Uji Efektivitas Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA ( Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan Non Hormonal IUD ( Intra Uterine Device) di Puskesmas
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Uji Efektivitas Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA
(Depo Medroksi Progesteron Asetat) Dan Non Hormonal IUD
(
Intra Uterine Device)
Di Puskesmas
SKRIPSI
FEBRIANI
108102000049
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
(2)
ii
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Uji Efektivitas Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA
(Depo Medroksi Progesteron Asetat) Dan Non Hormonal IUD
(
Intra Uterine Device)
Di Puskesmas
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
FEBRIANI
108102000049
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
2013
(3)
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Febriani
NIM : 108102000049
Tanda Tangan :
(4)
iv
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Febriani
NIM : 108102000049
Judul Skripsi : Uji Efektivitas Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik
DMPA ( Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan
Non Hormonal IUD (Intra Uterine Device) di Puskesmas
Disetujui oleh
Pembimbing I
Dr.Delina Hasan, M.Kes,Apt NIP.195602101987032003
Pembimbing II
Dr.Azrifitria, MSi, Apt NIP.197211272005012004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(5)
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Febriani
NIM : 108102000049
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Efektivitas Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik
DMPA ( Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan Non Hormonal IUD ( Intra Uterine Device) di Puskesmas
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Dr.Delina Hasan, M.Kes, Apt ... Pembimbing II : Dr.Azrifitria, Msi, Apt ... Ketua Penguji : Drs. Umar Mansur, MSc, Apt ... Penguji I : Drs. Umar Mansur, MSc, Apt ... Penguji II : Nurmeilis, Msi, Apt ... Penguji III : Yuli Amran, S.KM, M.KM ...
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr (hc).dr.M.K.Tadjudin,Sp.And
Ditetapkan di : Ciputat
(6)
vi
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRAK
Name : Febriani
Program Study : Pharmacy
Title : Uji Efektivitas Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan
Non Hormonal IUD (Intra Uterine Device) di
Puskesmas.
Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA ( Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan kontrasepsi Non Hormonal IUD ( Intra Uterine Device) telah dibandingkan efektivitasnya dalam mencegah kehamilan. Uji efektivitas dilihat dari keberhasilan masing- masing alat kontrasepsi baik yang mengandung hormon ( suntik DMPA) maupun yang tidak mengandung hormon (IUD) dalam mencegah kehamilan, serta dilihat dari efek samping, keluhan, interaksi obat, dan kepatuhan pengguna kontrasepsi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu case control dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada 100 orang responden yang terdiri dari 50 orang pengguna suntik DMPA dan 50 orang pengguna IUD di Puskesmas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kontrasepsi non hormonal IUD lebih efektif dalam mencegah kehamilan daripada kontrasepsi hormonal suntik DMPA. Mayoritas pengguna kontrasepsi non hormonal IUD tidak mengalami keluhan (52%) dan tidak mengalami efek samping (60%), sedangkan pengguna kontrasepsi hormonal suntik DMPA mayoritas mengalami keluhan kategori sedang (52%) dan mengalami efek samping kategori sedang (56%). Tidak ada interaksi obat yang terjadi pada pengguna kontrasepsi hormonal suntik DMPA maupun pengguna kontrasepsi non hormonal IUD. Uji chi square menunjukkan adanya hubungan siginfikan antara umur,pendidikan, efek samping, keluhan, dan kenaikan berat badan terhadap pemilihan kontrasepsi.
Kata kunci : kontrasepsi hormonal, kontrasepsi non hormonal, efektivitas, suntik DMPA, IUD.
(7)
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRACT
Name : Febriani
Program Study : Pharmacy
Title : The Effectiveness test of Injectable Hormonal Contraceptive DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetate) and Non-Hormonal IUD (Intra Uterine Device) use at the health center (Puskesmas).
Hormonal Contraception Injectable DMPA (Depo Medroksi Progesterone Acetate) and Non-Hormonal contraceptive IUD (Intra Uterine Device) has compared its effectiveness in preventing pregnancy. Test effectiveness seen from the success of each contraceptives containing either hormone (injectable DMPA) or not containing hormones (IUD) to prevent pregnancy as well as the views of the side effects, complaints, drug interactions, and compliance contraceptive users. The study design used in the case-control study with purposive sampling technique sampling. The instruments used were questionnaires. Questionnaires were distributed to 100 respondents consisting of 50 persons injectable DMPA users and 50 IUD users in the health center. The results of this study showed non-hormonal contraceptive IUD is more effective in preventing pregnancy than the injectable hormonal contraceptive DMPA. The majority of non-hormonal IUD contraceptive users had no complaints (52%) and did not experience any side effects (60%), whereas the DMPA injectable hormonal contraceptive users have complaints category majority (52%) experienced adverse events and medium category (56%). No drug interactions that occur in DMPA injectable hormonal contraceptive users and non-hormonal IUD contraceptive users. Chi square test showed a link siginfikan between age, education, adverse events, complaints, and weight gain to the selection of contraception.
Keywords : hormonal contraceptive, non hormonal contraceptive, effectiveness, DMPA injectable, IUD.
(8)
vi
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-Nya yang tak terhingga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia menuju zaman yang terang benderang dengan berbagai ilmu pengetahuan di dalamnya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa apa yang diuraikan dalam hasil penelitian ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Dalam penulisan skripsi ini banyak pelajaran yang dapat saya peroleh baik itu ketika mengalami kesulitan, kebingungan, dan menghadapi tantangan. Namun hal itu dapat saya hadapi dengan penuh kesabaran dan tetap optimis berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan kali ini saya ingin sampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada :
1. Ibu Dr.Delina Hasan,M.Kes,Apt selaku pembimbing pertama dan ibu
Dr.Azrifitria, M.Si,Apt selaku pembimbing kedua, yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya ini. Semoga segala bantuan dan bimbingan ibu mendapatkan imbalan yang lebih baik di sisi-Nya.
2. Ibu Rosmawati dan segenap staf di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan
Puskesmas Kecamatan Cilandak khususnya di bagian KB, terimakasih atas segala bantuannya yang diberikan kepada saya selama penelitian.
3. Bapak Prof.dr.MK.Tadjudin, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
(9)
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Drs.Umar Mansur,M.Sc,Apt selaku ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak dan ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2008 khususnya dari kelas B,Dini,Eva,Tika,Tya,Fafa,Mega,Aam. Terima kasih atas persahabatan dan kebersamaannya, mudah-mudahan silaturahim yang telah kita jalin dapat terus kita pertahankan.
7. Ayahanda H.M.Nasir HD, MA dan ibunda Hj.Sumiati Ramli yang sangat saya
sayangi, terima kasih atas segala nasehat, perhatian, dukungan, serta doa dengan penuh keikhlasan kepada saya. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan kesehatan serta membalas segala kebaikan mereka berdua.
8. Keluargaku tercinta, Kak Dewi beserta suami (Mas Darno), Kak Eti beserta suami (Kak Riskaf), Bang Mus, Bang Iqbal, Ani, Alvi, dan Ana. Terima kasih atas motivasi, semangat, dan doa yang selalu diberikan.
9. Kiki, Anja, Fitri, Shahmeer, dan Teemu selaku sahabat yang selalu memberi dukungan dan doa sehingga penelitian ini berjalan lancar hingga selesai.
Akhir kata saya berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 1 Januari 2013
(10)
vi
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Febriani
NIM : 108102000049
Program studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya ilmiah saya dengan judul :
UJI EFEKTIVITAS KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK DMPA (Depo Medroksi Progesterone Asetat) DAN NON HORMONAL IUD
(Intra Uterine Device) DI PUSKESMAS
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 15 Januari 2013
Yang menyatakan,
(11)
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR ISTILAH ... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar belakang ... 1
1.2Rumusan masalah... 4
1.3Tujuan penelitian ... 4
1.4Manfaat hasil penelitian ... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Keluarga Berencana ... 6
2.2 Kontrasepsi ... 6
2.3 Macam- macam Kontrasepsi ... 8
2.3.1 Kontrasepsi Hormonal ... 8
2.3.1.1 Kontrasepsi Hormonal Suntikan MPA ... 9
2.3.1.2 Kontrasepsi Hormonal Pil ... 16
2.3.1.3 Susuk/ Implan ... 16
(12)
vi
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.3 Kontrasepsi Non Hormonal ... 19
2.3.3.1 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ... 19
2.3.3.2 Kondom ... 22
2.3.3.3 Diafragma ... 23
2.3.3.4 Tisu KB ... 24
2.3.3.5 Crem, Jelly dan tablet atau cairan berbusa ... 24
2.4 Efektivitas ... 24
2.5 Alasan Akseptor Menghentikan Kontrasepsinya ... 26
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Kontrasepsi ... 26
BAB 3. KERANGKA KONSEP ... 28
3.1 Kerangka Konsep ... 28
3.2 Definisi Operasional ... 29
3.3 Hipotesis ... 31
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 32
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
4.2 Desain Penelitian ... 32
4.3 Populasi dan Sampel ... 32
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 33
4.5 Pengumpulan Data ... 34
4.5.1 Uji Coba ... 34
4.5.2 Validitas dan Reliabilitas ... 34
4.5.2.1 Pengukuran Validitas Kuesioner ... 34
4.5.2.2 Pengukuran Reliabilitas Kuesioner ... 35
4.5.3 Data yang Dikumpulkan ... 35
4.6 Analisis Data ... 36
4.6.1 Pengolahan Data ... 36
(13)
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6.3 Analisis Bivariat ... 36
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
5.1 Analisis Data ... 37
5.2 Analisis Univariat ... 37
5.3 Analisis Bivariat ... 43
5.4.1 Keterbatasan Penelitian ... 46
5.4.2 Pembahasn ... 46
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
6.1 Kesimpulan ... 51
6.2 Saran ... 51
DAFTAR REFERENSI ... 52
(14)
vi
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.2.1 Distribusi Subyek Menurut Umur Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 37 5.2.2 Distribusi Subyek Menurut Umur Pengguna Kontrasepsi IUD di
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 38 5.2.3 Distribusi Subyek Menurut Efek Samping Pengguna Kontrasepsi
Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru Dan Cilandak Bulan Januari – September 2012 ... 38 5.2.4 Distribusi Subyek Menurut Perubahan Berat Badan Pengguna
Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 39 5.2.5 Distribusi Subyek Menurut Ada Tidaknya Penyakit Darah Tinggi
yang Diderita Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 39 5.2.6 Distribusi Subyek Menurut Waktu Mengalami Penyakit Darah
Tinggi Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA Dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 40
(15)
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.2.7 Distribusi Subyek Menurut Ada Tidaknya Penyakit Diabetes yang
Diderita Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan
Januari-September 2012 ... 41 5.2.8 Distribusi Subyek Menurut Kepatuhan Untuk Datang Suntik
Sesuai Jadwal Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 41 5.2.9 Distribusi Subyek Menurut Konsumsi Obat- Obatan Lain
Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 42 5.2.10 Distribusi Subyek Menurut Hamil dan Tidak Hamil Selama
Menggunakan Kontrasepsi Pada Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 42 5.3.1 Distribusi Hubungan Umur dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 43 5.3.2 Distribusi Hubungan Alat Kontrasepsi dengan Efek Samping di
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 43 5.3.3 Distribusi Hubungan Alat Kontrasepsi dengan Kenaikan Berat
Badan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 44
(16)
vi
xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.3.4 Distribusi Hubungan Alat Kontrasepsi dengan Penyakit Darah
Tinggi di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 45 5.3.5 Distribusi Hubungan Alat Kontrasepsi dengan Penyakit
Diabetes di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 45 5.3.6 Distribusi Hubungan Alat Kontrasepsi dengan Hamil /tidak
Hamil di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012 ... 46
(17)
xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 54
Lampiran 2Lembar Kuesioner ... 55
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ... 58
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas ... 60
(18)
vi
xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR ISTILAH
DMPA : Depo Medroksi Progesteron Asetat
IUD : Intra Uterine Device
KB : Keluarga Berencana
(19)
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (2004) masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Berdasarkan sensus tahun 2011 diketahui bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di seluruh Indonesia yang tercatat pada BKKBN 2011 sebanyak 45.905.815. Pertumbuhan penduduk di Indonesia melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun, itu berarti tiap hari ada 10000 bayi yang lahir di Indonesia. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk di Tanah Air pada tahun 2045 bisa menjadi sekitar 450 juta jiwa, hal ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia.
Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan rakyat. Untuk itu diperlukan upaya dan langkah konkret guna menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kualitas penduduk melalui berbagai program baik dalam aspek kualitas maupun kuantitas.
Salah satu cara untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk tersebut adalah dengan penggunaan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha–usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Kontrasepsi yang bersifat permanen pada wanita dinamakan tubektomi sedangkan pada pria
(20)
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinamakan vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya; 2) tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3) daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan (Sarwono, 2008). Tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua pengguna, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien.(Saifuddin, 2003)
Menurut BKKBN usia reproduksi perempuan pada umumnya adalah usia 18-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Sebagian wanita Indonesia menggunakan kontrasepsi yang bersifat hormonal dan sebagian lagi menggunakan kontrasepsi non hormonal. Kontrasepsi yang mengandung hormon/ hormonal antara lain pil, suntik DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat), implant (susuk), sedangkan kontrasepsi yang tidak mengandung hormon/non hormonal antara lain kondom, dan IUD (Intra Uterine Device). Penggunaan kedua alat kontrasepsi tersebut menimbulkan keluhan dan efek samping bagi para pemakai. Keluhan yang timbul dalam penggunaan alat kontrasepsi hormonal diantaranya mudah lelah, kurang tenaga, sakit kepala, dan gangguan haid. Efek samping yang sering timbul dalam pemakaian kontrasepsi hormonal yaitu mual, mata berkunang-kunang, dan penambahan berat badan. (Ali,2002)
Berbeda halnya dengan pengguna kontrasepsi yang non hormonal. Keluhan yang terjadi adalah gangguan haid, nyeri perut, nyeri saat bernafas, dan nyeri payudara. Sedangkan efek samping bagi pengguna kontrasepsi non hormonal di antaranya vagina kering, reaksi alergi, dan perasaan tertekan. (Ali,2002)
(21)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari keluhan dan efek samping yang dirasakan pengguna kontrasepsi tersebut, menimbulkan pertanyaan, bagaimana efektivitas dari kedua alat kotrasepsi tersebut, apakah paling efektif menggunakan kontrasepsi hormonal atau menggunakan yang non hormonal, atau keduanya sebenarnya tidak efektif digunakan.
Menurut data yang terdapat di BKKBN bulan Juni 2012 peserta KB hormonal yang terdapat di DKI Jakarta yaitu peserta KB suntik DMPA (Depomedroksi Progesteron Asetat) sebanyak 25.107 (45,77%), implan sebanyak 2.941 (5,36%), dan pil 15.920 (29,02%), sedangkan peserta KB non hormonal yaitu IUD ( Intra Uterine Device) sebanyak 6.001 (10,94%), dan kondom 4.176 (7,61%). Dari data tersebut diketahui kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan adalah suntik DMPA, sedangkan kontrasepsi non hormonal yang paling banyak digunakan adalah IUD. Untuk itu peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang efektivitas kontrasepsi hormonal suntik DMPA dan non hormonal IUD di Puskesmas. Puskesmas yang dipilih dalam penelitian ini adalah Puskesmas yang berada di Jakarta selatan, melihat semakin banyaknya warga Jakarta selatan yang mengikuti program KB. Menurut BKKBN tahun 2012 menyatakan bahwa jumlah peminat KB di Jakarta selatan termasuk yang paling tinggi di banding wilayah lainnya. Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang telah ikut KB di Jakarta selatan mencapai 182.362 pasangan atau 79,28 persen dari target 230.016. Sementara peserta KB pria atau vasektomi dari target 151 orang telah tercapai 49,37 persen, IUD dari target 13.127 orang telah tercapai 47,79 persen, KB suntik dari target 17.640 orang telah tercapai 68 persen, media operasi wanita (MOW) atau tubektomi dari target 565 orang telah tercapai 97,88 persen. Dengan tingginya peminat KB yang terdapat di wilayah Jakarta selatan, peneliti memilih Puskesmas yang berada di Jakarta selatan yaitu Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Puskesmas Kecamatan Cilandak sebagai tempat penelitian dan pengambilan sampel.
(22)
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sensus tahun 2011
diketahui bahwa jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di seluruh Indonesia yang tercatat pada BKKBN 2011 sebanyak 45.905.815. Pertumbuhan
penduduk di Indonesia melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun, itu berarti tiap hari ada 10000 bayi yang lahir di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut tentu para pasangan usia subur harus menerapkan Keluarga Berencana (KB) untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Ada dua metode KB yaitu secara hormonal dan non hormonal. Setiap orang menggunakan metode yang berbeda karena tidak semua orang bisa menggunakan atau cocok dengan kedua metode tersebut. Kedua metode kontrasepsi tersebut menimbulkan beberapa keluhan dan efek samping.
Keluhan yang timbul dalam penggunaan alat kontrasepsi hormonal diantaranya mudah lelah, kurang tenaga, sakit kepala, dan gangguan haid. Efek samping yang sering timbul dalam pemakaian kontrasepsi hormonal yaitu mual, mata berkunang-kunang, dan penambahan berat badan. Berbeda halnya dengan pengguna kontrasepsi yang non hormonal. Keluhan yang terjadi adalah gangguan haid, nyeri perut, nyeri saat bernafas, dan nyeri payudara. Sedangkan efek samping bagi pengguna kontrasepsi non hormonal di antaranya vagina kering, reaksi alergi, dan perasaan tertekan. Belum diketahuinya metode kontrasepsi yang lebih efektif diantara kedua metode tersebut. (Ali,2002)
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan kontrasepsi hormonal suntik DMPA dan non hormonal IUD yang digunakan oleh akseptor KB di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan kontrasepsi hormonal suntik DMPA dan non hormonal IUD dengan melihat banyak sedikitnya
(23)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta efek samping, keluhan, interaksi obat, serta kepatuhan akseptor KB di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
a. Secara Metodologi
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengukur atau menguji efektivitas penggunaan kontrasepsi lainnya baik hormonal maupun yang non hormonal.
b. Secara Aplikatif
Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembuatan kebijakan di Puskesmas dan BKKBN.
(24)
6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana
Menurut WHO [World Health Organization] (Expert Committe
1970) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan d. Mengatur interval di antara kehamilan
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 - 49 tahun atau pasangan suami-istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid. (Depkes RI, 1993).
Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi.
Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa. Metode kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa.
Hartanto (2004) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan KB yaitu mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) penggarapan KB diarahkan pada dua bentuk sasaran, yaitu: 1) sasaran langsung, yakni Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15 – 49 tahun, dengan jalan mereka secara
(25)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas dan 2) sasaran tidak langsung, yaitu organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita dan pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.
2.2 Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2002) kontrasepsi ialah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :
1) Dapat dipercaya
2) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5) Tidak memerlukan motivasi terus- menerus
6) Mudah pelaksanaannya
7) Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8) Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang
bersangkutan.
Sehubungan dengan pemilihan pemilihan alat kontrasepsi, pada tahun 2000 telah dilakukan penelitian oleh Iyengar mengenai pengaruh umur terhadap pemilihan kontrasepsi, yaitu bahwa wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dan wanita yang telah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan yaitu jumlah anak 3 orang atau lebih memilih IUD sebagai alat kontrasepsinya, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Altman di China menyebutkan bahwa penggunaan IUD meningkat pada umur 25-29 tahun, tetapi merosot
(26)
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada wanita usia yang lebih tua. Selain faktor umur, pendidikan juga
mempengaruhi terhadap pemilihan alat kontrasepsi karena
pengetahuan tentang alat kontrasepsi serta pengetahuan tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi merupakan modal utama dalam pemilihan alat kontrasepsi yang tepat, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Magadi pada tahun 2003 di Kenya bahwa responden yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi menggunakan kontrasepsi IUD dan implant dibandingkan responden yang berpendidikan rendah.
2.3 Macam – Macam Kontrasepsi 2.3.1 Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksi progesteron asetat (DMPA), yang jenis hormonnya adalah jenis progesteron alamiah. Kebanyakan kontrasepsi hormonal diberikan secara oral. Sediaan yang mengandung progesteron saja dapat berupa pil, depo dalam bentuk injeksi, AKDR, atau implan. Kontrasepsi oral yang mengandung progesteron saja adalah minipil. Saat ini telah tersedia jenis kontrasepsi injeksi yang mengandung progesteron dan estrogen. (Wiknjosastro, 2002)
Wiknjosastro (2002) juga menjelaskan bahwa di bawah
pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH). Hormon – hormon ini dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron. Dua hormon yang terakhir ini menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan yang tertentu menyebabkan ovulasi, dan akhirnya penurunan kadarnya mengakibatkan desintegrasi endometrium dan haid. Penyelidikan
(27)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih lanjut menunjukkan bahwa baik estrogen maupun progesteron dapat mencegah ovulasi.
2.3.1.1 Kontrasepsi Hormonal Suntikan Medroksi Progesteron Asetat (MPA) / Depo Gestagen
Medroksi Progesteron Asetat
MPA termasuk jenis gestagen alamiah yang berasal dari turunan progesteron yang memiliki ikatan reseptor yang relatif kuat terhadap reseptor glukokortikoid dan aldosteron. Khasiat glukokortikoidnya baru akan terlihat pada pemberian dosis tinggi. MPA tidak memiliki khasiat antiandrogen dan karena tidak melalui hati, keberadaannya dalam serum mencapai 100% dan hampir 88% terikat pada albumin. Depo MPA merupakan suspensi mikrokristal yang membentuk depo pada tempat penyuntikan intramuskular (IM). MPA terutama bekerja sebagai penghambat ovulasi. (Prawirohardjo, 2002)
Kelebihan injeksi adalah sebagai berikut: • Tidak perlu takut lupa
• Tidak memiliki efek samping yang disebabkan oleh estrogen
• Tidak perlu diingat kecuali waktu kembali
mendapatkan suntikan berikutnya
(28)
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
• Tidak mempengaruhi pemberian ASI
• Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik
(Prawirohardjo, 2002)
Meskipun kontrasepsi injeksi banyak digunakan tetap saja banyak yang tidak ingin melanjutkan untuk jangka panjang karena sering ditemukan gangguan haid.
Kerugian :
• Pengembalian kesuburan tertunda hingga satu tahun
• Haid tidak teratur dan terjadi pendarahan bercak
• Amenore
• Pertambahan berat badan akibat peningkatan nafsu makan
• Galaktore
• Depresi dan kehilangan libido dilaporkan, tetapi masih belum jelas apakah kondisi tersebut akibat suntikan atau keadaan lain.
• Kemungkinan peningkatan resiko osteoporosis.
(Prawirohardjo, 2002)
a. Penggunaan DMPA
Ali (2002) memaparkan tantang cara pemberian depo gestagen dapat dilihat pada gambar (Gambar 1). Depo MPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intragluteal atau intradeltoid. Penyuntikan di tangan
menimbulkan kesan seolah-olah wanita tersebut
mendapatkan suntikan vaksinasi sehingga penyuntikan cara ini tidak begitu disukai dan menimbulkan rasa sakit. Injeksi pertama diberikan pada hari kelima siklus haid dengan tujuan untuk menyingkirkan bahwa wanita tersebut sedang tidak hamil. Suntikan berikutnya diberikan setiap 90 hari baik wanita sedang haid atau tidak.
(29)
Gambar
b. Cara ke
S kadarny bertahan menekan sedikit a D melahirk (ASI) da viskosita sperma transform lambat mengham mempen
c. Perubah penggun
H jika se hormonal menginduk memetab untuk m
UIN Syarif Hidayatullah Jakar bar 1. Skema penyuntikan DMPA (Ali, 2002)
kerja DMPA
Setelah penyuntikan DMPA dalam waktu 24 ja nya dalam serum mencapai 2-5 µg/ml dan kadarny
an cukup lama dan turun perlahan – lahan. DMP kan sekresi LH preovulatorik sehingga ovulasi palin dikit akan tertekan untuk 3 bulan pertama.
Depo MPA dapat segera diberikan setela hirkan tanpa takut mempengaruhi produksi air susu ib dan tanpa mengganggu involusio uteri. Menyebabka sitas lendir serviks meningkat sehingga penetra a terganggu. Depo MPA menyebabkan perubaha ormasi abortif sekretorik pada endometrium, yan t laun akan menjadi atrofi. Selain itu Depo MP
hambat transportasi gamet oleh tuba ser
engaruhi kapasitas sperma. (Ali, 2002)
ahan Efektivitas Kontrasepsi Terkait dengan unaan dari obat lain
Handbook of Contraception (2006) menjelaska seorang wanita yang menggunakan kontrasep monal mengonsumsi obat atau produk herbal yan
induksi enzim, termasuk CYP3A4, yan
tabolisme hormon kontrasepsi, sebaiknya dianjurka menggunakan kontrasepsi tambahan atau metod arta jam rnya PA aling telah u ibu bkan trasi ahan yang PA serta ngan skan sepsi yang yang rkan tode
(30)
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
• barbiturat
• bosentan
• karbamazepin
• felbamat
• griseofulvin
• fenitoin
kontrasepsi yang berbeda. Obat atau produk herbal yang menginduksi enzim tersebut dapat menurunkan konsentrasi plasma hormon kontrasepsi, dan dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi hormonal.
Beberapa obat atau produk herbal yang dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi hormonal meliputi:
Aminoglutetimid
Aminoglutethimide diberikan bersamaan dengan Depo MPA secara signifikan dapat menekan konsentrasi serum medroksiprogesteron asetat. Pengguna Depo MPA harus diperingatkan tentang kemungkinan penurunan efetivitas dengan penggunaan ini atau obat terkait. (Van Deijk, 1985)
d. Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Tubuh Selama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Semua organ tubuh wanita yang berada di bawah pengaruh hormon seks tentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organ- organ tersebut akan terjadi perubahan – perubahan tertentu, yang terjadinya sangat tergantung pada dosis, jenis hormon, dan lama penggunaannya. Organ – organ tubuh yang paling banyak
mendapat pengaruh kontrasepsi hormonal adalah
endometrium, miometrium, serviks dan payudara.
(Ali,2002)
• rifampin
• St. John's wort
• topiramat
• antibiotik
(31)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta e. Farmakologi klinik
Hartanto ( 2004 ) menjelaskan bahwa kontrasepsi
hormonal suntik DMPA tersedia dalam larutan
mikrokristalin. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg DMPA tercapai kadar puncak, lalu kadaranya tetap tinggi selama 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih. Pada pemakaian jangka panjang tidak terjadi efek akumulatif dari DMPA dalam darah / serum.
d. Indikasi dan Kontraindikasi DMPA
Meskipun banyak keuntungannya seperti mudah
digunakan, tidak perlu takut lupa, kehandalan
kontrasepsinya tinggi, serta tidak mengandung estrogen, depo MPA sering menimbulkan gangguan haid. Oleh karena itu, depo MPA hanya dipandang sebagai metode kontrasepsi alternatif. Padahal, efektivitas kontrasepsinya cukup tinggi, hampir sama dengan kehandalan pil kontrasepsi. Jadi, jika kita tidak mau membebani wanita dengan estrogen dan wanita tersebut mau menerima pendarahan yang terjadi, maka kontrasepsi depo MPA merupakan suatu alternatif terbaik. Keputusan memilih jenis depo MPA yang akan digunakan sangat bergantung pada efektivitas kontrasepsinya atau yang sedikit menimbulkan pendarahan.
Depo MPA tidak meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu sangat baik diberikan pada ibu- ibu yang menyusui. Depo MPA dapat diberikan segera setelah bersalin atau saat si ibu akan pulang dari rumah sakit. Jika terjadi peningkatan gula darah pada wanita kencing manis (DM), suntikan berikutnya harus dihentikan, atau kalau juga sutikannya ingin diteruskan wanita tersebut
(32)
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta harus berada di bawah pengawasan yang ketat. Pada wanita usia muda apalagi belum memiliki anak lebih baik jangan diberikan depo- MPA, kecuali kalau memang tidak ada pilihan lain.
Kerugian lain dari penggunaan sediaan depo MPA adalah wanita sangat tergantung sekali dengan sarana pelayanan karena sediaan ini tidak dapat dihentikan sewaktu - waktu sebelum suntikan berikutnya, dan tidak ada jaminan perlindungan terhadap infeksi penyakit menular, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV. ( Prawihardjo, 2002)
f. Efektivitas Depo MPA
Dalam hal penekanan terhadap ovulasi depo MPA tersebut efektivitasnya hampir sama dengan pil kombinasi. Kehandalan kontrasepsinya melebihi minipil maupun IUD. Indeks Pearl untuk depo MPA adalah 0 – 1,2. Kegagalan terjadi pada umumnya karena ketidakpatuhan untuk datang pada jadwal suntikan yang telah ditetapkan, atau teknik penyuntikan yang salah. Injeksinya harus benar- benar intragluteal. (Ali, 2002)
g. Dampak Lain yang Dapat Muncul pada Penggunaan Depo MPA
Gangguan haid merupakan keluhan yang paling sering ditemukan seperti
• Siklus haid yang memendek atau memanjang
• Pendarahan yang banyak atau sedikit
• Pendarahan yang tidak teratur atau pendarahan bercak
• Tidak haid sama sekali ( amenorea)
Gangguan haid paling sering terjadi pada bulan pertama penyuntikan. Setelah satu atau dua tahun penyuntikan akan terjadi amenorea pada kebanyakan wanita. (Ali, 2002)
(33)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta h. Kembalinya Ovulasi Setelah Penghentian Depo MPA
Salah satu alasan penggunaan depo MPA kurang begitu populer di kalangan masyarakat adalah bahwa kembalinya kesuburan memerlukan waktu lama. Tiidak dapat dipungkiri lagi bahwa setelah penghentian penggunaan pil maupun AKDR, kesuburan lebih cepat kembali ( rata- rata 2 bulan ), sedangkan setelah penghentian penggunaan depo MPA memerlukan waktu kira – kira 10 bulan. Perlu dijelaskan di sini bahwa keterlambatan kesuburan setelah penyuntikan depo MPA bukanlah disebabkan oleh terjadinya kelainan atau kerusakan pada organ genitalia, melainkan karena masih saja terjadi pelepasan gestagen yang terus – menerus dari depo yang terbentuk di tempat suntikan. (Ali, 2002)
i. Efek Samping Penggunaan Depo MPA
Efek samping yang serng ditemukan adalah
penambahan berat badan, mual, berkunang- kunang, sakit kepala,nervositas, akne, turunnya libido, vagina kering, dan perasaan tertekan. Karena depo gestagen tidak mengandung unsur estrogen, efek samping yang sering terjadi jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan pil yang mengandung estrogen. Terdapat penelitian yang menemukan terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan depo MPA jangka panjang. Perlu disadari bahwa setiap penurunan kadar HDL serum merupakan faktor risiko untuk terkena penyakit jantung koroner ( PJK ).
Pada penggunaan depo MPA lima tahun ditemukan penurunan massa tulang pada femur sebanyak 7%. Namun ada penelitian yang lain tidak menemukan pengurangan masaa tulang, sehingga banyak ahli yang berpendapat bahwa depo MPA dapat digunakan hormon untuk pencegahan kekeroposan tulang pada wanita pasca menopause. Pada
(34)
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta wanita yang menggunakan depo MPA kemungkinan risiko terkena kanker payudara sangat kecil karena gestagen akan menekan kerja estrogen. Pada wanita dengan kanker payudara yang memerlukan kontrasepsi dapat saja diberikan depo gestagen. Selain itu, depo MPA juga mengurangi risiko terkena kanker endometrium. Khasiat ini masih terlihat sampai delapan tahun setelah pemberian dihentikan. (Ali, 2002)
2.3.1.2 Kontrasepsi Hormonal Pil
Kontrasepsi pil mengandung hormon estrogen dan progesteron serta dapat menghambat ovulasi. Kontrasepsi pil ini harus diminum setiap hari secara teratur. Pada dasarnya kontrasepsi pil terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pil kombinasi, pil yang mengandung progesteron dan pil yang mengandung estrogen. (Pendit, 2006)
2.3.1.3 Susuk
Susuk atau implant juga dikenal sebagai Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) yaitu kontrasepsi yang di susupkan dibawah kulit. Efektifitas AKBK sangat tinggi dan kegagalan teoritis 0,2 %, dalam praktek 1-3%. Efektifitas termasuk paling tinggi dibandingkan semua cara KB yang di pulihkan kesuburannya. Cara kerjanya menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan endometrium atau selaput lendir tidak siap untuk nidasi atau menerima pembuahan, mempertebal lendir serviks atau rahim, menipiskan lapisan endometrium atau selaput lendir (BKKBN, 2001).
a. Keuntungan
Keuntungan susuk adalah tidak menekan produksi ASI, praktis, tidak ada faktor lupa, masa pakai jangka panjang, khasiat kontrasepsi ini berakhir setelah
pengangkatan, artinya kesuburan akan segera
(35)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Kerugian
Kerugian AKBK adalah impalnt harus dipasang dan di angkat oleh petugas kesehatan yang terlatih. (Syaifudin, 2003)
c. Kontraindikasi
Kontra-indikasi hamil atau diduga hamil, perdarahan pada vagina yang tidak diketahui sebabnya, menderita sakit jantung, diabetes, darah tinggi, kanker, varises. Efek samping gangguan siklus haid, terdapat bercak darah yang cukup banyak selama menstruasi, hematoma atau pembengkakan dan nyeri, perubahan berat badan, pusing dan mual (BKKBN, 2001).
2.3.2 Beberapa Pengaruh Kontrasepsi Hormonal
a. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Wanita dengan Kencing Manis ( DM )
Ali (2002) menjelaskan bahwa kontrasepsi hormonal menyebabkan resistensi insulin ringan sehingga memperburuk
toleransi glukosa. Etinilestradiol mengurangi bersihan
(clearance) insulin, sedangkan gestagen mempengaruhi pengambilan maupun pemakaian glukosa perifer.
Belum ditemukan bukti bahwa pil kontrasepsi
menyebabkan kencing manis. Bahkan pada wanita dengan gangguan toleransi glukosa, pemberian pil kontrasepsi tidak sampai menyebabkan kencing manis. Bila memang seorang wanita telah mengalami gangguan toleransi glukosa, pemberian pil kontrasepsi oral dapat memperburuk keadaan tersebut meskipun pemberian dihentikan, keadaannya tidak dapat kembali normal. Wanita dengan kencing manis memerlukan alat kontrasepsi yang aman karena biar bagaimanapun kehamilan dengan kencing manis meningkatkan risiko baik bagi ibu maupun bagi janin. Pada wanita dengan DM tipe 1 (IDDM), pemberian pil kontrasepsi oral dapat meningkatkan kadar
(36)
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta glukosa puasa, kadar insulin, dan dapat memperburuk toleransi glukosa. Wanita tanpa komplikasi angiopati dapat diberi pil kontrasepsi oral dosis rendah jangka pendek dan perlu pengawasan teratur. Wanita dengan DM usia >35 tahun atau DM-nya telah berlangsung >10 tahun, lebih baik jangan
menggunakan pil kontrasepsi oral. Bila ditemukan
mikroangiopati seperti retinopati atau nepropati atau telah timbul makroangiopati, pil kontrasepsi oral merupakan okntraindikasi absolut. Pada wanita dengan DM tipe 2 (NIDDM), pemberian pil kontrasepsi oral dapat memperburuk toleransi glukosa sehingga dosis insulin perlu dinaikkan. Wanita dengan kelainan seperti ini sebaiknya diberi minipil saja.
b. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Wanita dengan Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi yang terjadi pada wanita kurang dapat menjadi perhatian dibandingkan pada laki- laki. Padahal dengan meningkatnya usia kejadian hipertensi justru meningkat tajam.
Selama penggunaan pil kontrasepsi terjadi peningkatan ringan tekanan darah sistolik dengan diastolik, terutama pada 2 tahun pertama penggunaannya. Tidak pernah ditemukan terjadinya peningkatan yang patologik. Begitu pil kontrasepsi dihentikan biasanya tekanan darah akan kembali normal. Tidak beralasan menghentikan penggunaan pil kontrasepsi, mengingat peningkatan tekanan darah relatif ringan.
Kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung gestagen seperti minipil dan depo gestagen tidak meningkatkan tekanan darah. Namun kalau sudah menderita hipertensi sebelumnya,
minipil maunpun depo gestagen dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
Hiperetensi (>140/90) dijumpai pada 2-4% wanita
pemakai pil kontrasepsi terutama yang mengandung
(37)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lama penggunaan. Kejadian hipertensi meningkat sampai 2-3 kali lipat setelah 4 tahun penggunaan pil kontrasepsi yang mengandund estrogen. Jika tekanan darah >160/95 mmHg sebaiknya jangan diberikan pil kontrasepsi yang mengandung estrogen. Bila tekanan darah >200/120 mmHg, semua jenis kontrasepsi hormonal merupakan kontraindikasi. Setelah penghentian pil kontrasepsi biasanya tekanan darah akan normal kembali, tetapi bila hal ini tidak terjadi perlu diberi obat antihipertensi. ( Ali,2002)
2.3.3 Kontrasepsi Non Hormonal
2.3.3.1 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR) / IUD
IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih. (Irianto, 2007)
a. Jenis –jenis IUD
Walaupun di masa lampau IUD dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan yang berbeda-beda, dewasa ini IUD yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe : 1.Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese ring) 2. Mengandung tembaga, termasuk di sini TCu 380A, TCu 200C, Multiload
(MLCu 250 dan 375) dan Nova T 3. Mengandung hormon
steroid seperti progestasert yang mengandung progesterone dan Levanova yang mengandung levonorgestrel. (Irianto, 2007)
b. Efektivitas
IUD sangat efektif, Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.(BKKBN,2002)
(38)
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Efek Samping
1) Pendarahan
Pada umunya pemasangan IUD terjadi pendarahan sedikit– sedikit yang cepat berhenti. Jika pemasangan dilakukan waktu haid, pendarahan yang sedikit – sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering terdapat pada pemakai IUD adalah menoragia, spotting, metroragia. Jika terjadi pendarahan banyak yang tidak dapat diatasi sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran lebih kecil.
Jika pendarahan sedikit- sedikit , dapat diusahakan mengatasinya dengan pengobatan konservatif. Pada pendarahan yang tidak berhenti dengan tindakan- tindakan tersebut di atas sebaiknya IUD diangkat dan digunakan cara kontrasepsi lain.(Tietze & Lewitt, 1968).
2) Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri dan kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan IUD, biasanya rasa nyeri ini berangsur- angsur hilang sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan member analgetika. Jika keluhan berlangsung terus sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran lebih kecil. (Tietze & Lewitt, 1968).
3) Ekspulsi ( pengeluaran sendiri)
Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulsi biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh :
a. Umur dan paritas : pada paritas yang rendah , 1 atau 2 kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih; demikian pula wanita muda ekspulsi lebih sering terjadi daripada pada wanita yang umurnya lebih tua.
(39)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Lama pemakaian : ekspulsi paling sering terjadi pada
tiga bulan pertama setelah pemasangan, setelah itu angka kejadian menurun tajam.
c. Ekspulsi sebelumnya : pada wanita yang pernah
mengalami ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya kecendrungan terjadinya ekspulsi lagi ialah kira- kira 50%. Jika terjadi ekspulsi pasangkanlah IUD dari jenis yang sama tetapi dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya; dapat juga diganti dengan IUD jenis lain atau dipasang 2 IUD.
d. Jenis dan ukuran : jenis dan ukuran IUD yang dipasang
sangat mempengaruhi frekuensi ekspulsi. Pada Lippes loop, makin besar ukuran IUD makin kecil kemungkinan terjadinya ekspulsi.
e. Faktor psikis : oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita-wanita yang emosional dan ketakutan, yang psikis labil. Kepada wanita- wanita seperti ini penting diberikan penerangan yang cukup sebelum dilakukan pemasangan IUD. (Tietze & Lewitt, 1968).
d. Komplikasi AKDR a. Infeksi
IUD itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat- alat yang digunakan disucihamakan, yakni tabung penyalur, pendorong, dan IUD. Jika terjadi infeksi hal ini mungkin disebabkan oleh adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan IUD. (Prawihardjo,2002)
(40)
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Perforasi
Umumnya perforasi sewaktu pemasangan IUD walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus Iud terdorong lebih jauh menembus dinding uterus sehingga sampai ke rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan spekulum benang IUD tidak kelihatan. Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan IUD dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi sebaiknya dibuat foto Roentgen, dan jika tampak di foto IUD dalam rongga
panggul hendaknya dilakukan histerografi untuk
menentukan apakah IUD terletak di dalam atau di luar kavum uteri. (Prawihardjo,2002)
c. Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan IUD in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh karena IUD terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran dengan IUD in situ tinggi. Jika ditemukan kehamilan dengan IUD in situ sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya IUD itu dikeluarkan karena kemungkinan terjadinya abortus setelah IUD itu dikeluarkan lebih kecil daripada jika IUD dibiarkan terus berada di dalam rongga uterus. Jika benang IUD tidak kelihatan sebaiknya IUD dibiarkan saja berada dalam uterus. (Prawihardjo,2002)
2.3.3.2 Kondom
Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna dipakai untuk menutupi penis yang tegang sebelum dimasukkan ke dalam vagina sehingga mani tertampung di dalam dan tidak masuk vagina. Dengan
(41)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta demikian pembuahan dapat dicegah. Pemakaian kondom sangat efektif bila dipakai dengan benar setiapkali melakukan senggama. Angka kegagalan teoritis 3%, praktis 5- 20%. (Saifuddin,2003)
a. Keuntungan
Keuntungan metode kondom adalah sangat murah, mudah didapat, tidak perlu resep dokter, mudah dipakai sendiri, dapat mencegah penularan penyakit, efek samping tidak ada, mudah dibawa, dapat digunakan
sewaktu-waktu dan tidak membebani istri.
(Saifuddin,2003)
b. Kerugian
Kerugian metode kondom adalah mengganggu kenyamanan bersengggama, selalu memakai kondom baru, harus ada persediaan, tingkat kegagalannya cukup tinggi bila terlambat memakainya, alergi terhadap karet, sobek bila memasukkan tergesa-gesa.(Saifuddin, 2003).
2.3.3.3 Diafragma
Diafragma adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari karet berbentuk mangkok, dipakai untuk menutupi servik. Gunanya mencegah masuknya mani ke dalam rongga rahim.(Hartanto,2004)
a. Keuntungan
Keuntungan sangat efektif (bila dipakai dengan benar), aman,diawasi sendiri oleh pemakai, hanya dipakai bila diperlukan, tidak mempengaruhi laktasi. (Hartanto,2004)
b. Kerugian
Kerugian adalah memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai, wanita perlu memegang atau manipulasi genetalianya sendiri, suami tidak nyaman saat senggama, beberapa wanita mengeluh perihal “kebasahan atau becek” yang disebabkan oleh spermisidnya. (Hartanto, 2004)
(42)
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Kontraindikasi
Kontra-indikasinya adalah kelainan anatomis dari vagina,
infeksitraktus urinarius yang berulang-ulang, alergi
terhadap latex atau spermisid (Hartanto, 2004).
2.3.3.4 Tisu KB
Tisu KB adalah alat kontrasepsi wanita yang digunakan dalam vagina sebelum bersenggama yang berbentuk kertas tipis dan mengandung obat prematisit. Efektifitas intravak selama 4 jam dalam vagina setelah bersenggama di ulang, agar menjadi lebih aman dan hasilnya pasti, serta efek sampingnya adalah iritasi di dinding vagina dan meningkatkan pengeluaran cairan vagina. (Hartono, 1991).
2.3.3.5 Crem, Jelly dan tablet atau cairan berbusa
Crem, Jelly dan tablet atau cairan berbusa disebut juga spermisida adalah suatu bahan kimia yang menghentikan gerak atau cairan di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Bahan kimia ini berbentuk tablet, foam (busa) atau crem yang harus di tempatkan didalam vagina setinggi mungkin dekat cervix. Foam dan crem juga bertindak sebagai penghalang spermatozoa yang masuk kedalam cervix. Obat-obat tersebut dapat sebagai tunggal untuk kontrasepsi, tetapi akan lebih baik atau berhasil apabila disamping itu suami memakai kondom. Semprotan (douche) jangan dilakukan segera setelah selesai melakukan persetubuhan (Prawirohardjo, 2005)
2.4 Efektivitas
Menurut Trussel (2007) efektivitas dari kontrasepsi bergantung pada : 1. Metode Kontrasepsi itu sendiri : Metode kontrasepsi seperti
kontrasepsi mantap (kontap), implant, dan IUD tipe copper-T memiliki efektivitas sangat tinggi dan penggunaannya hampir bisa dipastikan sangat jarang menyebabkan kegagalan. Metode lain seperti pil dan suntik
(43)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki efektivitas yang tinggi tetapi masih mungkin terjadi kesalahan (misalnya lupa minum pil atau terlambat mengulang suntik), menyebabkan metode ini memiliki kemungkinan gagal lebih besar. Metode seperti abstinensia periodik, spermisida, dan kondom lebih besar lagi risikonya untuk gagal karena kemungkinan kesalahan penggunaan lebih tinggi.
2. Akseptor itu sendiri : Tiap akseptor memiliki karakteristik tersendiri
yang mempengaruhi terjadinya kegagalan kontrasepsi, tetapi
pengaruhnya paling besar saat penggunaan tipikal (penggunaan biasa, yang tidak mempertimbangkan kebenaran cara dan konsistensi penggunaan), apakah karena metode tersebut memang memillliki efektivitas yang lebih rendah atau karena sulit digunakan secara benar dan konsisten
Tabel 1.
Angka Kegagalan Kontrasepsi Dalam Tahun Pertama METODE KONTRASEPSI KEGAGALAN PER 100 WANITA
TEORITIS (%) PRAKTEK(%)
Kontap –wanita / MOW 0,04 0,1-0,5
Kontap pria / MOP 0,15 0,2-0,6
Suntikan 0,25 3-5
Pil oral kombinasi 0,5 4-10
Mini- pil 1 5-12
IUD 1-3 5-6
Kondom 2 10-20
Diafragma (dengan spermisid) 2 19
Spons (dengan spermisid) -* 10-20
Kap serviks 2 13
Foams , creams, jellies, vaginal
suppositories 3-5 18
Coitus interuptus 16 20-40
Kb alamiah 2-20 20-40
Vaginal douching - 40
Laktasi 15 40-50
Tanpa kontrasepsi 90 90
(44)
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sumber : Hartanto (2004) Keluarga Berencana dan Kontrasep
2.5 Alasan Akseptor Menghentikan Kontrasepsinya
1. Efek samping metode kontrasepsi
2. Tidak ada pengetahuan tentang keamanan, keuntungan, dan
penggunaan metode
3. Penggunaan yang tidak benar dan tidak konsisten 4. Tidak adanya peran serta pasangan
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Kontrasepsi
1. Penggunaan metode secara tidak sempurna: Akseptor yang cenderung mengalami gagal kontrasepsi adalah akseptor yang menggunakan metode secara tidak konsisten dan tidak benar.
2. Frekuensi hubungan intim: Di antara akseptor yang menggunakan kontrasepsi secara konsisten dan benar, tetap bisa terjadi kehamilan yang ditentukan oleh frekuensi berhubungan intim. Hal ini paling mungkin terjadi pada metode kontrasepsi sawar. Hubungan intim 4 kali atau lebih dalam seminggu membuat mereka lebih mudah hamil dalam tahun pertama dibanding yang kurang dari 4 kali.
3. Usia: Kemampuan seorang akseptor wanita untuk mengeluarkan sel telur dan hamil menurun sesuai dengan usia. Pada kondisi normal, wanita akan makin menurun kesuburannya pada akhir usia tiga puluhan. Selain faktor kesuburan yang memang menurun, biasanya frekuensi hubungan intim pun menurun seiring usia. Namun demikian, bukan berarti seorang wanita tidak bisa hamil, karena menganggap kesuburannya sudah menurun, maka wanita usia ini lengah dan lalai sehingga terjadi kehamilan.
4. Siklus haid: Suatu penelitian menunjukkan akseptor yang memiliki siklus haid teratur 7,2 kali lebih mungkin menjadi hamil selama menggunakan kontrasepsi kondom dibandingkan mereka yang siklusnya tidak teratur. (Trussel,2007)
(45)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Landasan teori
1. KB
2. Kontrasepsi
a. Macam- macam kontrasepsi i. Kontrasepsi hormonal
1. Suntik 2. Pil 3. Implant
ii. Pengaruh kontrasepsi hormonal iii. Kontrasepsi non hormonal
1. IUD 2. Kondom 3. Diafragma 4. Tisu KB
5. Crem jelly & tablet / cairan berbusa 3. Efektivitas kontrasepsi
a. Alasan Akseptor Menghentikan Kontrasepsinya b. Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Kontrasepsi
(46)
28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS
3.1 Kerangka konsep
variabel independen variabel dependen
Kontrasepsi
Fertilitas
• Umur
• Riwayat penyakit
• Kepatuhan pasien
• Efek samping
• Interaksi obat dengan kontrasepsi suntik DMPA
(47)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.2 Definisi Operasional
Untuk memudahkan peneliti dalam mengukur variabel yang terkait maka akan diuraikan sebagai berikut :
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Mengukur Alat Ukur Skala
Ukur
Hasil Ukur
1 Jenis
kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dengan menanyakan langsung kapada subyek jenis kontrasepsi apa yang digunakan •Kuesioner •Wawancara
Nominal 1. Kontrasepsi IUD
2. Kontrasepsi suntik DMPA
2 Fertilitas Fertilitas adalah
tingkat kesuburan seorang wanita pada usia 18-49 tahun. Dengan menanyakan kepada subyek ( usianya). •Kuesioner •Wawancara
Nominal 1. Fertil
2. Tidak Fertil
3 Efek samping Efek samping
adalah efek yang tdak dikehendaki ( efek di luar indikasi) setelah penggunaan kontrasepsi. Dengan menanyakan kepada subyek efek samping yang dirasakan. •Kuesioner •Wawancara
Ordinal 1. ES ringan
- mual
- mata berkunang-kunang
- sakit kepala - lemas 2. ES sedang - nervositas - akne - penambahan berat badan - pendarahan 3. ES berat - vagina kering - perasaan tertekan
(48)
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- reaksi alergi - ekspulsi 4. Tidak ada efek samping
4 Interaksi obat Interaksi obat
adalah interaksi
yang terjadi antara
obat kontrasepsi
suntik DMPA. Dengan menanyakan apakah subyek menggunakan obat lain. •Kuesioner •Wawancara
Nominal 1. Ada Interaksi
obat
2.Tidak ada interaksi obat
5 Umur Umur adalah umur
wanita subur menurut BKKBN yaitu pada umur 18-49 tahun Dengan menanyakan umur kepada subyek. •Kuesioner •Wawancara
Rasio 1. Usia subur (18-49
tahun)
2. Usia tidak subur
7 Kepatuhan
pasien
Kepatuhan pasien adalah kepatuhan pasien untuk datang kembali pada jadwal penyuntikan yang telah ditetapkan ( pada pengguna kontrasepsi suntik DMPA). Dengan menanyakan kepada subyek. •Kuesioner •Wawancara
Nominal 1. Patuh
2. Tidak Patuh
8 Berat badan Berat badan adalah
berat badan wanita usia subur sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi suntik DMPA atau IUD.
Dengan menanyakan kepada subyek.
•Kuesioner
•Wawancara
Nominal 1. BB naik
2. BB turun 3. BB tetap
(49)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9 Riwayat
penyakit
Riwayat penyakit adalah penyakit yang pernah diderita oleh pengguna kontrasepsi hormonal suntik DMPA atau kontrasepsi non hormonal IUD khususnya penyakit darah tinggi dan diabetes.
Dengan menanyakan kepada subyek.
•Kuesioner
•Wawancara
Nominal 1. Ada riwayat
penyakit
2. Tidak ada riwayat penyakit
3.3 Hipotesis
• Metode kontrasepsi non hormonal IUD lebih efektif dibandingkan
(50)
32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cilandak Jalan Komplek BNI 46 no. 57 Jakarta Selatan dan Puskesmas Kebayoran Baru Jalan Iskandarsyah Raya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – September 2012.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah prospektif yaitu kesehatan atau karakteristik lain dari peserta dipantau untuk jangka waktu tertentu, di mana peristiwa dicatat saat terjadinya suatu penelitian Diharapkan dengan desain penelitian ini tujuan penelitian dapat tercapai Diharapkan dengan desain penelitian ini tujuan penelitian dapat tercapai.
4.3 Populasi dan Sampel
Sampel adalah sebagian obyek yang diambil saat penelitian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua peserta KB aktif yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal IUD dan kontrasepsi hormonal suntik DMPA pada bulan Januari - September 2012 yang tersebar di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Kecamatan Cilandak. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan teknik sampel purposif, yaitu karakteristik sampel sudah ditentukan dan diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. (Winarsunu, 2009).
• Populasi penelitian : Semua wanita usia subur yang menggunakan kontrasepsi hormonal suntik DMPA dan non hormonal IUD di Puskesmas Kebayoran Baru dan Cilandak, Jakarta Selatan.
Sampel penelitian : Sejumlah wanita usia subur yang menggunakan
(51)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berkunjung ke Puskesmas Kebayoran Baru dan Cilandak Jakarta selatan pada bulan Januari – September 2012 dan memenuhi kriteria inklusi.
Jenis KB
Peserta KB baru bulan Januari – September 2012
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru
Puskesmas Kecamatan Cilandak
Suntik DMPA 25 25
IUD 25 25
Total 50 50
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi • Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria umum subyek penelitian pada populasi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal suntik
DMPA dan non hormonal IUD di Puskesmas Kebayoran Baru dan Cilandak pada bulan Januari – September 2012.
2. Usia responden 18-49 tahun 3. Bersedia mengikuti penelitian
• Kriteria ekslusi
Kirteria ekslusi adalah subyek pada populasi yang tidak memenuhi kriteria umum subyek penelitian. Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
1. Responden pengguna kontrasepsi IUD dan suntik DMPA sebelum
bulan Januari 2012 (pengguna lama).
2. Responden berusia bukan wanita usia subur, yaitu berumur <18 atau >49 tahun.
(52)
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.5 Pengumpulan Data
4.5.1 Uji Coba
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dimana data penelitin berupa angka- angka dan analisis menggunakan statistik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian serta peneliti juga turun langsung untuk melakukan melakukan wawancara mendalam. Kuesioner sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diuji cobakan kepada 30 orang peserta KB. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dipergunakan benar-benar memenuhi syarat validitas dan reliabilitas sehingga dapat diketahui kekurangan atau kelemahannya.
4.5.2 Validitas dan Reliabilitas
4.5.2.1 Pengukuran Validitas Kuesioner
Menurut Singarimbun (1989), validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas adalah prosedur pengujian untuk melihat apakah alat ukur atau pertanyaan yang dipakai dalam kuesioner dapat mengukur dengan cermat apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini validitas dilihat dari segi sisi dari alat ukur yang digunakan mengenai topik dan substansinya apakah sudah mewakili atau cukup merupakan sebuah sampling. Validitas isi ini secara mendasar adalah merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri maupun pendapat orang lain. Tiap- tiap item dalam kuesioner dipelajari dan kemudian
dipertimbangkan tentang representatif tidaknya isi yang akan
diuji.(Kerlinger, 1973). Dalam penelitian ini kuesioner diujicobakan dahulu kepada 30 orang responden. Pada saat dilakukan uji coba, seluruh responden dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan mudah. Hasil jawaban dari instrumen sudah sesuai dengan kenyataan sehari-hari, oleh karena itu syarat validitas terpenuhi
.
Kuesioner dalam penelitian ini dianggap valid karena sudah memenuhi syarat dari validitas.(53)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.5.2.2 Pengukuran Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. (Singarimbun, 1989). Uji reliabilitas adalah suatu cara untuk melihat apakah alat ukur dalam hal ini kuesioner akan memberikan hasil yang sama apabila pengukuran dilakukan secara berulang-ulang. Dalam penelitian ini reliabilitas dinilai dengan teknik kesesuaian dengan cara mencari indeks kesesuaian kasar (crude intex of agreement). Caranya adalah dengan menguji ulang dengan alat yang sama menggunakan responden yang sama dan dalam waktu yang tidak lama. Hasil penelitian pertama kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian ulangan dan stabilitas dari jawaban dianalisis. Indeks yang kurang dari 0,9 menunjukkan reliabilitas yang kurang, artinya jawaban pada wawancara I dan wawancara ulangan mempunyai sifat yang tidak stabil. Dalam penelitian ini indeks kesesuaian kasar didapatkan >0.9, sehingga kuesioner yang digunakan sudah reliabel. (Singirambun, 1989)
4.5.3 Data yang Dikumpulkan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicatat oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari sumbernya, tetapi melalui pihak kedua. Data sekunder yang diperoleh pada penelitian ini adalah data pada buku register di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak. Data yang diperoleh dari buku register Puskesmas adalah identitas pasien meliputi umur, alamat,
(54)
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta alat kontrasepsi yang digunakan, tekanan darah, jadwal penyuntikan, dan berat badan.
4 .6 Analisis Data 4.6.1 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan
menggunakan SPSS. Adapun tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :
a. Editing adalah langkah yang dilakukan untuk memeriksa kelengkapan konsistensi maupun kesalahan jawaban pada kuesioner.
b. Coding dilakukan untuk memudahkan dalam proses pengolahan data. c. Entry adalah memasukkan data yang sudah dikode ke dalam komputer. d. Cleaning adalah pembersihan atau pengecekan kembali data yang masuk.
4.6.2 Analisis univariat
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada setiap variabel penelitian yang meliputi karakteristik dari pasien meliputi : umur, jenis kontrasepsi (hormonal suntik DMPA atau non hormonal IUD), pendidikan, pekerjaan, efek samping, interaksi obat, keluhan, perubahan berat badan, penyakit darah tinggi, penyakit diabetes, hamil, dan kepatuhan pasien. Selanjutnya hasil analisa univariat ini akan dijelaskan secara lebih mendalam menggunakan data hasil wawancara mendalam.
4.6.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara variabel bebas (alat kontrasepsi yang digunakan) dan
variabel terikat (fertilitas) dengan menggunakan uji chi square ( Notoatmodjo, 2002).
(55)
37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Data
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Cilandak dan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru pada bulan Juli hingga bulan September 2012 . Sampel diperoleh dari data sekunder yang diambil dari buku register KB dan penetapan sampel dilakukan secara purposive sampling. Jumlah sampel yang memenuhi syarat penelitian sebanyak 100 responden yang terdiri dari 50 responden pengguna kontrasepsi IUD (nonhormonal) dan 50 responden pengguna kontrasepsi suntik DMPA (hormonal). Sumber data berupa data primer yaitu wawancara langsung dengan responden dan data sekunder yang diperoleh dari buku register Puskesmas.
Analisis Univariat
Tabel 5.2.1 Distribusi Subyek Menurut Umur Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012
Umur N %
18-49 50 100
<18 atau >49 tahun 0 0
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil bahwa subyek pengguna kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Kecamatan Kebayoran baru dan Cilandak seluruhnya berumur 18-49 tahun, ini berarti semua subyek pengguna kontrasepsi suntik DMPA adalah wanita usia subur (18-49 tahun).
(56)
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 5.2.2 Distribusi Subyek Menurut Umur Pengguna Kontrasepsi
IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012
Umur N %
18-49 50 100
<18 atau >49 tahun 0 0
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil bahwa subyek pengguna kontrasepsi IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran baru dan Cilandak seluruhnya berumur 18-49 tahun, ini berarti semua subyek pengguna kontrasepsi suntik DMPA adalah wanita usia subur (18-49 tahun).
Tabel 5.2.3 Distribusi Subyek Menurut Efek Samping Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru Dan Cilandak Bulan Januari – September 2012
Kontraepsi
Efek samping (N)
Total Tidak ada
efek samping
Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
IUD 30 60 6 12 10 20 4 8 50
Suntik DMPA 12 24 5 10 28 56 5 10 50
Total 42 84 11 22 38 76 9 18 100
- Efek samping ringan : mual, mata berkunang-kunang,lemas
- Efek samping sedang : nervositas,jerawat,penambahan berat badan,pendarahan - Efek samping berat :vagina kering,perasaan tertekan,turunnya libido,reaksi
(57)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari tabel di atas terlihat bahwa pengguna kontrasepsi IUD banyak yang tidak mengalami efek samping (60%), sedangkan pengguna kontrasepsi suntik DMPA banyak mengalami efek samping sedang (56%).
Tabel 5.2.4 Distribusi Subyek Menurut Perubahan Berat Badan
Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak
Bulan Januari-September 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pengguna kontrasepsi IUD dan suntik DMPA banyak yang mengalami kenaikan berat badan, IUD sebanyak 46% dan suntik DMPA sebanyak 80%.
Tabel 5.2.5 Distribusi Subyek Menurut Ada Tidaknya Penyakit Darah Tinggi yang Diderita Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012
Kontraepsi
Efek samping (N)
Total
Tetap Naik Turun
N % N % N %
IUD 17 34 23 46 10 20 50
Suntik DMPA 5 10 40 80 5 10 50
Total 22 44 63 126 15 30 100
Kontrasepsi
Penyakit darah tinggi
Total
Ya Tidak
N % N %
IUD 3 6 47 94 50
Suntik DMPA 3 6 47 94 50
(58)
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari tabel di atas terlihat bahwa pengguna kontrasepsi suntik DMPA dan IUD yang mengalami penyakit darah tinggi masing – masing berjumlah 3 orang.
Tabel 5.2.6 Distribusi Subyek Menurut Waktu Mengalami Penyakit Darah Tinggi Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA Dan IUD di Puskesmas
Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat 3 orang yang menderita darah tinggi sebelum menggunakan kontrasepsi (2 orang pengguna IUD dan 1 orang pengguna suntik DMPA), 1 orang yang menderita darah tinggi saat menggunakan kontrasepsi (pengguna suntik DMPA), dan 2 orang yang menderita darah tinggi setelah menggunakan kontrasepsi (1 pengguna kontrasepsi IUD dan 1 pengguna suntik DMPA).
Kontrasepsi
Saat darah tinggi
Total Sebelum
menggunakan kontrasepsi
Saat menggunakan
kontrasepsi
Setelah menggunakan
kontrasepsi
Tidak pernah
N % N % N % N %
IUD 2 4 0 0 1 2 47 94 50
Suntik DMPA 1 2 1 0 1 2 47 94 50
(59)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 5.2.7 Distribusi Subyek Menurut Ada Tidaknya Penyakit Diabetes
yang Diderita Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak
Bulan Januari-September 2012
Kontrasepsi
Penyakit diabetes
Total
Ya Tidak
N % N %
IUD 0 0 50 100 50
Suntik DMPA 0 0 50 100 50
Total 0 0 100 200 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa pengguna kontrasespi suntik DMPA dan IUD tidak ada yang menderita penyakit diabetes .
Tabel 5.2.8 Distribusi Subyek Menurut Kepatuhan Untuk Datang
Suntik Sesuai Jadwal Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak
Bulan Januari-September 2012
Kontrasepsi
Terlambat
Total
Ya Tidak
N % N %
Suntik DMPA 0 0 50 100 50
Total 0 0 50 100 50
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh pengguna kontrasepsi suntik DMPA tidak ada yang telat datang untuk penyuntikan selanjutnya sesuai jadwal.
(60)
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 5.2.9 Distribusi Subyek Menurut Ada Tidaknya Interaksi Obat
pada Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012
Kontrasepsi
Interaksi obat
Total
Ya Tidak
N % N %
Suntik DMPA 0 0 50 100 50
IUD 0 0 50 100 50
Total 0 0 50 200 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak ada interaksi obat yang terjadi pada pengguna kontrasespi suntik DMPA dan IUD
Tabel 5.2.10 Distribusi Subyek Menurut Hamil dan Tidak Hamil Selama Menggunakan Kontrasepsi Pada Pengguna Kontrasepsi Suntik DMPA dan IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak Bulan Januari-September 2012
Kontrasepsi
Hamil
Total
Ya Tidak
N % N %
Suntik DMPA 0 0 50 100 50
IUD 0 0 50 100 50
Total 0 0 50 200 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa pengguna kontrasepsi suntik DMPA maupun pengguna IUD tidak mengalami kehamilan selama menggunakan kontrasepsi.
(1)
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Responden yang terhormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Febriani
NIM : 108102000049
Adalah mahasiswa S1 Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melakukan penelitian tentang ”Uji Efektivitas Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dan Non Hormonal IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak ”.
Bersama ini saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini. Jawaban ibu akan saya jaga kerahasiannya dan hanya digunakan sebagai penelitian. Atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Jakarta ,...2012
Responden Peneliti
(2)
Lampiran 2. Lembar Kuesioner
Kuesioner Penelitian Uji Efektivitas Kontrasepsi Hormonal suntik DMPA dan Kontrasepsi Non Hormonal IUD di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru
dan Cilandak Identitas Responden
No Responden :
Nama :
Umur :
Pendidikan : 1. Tidak sekolah /tidak tamat SD 4. SLTA
2. SD 5. Sarjana
3. SLTP
Pekerjaan : 1. Wiraswasta 3. Karyawan / buruh
2. Pegawai negeri / swasta 4. Tidak bekerja / IRT
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Pilihlah jawaban yang sesuai dengan melingkari atau memberi tanda silang pada jawaban yang telah disediakan.
No Pertanyaan
1 Kontrasepsi apa yang Ibu gunakan saat ini ? 1. IUD
2. Suntik DMPA 2. Berapa usia ibu saat ini ?
1. 18-49 2.<18
(3)
3.>49
3. Apa efek samping yang ibu alami selama pemakaian kontrasepsi ? . 1. Ringan
• Mual
• Mata berkunang- kunang • Sakit kepala
• Lemas 2. Sedang
• Nervositas • Akne (jerawat)
• Penambahan berat badan • Pendarahan
3. Berat
• Vagina kering • Perasaan tertekan • Turunnya libido • Reaksi alergi
• Ekspulsi (pengeluaran sendiri) 4. Tidak ada efek samping
4. Berapa berat badan ibu sebelum menggunakan kontrasepsi?... 5. Berapa berat badan ibu setelah menggunakan kontrasepsi? ... 6. Apakah ibu menderita penyakit darah tinggi?
1. Ya 2. Tidak
7. Bila jawaban no. 7 “ Ya”, sejak kapan ibu menderita penyakit darah tinggi ?
1. Sebelum menggunakan kontrasepsi 2. Pada saat menggunakan kontrasepsi 3. Selama menggunakan kontrasepsi 4. Setelah menggunakan kontrasepsi 8. Apakah ibu menderita penyakit diabetes?
(4)
2. Tidak
9. Jika jawaban no.9 “ Ya”, sejak kapan ibu menderita penyakit diabetes?
1. Sebelum menggunakan kontrasepsi 2. Pada saat menggunakan kontrasepsi 3. Selama menggunakan kontrasepsi 4. Setelah menggunakan kontrasepsi
10. Apakah ibu mengkonsumsi obat lain selain kontrasepsi yang ibu gunakan?
1. Ya 2. Tidak
11. Bila jawaban no.11 “Ya”, obat yang ibu konsumsi tersebut adalah...
12. Apakah ibu selalu tepat waktu untuk melakukan penyuntikan berikutnya ( khusus pengguna kontrasepsi suntik DMPA) ?
1. Ya 2. Tidak
13. Bila jawaban no. 13 “ Tidak”, berapa lama keterlambatan tersebut?...
14. Setelah pemakaian kontrasepsi selama 1 bulan, apakah ibu mengalami kehamilan?
1. Ya 2. Tidak
(5)
(6)