6.3. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Waktu
Gambar 6.4. Diagram Bar Kasus DBD Per Bulan di Kota Lhokseumawe Tahun 2003-2007
Kasus 2003-2007 Per Bulan
1 3
6
6 4
5 2
2
5 7
4 6
2 4
34 15
35 29
109
83 30
9 13
10 27
31 22
9 3
7 6
24 23
9 10
3 11
19 24
47 53
12
16
20 40
60 80
100 120
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agt
Sep Okt
Nov Des
2003 2004
2005 2006
2007
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 6.4. diatas dapat dilihat bahwa rata-rata kasus DBD per bulan secara keseluruhan dari tahun 2003-2007 berfluktuasi. Dapat dilihat bahwa
peningkatan kasus terjadi mulai dari Bulan Oktober sampai Januari, dan kasus mulai terjadi penurunan dari bulan Maret hingga Mei. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
musim penularan yaitu terjadi antara bulan Oktober hingga Januari, dan saat sebelum penularan terjadi antara bulan Maret hingga Mei.
Dari data diatas dapat terlihat bahwa di tahun 2005 terjadi peningkatan kasus melebihi dari sepuluh kali lipat. Hal ini dapat diasumsikan bahwa kegiatan
pemberantasan DBD belum berjalan secara efektif. Oleh karena itu perlu adanya perubahan strategi dalam kegiatan pemberantasan tersebut. Di Kota Lhokseumawe
kegiatan Fogging Fokus tidak dilaksanakan berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi tapi dilaksanakan berdasarkan jumlah kasus, untuk itu perlu adanya
perubahan dengan melaksanakan Fogging Fokus berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi karena dengan begitu akan lebih efektif dan efisien.
Pemeriksaan Jentik Berkala PJB diikuti dengan abatisasi selektif dan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk juga sangat penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya letusan atau Kejadian Luar Biasa DBD. Selain itu kegiatan surveilans dan penyuluhan harus tetap dilakukan, surveilans terhadap DBD sangat
penting untuk memantau penularan dan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya epidemi.
Pada saat mulai terjadi penurunan jumlah kasus yaitu antara bulai Maret hingga Mei saat sebelum musim penularan, maka pada saat inilah kegiatan
pencegahan dan pemberantasan perlu ditingkatkan agar tidak terjadi peningakatan
Universitas Sumatera Utara
kasus di bulan berikutnya, dan surveilans terhadap DBD juga perlu dilakukan secara intensif. Seperti Fogging Fokus sebelum masa penularan, Pemberantasan Sarang
Nyamuk dengan kegiatan 3M Menguras, Menutup dan Mengubur tempat-tempat yang dapat menampung air, dan penyuluhan tentang bahaya DBD.
Bila dihubungkan dengan rata-rata curah hujan yang terdapat pada lampiran 3 di kota Lhokseumawe tahun 2003-2007 curah hujan mulai terjadi peningkatan pada
akhir tahun yaitu antara bulan Oktober sampai bulai Januari. Untuk itu perlu diwaspadai peningkatan curah hujan dengan terjadinya peningkatan jumlah kasus,
karena pada musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti akan meningkat. Telur- telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan hingga 2 sampai 4 bulan di tempat yang
kering, dan apabila terjadi hujan dan telur mulai terendam kembali setelah beberapa hari maka telur akan menetas menjadi jentik nyamuk. Kegiatan pemberantasan yang
perlu dilakukan sebelum terjadinya musim hujan yaitu penyuluhan, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk 3M, dan abatisasi.
Universitas Sumatera Utara
6.4. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Kecamatan