Tujuan Dan Hikmah Perkawinan

46 2. Untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai usia 20 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tuanya. 3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dapat hanya dari orang tua yang masih hidup. Dalam hal salah seorang dari orang tua telah meninggal atau tidak dapat menyatakan kehendaknya maka diperkenankan untuk menggunakan wali nikah. Orang yang memelihara atau orang yang mempunyai hubungan keturunan dengan yang bersangkutan.

D. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan

Allah swt menciptakan alam tentu mempunyai tujuan tertentu, begitu juga halnya dengan tingkah laku manusia. Dua faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah niat atau motifasi, sedangkan faktor eksternal adalah tujuan. Berbicara tujuan berarti terkait dengan persoalan kepentingan. Karena kepentingan adalah pemenuhan kebutuhan hidup. Tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan suatu aktifitas. Kepentingan hidup manusia secara sosiologis ada yang bersifat primer dan ada yang bersifat sekunder. Kepentingan yang bersifat primer daruriyyat ini urusan orang tua. Orang tua yang bijaksana tidak akan memaksakan kehendaknya. Karena itu meskipun orangtua mempunyai hak untuk mengawinkan anak-anaknya ia perlu meminta pertimbangan anaknya tentang pilihannya bahkan lebih bijaksana jika ia menanyakan terlebih dahulu apakah si anak sudah mempunyai calon pendamping hidup bagi dirinya. Hal ini karena anak-anaklah yang akan menjalani pernikahan itu. Di sisi lain sang anak juga perlu meminta pertimbangan kepada orang tua tentang pilihannya. Semua adalah bagian untuk mencapai kehidupan yang harmonis antara anak menantu dan mertua serta sebaliknya. Kerelaan merupakan faktor dominan yang cukup penting. 47 merupakan tujuan utama yang dipelihara oleh hukum Islam. Lima kepentingan yang harus dipelihara yaitu, pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. 27 Perkawinan termasuk usaha melindungi kepentingan pemeliharaan yang keempat yaitu pemeliharaan keturunan. Tujuannya adalah agar pemeliharaan kemurnian darah dapat terus terjaga dan kelanjutan umat manusia dapat diteruskan 28 . Adapun tujuan perkawinan menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits. Antara lain adalah 29 : 1. Untuk mendapatkan ketenangan hidup Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21,                       } 48 2. Untuk menjaga diri dan pandangan mata. 49 1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. 2. bahwa suatu perkawinan adalah sah apabila dilaksanakan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, disamping harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Asas monogami, yaitu seorang suami beristri satu orang, kecuali jika dibenarkan menurut hukum agama dan undang-undanguntuk berpoligami beristri lebih dari satu orang. 4. Bahwa calon suami-istri harus telah masak jiwa raganya, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian. 5. Karena tujuan perkawinan untuk membina keluarga yang bahagia, kekal, dan sejahtera maka undang-undang perkawinan memnganut asas mempersulit terjadinya perceraian. Perceraian hanya dapat dilakukan atas alasan yang kuat dan dilakukan didepan sidang. 6. Hak dan kedudukan suami istri yang seimbang, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan dimasyarakat sehingga segala sesuatu yang menyangkut kepentingan keluarga dapat diputuskan oleh suami dan istri 32 . 32 Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan ...,Op.Cit., h. 20-21 50 Sebagaimana telah dijelaskan diawal bahwa perkawinan mempunyai banyak manfaat. Kemudian, karena itulah Islam menganjurkan dan memberikan kabar gembira yang positif kepada orang yang hendak kawin. Dengan perkawinan tersebut diharapkan orang tersebut menjadi baik perilakunya, masyarakatpun menjadi baik bahkan seluruh umat manusia menjadi baik. Maka banyak sekali hikmah yang terkandung dalam suatu ikatan perkawinan baik ditinjau dari segi sosial, psikologi maupun kesehatan. Menurut Djamaan Nur, berdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rasul, hikmah nikah antara lain : menyalurkan naluri sex, jalan untuk mendapatkan keturunan yang sah, penyaluran naluri kebapakan dan keibuan, dorongan untuk bekerja keras, pengaturan hak dan kewajiban dalam rumah tangga dan menghubungkan tali silahturahmi antara dua keluraga besar dari suami dan istri 33 . Husein Muhamad menjelaskan bahwa Imam Ghazali setidaknya menyebutkan tiga hal mengapa perkawinan menjadi peristiwa yang begitu penting. Pertama, perkawinan adalah cara atau ikhtiar manusia melestarikan dan mengembangbiakkan keturunannya dalam rangka melanjutkan kehidupan manusia di bumi. Menurut al-Ghazali tujuan ini adalah maksud paling utama perkawinan. Kedua, perkawinan menjadi cara manusia menyalurkan hasrat 33 Djamaan Nur, Fiqh Munakahat ..., Op.Cit., h. 10 51 seksual dan menjaga alat kelamin. Al-Ghazali kemudian merujuk poin ini pada hadis Rasulullah yang artinya, siapa yang nikah, dia telah menjaga separuh agamanya, maka jagalah yang separuh lain. Menurut Imam Al-Ghazali yang dimaksud agama dalam hadis ini adalah lebih kepada kondisi terjaganya moralitas. Dengan begitu perkawinan bukan semata-mata memenuhi kebutuhan biologis secara seenaknya, melainkan juga menjaga alat-alat produksi agar menjadi tetap sehat dan tidak disalurkan ditempat yang salah. Ketiga, perkawinan merupakan wahana rekreasi dan tempat orang menumpahkan keresahan hati dan membebaskan diri dari kesulitan hidup secara terbuka kepada pasangannya. 34 34 http:www.rahima.or.idSR14-05Tafsir.htm, Rabu, 25 April 2007 52

BAB IV ZINA DIJADIKAN ALASAN DALAM PERKAWINAN DALAM TINJAUAN

FIQIH DAN HUKUM POSITIF

A. Zina dijadikan Alasan Seseorang untuk Melakukan Perkawinan

Ketentuan perkawinan dengan perzinaan terdapat perbedaan, perkawinan merupakan benih masyarakat dan asal ujudnya. Ia merupakan undang-undang alami yang berlaku bagi seluruh alam, dan merupakan sunnah dari makhluk Tuhan yang memberikan kepada hidup ini nilai dan harga. Perkawinan merupakan tempat memadu kasih dan cinta yang benar, dan wadah tolong menolong dalam hidup dan tempat kerja sama membina keluarga satu membangun dunia. Jika laki-laki dan perempuan zina telah berbuat dengan sungguh- sungguh, minta ampun kepada Allah, menyesal, membersihkan diri dari dosa dan mulai dengan hidup yang bersih lagi menjauhkan diri dari dosa, maka allah akan menerima taubatnya, dan memasukan mereka dengan rahmat-nya kedalam hamba-hambanya yang baik, kedua pelaku zina yang melakukan perbuatan zina atas dasar suka sama suka seharusnya dinikahkan. 1 Hal ini sesuai dengan firman allah surat An-Nur ayat 3; 1 Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008, cet, 3 h. 125