Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan bermacam aktifitas, salah satu aktifitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan dengan kerja. Manusia diciptakan dengan berbagai kelengkapan subjektif dan objektif untuk bekerja. Bekerja mengandung arti melaksanakan tugas yang diakhiri dengan buah bekerja yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor pendorong yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Adapun jenis pekerjaan yang dilakukan manusia tersebut dapat berupa pekerjaan wirausaha, pegawai pemerintahaan, atau pegawai swasta di sebuah perusahaan, serta bentuk-bentuk pekerjaan lainnya. Banyak manusia modern saat ini menderita penyakit yang dinamakan Spiritual Patalogy atau Spritual Illnes. Menurut Khalil Kavari, apabila manusia gagal dalam mencapai makna hidupnya mereka akan menderita kekeringan jiwa, seperti yang banyak terjadi disekitar kita. Mereka mengartikan bahwa makna kehidupan bisa diraih melalui materi, tetapi pada kenyatannya mereka gagal menemukan makna kehidupan yang sesungguhnya, melalui materi tersebut. Dalam sebuah wawancara yang diadakan pada beberapa perusahaan, saat sebelum training ESQ diadakan. Perusahaan perlu mengetahui apa 1 motivasi para karyawan dalam bekerja. Jawaban yang paling umum yang dapat di ambil dalam garis besarnya adalah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anak dan istri. Mereka senang jika menerima uang gajian dan yang mereka tidak sukai saat mereka memiliki “trouble” pada mesin produksi, sehingga mereka harus bekerja untuk memperbaikinya. Singkatnya, pada umumnya mereka tidak suka bekerja dengan rasa ‘keterpaksaan’. Mereka hanya menyukai saat menerima uang gajian dan fasilitas. Mereka terpaksa bekerja, karena harus mencari uang untuk keperluan keluarga. Perusahan hanya dijadikan tempat pemenuh kebutuhan di dunia. Dari contoh di atas, maka dapat ditarik kesimpulan umum bahwa karyawan bekerja hanya untuk anak, istri, keluarga, jabatan, prestise, haga diri, atau kepentingan kelompok. Sementara agama dan Tuhan hanya dipakai sebagai identitas semata dan tidak di aplikasikan untuk kehidupan sehari-hari. Islam mengajarkan manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan aktifitas kerja dalam bentuk amal kebajikan. Karena itulah, penilaian terhadap derajat seseorang lebih berdasarkan pada amalnya bukan berdasarkan status sosial atau kekayaannya. Pembinaan rohani Islam di tempat-tempat kerja, khususnya di kantor- kantor atau diperusahaan yang ditujukan kepada para pegawai dan karyawan. Pengadaan pembinaan rohani Islam diperusahaan ini tentunya merupakan salah satu kegiatan dengan tujuan dakwah, akan tetapi secara tidak langsung hal itu akan berimbas kepada pihak perusahaan terutama hal-hal yang berkaitan dengan karyawan. Pembinaan rohani Islam melalui ESQ yang diberikan PT. Arga Bangun Bangsa di Pondok Pinang kepada karyawan merupakan konsep dan metode untuk perubahan sikap yang lebih baik dari sebelumnya, ESQ sebagai sebuah metode dan konsep yang jelas dan pasti terhadap jawaban atas kekosongan batin sang jiwa. ESQ adalah konsep universal yang mampu menghantarkan seseorang pada “predikat memuaskan” bagi dirinya sendiri dan juga bagi sesamanya. Keterlibatan karyawan dalam mengikuti pembinaan rohani Islam di perusahaan bisa dikatakan sebagai suatu proses partisipasi yang menggunakan seluruh kapasitas karyawan yang dirancang untuk meningkatkan komitmen bagi kesuksesan perusahaan. Menurut Dr. Ali Shariati, seorang intelektual Muslim, berpendapat bahwa: manusia adalah mahluk dua dimensi yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan akan kepentingan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, manusia harus memiliki konsep dunia atau kepekaan emosi serta intelegensi yang baik EQ+IQ dan penting pula penguasaan ruhiyah vertikal atau Spiritual Quatient SQ 1 . Dalam tiga konsep ini kita dapat memelihara keseimbangan antara kutub ke akhirat dan kutub keduniawian. Penemuan ilmiah yang diteliti oleh Danah Johar dan Ian Marsall ini mengatakan bahwa makna yang paling tinggi dan bernilai, dimana manusia akan merasa bahagia, justru terletak pada aspek spiritualitasnya. Dan hal 1 Ary Ginanjar Agustian, The ESQ Way 165, Jakarta, Arga, 2001 , cet. ke-1, hal 17. tersebut terasakan oleh manusia, ketika ia ikhlas mengabdi kepada sifat dan kehendak Allah. 2 Dalam surat Adz-Dzaariyat Angin yang Menerbangkan 51:56, ‹ˆ Æ0ބ `a }G«NÞ Sƒ50S‹ˆ xŠ´ ®IˆÅkÍÝ΋mµ ­´µ® Artinya: ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Dalam ayat ini, pada kalimat sebelumnya juga menjelaskan bahwa kata ”mengabdi”, memiliki arti mengikuti perintah atau kaidah-kaidah-Nya. Jika tujuan puncak orang-orang bekerja adalah ”mengabdi” kepada Allah SWT, maka hasilnya pastilah akan lebih efektif, karena mereka bekerja lebih tulus dan ikhlas serta penuh integritas. Kita merasa dilihat oleh Sang Pencipta dan sebaliknya kita merasa melihat-Nya. Fenomena yang terjadi sekarang ini, ternyata kegiatan pembinaan rohani Islam di perusahaan masih terus berlangsung hingga saat ini, kenyataan inilah yang kemudian menimbulkan suatu pertanyaan, apakah pembinaan rohani Islam yang dilakukan memiliki manfaat terhadap perusahaan, khususnya terhadap hasil kerja karyawan. Apakah ada peningkatan terhadap hasil kerja karyawan tersebut. Apakah pelaksanaan pembinaan rohani Islam tersebut tidak mengganggu produksi dari perusahaan. Motivasi kerja dalam diri karyawan dapat dibangkitkan melalui pemenuhan kebutuhan baik berupa jasmani maupun rohani. Pemenuhan kebutuhan rohani karyawan dapat diwujudkan melalui pengadaan pengajian, 2 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan,Jakarta, Arga, 2003, Cet. Ke-1, hal..97 penyediaan fasilitas ibadah untuk karyawan, dan kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Berawal dari permasalahan sebagaimana terpapar diatas dan keingin tahu tentang fenomena dakwah, hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pembinaan Rohani Islam Emotional Spiritual Quotient ESQ Bagi Karyawan PT. Arga Bangun Bangsa di Pondok Pinang Jakarta Selatan ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah