakit jantung koroner………25


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian………28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………..28

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian……….28

3.3.2 Sampel Penelitian………...28

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi untuk Kelompok Subjek………...29

3.4.2 Kriteria Inklusi untuk Kelompok Kontrol………..29

3.4.3 Kriteria Eksklusi untuk Kelompok Subjek dan Kontrol………29

3.5 Besar Sampel………...31

3.6 Cara Kerja………31

3.7 Kerangka Operasional………...32

3.8 Rencana Manajemen dan Analisis Data………33

3.9 Definisi Operasional………...33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden………...35

4.2 Kadar Profil Lipid Responden………..36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...40

5.2 Saran………40

DAFTAR PUSTAKA……….41

LAMPIRAN I………..46

LAMPIRAN II……….47


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Lipid ………...8

Tabel 2.2 Klasifikasi Kadar Lipid Plasma (mg/dl) ……….17

Tabel 2.3 Gambaran Umum Progestin...22

Tabel 4.1 Karakteristik akseptor KB DMPA dan AKDR………35

Tabel 4.2 Rerata kadar kolesterol total pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun………...36

Tabel 4.3 Rerata kadar LDL pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun………..37

Tabel 4.4 Rerata kadar HDL total pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun……...………..38

Tabel 4.5 Rerata kadar Trigliserida pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun………...39


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur lipoprotein ………9 Gambar 2.2 Mekanisme transport kolesterol terbalik ……….12


(12)

DAFTAR SINGKATAN

ABCA1 : ATP-binding cassette transporter1

Apo : Apolipoprotein

ASI : Air susu ibu

DMPA : DepoMedroxy Progesteron Acetate

E2 : Estradiol

FSH : Folicle Stimulating Hormone HDL : High Density Lipoprotein

IM : intra muskuler

IMT : Indeks Massa Tubuh

IL-1β : interleukin 1β

IRT : ibu rumah tangga

LCAT : Lecithine cholesterol acyl transferase. Lp (a) : Lipoprotein (a)

LDL : Low density Lipoprotein LH : Luteinizing Hormone

MDA : Malondialdehid

NCEP-ATP III : National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III

NO : Nitrit oxide

PJK : penyakit jantung koroner ROS : reaktivitas oksigenasi spesies SHBG : Sex hormone-binding globulin SR-A : Scavenger receptor-A TNF α : Tumor necrosis factor

TGT : Trigliserida


(13)

PROFIL LIPID PADA PEMAKAIAN KB DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT SELAMA 1 TAHUN MEDAN

Edward Muljadi, Adenin I, Kaban YB, Pasaribu HP, Edianto D, Munthe IG

Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik Medan ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui profil lipid pada pemakaian DMPA selama 1 tahun

Rancangan Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian comparative study dengan desain cross sectional, dengan melakukan pengamatan sesaat pada akseptor KB suntikan DMPA. Data yang diperoleh dianalisa dan dilakukan uji statistika dengan uji-t dan sajian data diolah dengan bantuan program statistika secara komputerisasi

Hasil Penelitian : Dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa dari kedua kelompok yang memperoleh DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk kadar kolesterol total (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian DMPA selama 1 tahun dapat dikatakan relatif aman terhadap kadar kolesterol total. Hal yang sama seperti pada kadar kolesterol total, ternyata kadar LDL pada kelompok akseptor DMPA memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok akseptor AKDR, meskipun kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (<155 mg/dl). Dari tabel rerata kadar LDL, melalui uji-t, didapatkan bahwa kelompok responden yang mendapatkan DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Kadar HDL pada akseptor DMPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok akseptor AKDR, meski demikian kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (> 35 mg/dl).Namun dari uji analisis dengan uji-t, kadar rerata HDL pada kelompok DMPA dan AKDR, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan (p>0,05).

Pada kelompok akseptor AKDR, nilai Trigliserida dapat dilihat lebih tinggi dari DMPA, namun masih dalam batas rentang normal (< 200 mg/dl). Kadar Trigliserida pada kelompok DMPA dan AKDR, melalui uji-t, juga tidak dijumpai perbedaan yang signifikan (p>0,05).


(14)

Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida.


(15)

PROFIL LIPID PADA PEMAKAIAN KB DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT SELAMA 1 TAHUN MEDAN

Edward Muljadi, Adenin I, Kaban YB, Pasaribu HP, Edianto D, Munthe IG

Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik Medan ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui profil lipid pada pemakaian DMPA selama 1 tahun

Rancangan Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian comparative study dengan desain cross sectional, dengan melakukan pengamatan sesaat pada akseptor KB suntikan DMPA. Data yang diperoleh dianalisa dan dilakukan uji statistika dengan uji-t dan sajian data diolah dengan bantuan program statistika secara komputerisasi

Hasil Penelitian : Dari hasil analisis dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa dari kedua kelompok yang memperoleh DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk kadar kolesterol total (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian DMPA selama 1 tahun dapat dikatakan relatif aman terhadap kadar kolesterol total. Hal yang sama seperti pada kadar kolesterol total, ternyata kadar LDL pada kelompok akseptor DMPA memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok akseptor AKDR, meskipun kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (<155 mg/dl). Dari tabel rerata kadar LDL, melalui uji-t, didapatkan bahwa kelompok responden yang mendapatkan DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Kadar HDL pada akseptor DMPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok akseptor AKDR, meski demikian kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (> 35 mg/dl).Namun dari uji analisis dengan uji-t, kadar rerata HDL pada kelompok DMPA dan AKDR, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan (p>0,05).

Pada kelompok akseptor AKDR, nilai Trigliserida dapat dilihat lebih tinggi dari DMPA, namun masih dalam batas rentang normal (< 200 mg/dl). Kadar Trigliserida pada kelompok DMPA dan AKDR, melalui uji-t, juga tidak dijumpai perbedaan yang signifikan (p>0,05).


(16)

Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida.


(17)

B A B I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini tersedia beragam jenis kontrasepsi hormonal sehingga dapat membingungkan para dokter dan masyarakat akan pilihan kontrasepsi mana yang terbaik. Yang terutama adalah mengetahui jenis hormon, dosis, cara kerja, efek samping dan cara pemberiannya. (1)

Penggunaan kontrasepsi hormonal sebagai salah satu alat kontrasepsi meningkat tajam. Menurut WHO, dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dan 65 – 75 juta diantaranya, terutama di negara berkembang, menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan dapat memiliki dampak positif ataupun negatif terhadap berbagai organ wanita, baik organ genitalia maupun nongenitalia.(2)

Depo Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) adalah kontrasepsi yang sering dipakai luas. Adapun cara kerja utama DMPA sebagai kontrasepsi adalah menekan ovulasi. DMPA menghambat sekresi hipofisis, terutama pelepasan siklik dari Luteinizing Hormon (LH) dan Folicle Stimulating Hormon (FSH), dengan menekan sintesis

estradiol (E2) dan progesteron dari ovarium. (1)

Progesteron adalah hormon progestasional endogen yang pertama sekali diketahui mampu memberikan efek kontraseptif, namun efek penggunaannya hingga kini


(18)

masih perlu terus diamati sepanjang masa kehidupan. (3)

Lipoprotein adalah kompleks lipid dan protein yang penting untuk transpor kolesterol, trigliserida dan vitamin larut lemak. Hingga kini kelainan pada lipoprotein lebih diperdalam oleh ahli lipid (lipidologis), namun komplikasi klinis dari penyakit aterosklerosis kardio-vaskular telah membawa masalah ini menjadi terapi dan diagnostik bagi pada ahli penyakit dalam. (4)

Patogenesa kolesterol sebagai penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah, hingga kini masih dalam perdebatan. Penilitian oleh Anitschow pada hewan yang mendapat makanan tinggi kolesterol menunjukkan adanya hubungan erat kolesterol terhadap kejadian penyakit kardio-vaskular. Pada penelitian di abad-20, setelah ditemukannya alat ultrasentrifugasi, diperoleh data bahwa adanya hubungan erat antara Low density Lipoprotein (LDL) dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK); dan High Density Lipoprotein

(HDL) diketahui ternyata merupakan fraksi protektor. (5)

Banyak ahli berpendapat bahwa penggunaan DMPA tidak menyebabkan perubahan pada metabolisme lipid, tetapi justru banyak penelitian menemukan adanya perubahan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL dan Trigliserida) serum pada penggunaan DMPA jangka panjang. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada endotel dinding pembuluh darah yang merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosa.(2,5)

Limacher M.C (2002), pada penelitiannya mendapatkan bahwa penggunaan DMPA sangat berhubungan erat dengan perubahan fungsi endotel pembuluh darah. Akibat


(19)

penggunaan DMPA jangka panjang mempunyai efek terhadap kardio-vaskular. (6)

Kaunitz A.M (1994), mengatakan bahwa penggunaan jangka panjang DMPA tiap 3 bulan secara intra-muskular, dapat menginduksi perubahan metabolisme lipid sehingga dapat memicu resiko terjadinya penyakit arterosklerosis. (7)

Shirling dkk (1981), pada penelitiannya terhadap hewan uji coba, mendapatkan bahwa terjadi peningkatan serum kolesterol, fospolipid dan asam lemak non esterifikasi pada hewan uji coba yang diberikan progesteron.Namun kadar trigliserida dalam batas normal, begitu pula dengan produksi trigliseridanya juga dalam batas normal. (8)

DMPA dapat menyebabkan retensi air dan menyebabkan edema. Pada sistim kardiovaskuler dapat menurunkan kadar HDL plasma (penurunan HDL dikaitkan dengan peningkatan insidensi infark miokardium) dengan mengurangi efek protektif kardiovaskuler oleh estrogen. Pada penelitian uji klinik yang melibatkan multi-sentral oleh WHO, didapati adanya peningkatan metabolisme lipid dalam periode beberapa minggu setelah penyuntikan. Hasil temuan ini bila ditemui, hingga kini masih belum ada yang melaporkan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan profil lipid tahunan untuk melihat efek penggunaan DMPA jangka panjang. Akibat perubahan pada profil lipid ini yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, maka menjadi suatu pertimbangan dalam pemilihan kontrasepsi DMPA.(9-19)

Faddah L.M dkk (2005), pada penelitiannya mengenai pengaruh pemakaian DMPA terhadap stres oksidatif, profil lipid dan fungsi hati, didapatkan bahwa DMPA aman wanita muda dan sehat, namun disarankan pengawasan berkala mencakup berat


(20)

badan, pola hidup, aktivitas dan kontrol diet.(20)

Mengingat di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara belum pernah melakukan penelitian ini, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian ini, dengan harapan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, bahwa belum diketahui hubungan penggunaan DMPA terhadap profil lipid.

1.3. HIPOTESA

Ada hubungan penggunaan DMPA terhadap profil lipid.

1.4. TUJUAN PENELITIAN 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui profil lipid pada pemakaian DMPA selama 1 tahun

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar kolesterol total.

2. Untuk mengetahui hubungan pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar LDL

3. Untuk mengetahui hubungan pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar HDL


(21)

Trigliserida (TGT)

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1 Melalui penelitian ini dapat diketahui apakah penyuntikan DMPA terbukti dapat mengganggu metabolisme lipid.

2 Bila didapati penyuntikan DMPA mengganggu metabolisme lipid, maka perlu pengawasan profil lipid berkala terhadap penggunaan DMPA jangka panjang untuk menghindari resiko PJK.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lemak

Lipid sering diterjemahkan dengan lemak. Menggunakan istilah lemak untuk lipid

sebenarnya tidak begitu tepat, karena pengertian lemak sesungguhnya lebih dekat dengan pengertian neutral fat atau trigliserid. Istilah lipid, tampaknya lebih umum dan tidak struktural. Oleh karena itu, istilah lipid kiranya lebih tepat digunakan untuk menggambarkan suatu kelompok besar biomolekul dengan gugus fungsional karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin, karbon tetraklorida, dan sebagainya.(21)

Lemak dikenal sebagai sumber energi yang lain, di samping berfungsi sebagai unsur utama membran sel, hormon-hormon, anti bodi, dan sebagainya. Lemak (fat, trigliserid) dibentuk dari esterisasi asam lemak dengan gliserol (molekul alkohol), berbentuk kental atau padat dan umumnya berasal dari asam lemak jenuh. Minyak merupakan hasil dari esterisasi asam lemak tidak jenuh, dan berbentuk cair dalam suhu kamar.(21,22)

2.1.1 Klasifikasi Lipid

Lipid dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu: (1) lipid sederhana (simple lipids), (2) lipid kompleks (complex lipids) dan (3) turunan lipid (derived lipids). Lipid sederhana merupakan ester gugus asam lemak (sering disebut juga sebagai gugus asil) dengan molekul alkohol gliserol. Lipid sederhana bisa berbentuk monogliserid, digliserid atau trigliserid. Trigliserid – kadang-kadang disebut pula sebagai


(23)

triasilgliserol, fat, atau oil – merupakan lipid yang disimpan dalam sitoplasma sel-sel jaringan lemak (adiposa). Pada lipid kompleks, tidak hanya merupakan ester gugus asam lemak dengan molekul alkohol, tapi juga berikatan dengan molekul yang lain, yaitu asam fosfat dan senyawa nitrogen tertentu. (21,22,23)

Asam lemak tidak hanya mengalami proses esterisasi menjadi molekul lipid yang lebih kompleks, tapi juga dapat mengalami poses transformasi metabolik menjadi senyawa-senyawa baru yang disebut sebagai turunan lipid. Turunan lipid dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar, seperti eikosanoid, isoprenoid, badan keton (keton bodies), dan sebagainya. (21)

2.1.2 Metabolisme Lipid

Dalam proses pencernaan, lemak yang berasal dari makanan mengalami emulsi oleh asam empedu lebih dahulu, sebelum dihidrolisis dengan katalisator dengan enzim-ezim lipase menjadi digliserid, monogliserid, asam lemak bebas, dan gliserol. Melalui vili-vili usus halus, sebagian asam lemak bebas dan gliserol mengalami resintesis kembali menjadi trigliserid dan selanjutnya diangkut dalam molekul kilomikron yang diproduksi oleh sel-sel mukosa usus halus, lalu beredar dalam saluran limfe. Kilomikron kemudian beredar dalam sirkulasi darah melalui duktus limfe toraks menuju hati. Sebagian lagi asam lemak bebas berikatan dengan albumin dan beredar dalam darah menuju ke seluruh sel-sel jaringan. (21,22)


(24)

Tabel 2.1. Klasifikasi Lipid (21)

Di dalam hati, sebagian trigliserid diubah menjadi fosfolipid, dan berikatan dengan protein tertentu membentuk molekul lipoprotein, agar bisa larut dan beredar dalam sirkulasi darah menuju sel-sel jaringan. Jika trigliserid, fosfolipid dan kolesterol harus diangkut oleh molekul lipoprotein, asam lemak bebas harus berikatan dengan albumin lebih dahulu, agar beredar dalam sirkulasi darah. Kelebihan lemak atau trigliserid akan disimpan terutama dalam jaringan adiposa dan otot-otot. Kelebihan glukosa dalam darah akan dikonversi menjadi trigliserid dan proses sintesis triasilgliserol ini dikenal sebagai lipogenesis. Makanan yang kaya karbohidrat dapat menyebabkan proses lipogenesis di dalam hati dan jaringan adiposa meningkat. Tetapi resistensi insulin justru menghambat proses lipogenesis itu, sehingga kadar gula darah dan asam lemak bebas dalam plasma pun meningkat. Di dalam hati, akumulasi trigliserid dapat menyebabkan gangguan fungsi hati (fatty liver), bahkan sirosis hepatis di kemudian hari. (21)


(25)

Apabila diperlukan, trigliserid di jaringan adiposa dan otot-otot dapat mengalami hidrolisis kembali menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Selanjutnya gliserol bisa mengalami metabolisme lebih lanjut untuk dikonversi menjadi glikogen, atau masuk ke dalam siklus krebs untuk pembentukan energi. Demikian pula halnya dengan asam lemak bebas, akan mengalami proses oksidasi lebih lanjut, yang dikenal sebagai oksidasi beta . (21)

2.1.3 Lipoprotein

Lipoprotein merupakan molekul asam lemak (asam lemak ataupun gugus prenil) yang berikatan dengan protein secara kovalen, agar bisa larut dalam air dan beredar dalam plasma darah. Lipoprotein terdiri dari trigliserid dan ester kolesterol yang dikelilingi dan distabilisir oleh membran fosfolipid, kolesterol bebas dan protein. Lipoprotein juga mengandung beberapa molekul antioksidan yang larut dalam lipid seperti α-tokoferol, karotenoid, dan sebagainya. Komponen-komponen yang dikandungnya itu menentukan ukuran dan densitas molekul lipoprotein (21)

Gambar 2.1 Struktur lipoprotein (21)

Kilomikron diproduksi di dalam sel-sel mukosa usus halus, berfungsi untuk transportasi gliserid dan kolesterol dari makanan melalui duktus limfe toraks masuk ke dalam sirkulasi darah dan kapiler-kapiler di jaringan. Di jaringan ikat longgar


(26)

subendotel kapiler, kilomikron mengalami hidrolisis dengan katalisator enzim lipoprotein lipase (suatu enzim ekstrasel) dan kofaktor apoC-II, dimana komponen trigliseridnya dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, kemudian diserap ke dalam sel-sel jaringan di sekitarnya. Sisa kilomikron (chylomicron remnant) beredar kembali dalam sirkulasi darah menuju hati dan masuk ke dalam sel-sel hati melalui remnant receptor.(21,24)

2.1.3.1 Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)

Kolesterol LDL mengandung kolesterol ester yang dominan dalam intinya, tetapi kadar trigliserida hanya kurang dari 10 %. Dalam situasi hipertrigliseridemia, kolesterol LDL akan mampu menyerap trigliserida lebih banyak lagi. Hal tersebut akan menghasilkan kolesterol LDL kecil – padat yang bersifat aterogenik. Waktu paruh kolesterol LDL sekitar 2 – 3 hari. Kurang lebih separuh konsentrasi kolesterol LDL akan diserap oleh jaringan selain hati. Sebenarnya secara fisiologis, fungsi utama kolesterol LDL adalah memasok kolesterol ester untuk kebutuhan metabolik, seperti pembentukan hormon dan membran sel. Sel-sel perifer juga mengekspresikan reseptor LDL yang akan mengenali apoE serta apoB-100. (23,25) Jika jumlah reseptor LDL di jaringan hati ini sedikit, atau tak mempunyai afinitas yang baik dengan apoB-100 (kelainan genetik, hiperkolesterolemia familial), atau jika diet amat banyak mengandung lemak/kolesterol (terjadi down-regulation reseptor ini) maka konsentrasi kolesterol LDL plasma sangat meningkat. Hiperkolesterolemia ini, yaitu tingginya kadar kolesterol LDL plasma akan diambil alih oleh makrofag dan terbentuk sel busa di tunika intima arteri melalui reseptor scavenger (CD36 dan SR-A ≈ scavenger receptor- A). Reseptor-reseptor ini mempunyai afinitas yang amat tinggi terhadap kolesterol LDL, terutama yang teroksidasi. Kolesterol LDL teroksidasi


(27)

merangsang respons inflamasi dan menghambat oksida nitrit (NO) suatu vasodilator yang amat kuat. (23,25)

Selain hal-hal diatas, lipoprotein (a) atau Lp(a) juga mengangkut kolesterol dan seringkali ditemukan pada plak aterosklerosis. Lipoprotein ini juga bersifat aterogenik. Lp(a) merupakan lipoprotein varian dari kolesterol LDL dan ditandai oleh adanya ikatan kovalen suatu glikoprotein, apo(a) dengan apo(b)-100.Apo(a) ini yang diduga bersifat aterogenik, dia mengandung kringle (protein dengan struktur melingkar) dengan susunan asam amino mirip plasminogen. Proses aterogenik terjadi melalui, 1) karena tingkat homologinya dengan plasminogen sangat tinggi, maka Lp(a) akan menghambat fibrinolisis melalui ikatan dengan fibrin. 2) Lp(a) mempercepat penyembuhan luka dengan mengangkut lipid ke tunika intima pembuluh darah dan mengintegrasikannya dengan matriks ekstraseluler. 3) Reseptor kolesterol LDL tidak bisa mengeluarkan Lp(a) dari plasma, sehingga lipoprotein ini akan diambil oleh SR-A. Lp(a) ini secara struktural, bersifat kecil dan padat sehingga aterogenik (23)

LDL Teroksidasi. Di jaringan ikat longgar subendotel kaliper, LDL ternyata mudah mengalami oksidasi. Stres oksidatif – meningkatnya radikal bebas oksigen – dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi asam lemak tidak jenuh majemuk pada “membran” LDL, sehingga LDL berubah menjadi LDL teroksidasi (oxidized LDL). Peroksidasi LDL yang ringan (minimally modified LDL) dapat menyebabkan timbulnya disfungsi endotel, tetapi belum cukup adekuat untuk ditangkap oleh sel-sel makrofag. Peroksidasi LDL lebih lanjut barulah menyebabkan LDL teroksidasi secara optimal dan dapat ditangkap oleh scavenger receptor makrofag di jaringan ikat longgar subendotel, kemudian menjadi sel-sel busa – awal dari proses aterosklerosis. (23,25)


(28)

2.1.3.2 Kolesterol High densitiy lipoprotein (HDL)

Kolesterol HDL dapat berfungsi protektif terhadap aterosklerosis, melalui mekanisme “transport kolesterol terbalik”. Kolesterol HDL akan mengambil kolesterol dari plak aterosklerosis (atau jaringan lainnya) dan mengangkut ke jaringan hati. Kolesterol tersebut akan dikatabolisme dan disekresi sebagai asam empedu. (23,26,27)

Pembentukan kolesterol HDL tergantung pada pelepasan apoA-1 dari jaringan hati dan usus halus. Struktur apoA-1 berbentuk discoid (cakram) merupakan bentukan struktur protein primer kolesterol HDL. ApoA-1 mungkin baru saja disintesis atau diperoleh dari katabolisme kilomikron, kolesterol VLDL dan kolesterol HDL.(23,25,26,27,28)

Gambar 2.2 Mekanisme transport kolesterol terbalik (23)

Pre-β1 HDL (dan molekul apoA-I) akan menembus endotel dan menuju tunika intima serta berinteraksi dengan berbagai sel perifer dan komponen plak aterosklerosis. ApoA-I kemudian berinteraksi dengan ATP-binding cassette transporter1 (ABCA1), suatu protein membran sel makrofag, yang akan membantu pelepasan fosfolipid dan kolesterol bebas dari sel perifer. Interaksi yang kompleks dan penting antara ApoA-1 dan ABCA1 merupakan mekanisme utama dalam transport kolesterol terbalik. (23)


(29)

Melalui mekanisme yang belum sepenuhnya dipahami ini, ABCA1 menyalurkan kolesterol dan fosfolipid dari intraseluler menuju ekstraseluler via ApoA-I. Kolesterol dan fosfolipid ini akan dikemas dalam kolesterol HDL. Berbagai apolipoprotein yang terdapat pada kolesterol HDL (seperti A-1,A-II,A-IV,C dan E) akan berpartisipasi dalam proses pengeluaran kolesterol dan fosfolipid ini. Suatu keadaan yang disebut penyakit Tangier di mana penderita tak dapat mensitesis ABCA1,akan mempunyai konsentrasi kolesterol HDL plasma yang amat rendah. Penyakit ini mempunyai resiko PJK yang amat tinggi. (23).

Pre-β1 HDL akan bertransformasi menjadi Pre-β2 HDL setelah kolesterol dan fosfolipid terkemas kedalamnya. Bentuk Pre-β2 HDL ini discoid, dengan ApoA-I dan fosfolipid membungkus kolesterol HDL, sebaliknya kolesterol berada dalam inti lipoprotein ini. ApoA-I akan bertransformasi dan berfungsi sebagai ko-faktor enzim LCAT (lecithine cholesterol acyl transferase).Demikian pula ApoC-I akan mengaktifkan enzim LCAT ini. Enzim ini mentransfer asam lemak bebas dari fosfolipid ke kolesterol bebas, sehingga terbentuk kolesterol ester. Oleh karena kolesterol ester bersifat ‘hidrofobik’ maka aktifitas enzim LCAT akan lebih banyak membentuk kolesterol ester dalam ini kolesterol HDL, sehingga lipoprotein ini berbentuk bulat tidak lagi discoid. (23)

Selain peran kolesterol HDL dalam transport kolesterol terbalik, lipoprotein ini juga mencegah aterosklerosis melalui mekanisme lainnya. Suatu enzim yang terdapat dalam kolesterol HDL, pataoksonase mampu menghambat oksidasi kolesterol HDL dan berbagai membran sel. Kolesterol HDL juga mampu menghambat ekspresi molekul adhesi di dinding arteri, dia juga meningkatkan sintesis prostasiklin (suatu vasodilator).(23)


(30)

2.2 Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol HDL. Semua fraksi lipid mempunyai peran penting dalam proses terjadinya aterosklerosis dan erat kaitannya satu dengan yang lain. (23)

Secara etiologi,ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kadar lipid (dislipidemia) dalam tubuh, ada yang bersifat primer dan sekunder. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar lipid dalam tubuh:

Faktor primer:

 dislipidemia kombinasi familial

 hiperkolesterolemia familial

 hipertrigliseridemia familial

 hiperkolesterolemia remnant

Faktor sekunder:

 Obesitas

 Inaktifitas fisik

 Merokok


(31)

 Peminum alkohol,

 Obat-obatan ( kortikosteroid, penyekat beta, golongan progestasional)

 Sedang masa laktasi

 Hamil

 Mengkonsumsi makanan, minuman atau obat-obat penurun berat badan.

 Diet karbohidrat yang sangat berlebihan (> 60% energi total)

 Diet lemak yang sangat berlebihan (> 30% energi total )

 Lingkar perut wanita > 88 cm

 Diabetes mellitus tipe 2

 Hipertensi ( ≥ 140/90 mmHg)

 Sering mengeluh rasa tidak nyaman di dada dan sesak napas

 Gangguan metabolik atau endokrin

 Gagal ginjal terminal

 Sindroma nefrotik

 Penyakit hati obstruksi


(32)

2.2.1 Dislipidemia sebagai faktor resiko Penyakit jantung koroner

Kolesterol LDL secara epidemiologi telah terbukti bersifat aterogenik. Terdapat hubungan langsung antara kadar kolesterol LDL dengan kejadian PJK dini dan serangan jantung berulang. Saat ini kolesterol LDL tetap dianggap sebagai target primer dari terapi dislipidemia.Studi meta-analisis menunjukkan bahwa penurunan 1 % kolesterol LDL dapat menurunkan resiko PJK sebesar 1% (23)

Terdapat pula bukti keterkaitan antara kadar kolesterol HDL (<40 mg/dl) dengan peningkatan resiko PJK. Berdasarkan studi epidemiologis penurunan kolesterol HDL sebesar 1% sebanding dengan peningkatan resiko PJK sebesar 2-3%. Namun demikian, data uji klinis yang membuktikan manfaat peningkatan kadar kolesterol HDL dalam menurunkan resiko PJK masih belum mencukupi. (23)

Data epidemiologi menunjukkan juga bahwa kadar trigliserida merupakan faktor resiko independen PJK. Hal ini menunjukan bahwa lipoprotein kaya trigliserida merupakan sesuatu yang aterogenik. Penurunan berat badan dan terapi obat (fibrat, asam nikotinik atau statin) dapat menurunkan lipoprotein remnant sehingga mungkin dapat menurunkan resiko PJK. (23)

2.2.2 Klasifikasi kadar lipid plasma menurut NCEP-ATP III

National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) pada tahun 2001 membuat klasifikasi kadar lipid yang digunakan saat ini. Berbeda dengan klasifikasi sebelumnya pada klasifikasi yang baru tertera kadar lipid yang diinginkan (optimal) (23)

Klasifikasi Kadar Lipid Plasma menurut NCEP-ATP III Kolesterol Total


(33)

<200 Yang diinginkan

200 – 239 Batas tinggi

≥ 240 Tinggi

Kolesterol LDL

< 100 Optimal

100 – 129 Mendekati optimal

130 – 159 Batas tinggi

160 – 189 Tinggi

≥ 190 Sangat tinggi

Kolesterol HDL

< 40 Rendah

≥ 60 Tinggi

Trigliserid

< 150 Normal

150 – 199 Batas Tinggi

200 – 499 Tinggi

≥ 500 Sangat tinggi

Tabel 2.2 Klasifikasi Kadar Lipid Plasma (mg/dl)(23)

2.2.3 Proses aterosklerosis

Sel endotel pembuluh darah sesungguhnya mempunyai peranan paling penting dalam merespon setiap invasi molekul antigen. Barangkali sel endotel – lah yang bersifat paling dinamik dalam menjaga dan memelihara keseimbangan tubuh kita. Setiap faktor yang menyebabkan perubahan pada permukaan membran sel endotel – fenomena ini dikenal sebagai stres oksidatif, dan menyebabkan terjadinya lesi endotel atau disfungsi endotel – dan secara otomatis akan direspons oleh sel endotel dalam upaya untuk mengembalikan atau mempertahankan keseimbangan itu kembali.(21)


(34)

Lesi endotel tidak hanya disebabkan oleh perubahan tekanan gaya gesek pulsatil pada permukaan sel endotel, tapi bisa pula disebabkan oleh faktor-faktor lainnya, seperti iritasi bahan kimiawi, trauma fisik , infeksi, polusi asap rokok, hipoksia, fenomena iskemia-reperfusi, dan fenomena dismetabolik (obesitas, diabetes, dislipidemia, hipertensi dan bahkan makan berlebihan). Respon imunologik sesungguhnya senantiasa bersifat akut, setiap kali terdapat invasi antigen dalam bentuk apapun yang mengganggu fungsi endotel. Yang dominan dan paling dini dalam respon imunologik akut adalah fenomena trombosis akut untuk menutupi lesi, yang bisa terjadi sewaktu-waktu. (21)

Apabila respon imunologik akut terjadi secara berulang dan berkelanjutan, dapat menyebabkan terjadinya proses aterosklerosis yang kronik pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Tampaknya dalam tubuh manusia, senantiasa terjadi respons imunologik akut yang berulang, dalam upaya mempertahankan keseimbangan internal. Karena perubahan dinamik gaya gesek pulsatil atau karena berbagai proses stres oksidatif lainnya, permukaan sel endotel senantiasa akan mengalami mikrolesi yang berulang atau mungkin pula pada suatu saat terjadi makrolesi. Dan sel endotel pun akan meresponsnya berupa respons imunologik, untuk mengatasinya secara dinamik dan berkesinambungan pula.(21)

2.3 Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)

Gestagen alamiah yang terpenting adalah progesteron yang dihasilkan oleh ovarium, testis, dan kelenjar adrenal dari kolesterol sirkulasi. Progesteron juga terbentuk dari produk sampingan saat biosintesis steroid sedang berlangsung yang


(35)

berperan dalam pengaturan pengeluaran hormon gonadotropin, dan dapat mempengaruhi psikis seorang wanita. (2, 12)

Sebagai hormon seks, progesteron termasuk steroid seks bersama estrogen dan androgen. Progesteron termasuk steroid 21 atom C. Kolesterol merupakan bahan terpenting untuk memproduksi hormon seks tersebut. Untuk dapat menjalankan fungsinya pada sel sasaran masing-masing hormon seks mempunyai reseptor sendiri-sendiri. Dengan reseptor tersebut setiap hormon seks akan mudah sekali mencapai inti sel untuk melakukan tugasnya masing-masing. Dalam inti sel terjadi pengikatan dengan protein yang spesifik. Protein yang dihasilkan tersebut memiliki berbagai kegunaan, seperti berfungsi sebagai enzim untuk mensintesa dan menyediakan reseptor.(12)

Progesteron secara primer diproduksi oleh korpus luteum ovarium. Progestin (progesteron dan derivatnya) akan mengubah epitel uterus dari fase proliferasi menjadi fase sekresi. Progesteron sangat penting dalam proses implantasi ovum yang telah dibuahi dan dalam kehamilan mengurangi kontraksi miometrium yang penting bagi uterus untuk mempersiapkan dan mempertahankan kehamilan. Pada akhir kehamilan akan dihasilkan dalam jumlah besar oleh plasenta.(2, 12)

Progestin dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori umum berdasarkan strukturnya, yaitu : derivat progesteron, derivat 17α-ethinyl testosteron dan derivat 19-nortestosteron. Perbedaan penting di antara ketiganya adalah perubahan farmakologi dalam bentuk aktifnya. Secara umum derivat progesteron memiliki 21 gugus C yang akan memberikan kerja farmakologis mirip dengan progesteron alamiah. Variasi kerja progestin yang paling banyak ditunjukkan oleh derivat


(36)

19-nortestosteron yang bervariasi dalam efek androgenik , antiestrogenik dan efek progestasional. (12)

Medroxy progesteron asetat adalah long-acting progestational steroid (progestagen) alamiah yang bersumber dari kacang kedelai (soybeans). Medroxy progesteron asetat mempunyai aktifitas biologik progestin yang tinggi, antiestrogenik dan tidak memiliki aktifitas estrogenik. Progesteron memiliki efek yang besar terhadap metabolisme lipid. Progesteron tunggal, estrogen tunggal ataupun kombinasi estrogen-progesteron memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap metabolisme lipid (12, 33)

Sediaan DMPA merupakan suspensi mikrokristal dalam kemasan vial 3 cc, 150 mg yang membentuk depo pada tempat penyuntikan intraamuskuler (I.M.). Tiap mL mengandung: medroxyprogesterone acetate 150 mg. Bahan pembawa seperti: methylparaben, polyethylene glycol 3350, polysorbate 80, propylparaben, sodium chloride dan aquadest.Penyimpanannya dalam suhu ruang 15 - 30°C. (34)

2.3.1 Penggunaan DMPA

Setelah injeksi DMPA, kadarnya langsung cukup kuat menekan ovulasi. DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intragluteal atau intradeltoid. Penyuntikan di tangan menimbulkan kesan seolah-olah wanita tersebut mendapatkan suntikan vaksinasi, sehingga penyuntikan cara ini tidak begitu disukai dan menimbulkan rasa sakit. Injeksi pertama diberikan sampai pada haid ke 5 siklus haid dengan tujuan untuk menyingkirkan bahwa wanita tersebut sedang tidak hamil. Suntikan berikutnya diberikan setiap 90 hari, tidak peduli apakah wanita tersebut sedang haid atau tidak. Jadwal pemberian perlu ditaati dengan serius, karena kalau sampai terlambat dapat terjadi kehamilan. Andaikata tidak bisa datang pada hari


(37)

yang ditentukan lebih baik datang lebih awal lagi. DMPA dapat segera diberikan segera setelah melahirkan (dalam 5 hari paska persalinan) tanpa takut mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI) dan tanpa mengganggu involusi uteri.(2,12)

Selain penggunaannya mudah, DMPA tidak mempunyai efek samping yang disebabkan oleh estrogen. Akseptor juga tidak perlu mengingat-ingat, kecuali waktu kembali untuk mendapatkan suntikan berikutnya. DMPA dapat digunakan oleh wanita > 35 tahun, dan tidak mempengaruhi pemberian ASI. Meskipun banyak keuntungannya tapi seringnya terjadi gangguan haid terutama perdarahan menyebabkan wanita enggan menggunakan kontrasepsi suntik dan dipandang sebagai metoda kontrasepsi alternatif. Padahal efektivitas kontrasepsinya tinggi (99,7%), jadi bila tidak ingin membebani wanita dengan estrogen dan wanita tersebut mau menerima perdarahan yang terjadi, maka kontrasepsi DMPA merupakan suatu alternatif terbaik.(2, 12)

Kerugian lain yang kerap ditemui adalah penambahan berat badan, mual, berkunang-kunang, sakit kepala, nervositas, akne, turunnya libido, vagina kering dan perasaan tertekan. Karena depo gestagen tidak mengandung unsur estrogen, efek samping yang terjadi jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan pil yang mengandung estrogen.(2)

2.3.2 Farmakokinetik DMPA

Zat metabolit utama dari DMPA ialah 6a-methyl- 6, 17a, 21-trihydroxy-4-pregnene-3, 20-dione-17-asetate yang diekskresi melalui urine. Medroxyprogesterone kira-kira 90


(38)

- 95% terikat protein, melewati sawar darah dan otak, dan disekresi melalui air susu. Efek dari penyakit hepar dan ginjal terhadap farmakokinetik medroxyprogesteron tidak diketahui. MPA secara esensial memiliki bioavailabilitas 100% dan merupakan bentuk yang sudah aktif. MPA mempunyai afinitas yang kuat dengan sex hormon-binding globulin (SHBG), reseptor progesteron uterus, albumin dan alphaglikoprotein.(35)

PROGESTIN ESTROGEN ANTIESTROGEN ANDROGEN

Progresteron dan derivatnya

Progesterone ++++ 0 + 0

Medroxyprogesterone +++ 0 + 0

Megestrol acetate +++ 0 0 +

Derivat 17a-Ethinyl testosterone

Dimethisterone + 0 + 0

Derivat 19-Nor-testosterone

L-Norgestrel +++ 0 ++ +++

Desogestrel +++ 0/+ +++ 0/+

Norgestimate +++ 0 +++ 0

Ethynodiol diacetate ++ + + ++

Norethindrone acetate + + +++ ++

Norethindrone + + + ++

Lynestrenoi + +++ 0 0

Tabel 2.3 Gambaran Umum Progestin(35)

Progesteron secara cepat diabsorbsi setelah masuk ke dalam tubuh baik secara oral maupun parenteral. Waktu paruh progesteron dalam plasma sekitar lima menit, dan sebagian disimpan sementara dalam lemak tubuh sehingga bila diberikan dalam dosis tinggi akan berupa depot. Dalam darah gestagen turunan progesteron diikat oleh albumin. Metabolisme dalam tubuh hampir lengkap dalam satu jalur ke hepar. Progesteron di hepar akan mengalami metabolisme menjadi pregnandiol dan


(39)

mengalami konjugasi dengan asam glukoronat dan sulfat yang nantinya akan disekresi melalui urin.(35)

Setelah satu suntikan 150 mg i.m. DMPA, 17 acetoxyl -6 methyl progestin dapat terdeteksi di serum dalam 30 menit. Konsentrasi yang diukur menggunakan radioimunoassay, meningkat selama 3 minggu dan mencapai puncak plasma konsentrasi 1 - 7 ng/mL. Konsentrasi dalam serum bervariasi antara individu dengan rata-rata 1.0 ng/ml selama kurang lebih 3 bulan. Kadarnya akan turun bertahap sampai tidak terdeteksi (<100 pg/mL) dalam 120 - 200 hari setelah injeksi. Pada beberapa wanita kadarnya dalam serum dapat terdeteksi sampai 9 bulan dengan 1 kali penyuntikan. DMPA di sirkulasi akan menghambat lonjakan LH pada pertengahan siklus, namun LH dan FSH tetap dalam kadar yang sama dengan

pretreatment control cycle (Fase Luteal). Dalam waktu 24 jam kadarnya dalam serum mencapai 2-5 ng/ml (contraceptive plasma level) dan kadarnya bertahan cukup lama kemudian turun pelan-pelan. DMPA menekan sekresi LH preovulatorik sehingga ovulasi paling sedikit akan tertekan untuk 14 minggu. Karena ovulasi dihambat, kadar progesteron dalam serum tetap rendah (<0,4 ng/ml) selama beberapa bulan setelah penyuntikan. Bila kadarnya turun < 0,1 ng/ml, maka ovulasi dapat terjadi. Waktu paruh DMPA setelah disuntikan i.m adalah 50 hari. Kadar serum MPA tidak begitu berfluktuasi karena memiliki sifat lipofit yang rendah dan pada penyuntikan tidak terbentuk depo-sekunder.(33,36)

Estradiol rata-rata 50 pg/nL pada fase mid folikuler dini setelah penyuntikan DMPA, kadar estradiol serum mulai meningkat 4 bulan setelah 1 kali suntikan DMPA, ketika kadar DMPA turun < 0,5 ng/ml. Namun pada wanita yang telah menggunakan DMPA


(40)

selama beberapa tahun, kadar serum estradiol bisa mencapai level terendah hingga 10 pg/ml. (36)

2.3.3 Farmakodinamik

Efek progestin berkaitan dengan interaksinya terhadap beberapa reseptor, yaitu: reseptor androgen (akne, efek terhadap lipid), reseptor glukokortikoid (retensi garam dan air), reseptor mineralokortikoid (penurunan retensi air dan berat badan).(1,10,12)

Pada tingkat selular, progestin akan berdifusi secara bebas ke sel target dan berikatan dengan reseptor progesteron. Sel target termasuk di antaranya adalah glandula mamae, hipotalamus dan hiposisis. Setelah berikatan dengan reseptor, progestin akan memperlambat frekuensi pelepasan GnRH dari hipotalamus dan akan mensupresi luteinizing hormon (LH) surge pre-ovulatori, sehingga mencegah maturasi folikel dan secara umum menghambat terjadinya ovulasi akibat tidak terjadi LH surge. Pengaruhnya terhadap pengentalan lendir serviks yang akan mempersulit penetrasi sperma. DMPA parenteral pada wanita dengan adekuat estrogen endogen akan merubah stadium proliferasi menjadi sekresi. Penipisan lapisan endometrium yang lambat laun akan menjadi atrofi akibat transformasi epitel endometrium tidak memungkinkan terjadinya implantasi. Selain itu DMPA menghambat transportasi gamet oleh tuba (motilitas lambat) serta mempengaruhi kapasitasi sperma. Kontrasepsi hormonal progesteron only akan mencegah ovulasi pada 70 - 80% siklus dengan efektifltas klinis berkisar 96 - 98%.(12,35,36)

2.3.4 Pengaruh DMPA terhadap penyakit jantung koroner.

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya akibat stres oksidatif dan peningkatan reaktivitas oksigenasi spesies (ROS) dapat menyebabkan PJK melalui


(41)

proses peroksidasi lipid. DMPA dalam hal ini berperan sebagai bahan kimiawi yang dalam pemakaian jangka panjang mampu menekan kadar estrogen di dalam tubuh.DMPA dalam darah mampu menginhibisi umpan balik positif dari estradiol pada aksis hipotalamus-hipofisis, sehingga kadar estradiol tetap berada pada fase folikuler dini.(12,21)

Kadar estradiol relatif tinggi di dalam tubuh wanita sebelum menopause. Estrogen diperkirakan mampu memberikan perlindungan terhadap kejadian penyakit jantung. Banyak penelitian menunjukkan bahwa estrogen mampu memperlambat proses artherosklerosis dan mengurangi resiko kejadian penyakit jantung koroner. Ada tiga mekanisme dimana estrogen mampu memberikan efek proteksi. Estradiol secara genetik terlibat dalam proses metabolisme lipid. Estradiol memiliki efek anti aterogenik melalui proses sintesis nitrit oksida (NO), dimana ia mampu meningkatkan kadar NO didalam darah yang berperan sebagai antioksidan. Estrogen juga mampu mensintesa protein kemotaktik monosit -1 ( MCP1) dimana ia berperan dalam merekrut monosit ke dalam pembuluh darah. Mekanisme ketiga yakni dimana estrogen berperan sebagai antioksidan. Estrogen khususnya estriol dan 17 β-estradiol dimana mengandung grup phenolik hidroksil, yang berperan sangat efektif sebagi antioksidan dan menginhibisi proses peroksidasi lipid pada pembuluh darah. Antioksidan pada estrogen telah menunjukkan kemampuannya sebagai inhibitor terhadap LDL. Konsentrasi estradiol didalam plasma sangat bergantung kepada usia wanita. Wanita muda cenderung memiliki kadar estradiol yang lebih tinggi (50-500 pg/ml) dibandingkan dengan wanita pasca menopause (10-20 pg/ml). (36,37)

Pada pemakaian DMPA jangka panjang menyebabkan menurunnya kadar estrogen didalam darah. Mishell dkk pada penelitiannya melaporkan bahwa kadar estradiol


(42)

setelah penyuntikan DMPA 2 bulan pertama menunjukkan kadar yang sama seperti pada fase folikuler. Hal ini menunjukkan adanya penekanan inkomplit terhadap aktivitas folikuler selama dua siklus setelah penyuntikan pertama DMPA. Penelitian

cross sectional pada 121 wanita yang mendapat suntikan DMPA setiap 3 bulan selama lebih dari 1 tahun menunjukkan kadar estradiol mencapai titik terendahnya 15 pg/ml. Akibat penyuntikan DMPA ini yang menurunkan kadar estradiol menyebabkan gangguan keseimbangan pro oksidan / oksidan pada sel-sel normal. Pergeseran keseimbangan ini mengakibatkan suatu keadaan yang disebut dengan stres oksidatif yang dimanifestasikan oleh peningkatan radikal-radikal bebas. Radikal bebas ini menyebabkan partikel-partikel elektron menjadi tidak stabil sehingga bertendensi untuk bereaksi terhadap molekul lain agar dapat berpasangan dengan elektron ini. Hal yang sama juga terjadi pada biomolekuler lemak tak jenuh. GSH (Gamma-Glutamil Sisteinil Glisine) adalah tripeptida thiol non protein yang paling banyak dijumpai di dalam sitoplasma. GSH mengambil peran penting sebagai anti oksidan hidrofilik dengan cara mencegah akumulasi toksik dari hidro peroksidase dan kemampuannya sebagai radikal scavenger. Oleh karena perannya dalam metabolisme radikal oksigen bebas dan zat-zat metabolit toksik lainnya, maka penurunan GSH menjadi nilai indikator adanya proses stres oksidatif. Faddah dkk

pada penelitiannya terhadap pemakaian DMPA jangka panjang menunjukkan adanya penurunan yang signifikan terhadap kadar GSH setelah pemberian DMPA diiringi dengan peningkatan yang signifikan terhadap malondialdehid (MDA) yang merupakan produk dari peroksidasi lipid. Hal yang sama juga dinyatakan pada penelitian Yu, dimana ia melaporkan adanya kejadian stres oksidatif dan penurunan

anti oksidan setelah penyuntikan DMPA. Penurunan kadar estradiol secara spontan sangat berhubungan dengan peningkatan proinflamatori sitokin seperti tumor


(43)

necrosis factor (TNF) α dan interleukin (IL)-1β. Proses ini secara tidak langsung berperan dalam inisiasi proses imun tubuh, sehingga ROS dibentuk. Akibat meningkatnya stres oksidatif dan meningkatnya ROS dalam darah, terjadi peroksidasi lipid pada membran sel endotel mengakibatkan perlukaan pada lapisan endotel.Pada keadaan ini didapati LDL teroksidasi mengakibatkan disfungsi endotel yang pada akhirnya dapat bermanifestasi menjadi penyakit jantung koroner. (20,21,36,38)


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi komparasi dengan desain sekat lintang, dengan melakukan pengamatan sesaat pada akseptor KB suntikan DMPA.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di RS H. Adam Malik, RS Dr. Pirngadi, RS Sundari, praktek dokter,bidan dan puskesmas di wilayah Medan mulai bulan November 2009 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3 Populasi dan sampel penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Wanita usia reproduksi yang telah menikah, yang telah menggunakan kontrasepsi suntikan DMPA dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) non hormonal selama 1 tahun, dengan tujuan menunda atau menjarangkan kehamilan.

3.3.2 Sampel penelitian

Sampel dibagi menjadi 2 kelompok:


(45)

2. Kelompok kontrol, yakni akseptor KB AKDR non hormonal selama 1 tahun.

3.4 Kriteria inklusi dan eksklusi

3.4.1 Kriteria inklusi untuk kelompok subjek:

 Wanita usia subur (20-35 tahun)

 Wanita yang telah resmi menikah yang sedang dan sudah mendapatkan suntikan DMPA selama 1 tahun untuk tujuan kontrasepsi atau menunda kehamilan

 IMT 18,5 - 30 kg/m2

 Bersedia mengikuti penelitian dan telah menandatangani formulir penelitian (Informed consent)

3.4.2 Kriteria inklusi untuk kelompok kontrol

 Wanita usia subur (20-35 tahun)

 Wanita yang telah resmi menikah yang sedang dan sudah mendapatkan kontrasepsi AKDR non hormonal selama 1 tahun untuk tujuan kontrasepsi atau menunda kehamilan.

 IMT 18,5 - 30 kg/m2

 Dalam 3 bulan terakhir tidak menggunakan kontrasepsi oral atau obat-obat steroid dalam 2 bulan terakhir.

 Bersedia mengikuti penelitian dan telah menandatangani formulir penelitian (Informed consent)


(46)

3.4.3 Kriteria eksklusi untuk kelompok subjek dan kontrol

 Diketahui riwayat penyakit keluarga pernah menderita penyakit jantung- pembuluh darah, stroke, darah tinggi serta obesitas.

 Obesitas (IMT > 30 kg/m2)

 Inaktifitas fisik

 Perokok

 Menderita penyakit jantung dan pembuluh darah

 Pernah Stroke

 Peminum alkohol

 Mengkonsumsi obat-obatan

 Sedang masa laktasi

 Hamil

 Mengkonsumsi makanan, minuman atau obat-obat penurun berat badan.

 Diet karbohidrat yang berlebihan

 Diet lemak yang berlebihan

 Mengkonsumsi kudapan (cemilan) setiap malam.

 Lingkar perut wanita > 88 cm


(47)

 Hipertensi ( ≥ 140/90 mmHg)

 Sering mengeluh rasa tidak nyaman di dada dan sesak napas

 Gangguan metabolik atau endokrin

 Gagal ginjal terminal

 Sindroma nefrotik

 Penyakit hati obstruksi

 Sirosis bilier primer

3.5 Besar sampel

n=

Zα = deviat baku normal α Zβ = deviat baku normal β

Sd = standart deviasi d = delta, perbedaan hasil yang diamati

n=

Jadi besar sampel minimal untuk masing – masing kelompok adalah 26 orang.

3.6 Cara kerja

1. Dilakukan pengambilan data lengkap seluruh akseptor yang telah menggunakan DMPA selama 1 tahun dan akseptor AKDR non hormonal selama 1 tahun yang datang ke RS H. Adam Malik, RS Dr. Pirngadi, RS Sundari, praktek dokter, klinik bidan atau puskesmas.


(48)

3. Pasien yang memenuhi kriteria penelitian diberikan penjelasan, dan menandatangani surat persetujuan penelitian setelah setuju untuk mengikuti penelitian.

4. Kemudian dilakukan wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik dasar mencakup pemeriksaan tinggi badan dan berat badan untuk kemudian diseleksi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi untuk menjadi sampel penelitian.

5. Pengambilan sampel darah:

 Terhadap subjek, pengambilan darah dilakukan pada jadwal penyuntikan KB DMPA berikutnya (sebelum disuntik) dimana subjek telah berpuasa minimal 12 jam.

 Terhadap kontrol, pengambilan darah dilakukan setelah berpuasa minimal 12 jam.

 Melalui pembuluh darah vena mediana cubiti, diambil darah sebanyak 3-5 cc

 Sampel darah dikirim ke laboratorium untuk kemudian dinilai profil lipid (Kolesterol total, LDL, HDL dan Trigliserida) dan KGD puasa.

3.7 Kerangka Operasional

Akseptor KB DMPA dan AKDR non hormonal

Kriteria inklusi

Subyek Penelitian : KB DMPA

Kriteria Eksklusi

Kontrol Penelitian : KB AKDR Non Hormonal


(49)

3.8 Rencana manajemen dan analisis data

Analisa dan uji statistika dilakukan dengan uji-t dan sajian data diolah dengan bantuan program statistika secara komputerisasi.

3.9 Defenisi operasional

 Usia subur adalah usia wanita yang masih mampu untuk hamil (dalam penelitian ini dibatasi 20-35 tahun)

 Akseptor DMPA adalah wanita yang menggunakan suntikan KB yang mengandung DMPA tiap 3 bulan dengan tujuan untuk menunda kehamilan .

 Akseptor AKDR adalah wanita yang menggunakan AKDR yang tidak mengandung hormon dengan tujuan menunda kehamilan.

 Kategori waktu selama 1 tahun adalah rentang waktu penggunaan dari 1 tahun sampai 1 tahun 4 bulan (1,4 tahun ≈ 1 tahun)

 Perokok adalah ibu-ibu dalam 1 tahun terakhir ini ada merokok.

 Peminum alkohol adalah ibu-ibu dalam 1 tahun terakhir ini ada minum minuman beralkohol.

 Inaktivitas fisik adalah tidak pernah melakukan kegiatan rutin fisik setiap harinya (seperti pekerjaan rumah tangga dan atau olah raga) yang sifatnya dapat membuat pernafasan semakin cepat, berkeringat dan membuat degup jantung (nadi) terasa semakin cepat.

 Mengkonsumsi obatan adalah dalam 6 bulan terakhir ada mengkonsumsi obat-obat oral seperti golongan kortikosteroid, penyekat beta, pregestagen, hormonal dan atau menggunakan injeksi hormonal dalam 1 tahun terakhir.


(50)

 Diet makanan karbohidrat berlebih adalah diet asupan karbohidrat lebih dari 1 piring nasi per kali makan setiap harinya.

 Diet makanan lemak berlebih adalah diet asupan berupa makanan/sayuran bergulai/bersantan atau daging berlemak atau jeroan setiap harinya.

 Konsumsi kudapan (cemilan) adalah mengkonsumsi makanan seperti makanan ringan atau gorengan yang dikonsumsi setiap selesai makan malam dan atau sessat sebelum tidur malam.

 Lingkar perut adalah ukuran lingkaran perut yang diukur dalam sentimeter (dalam penelitian ini < 88 cm).

 Paritas adalah jumlah bayi viabel yang pernah dilahirkan

 Berat badan adalah berat badan dalam kilogram dengan menggunakan timbangan berat badan yang telah dikalibrasi.

 Tinggi badan adalah tinggi badan dalam sentimeter dengan pengukur plat.

 Tekanan darah diperiksa dengan manometer air raksa dengan ukuran cuff dewasa yang telah dikalibrasi.

 Tekanan darah darah dikatakan hipertensi bila ≥ 140/90 mmHg

 Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan rumus Metric Formula dengan ukuran berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter (dalam penelitian ini IMT 18,5 – 29,9 kg/m2).

 Profil lipid yang diperiksa adalah kadar kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida yang dilakukan di laboratorium, dimana pasien telah berpuasa minimal 12 jam sebelum pengambilan darah.


(51)

 Skrining diabetes dengan pemeriksaan KGD puasa dengan nilai rujukan 70 – 110 mg/dl

 Nilai rujukan laboratorium untuk kolesterol total ≤ 200 mg/dl, Trigliserida < 200 mg/dl, LDL <155 mg/dl dan HDL > 35 mg/dl


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik responden

Dari hasil penelitian, gambaran karakteristik responden yang menggunakan DMPA sebagai kelompok yang diteliti dan AKDR sebagai kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Karakteristik akseptor KB DMPA dan AKDR

AKDR Karakteristik Akseptor DMPA

N % N % Umur

25 – 29 thn 30 – 34 thn Pendidikan: Rendah Sedang Tinggi Pekerjaan: Dokter PNS IRT Paramedis Wiraswasta Lain-lain Paritas 0 1 2 ≥3 11 15 3 15 8 1 - 15 4 1 5 - 4 15 7 42,3 57,7 11,5 57,7 30,8 3,8 - 57,7 15,4 3,8 19,2 15,4 57,7 26,9

7 26,9 19 73,1 1 3,8 6 23,1 19 73,1 3 11,5 3 11,5 4 15,4 11 42,3 2 7,7 3 11,5

7 26,9 10 38,5

9 34,6

Pada tabel 4.1 menunjukkan kelompok usia yang terbanyak yang menggunakan DMPA pada penelitian ini adalah berusia 30-34 tahun, yakni sebanyak 15 responden (57,7%). Dari tingkat pendidikan yang terbanyak adalah berpendidikan sedang (SMA) yakni sebanyak 15 responden (57,7%). Dari golongan pekerjaan, ibu rumah


(53)

tangga (IRT) merupakan golongan pekerjaan terbanyak dari responden akseptor KB DMPA, yakni sebanyak 15 responden (57,7%). Jumlah paritas yang terbanyak adalah 2 orang anak yakni sebanyak 15 responden (57,7%).

Pada karakteristik akseptor AKDR menunjukkan kelompok usia terbanyak yang menggunakan AKDR adalah golongan usia 30 – 34 tahun, yakni sebanyak 19 responden (73,1%). Pendidikan tinggi (D3 dan Sarjana) merupakan latar belakang pendidikan terbanyak dalam kelompok kontrol akseptor KB AKDR sebanyak 19 responden (73,1%). Paramedis (perawat dan bidan) merupakan kelompok pekerjaan terbanyak yang menggunakan AKDR sebagai pilihan KB, yakni sebanyak 11 responden (42,3%). Sedangkan jumlah paritas terbanyak adalah 2 orang anak yakni sebanyak 10 responden (38,5%).

4.2 Kadar profil lipid responden

Dari hasil pemeriksaan profil lipid pada kedua kelompok responden akan dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Rerata kadar kolesterol total pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan

akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun

DMPA AKDR Profil lipid

Mean ± SD Mean ± SD

P

Kolesterol total 181,46 ± 30,32 168,69 ± 16,77 0,06

Bila diamati diketahui bahwa nilai kolesterol total pada kelompok akseptor DMPA sedikit lebih tinggi dari pada kelompok yang akseptor AKDR, meski kadar tersebut masih dalam batas rentang normal ( ≤ 200 mg/dl). Dari hasil analisis dengan


(54)

menggunakan uji-t menunjukkan bahwa dari kedua kelompok yang memperoleh DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk kadar kolesterol total (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian DMPA selama 1 tahun dapat dikatakan relatif aman terhadap kadar kolesterol total.

Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian di Manado oleh Sanger dkk, dari

Universitas Sam Ratulangi secara metode kohort, membandingkan profil lipid sebelum dan sesudah pemakaian DMPA selama 1, 3, 6, 9, 12 bulan, diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat peningkatan secara bermakna sebelum dan sesudah pemakaian DMPA.Demikian juga pada penelitian Westhoff ,mengulas 11

penelitian yang mengevaluasi kadar lipid pada wanita akseptor KB DMPA , dibandingkan dengan wanita yang memakai KB non-hormonal, dari penelitian-penelitian tersebut tidak dijumpai adanya peningkatan kolesterol total dalam darah. Hal yang sama pada penelitian multisenter oleh WHO dengan membandingkan akseptor AKDR dengan akseptor DMPA selama 3 sampai 9 tahun menunjukkan adanya peningkatan total kolesterol, namun peningkatan tersebut tidak berbeda bermakna.(13,33,36)

Tabel 4.3 Rerata kadar LDL pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan akseptor KB

AKDR non hormonal 1 tahun

DMPA AKDR Profil lipid

Mean ± SD Mean ± SD

P


(55)

Hal yang sama seperti pada kadar kolesterol total, ternyata kadar LDL pada kelompok akseptor DMPA memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok akseptor AKDR, meskipun kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (<155 mg/dl). Dari tabel rerata kadar LDL, melalui uji-t, didapatkan bahwa kelompok responden yang mendapatkan DMPA dan AKDR tidak ditemukan perbedaan yang signifikan (p>0,05).

Hasil yang sama juga ditemui oleh Sanger dkk, dilaporkan tidak dijumpai perubahan

yang bermakna pada akseptor DMPA selama 1 tahun. Demikian pula oleh Faddah

dkk, melaporkan dalam penelitiannya yang membandingkan profil lipid pada pemakaian DMPA 1, 2, 3 dan 4 tahun dengan kelompok kontrol yang tidak memakai KB, didapatkan bahwa tidak dijumpai peningkatan LDL yang signifikan pada kelompok 1 tahun, namun pada kelompok 3 dan 4 tahun dijumpai peningkatan LDL secara signifikan (p<0,05) (20 , 33)

Tabel 4.4 Rerata kadar HDL total pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan

akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun

DMPA AKDR Profil lipid

Mean ± SD Mean ± SD

P

HDL 40,08 ± 7,35 37,23 ± 1,88 0,06

Kadar HDL pada akseptor DMPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok akseptor AKDR, meski demikian kadar tersebut masih dalam batas rentang normal (> 35 mg/dl).Namun dari uji analisis dengan uji-t, kadar rerata HDL pada kelompok DMPA dan AKDR, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan (p>0,05).


(56)

Kesimpulan yang sama juga didapatkan oleh Garza dkk, dilaporkan dalam

penelitiannya, bahwa pemakaian DMPA jangka panjang tidak memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan kadar HDL dalam darah. Demikian pula oleh Faddah

dkk, dalam penelitiannya di Mesir, yang melibatkan 12 akseptor DMPA, melaporkan bahwa pemakaian DMPA selama 1 tahun tidak menyebabkan perubahan kadar HDL, namun apabila dipergunakan selama 2 tahun atau lebih, ternyata didapatkan adanya penurunan kadar HDL yang signifikan di dalam darah(11, 20)

Tabel 4.5 Rerata kadar Trigliserida pada akseptor KB DMPA 1 tahun dan

akseptor KB AKDR non hormonal 1 tahun

DMPA AKDR Profil lipid

Mean ± SD Mean ± SD

P

Trigliserida 98 ± 36,42 100,65 ± 34,68 0,78

Pada kelompok akseptor AKDR, nilai Trigliserida dapat dilihat lebih tinggi dari DMPA, namun masih dalam batas rentang normal (< 200 mg/dl). Kadar Trigliserida pada kelompok DMPA dan AKDR, melalui uji-t, juga tidak dijumpai perbedaan yang signifikan (p>0,05).

Hal yang sama juga dilaporkan oleh Sanger dkk, dimana tidak terjadi perubahan

kadar Trigliserida secara bermakna bila diukur dari baseline. Begitu pula menurut

Westhoff, dari 11 penelitian yang mengevaluasi kadar lipid pada wanita akseptor

DMPA dibandingkan dengan wanita yang memakai KB non-hormonal, ternyata tidak dijumpai adanya peningkatan kadar trigliserida dalam darah.(33, 36)


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar kolesterol total.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar HDL.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar LDL.

4. Tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pemakaian DMPA selama 1 tahun terhadap kadar Trigliserida.

5.2. Saran

1. Berdasarkan penelitian ini, pemakaian DMPA bagi wanita sehat usia subur selama 1 tahun masih dikatakan relatif aman dan tidak mengganggu metabolisme lipid dalam tubuh sehingga dapat menjadi alternatif kontrasepsi bagi wanita.

2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang pemakaian DMPA dengan rentang waktu yang lebih lama.


(1)

PEDOMAN WAWANCARA

Nama

:

Alamat

:

Usia

:

Pekerjaan :

Pendidikan

:

Jumlah anak

:

Pilihan KB

: Suntik / Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) *

Lama ber-KB

:

I. ANAMNESA

:

PERTANYAAN

YA

TIDAK

1. Apakah ada riwayat penyakit keluarga pernah menderita

penyakit jantung - pembuluh darah, stroke, darah tinggi, dan

obesitas (kegemukan)?

2. Apakah ibu merokok dalam 1 tahun terakhir?

3. Apakah ibu minum minam beralkohol dalam 1 tahun terakhir?

4. Apakah ibu sedang mengkonsumsi makanan/minuman

penurun berat badan?

5.

Apakah ibu menderita penyakit kronik sehingga

membutuhkan pengobatan jangka panjang?

6. Apakah ibu sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu?

7. Apakah ibu dalam masa laktasi (menyusui)?

8. Apakah ibu pernah/sedang menderita penyakit

jantung-pembuluh darah, stroke, darah tinggi, diabetes mellitus (sakit

gula),penyakit ginjal , penyakit hati, gangguan hormon,

penyakit lupus, rasa tidak nyaman di dada dan sesak napas?

9. Apakah dalam pola makan ibu sehari-hari, ibu mengkonsumsi

makanan/sayuran bergulai/bersantan , daging berlemak dan

jeroan?

10. Apakah dalam pola makan ibu sehari-hari, ibu mengkonsumsi

nasi lebih dari 1 piring nasi setiap kali makan?

11. Dalam pola makan ibu sehari – hari, ibu ada mengkonsumsi

kudapan (cemilan) sesudah makan malam?

12. Apakah ibu setiap hari ada melakukan aktivitas rutin setiap

hari?

* Ket: pilih salah satu dengan cara dilingkar

TABEL DATA INDUK AKSEPTOR KB AKDR No Nama Usia Pekerjaan Pendidikan Jumlah

anak

IMT Lingkar Perut

Kolesterol Total

TGT HDL LDL KGD puasa 1 K 28 IRT S1 2 20,81 67 133 53 35 88 73 2 BW 29 Perawat D3 1 24,78 68 160 146 38 93 81 3 DED 30 Perawat D3 2 23,33 78 180 90 38 124 73 4 MS 32 PNS SMA 3 25,30 80 182 70 40 128 80 5 DP 31 Wiraswasta SMA 2 23,14 79 175 86 38 120 77 6 WI 34 IRT SMA 2 24,12 81 181 54 40 131 91


(2)

7 RM 33 Dosen S1 2 20,25 84 200 130 40 142 71 8 ES 29 Wiraswasta SMA 2 22,60 85 179 120 40 95 64 9 NF 32 Perawat D3 1 24,39 78 162 84 36 109 78 10 ST 33 Perawat D3 2 18,61 73 138 87 35 86 71 11 RAB 28 Pegawai S1 1 24,63 80 165 105 36 108 70 12 YH 33 IRT SMA 5 20,83 81 187 184 38 113 75 13 MS 32 Perawat D3 4 24,03 79 196 92 40 138 69 14 J 34 PNS D3 2 21,48 67 147 53 35 101 82 15 RS 33 Perawat D3 3 24,88 82 168 110 37 109 70 16 MM 33 Dokter S1 1 19,31 74 171 107 38 112 81 17 AR 28 Dokter S1 1 21,48 72 177 112 36 119 96 18 RN 31 Perawat D3 3 23,20 80 170 166 36 101 81 19 M 30 PNS D3 4 20,83 72 149 67 35 101 91 20 RS 34 Perawat D3 2 19,97 87 152 90 35 99 74 21 F 31 IRT SMA 4 23,11 76 173 88 36 120 71 22 R 34 Perawat D3 3 23,29 84 177 146 37 111 77 23 M 32 Karyawati SMP 2 24,24 80 187 106 38 128 76 24 EKS 31 Perawat D3 3 21,36 74 167 62 40 115 83 25 NA 27 Dokter S1 1 25,39 80 156 75 36 105 110 26 NFS 29 Perawat D3 1 20,83 72 154 134 35 93 89

TABEL DATA INDUK AKSEPTOR KB DMPA No Nama Usia Pekerjaan Pendidikan Jumlah

anak

IMT Lingkar Perut

Kolesterol Total

TGT HDL LDL KGD puasa 1 SW 28 IRT S1 2 20,31 78 163 84 36 110 71 2 W 28 IRT SD 3 20,81 68 205 115 40 142 71 3 S 31 IRT SLTA 3 21,30 83 182 135 42 113 83 4 M 33 IRT SD 4 21,09 86 201 100 40 141 109 5 S 34 Wiraswasta SMA 2 23,31 85 212 101 38 154 61 6 LL 29 PRT SMA 2 20,83 78 246 56 46 189 90 7 NA 29 IRT S1 2 19,31 75 168 102 38 110 64 8 N 34 IRT SMA 2 24,21 75 241 134 40 174 106 9 S 28 Bidan D3 3 21,48 72 199 211 46 111 81 10 I 34 IRT SMA 3 28,76 83 155 81 52 87 64 11 N 27 IRT SMA 3 25,10 75 166 93 36 112 91 12 WN 29 Koordinator SMK 2 21,64 74 184 85 41 132 89 13 SS 34 IRT SMA 2 24,03 73 171 116 41 107 92 14 CJ 32 IRT SMA 2 23,11 80 221 40 70 143 61 15 A 34 IRT SMA 5 20,27 74 156 93 36 101 80 16 SN 25 IRT SMA 2 18,73 80 147 70 35 98 76 17 SDS 31 Perawat D3 2 23,14 84 195 106 38 136 81 18 J 32 Perawat D3 1 19,84 74 147 77 35 97 72 19 MD 32 Bidan D3 2 24,44 75 149 68 35 101 90 20 M 25 Karyawan SMA 1 19,97 71 179 103 38 120 78 21 LH 25 PRT SMA 1 28,13 78 172 90 35 119 72 22 W 31 IRT SMA 2 20,81 75 134 40 36 90 88 23 S 28 Marketing S1 1 25,77 73 163 84 36 110 71 24 S 32 IRT SMP 2 22,42 87 151 103 35 96 81 25 ES 34 Dokter S1 2 21.48 68 227 171 40 153 75 26 SS 34 IRT SMA 2 23.33 51 184 90 37 129 101


(3)

LAMPIRAN

 

HASIL ANALISIS UNIVARIAT

DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG

MENDAPAT DMPA

Kelompok Usia akseptor KB DMPA

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

25 - 29

11

42.3

42.3

42.3

30 - 34

15

57.7

57.7

100.0

Valid

Total

26

100.0

100.0

 

pendidikan responden ktgr

3

11,5

11,5

11,5

15

57,7

57,7

69,2

8

30,8

30,8

100,0

26

100,0

100,0

rendah

sedang

tinggi

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

pekerjaan

responden

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Dokter

1

3.8

3.8

3.8

IRT

15

57.7

57.7

61.5

Paramedis

4

15.4

15.4

76.9

Wiraswasta

1

3.8

3.8

80.8

Lain-lain

5

19.2

19.2

100.0

Valid

Total

26

100.0

100.0

 

Jumlah

anak

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

1

4

15.4

15.4

15.4

2

15

57.7

57.7

73.1

3

7

26.9

26.9

100.0

Valid


(4)

 

DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG

MENDAPAT AKDR

Kelompok

Usia

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

25 - 29

7

26.9

26.9

26.9

30 - 34

19

73.1

73.1

100.0

Valid

Total

26

100.0

100.0

kategori pendidikan

1

3,8

3,8

3,8

6

23,1

23,1

26,9

19

73,1

73,1

100,0

26

100,0

100,0

rendah

sedang

tinggi

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

 

Pekerjaan

responden

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Dokter

3

11.5

11.5

11.5

PNS

3

11.5

11.5

23.1

IRT

4

15.4

15.4

38.5

Paramedis

11

42.3

42.3

80.8

Wiraswasta

2

7.7

7.7

88.5

Lain-lain

3

11.5

11.5

100.0

Valid

Total

26

100.0

100.0

Jumlah

anak

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

1

7

26.9

26.9

26.9

2

10

38.5

38.5

65.4

3

9

34.6

34.6

100.0

Valid

Total

26

100.0

100.0


(5)

HASIL ANALISIS BIVARIAT

UJI T INDEPENDEN PERBEDAAN RERATA PROFIL LIPID ANTARA

KELOMPOK DMPA DAN AKDR

Group

Statistics

type kontrasepsi

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

DMPA

26

181,46

30,321

5,946

kolesterol total

AKDR

26

168,69

16,768

3,289

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differen

ce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Upper

kolester

ol total

Equal

variances

assumed

8,477

,005

1,879

50

,066

12,77

6,795

-,879

26,418

Equal

variances

not

assumed

1,879

38,984

,068

12,77

6,795

-,976

26,514

Group Statistics

26

98,00

36,422

7,143

26

100,65

34,678

6,801

type kontrasepsi

DMPA

AKDR

TGT

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differen

ce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Upper

TGT Equal

variances

assumed

,192

,663

-,269

50

,789

-2,65

9,863

-22,464

17,156

Equal

variances

not


(6)

assumed

Group Statistics

26

40,08

7,353

1,442

26

37,23

1,883

,369

type kontrasepsi

DMPA

Std. Error

Mean

N

Mean

Std. Deviation

HDL

AKDR

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances

t-test

for Equal

ity

of Means

F

Sig.

t

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Differen

ce

Std. Error

95

% Confidenc

e

Differenc

Interval of the

e

Difference

Lower

Upper

HDL Equal

variances

assumed

5,849

,019

1,912

50

,062

2,85

1,489

-,144

5,836

Equal

variances

not

assumed

1,912

28,264

,066

2,85

1,489

-,202

5,894

Group Statistics

26

122,12

25,849

5,069

26

111,12

15,018

2,945

type kontrasepsi

DMPA

AKDR

LDL

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samp

les Test

L

evene's Tes

t

for Equality of

Variances

t-test fo

r Equa

lity

of Means

F

Sig.

t

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Differ

ence

Std. Error

95

% Confidenc

e

Differenc

Interval of the

e

Difference

Lower

Upper

LDL

Equal

variances

assumed

7,093

,010

1,876

50

,066

11,00

5,863

-,776

22,776

Equal

variances

not

assumed


Dokumen yang terkait

Uji Efektivitas Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA ( Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan Non Hormonal IUD ( Intra Uterine Device) di Puskesmas

0 15 77

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI BPS (BIDAN PRAKTEK SWASTA ) “YOSSI TRIHANA” JOGONALAN KLATEN

0 5 49

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT ( DMPA ) DI RB. KHARISMA HUSADA KARTASURA SUKOHARJO.

0 0 10

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN KEJADIAN Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik DMPA dengan Kejadian Metroragia pada Akseptor KB Suntik diPuskesmas Kartasuro Kabupaten Sukoharjo.

0 0 14

Pengaruh Ekstrak Methanol Biji Pare (Momordica charantiaL.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Terhadap Histologi Hepar Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan Strain Wistar

0 0 9

Pengaruh Ekstrak Methanol Biji Pare (Momordica charantiaL.) dan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Terhadap Histologi Hepar Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan Strain Wistar

0 0 5

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERUBAHAN POLA MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOKARAJA I PURWOKERTO

0 0 6

Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik DMPA (Depo Medroaksi Progesteron Asetat) dengan Perubahan Tekanan Darah pada Akseptor KB Suntik DMPA di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 16

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETATDENGAN GANGGUAN MENSTRUASI DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2012 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 8

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) SUGIYATI KAJORAN MAGELANG NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN P

0 0 13