Lokasi dan waktu penelitian Pertimbangan Etik Instrumen penelitian

a. Orang tua yang mempunyai anak balita yang pernah menderita ISPA dan berobat ke puskesmas Martubung pada bulan Maret-Mei 2009 b. Bersedia menjadi responden c. Dapat membaca dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Martubung Medan dengan alasan bahwa wilayah kerja puskesmas Martubung berada di wilayah kawasan pabrik dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya terkait dengan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2009.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan etik. Setelah mendapatkan surat izin untuk melaksanakan penelitian dari dinas kesehatan kota Medan, peneliti meminta izin kepada kepala puskesmas Martubung Medan. Setelah mendapatkan data dan alamat-alamat pasien yang pernah menderita ISPA, peneliti kemudian mendatangi rumah calon responden. Peneliti kemudian memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur palaksanaan penelitian. Responden yang bersedia dipersilahkan menandatangani informed consent. Responden juga diberi penjelasan bahwa penelitian ini tidak menimbulkan resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Universitas Sumatera Utara

4.5 Instrumen penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 2 bagian yaitu data demografi klien dan kuisioner peran orang tua. Pada bagian pertama terdiri dari data demografi klien yang meliputi umur, pendidikan, suku, status perkawianan, pekerjaan, riwayat anak penderita ISPA dan umur anak saat menderita ISPA. Bagian kedua berupa kuisioner peran orang tua terhadap upaya pencegahan kekambuhan ISPA yang berisi 27 pertanyaan, yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peran orang tua terhadap upaya pencegahan ISPA yang berulang kepada anak balita. Untuk melihat peran orang tua dalam hal mengetahui penyakit ISPA peneliti memberi kuisioner yang terdiri dari 6 pertanyaan dengan pilihan ganda. Setiap jawaban diberi nilai. Jawaban a diberi nilai 4, jawaban b diberi nilai 3, jawaban c diberi nilai 2 dan jawaban d diberi nilai 1. untuk melihat peran oaran tua dalam hal mengatur pola makan, menciptakan kenyamanan lingkungan dan menghindari faktor pencetus, peneliti memberikan kuisioner dengan pilihan jawaban yang diberikan menggunakan skala likert yaitu tidak pernah nilai 1, kadang-kadang nilai 2, sering nilai 3 dan selalu nilai 4. Untuk melihat peran orang tua terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Martubung dilakukan pengolahan data dengan statistik deskriptif yang terdiri dari frekuensi dan persentase. Untuk menghitung panjang kelas dalam penelitian ini, maka digunakan rumas Sudjana 2005 yaitu: Universitas Sumatera Utara Rentang 108-27 81 P = = = = 27 Banyak kelas 3 3 Rentang kelas adalah nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas yang diperoleh adalah 81 dan banyak kelas dalam penelitian ini adalah 3 kelas yaitu baik, cukup dan kurang. Sehingga diperoleh nilai P = 27. Dari perhitungan ini maka peran orang tua terhadap kejadian ISPA pada balita dikategorikan baik apabila skor 81-108 diberi kode 3, dikategorikan cukup apabila skor 54-80 diberi kode 2, dikategorikan kurang apabila skor 27-53 diberi kode 1. 4.6 Uji Validitas dan Reabilitas 4.6.1 Uji Validitas

Dokumen yang terkait

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Hubungan Karakteristik Individu dengan Tindakan Ibu dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Amplas Tahun 2005

6 50 96

Gambaran Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2005

1 41 79

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya

0 38 8

Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik

0 14 125

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLAL

0 2 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DENGAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dengan Perilaku Pencegahan Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tirto Ii Kabupaten Pe

0 2 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DENGAN PERILAKU Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Dengan Perilaku Pencegahan Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tirto Ii Ka

0 2 13

Pengaruh Merokok Dalam Keluarga Terhadap Prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Jajaway.

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 1. Definisi ISPA - HUBUNGAN FAKTOR KARAKTERISTIK BALITA DAN PERILAKU PENCEGAHAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS SUMBANG II KECAMAT

0 0 20