15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Zina
Dalam pembahasan mengenai pengertian Zina ada baiknya Penulis menjelaskan dua macam pengertian Zina yatu; menurut etimologi dan
terminologi.
1
Zina menurut etimologi adalah perbuatan bersetubuh yang tidak
syah. sedangkan menrut terminogi adalah diartikan sebagai perbuatan seorang
laii-laki yang melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan yang menurut naluriah kemanusiaan perbuatan itu dianggap wajar, namun
diharamkan oleh syara.
Pengertian Zina dalam pandangan umum mazhab, seperti ulama Malikiyah mendefinisikan zina adalah seorang mukallaf mewath’i
menyetubuh faraj yang bukan miliknya secara sah dan dilakukan dengan sengaja. Sementara ulama Syafi’iyah memandang lain yaitu zina ialah
memasukan zakar ke faraj yang haram dengan tidak subhat dan secara naluri memasukan hawa nafsu.
2
Senada pengertian di atas Ibnu Rusyd mengatakan bahwa zina dalam hukum Islam ialah setiap persetubuhan yang terjadi bukan karena pernikahan
1
Risalah Nasikun, Tafsir Ahkam; Beberapa Perbuatan Pidana Dalam Hukum Islam, Yogyakarta:CV Bina Ilmu, 1984, h.44.
2
A. Djazli, Fiqih Zinayah Jakarta: Grafindo Persada, 1997, h.35.
16
yang sah, bukan karena pernikahan yang meragukan subhat dan bukan karena kepemilkan hamba.
3
Sedangkan Wabah Al-Zuhaili menyatakan bahwa pengertian zina dalam bahasa dan hukum adalah sama, yaitu persetbuhan seorang laki-laki dengan
seorang perepuan pada faraj vagina tanpa kepemlikan maupun nikah subhat.
4
Dari sekilas penjelasan diatas dapat Penulis sarikan definisi sebagai berikut ; Zina ialah memasukan hasafah dalam faraj dilakukan di luar nikah
atau tanpa akad, dan itu melanggar aturan dan norma agama dan hukum yang sah, syafi’i mengatakan sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang
halal. Berdasarkan hadis yang berbunyi:
5
17
Alaih artinya, alat fital yang digunakan untuk berzina, baik milik laki-laki penis ataupun perempuan vagina, tidak dilakukan dengan pernikahan yang
sah maksudnya melakukan persetubuhan bukan merupakan pasangan suami istri bagi masing-asing pihaknya atau dengan kata lain melakukan senggama
diluar perkawinan.
6
Walapun dari pandapat para ulama mazhab berbeda dalam mendefinisikan zina tetapi mereka sepakat terhadap unsur yaitu wathi’ haram dan sengaja atau
ada i’tikad jahat. Adapun kadar perstubuhan yang dianggap zina ialah wathi’ haram yaitu maksudnya kelamin laki-laki penis ke dalam faraj vagina
wanita, misalnya sebagaimana masuknya timba kedalam sumur, meskipun masuknya hanya sedikit saja, maka sudah digolongkan pada pengertian
persetubuhan.
B. Sebab-Sebab dan Akibat Perzinaan