Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan

(1)

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI,

OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI

TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN

TESIS

Oleh

SABRI TARIGAN

077017021/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI,

OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI

TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SABRI TARIGAN

077017021/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS

DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS

HASIL PEMERIKSAAN

Nama Mahasiswa : Sabri Tarigan

Nomor Pokok : 077017021

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak) (Drs. Rasdianto, MA., Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak

Anggota : 1. Drs. Rasdianto, MA., Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2011 Yang membuat pernyataan,


(6)

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS

HASIL PEMERIKSAAN

Sabri Tarigan, Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak, dan Drs. Rasdianto, MA., Ak

ABSTRAK

Penelitian tentang pengawasan telah banyak dilakukan, namun sepanjang pengetahuan penulis, penelitian di Pemerintah Daerah tentang kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah relatif masih sedikit. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Populasi penelitian ini adalah seluruh inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Unit analisisnya adalah seluruh auditor yang memeriksa keuangan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisa regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan secara parsial pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.

Kata Kunci: Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Kualitas Hasil Pemeriksaan.


(7)

THE INFLUENCE OF JOB EXPERIENCE, INDEPENDENCY, OBJECTIVITY, INTEGRITY, COMPETENCY TO QUALITY

OF AUDIT RESULT

Sabri Tarigan, Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak, and Drs. Rasdianto, MA., Ak

ABSTRACT

Some studies about quality of audit result had been undertaken. However not much studies had been undertaken in local government. This research is to examine how far job experience, independency, objectivity, integrity and competency influence quality of audit result.

This research is conducted by using method survey to internal auditor of government in Provinsi North Sumatera with type research of causality. Data analysis conducted with multiple regression model. The hypothesis tested are revealed as that job experience, independency, objectivity, integrity and competency have influence to quality of audit result as well as partially and simultaneously.

The result of the test revealed that job experience, independency, objectivity, integrity and competency as well as simultaneously influence quality of audit result. Partially, independency, objectivity, integrity and competency have significant influence to quality of audit result. We suggest for future research in order to add more variable like etics, audit risk and than to extend the population.

Keywords: Job Experience, Independency, Objectivity, Integrity, Competency, Quality of Audit Result.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Originalitas Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Landasan Teori... 9

2.1.1 Pengalaman Kerja... 9

2.1.2 Independensi... 13

2.1.3 Objektivitas... 15

2.1.4 Integritas... 16

2.1.5 Kompetensi... 17

2.1.6. Kualitas Hasil Pemeriksaan... 19

2.2 Review Penelitian Terdahulu... 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 23

3.1 Kerangka Konsep... 23

3.2 Hipotesis Penelitian... 25

BAB IV METODE PENELITIAN... 26

4.1 Jenis Penelitian... 26

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 26

4.3 Populasi dan Sampel... 27

4.4 Metode Pengumpulan Data... 27

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 28

4.6 Metode Analisis Data... 31


(9)

4.7.1 Uji Validitas... 31

4.7.2 Uji Reliabilitas... 32

4.8 Pengujian Asumsi Klasik... 32

4.8.1 Uji Normalitas... 32

4.8.2 Uji Multikolinearitas... 33

4.83 Uji Heteroskedastisitas... 33

4.9 Pengujian Hipotesis... 34

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 35

5.1 Deskriptif Data... 35

5.1.1 Karakteristik Penelitian... 35

5.1.2 Uji Response Bias... 36

5.2 Analisis Data... 36

5.3 Deskripsi Hasil Penelitian... 37

5.4 Pengujian Asumsi Klasik... 38

5.4.1 Uji Normalitas... 39

5.4.2 Uji Multikolinearitas... 39

5.4.3 Uji Heteroskedastisitas... 40

5.5 Hasil Analisis Data... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 47

6.1 Kesimpulan... 47

6.2 Keterbatasan... 48

6.3 Saran... 48


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 22

4.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 30

5.1 Data Demografi Responden... 35

5.2 Uji Reliabilitas Variabel... 37

5.3 Deskripsi Statistik... 38

5.4 Uji Multikolinearitas... 39


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian... 52

2 Uji Validitas dan Reliabilitas... 60

3 Hasil Uji Asumsi Klasik... 67

4 Deskriptif Statistik... 69


(13)

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS

HASIL PEMERIKSAAN

Sabri Tarigan, Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak, dan Drs. Rasdianto, MA., Ak

ABSTRAK

Penelitian tentang pengawasan telah banyak dilakukan, namun sepanjang pengetahuan penulis, penelitian di Pemerintah Daerah tentang kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah relatif masih sedikit. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Populasi penelitian ini adalah seluruh inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Unit analisisnya adalah seluruh auditor yang memeriksa keuangan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisa regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan secara parsial pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.

Kata Kunci: Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Kualitas Hasil Pemeriksaan.


(14)

THE INFLUENCE OF JOB EXPERIENCE, INDEPENDENCY, OBJECTIVITY, INTEGRITY, COMPETENCY TO QUALITY

OF AUDIT RESULT

Sabri Tarigan, Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak, and Drs. Rasdianto, MA., Ak

ABSTRACT

Some studies about quality of audit result had been undertaken. However not much studies had been undertaken in local government. This research is to examine how far job experience, independency, objectivity, integrity and competency influence quality of audit result.

This research is conducted by using method survey to internal auditor of government in Provinsi North Sumatera with type research of causality. Data analysis conducted with multiple regression model. The hypothesis tested are revealed as that job experience, independency, objectivity, integrity and competency have influence to quality of audit result as well as partially and simultaneously.

The result of the test revealed that job experience, independency, objectivity, integrity and competency as well as simultaneously influence quality of audit result. Partially, independency, objectivity, integrity and competency have significant influence to quality of audit result. We suggest for future research in order to add more variable like etics, audit risk and than to extend the population.

Keywords: Job Experience, Independency, Objectivity, Integrity, Competency, Quality of Audit Result.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan daerah. Pemerintah harus melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan keuangan daerah. Salah satu langkah yang harus dilakukan pemerintah daerah pada saat ini adalah melakukan reformasi audit baik internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui reformasi audit ini diharapkan kegiatan audit di lingkungan instansi pemerintah dapat berjalan lebih maksimal, sehingga terjadinya kesalahan prosedur dan tindak pidana yang sering dilakukan auditee, yang berdampak pada kerugian negara, dapat semakin berkurang. Melalui reformasi audit ini diharapkan setiap auditor, selain mampu menjalankan prosedur audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, juga mampu untuk terus mengembangkan kemampuan auditnya dengan semakin mengembangkan prosedur dan program auditnya sesuai dengan perkembangan lingkup dan model transaksi keuangan yang dilakukan oleh auditan.

Diharapkan dengan ada reformasi dalam bidang pengawasan maka kualitas pengawasan yang dilakukan inspektorat daerah akan semakin baik, sehingga akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan/inspektorat dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah. Banyak kasus temuan ketidakefektifan dalam pengelolaan keuangan daerah yang didapati oleh BPK RI. Hal ini harus menjadi perhatian bagi


(16)

stakeholder terutama DPRD, BPK daerah dan Inspektorat untuk bekerja keras meningkatkan pengawasan daerah. Penyebab utama terjadinya kasus ketidakefektifan pengelolaan keuangan daerah di Indonesia adalah masalah pengelolaan barang milik daerah serta ketidakefektifan penggunaan APBD dan dana bantuan dari pusat.

Banyaknya kasus kebocoran anggaran di daerah juga tidak bisa dilepaskan dari lemahnya fungsi pengawasan. Karena pengawasan juga bisa dilakukan oleh tingkat provinsi, lanjutnya, DPRD semestinya memperkuat lagi pengawasannya atas alokasi anggaran daerah. DPRD diharapkan jangan hanya tertarik dalam aspek penyusunan anggaran saja. Tapi yang penting juga bagaimana anggaran itu dilaksanakan, dan bagaimana anggaran itu dipertanggungjawabkan. Selaku institusi pengendalian internal, sebelum terjadi penyimpangan, inspektorat semestinya sudah bisa mendeteksi sehingga bisa mencegah hal itu terjadi.

Menurut UU No. 15/2004 dan UU No. 15/2006, BPK adalah institusi yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara dan daerah. Sementara di daerah dibentuk sebuah SKPD yang berfungsi sebagai pengawas internal pemerintah daerah yang biasa disebut inspektorat. Pada Pasal 9 dinyatakan bahwa BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan inspektorat dan oleh karenanya laporan hasil pemeriksaan inspektorat wajib disampaikan kepada BPK. Berdasarkan hal ini, diharapkan hasil pekerjaan dari inspektorat harus memiliki kualitas yang baik. Tetapi kenyataan yang didapat berbeda, seperti kasus yang terjadi di Provinsi Jawa Timur, di mana BPK mendapati adanya penyelewengan penggunaan dana APBD 2007 dan Bawasprov Jatim menindaklanjuti hasil penemuan BPK


(17)

dengan memanggil dinas yang diduga bermasalah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan inspektorat tida dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan lanjutan olek BPK.

Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) terdiri dari audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Pengawasan berfungsi membantu agar sasaran yang ditetapkan organisasi dapat tercapai, di samping itu pengawasan berfungsi mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan wewenang, pemborosan dan kebocoran.

Pengawasan merupakan suatu tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu instansi yang diperiksa, membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan. Pemeriksaan yang dilakukan APIP terkadang menemui kendala dalam pelaksanaannya di mana adanya rasa kekeluargaan, kebersamaan dan pertimbangan manusiawi yang terlalu menonjol. Masalah lain yang dihadapi dalam peningkatan kualitas APIP adalah bagaimana meningkatkan sikap/perilaku, kemampuan aparat pengawasan dalam melaksanakan pemeriksaan, sehingga pengawasan yang dilaksanakan dapat berjalan secara wajar, efektif dan efisien (Sukriyah, 2009).

Pengguna laporan hasil pemeriksaan menginginkan adanya aparat pengawasan yang bersih, berwibawa, tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai ketentuan dan norma yang berlaku. Norma dan ketentuan yang


(18)

berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan APIP. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauhmana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan standar dan etika yang telah ditetapkan.

Kode Etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008, salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit. Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain integritas, objektivitas dan kompetensi. Integritas diperlukan agar auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit; objektivitas diperlukan agar auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil audit; serta kompetensi auditor didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

Standar Audit APIP sebagaimana diatur dalam PERMENPAN Nomor PER/05/M.PAN/03/2008, dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam melaksanakan audit. Standar umum dalam standar audit tersebut antara lain mengatur tentang independensi APIP dan objektivitas auditor. Disebutkan dalam standar umum tersebut bahwa “dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus


(19)

independen dan para auditornya harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya”. Hal ini mengandung arti bahwa independensi APIP serta objektivitas auditor diperlukan agar kualitas hasil pekerjaan APIP meningkat.

Tidak mudah menjaga independensi, objektivitas serta integritas auditor. Pengalaman kerja dan kompetensi yang melekat pada diri auditor bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Alim dkk. (2007) menyatakan bahwa kerjasama dengan obyek pemeriksaan yang terlalu lama dan berulang bisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor. Belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan obyek pemeriksaan selama penugasan dapat mempengaruhi objektivitas auditor, serta bukan tidak mungkin auditor menjadi tidak jujur dalam mengungkapkan fakta yang menunjukkan rendahnya integritas auditor. Oleh karena itu merupakan hal menarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh faktor-faktor pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap peningkatan kualitas hasil pemeriksaan.

Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk., 2004). Pengalaman juga memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja


(20)

yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.

Penelitian Budi dkk, (2004) dan Oktavia (2006) tentang pengalaman kerja memberikan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap pengambilan keputusan auditor, sementara dari penelitian Suraida (2005) menyatakan bahwa pengalaman audit dan kompetensi berpengaruh terhadap skeptisisme profesional dan ketepatan pemberian opini auditor akuntan publik.

Begitu juga penelitian yang dilakukan Asih (2006), menemukan bahwa pengalaman auditor baik dari sisi lama bekerja, banyaknya tugas maupun banyaknya jenis perusahaan yang diaudit berpengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing. Herliansyah dkk, (2006), dari penelitiannya menemukan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor.

Independensi dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, pekerjaan dengan kompleksitas rendah berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor (Christiawan; 2002, Alim dkk; 2007, dan Mardisar dkk; 2007). Kemudian Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa pemahaman good governance dapat meningkatkan kinerja auditor jika auditor tersebut selama dalam pelaksanaan pemeriksaan selalu menegakkan sikap independensi.

Referensi yang digunakan dalam penelitian ini (Christiawan (2002), Budi dkk. (2004), Suraida (2005), Asih (2006), Herliansyah dkk. (2006), Oktavia (2006), Alim dkk. (2007), Mardisar dkk. (2007), dan Trisnaningsih (2007)) mengamati faktor-faktor tentang pengalaman kerja, independensi, serta kompetensi auditor pada kantor


(21)

akuntan publik, kecuali penelitian Oktavia (2006) dan Sukriyah dkk (2009) yang dilakukan pada auditor pemerintah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kombinasi variabel-variabel independen penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya untuk dianalisa pengaruhnya terhadap peningkatkan kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan pada auditor intern pemerintah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: apakah pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pikiran dan manfaat yang berarti yaitu:

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pengawasan keuangan daerah.

b. Memberi kontribusi kepada auditor inspektorat sebagai pengawas keuangan daerah dalam menjalankan perannya sebagai pengawas keuangan daerah.


(22)

c. Bagi akademis diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya pada khususnya dan bidang ilmu akuntansi sektor publik pada umumnya.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan ide penelitian yang dilakukan oleh Sukriyah dkk (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriyah adalah:

1. Populasi penelitian mereka adalah inspektorat kabupaten/kota di Jawa Tengah. Sedangkan penelitian saat ini populasinya adalah seluruh Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

2. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Bab ini akan menjelaskan tinjauan pustaa baik definisi, konsep atau hasil penelitian yang berkaitan dengan kualitas kerja, serta menentukan teori yang digunakan dalam menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan.

2.1.1. Pengalaman Kerja

Pengalaman sangatlah penting diperlukan dalam rangka kewajiban seorang pemeriksa terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit. Pengetahuan seorang auditor dimulai dengan pendidikan formal, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.

Hasil-hasil penelitian yang berpangkal pada pandangan perilaku menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman tidak berperilaku berbeda dengan akuntan yang tidak berpengalaman. Kesimpulan seperti ini mungkin tidak dapat diterima secara umum dikarenakan diperlukan waktu yang lama bagi seorang akuntan untuk dapat menjadi seorang akuntan pengalaman. Hal ini mungkin dikarenakan kelemahan teori yang mendukung penelitian-penelitian dengan memakai pandangan perilaku yaitu tidak sahihnya teori yang menjelaskan bahwa keahlian mempengaruhi


(24)

variabel-variabel judgment seperti konsensus, stabilitas, self insight dan pentingnya isyarat. Bisa saja setiap ahli dan peneliti menggunakan strategi yang berbeda dalam proses judgment sehingga dampak keahlian terhadap variabel-variabel itu tidak seperti yang diduga.

Marinus dkk, (1997) dalam Herliansyah dkk, (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari (2005) dalam Asih (2006) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja

yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab

munculnya kesalahan.

Menurut Dr. I Wayan Suartana (2006), berdasarkan penelitian bahwa pengalaman audit dapat mengurangi efek kekinian pada pertimbangan auditor. Hal itu sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa auditor yang lebih berpengalaman tidak sensitif terhadap tipe bukti tertentu, dalam hal ini bukti yang bersifat negatif atau positif. Pengalaman auditor mampu untuk memetakan informasi sehingga tidak terjebak oleh urutan informasi yang diterimanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pengetahuan auditor melalui pengalaman audit, diskusi mengenai audit, seminar-seminar, pengawasan dan review pekerjaan oleh auditor pengawasan, program pelatihan, tindak lanjut, program pemeriksaan dan penggunaan pedoman audit. Pengetahuan auditor khususnya pengetahuan tentang kekeliruan semakin berkembang dengan banyaknya pengalaman


(25)

kerja. Namun hal tersebut tidak untuk semua aspek pengetahuan tentang kekeliruan dalam suatu lingkungan audit yang lazim. Ashton, mengemukakan bahwa pengetahuan frekuensi base rate auditor terhadap kekeliruan laporan keuangan tidak sangat teliti dan bahwa pengetahuan ini tidak menjadi lebih teliti dengan pengalaman.

Beberapa penelitian sebelumnya, yang mempelajari mengenai pengaruh pengalaman dalam bidang audit, telah menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini kemungkinan disebabkan pada penelitian tidak mepertimbangkan faktor pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas (Bonner, 1990; Abdolmohammadi dan Wright, 1987).

Penerapan atau pengulangan penelitian dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang sama. Butt yang dikutip Jeffrey (1992) mengungkapkan bahwa auditor yang berpengalaman membuat judgment frekuensi relatif yang lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang auditor yang belum berpengalaman.

Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dkk., 2004).

Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002).


(26)

Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk., 2007). Hasil penelitian Herliansyah dkk. (2006) menunjukkan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Kidwell dkk, (1987) dalam Budi dkk, (2004) menemukan bahwa manajer dengan pengalaman kerja yang lebih lama mempunyai hubungan yang positif dengan pengambilan keputusan etis. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi dkk, (2004) bahwa pengalaman kerja tidak mempunyai pengaruh terhadap komitmen profesional maupun pengambilan keputusan etis.

Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hu bungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel ‘intervening’efek pengetahuan mengenai pekerja (job knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan Schmidt et al., 1986), terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner, 1990).

Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Tubbs (1992) yang melakukan pengujian mengenai efek pengalaman terhadap pengalaman yang dimiliki, semakin


(27)

banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1987) yang menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang kompleks, tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan terstruktur. Pengaruh pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks.

Berdasar penelitian-penelitian terdahulu, faktor pengalaman berpengaruh terhadap kinerja auditor (Ashton, 1991; Choo dan Trotman, 1991; dan Tubbs, 1992). Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel “intervening” efek pengetahuan mengenai pekerjaan (job knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan Schmidt et al., 1986), terutama pengethuan tentang tugas secara spesifik (Bonner, 1990).

2.1.2. Independensi

Auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Dalam Arens dkk, (2004) menyatakan nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik akan independensi yang dimiliki auditor. Sikap independen meliputi independen dalam fakta (in fact) dan independen dalam penampilan (in appearance).

Hasil penelitian Trisnaningsih (2007) mengindikasikan bahwa auditor yang hanya memahami good governance tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak menegakkan independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Alim dkk (2007) dan Cristiawan (2002) menemukan bahwa independensi


(28)

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit di mana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen.

Shockley (1981) melakukan penelitian tentang 4 faktor yang berpengaruh terhadap independensi akuntan publik. Responden penelitiannya adalah kantor akuntan, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa konsultasi kepada klien, persaingan antar kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik dan lama hubungan audit. Hasil penelitiannya menunjukkannya bahwa kantor akuntan publik yang memberikan jasa konsultasi menajemen kepada klien yang diaudit meningkatkan resiko rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar kantor akuntan publik dapat meningkatkan resiko resaknya independensi akuntan publik. Kantor akuntan publik yang lebih kecil mempunyai resiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan kantor akuntan publik yang lebih besar

Supriyono (1988) telah melakukan penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian ini mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor, yaitu (1) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2) persaingan antar kantor akuntan publik; (3) pemberian jasa lain selain jasa audit; (4) lama penugasan audit; (5) besar kantor akuntan; (6) besarnya fee audit. Responden yang dipilih meliputi direktur keuangan perusahaan yang telah go publik, partner kantor akuntan publik, pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non-bank, dan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal). Hasil penelitiannya


(29)

menunjukkan 75% responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan publik mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42% responden, sedangkan 34% responden menyatakan bahwa lama penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik. Ukuran kantor akuntan publik yang lebih mudah rusak independensinya disetujui oleh 27% sedangkan 8% responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik.

Beberapa penelitian mengenai independensi sebelumnya menunjukan bahwa ada banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap independensi, tetapi dalam penelitian ini faktor yang ingin dipelajari adalah faktor yang terkait dengan auditor. Faktor ini dikelompokkan dalam lama ikatan dengan auditee (tenure), tekanan dari auditee, dan telaah dari rekan auditor (peer review). Faktor ini akan digunakan sebagai indikator dari independensi

2.1.3. Objektivitas

Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan objektivitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subjektif pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukakan pendapat menurut apa adanya. Unsur perilaku yang

dapat menunjang objektivitas antara lain (1) Dapat diandalkan dan dipercaya, (2) Tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau


(30)

berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain, (4) Dapat

mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi, serta (5) Dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang

logis.

Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.

2.1.4. Integritas

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005).

Alim dkk (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor sebagai ujung tombak


(31)

pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya.

Sunarto (2003) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005).

2.1.5. Kompetensi

Auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, mereka bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, guna mendukung peran yang cukup mulia itu, seorang auditor harus didukung dengan kompetensi yang memadai akan teknik-teknik audit serta kompetensi lain yang mendukung. Kompetensi semacam itu dapat diperoleh melalui baik jenjang pendidikan secara formal maupun informal, serta pengalaman dalam praktik audit. Karena dalam melakukan peran audit, seorang auditor harus mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung judgment yang diberikannya. Dari bukti-bukti yang dikumpulkan ini harus memadai guna meyakinkan auditor dalam memberikan opini. Sementara, tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan berada di pihak manajemen perusahaan. Untuk menilai kewajaran penyajian, agar laporan keuangan menjadi lebih reliabel dan


(32)

kredibel, pihak manajemen memerlukan jasa pihak ketiga yang independen. Dalam hal ini adalah auditor.

Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008). Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas:

1. Kompetensi pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman.

2. Bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.

3. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas mampu bekerjasama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, kemampuan untuk bekerjasama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.


(33)

2.1.6. Kualitas Hasil Pemeriksaan

Tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas hasil audit. Tidak adanya definisi yang pasti mengenai kualitas hasil audit disebabkan tidak adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusun kualitas audit dan sering terjadi konflik peran antara berbagai pengguna laporan audit (Sutton, 1993). Sutton menjelaskan dengan mengumpulkan beberapa pendapat peneliti sebelumnya bahwa ada perbedaan persepsi mengenai kualitas audit. Walaupun demikian, para peneliti mempunyai kesamaan pendapat mengenai pengukuran audit. Pengukuran kualitas audit tersebut membutuhkan kombinasi antara hasil dan proses. Pengukuran hasil lebih banyak digunakan karena pengukuran proses tidak dapat diobservasi secara langsung.

Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat ayng bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undungan. Yang menjadi indikator dalam kualitas pemeriksaan yaitu kelemahan pengendalian intern, penyimpangan dari peraturan-peraturan, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, keberhasilan informasi, dan tindak lanjut dari rekomendasi.

Kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa, variabel-variabel ini merupakan bagian dari kualitas hasil pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disusun merupakan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan


(34)

oleh auditor. Latar belakang pendidikan yang sesuai akan menghasilkan laporan pemeriksaan yang sesuai dengan standar pemeriksaan. Kecakapan profesional dalam melakukan pemeriksaan mutlak dilakukan, kualitas laporan pemeriksaan akan sangat baik karena pada saat pemerikasaan telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku. Pendidikan berkelanjutan yang telah diikuti oleh auditor akan menghasilkan peraturan-peraturan, metode-metode yang baru dalam melakukan pemeriksaan. Independen dalam pemeriksaan yaitu tidak adanya gangguan dari auditor pada dan setelah pemeriksaan akan membuat pemeriksa melakukan pekerjaannya secara profesional.

Penelitian mengenai pengukuran kualitas audit pada tahap proses telah dilakukan oleh Sutton (1993). Sutton meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas proses audit. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesepakatan diantara para responden mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas proses audit mulai dari tahap perencanaan, penugasan, tahap pekerjaan lapangan, dan pada tahap adminstrasi akhir. Sembilan belas faktor yang berpengaruh tersebut terdiri dari 6 faktor berbasis klien, 2 faktor berbasis firma/tim audit, dan 11 faktor berbasis pada prosedur audit actual dan yang terkait dengan kualitas kinerja kerja audit.

Dalam standar pemeriksaan keuangan negara menyatakan definisi kualitas hasil pemeriksaan yaitu laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan


(35)

atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.

Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya.

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntnsi klien (dalam Deis dan Giroux, 1992). Deis dan Giroux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor, dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Penelitian mereka bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit, yaitu dari faktor kemampuan teknis atau keahlian (expertise) dan faktor independensi auditor.

Kualitas hasil pemeriksaan adalah probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil (De


(36)

Angelo, 1981, dalam Alim dkk., 2007).

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Tabel berikut ini menyajikan beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti

Terdahulu

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Ika Sukriyah dkk

(2009)

Alia Ariesanti (2010)

Sososustikno (2003)

Batu bara (2008)

Pengaruh Pengalaman

Kerja, Independensi,

Objektivitas, Integritas terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.

Persepsi Auditor

terhadap Kualitas

Auditor.

Hubungan Tekanan

Anggaran Waktu

dengan Perilaku

Disfungsional serta

Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit.

Analisis Pengaruh

Latar Belakang

Pendidikan, Kecakapan Profesional,

Pendidikan

Berkelanjutan, dan

Independensi

Pemeriksa terhadap

Kualitas Hasil

Pemeriksaan.

pengalaman kerja,

independensi,

objektivitas, integritas

dan kualitas hasil

pemeriksaan.

Tidak Ada varibel

dependen dan

Independen

Variabel Independen:

Tekanan Anggaran

Waktu

Variabel Dependen: Kualitas Audit

Variabel Independen :

Latar belakang

pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan

berkelanjutan, dan

independensi. Variabel Dependen:

Kualitas Hasil

Pemeriksaan.

Pengalaman kerja,

objektivitas

mempunyai dampak

yang signifikan

terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Pengalaman auditor

tidak banyak

memberikan

kontribusi untuk

meningkatkan keahlian

auditor, tidak juga

berpengaruh terhadap kualitas audit.

Tekanan anggaran

waktu secara langsung

tidak memiliki

hubungan negatif

terhadap kualitas audit.

Kecakapan profesional, pendidikan

berkelanjutan, dan

independensi

berpengaruh positif

terhadap kualitas hasil pemeriksaan.


(37)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti mengidentifikasi 5 variabel independen yaitu pengalaman kerja (X1), independensi (X2), objektivitas (X3), integritas (X4), dan kompetensi (X5) yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap kualitas hasil pemeriksaan (variabel dependen = Y). Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin Pengalaman Kerja (X1)

Objektivitas (X3)

Integritas (X4) Independensi (X2)

Kompetensi (X5)


(38)

banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002).

Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk., 2007).

Trisnaningsih (2007) mengindikasikan bahwa auditor yang hanya memahami good governance tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak menegakkan independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Alim dkk, (2007) dan Cristiawan (2002) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit di mana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen.

Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.


(39)

memiliki kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan baik secara parsial dan simultan”.


(40)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen di mana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependen secara langsung.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, adapun alasan dipilihnya Provinsi Sumatera Utara sebagai objek penelitian adalah auditor Inspektorat Provinsi

memiliki tingkat independensi yang lebih tinggi dalam melakukan pengawasan di kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara, dibandingkan dengan Inspektorat

Kabupaten/Kota itu sendiri.

Adapun rencana waktu penelitian yakni selama 12 Minggu (Oktober s.d Desember 2010) dengan jadual sebagaimana tercantum pada Lampiran 1.

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada 5 variabel independen yang diperkirakan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah yaitu pengalaman kerja (X1), independensi (X2),


(41)

objektivitas (X3), integritas (X4), dan kompetensi (X5). Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, alat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sensus responden dengan memberikan lembaran kuesioner secara langsung, instrumen dalam kuesioner berisi berbagai pertanyaan/ pernyataan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor inspektorat yang ada di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jumlah populasi sebanyak 72

populasi. Seluruh populasi dikirimi kuesioner penelitian, jumlah yang kembalikan dijadikan sampel. Dengan kata lain, teknik pengambilan sampel adalah dengan metode simple random sampling. Jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 65 eksemplar.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Indriantoro dan Supomo (1998) menyebutkan data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.

Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode sensus di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Untuk mendapatkan data dari responden


(42)

digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang akan diantar sendiri oleh penulis (personal administrative).

4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Semua instrumen menggunakan skala likert dengan 5 skala nilai yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5. kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan acuan yang ditetapkan BPKP kecuali untuk independensi mengadopsi dari Trisnaningsih dengan modifikasi.

Variabel Independen:

1. Pengalaman kerja adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit yang dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan.

2. Independensi adalah kebebasan posisi auditor baik dalam sikap maupun penampilan dalam hubungannya dengan pihak lain yang terkait dengan tugas audit yang dilaksanakannya. Independensi dilihat dari segi penyusunan program, pelaksanaan pekerjaan, dan pelaporan.

3. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.


(43)

4. Integritas merupakan sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab auditor dalam melaksanakan audit.

5. Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum dan keahlian khusus.

Variabel Dependen:

6. Kualitas Hasil Pemeriksaan adalah kualitas yang ditunjukkan dengan laporan hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan.


(44)

Definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

Pengukuran Kualitas Hasil

Pemeriksaan (Y)

Kualitas kerja auditor yang ditunjukkan dengan laporan hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

1.Kesesuaian Pemeriksaan dengan standar audit

2.Kualitas laporan hasil pemeriksaan

Interval

Pengalaman Kerja (X1)

Pengalaman auditor dalam melakukan audit.

1.Lamanya

bekerja sebagai auditor, 2.Banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan Interval

Independensi (X2) Kebebasan posisi auditor baik dalam sikap maupun penampilan dalam hubungannya dengan pihak lain yang terkait dengan tugas audit yang dilaksanakannya. 1.Penyusunan program 2.Pelaksanaan Pekerjaan 3.Pelaporan Interval

Objektivitas (X3) Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias.

1.Bebas dari benturan

kepentingan

2.Tidak berada

di bawah

pengaruh orang lain

Interval

Integritas (X4) Sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab auditor dalam melaksanakan audit.

1.Kejujuran 2.Keberanian 3.Bijaksana 4.Tanggung jawab


(45)

Kompetensi (X5) Kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum dan keahlian khusus.

1.Mutu personal 2.Pengetahuan

Umum 3.Pengetahuan

Khusus

Interval

4.6. Metode Analisis Data

Model dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan regresi linier berganda. Untuk keabsahan hasil analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Pengolahan data menggunakan software SPSS (Statistical Package for Sosial Sciense). Model analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e Di mana: Y : Kualitas hasil pemeriksaan

a : Nilai intersep (konstan) b : Koefisien arah regresi X 1 : Pengalaman Kerja Auditor X 2 : Independensi Auditor X 3 : Objektivitas Auditor X 4 : Integritas Auditor X 5 : Kompetensi Auditor e : error


(46)

4.7. Uji Kualitas Data 4.7.1. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan ketentuan: jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/ pernyatan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid.

4.7.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha. Menurut Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6.

4.8. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, linieritas, mulikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.


(47)

4.8.1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pungujian satu sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu:

1. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

2. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal. Selain melihat nilai signifikansi dari uji Kolmogorov-Smirnof, untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat dilihat dari melihat grafik. 4.8.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen maka akan ditemukan adanya masalah multikolinearitas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinearitas. Untuk itu diperlukan uji multikolinearitas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan:

1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika angka VIF lebih besar dari 10, maka variabel bebas yang ada memiliki masalah multikolinearitas (Ghozali, 2001).


(48)

2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinearitas yang tidak menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas (Ghozali, 2001).

4.8.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatam lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik plot dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot (Studenzized) dibandingkan dengan hasil prodiksi.

Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

4.9. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara menyeluruh terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini menggunakan  5%. Dengan ketentuan, jika signifikansi dari Fhitung < dari 0,05 maka hipotesis


(49)

melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan uji t yaitu dengan melihat nilai signifikansi t hitung, Jika nilai signifikansi t hitung < dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel independen tersebut mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.


(50)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskriptif Data

Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 72 kuesioner dan dilakukan satu tahap. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, kuesioner dijemput kembali. Dari 72 kuesioner yang dikirim/dibagikan yang kembali sebanyak 65 kuesioner. Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data sebanyak 65 kuesioner. Yang tidak mengembalikan kuesioner disebabkan beberapa hal: (1) ditugaskan ke luar kota, (2) cuti, dan (3) mengikuti diklat di luar kota.

5.1.1. Karakteristik Penelitian

Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data

tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari: (1) jenis kelamin, dan (2) tingkat pendidikan. Tabel 5.1 menyajikan ringkasan demografi responden.

Tabel 5.1. Data Demografi Responden

Keterangan Jumlah Persentase

Jenis kelamin Laki 53 81,5

Perempuan 12 18,5

Pendidikan

SMU/SMK/SLTA

D3 2 3

S1 35 53,8


(51)

5.1.2. Uji Response Bias

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang diantar langsung oleh peneliti (personally administered). Peneliti menemui setiap responden dan memberikan kuesioner kepada mereka. Semua responden mengembalikan kuesioner dalam hari yang sama. Karena masa penerimaan kembali kuesioner yang satu dan lain relatif sama, maka dalam penelitian ini tidak dilakukan pengujian response bias.

5.2. Analisis Data

5.2.1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Sebelum dilakukan pengujian data baik untuk deskripsi data penelitian maupun untuk pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas data. Uji ini perlu dilakukan karena jenis data penelitian adalah data primer.

5.2.1.1. Uji validitas

Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan software statistik, nilai validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Berdasarkan hasil uji validitas dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan untuk mengukur masing-masing variabel penelitian dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa r-hitung lebih besar r-tabel, di mana nilai r-tabel untuk sampel sebanyak 65 adalah 0,254. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Lampiran 2.


(52)

5.2.1.2. Uji reliabilitas

Dari data di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji reliabilitas menunjukkan alpha cronbach’s lebih besar dari 0,6 maka dapat dinyatakan instrumen tersebut reliabel. Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Secara umum suatu instrumen dikatakan bagus jika memiliki koefisien Cronbach’s alpha > 0,6 maka kuesioner penelitian tersebut dinyatakan reliabel. Hasil pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel.

Tabel 5.2. Uji Reliabilitas Variabel

Variabel Alpha

Cronbach’s

Batas Reliabilitas

Keterangan Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y)

Pengalaman Kerja (X1) Independensi (X2) Objektivitas (X3) Integritas (X4) Kompetensi (X5)

0,985 0,982 0,966 0,973 0,907 0,981 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Sumber: Lampiran 2

5.3. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh deskripsi data penelitian sebagai berikut:


(53)

Tabel 5.3. Deskripsi Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 (Pengalaman Kerja) 65 2.25 4.88 3.8154 .94298

X2 (Independensi) 65 2.33 4.33 3.6735 .75483

X3 (Objektivitas) 65 2.38 4.62 3.7558 .79471

X4 (Integritas) 65 2.92 4.72 4.1669 .41229

X5 (Kompetensi) 65 2.33 4.83 3.8821 .97259

Y (Kualitas Hasil Pemeriksaaan) 65 2.50 4.70 3.9338 .87950

Valid N (listwise) 65

Sumber: Lampiran 4

Jika dilihat dari deskriptif statistik, dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas hasil pemeriksaan relatif rendah, karena nilai rata-rata tidak mencapai nilai 4. Variabel yang diduga mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan seperti pengalaman kerja, independensi, objektivitas dan kompetensi juga relatif rendah kecuali variabel integritas. Indikator integritas yang paling tinggi yaitu kejujuran auditor dan yang paling rendah integritas dalam hal tanggung jawab auditor (Lampiran 4).

5.4. Pengujian Asumsi Klasik

Dalam analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu apakah data tersebut bisa dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menentukan model regresi dapat diterima secara ekonometrik. Pengujian asumsi klasik ini terdiri pengujian normalitas, multikolinearitas, dan pengujian heteroskedastisitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah cross-section. Oleh karena itu, pengujian autokorelasi tidak perlu dilakukan.


(54)

5.4.1. Pengujian Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1.227 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,099 (Lampiran 3). Jika signifikansi nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini juga didukung dengan grafik di mana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.4.2. Pengujian Multikolinearitas

Berdasarkan pengujian multikolinearitas yang dilakukan dengan melihat nilai VIF, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena tidak ada nilai VIF yang lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Ringkasan pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4. Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

X1 (Pengalaman Kerja) .408 2.449

X2 (Independensi) .266 3.759

X3 (Objektifitas) .234 4.282

X4 (Integritas) .379 2.639

X5 (Kompetensi) .202 4.944


(55)

5.4.3. Pengujian Heteroskedastisitas

Pengujian asumsi heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain terjadi kesamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.5. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model telah dapat digunakan untuk dilakukan pengujian analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini. Tabel 5.5. Ringkasan Pengujian Hipotesis

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.491 .315 4.727 .000

X1 (Pengalaman Kerja) .014 .042 .015 .330 .742

X2 (Independensi) .235 .066 .202 3.579 .001

X3 (Objektivitas) .186 .067 .168 2.790 .007

X4 (Integritas) .481 .101 .226 4.769 .000

X5 (Kompetensi) .729 .059 .806 12.459 .000

R = 0,975 Adjusted R2 = 0,950 F = 224.256


(56)

Sig. F = 0,000 Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai R sebesar 0,975, hal ini menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kualitas hasil pemeriksaan. Nilai adjusted R2 sebesar 0,946 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 94,6%. Dengan kata lain 94,6% perubahan dalam kualitas hasil pemeriksaan mampu dijelaskan variabel pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi sisanya sebesar 5,4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung dengan tingkat signifikan 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap kualitas hasil pemeriksaan, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi t-hitung tersebut. Jika nilai signifikansi dari t-hitung tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan hasil pengujian data, maka dapat dinyatakan bahwa hanya variabel pengalaman kerja yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.


(57)

5.5. Hasil Analisis Data

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja tidak mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan auditor di lingkungan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Dugaan sementara penelitian ini adalah semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Budi dkk, (2004) dan Oktavia (2006), tetapi tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002), Kidwell dkk, (1987) dalam Budi dkk, (2004), Suraida (2005), Asih (2006), Purnamasari (2005) dalam Asih (2006), Herliansyah dkk, (2006), Marinus dkk (1997) dalam Herliansyah dkk, (2006) dan Alim dkk, (2007). Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sukriyah dkk, (2009) yang mendapati bahwa pengalaman kerja auditor inspektorat di pulau Lombok mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian Budi dkk, (2004) dan Oktavia (2006) yang menyatakan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap komitmen profesional dan pengambilan keputusan etis, konsisten dengan hasil penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi tidak menemukan item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman.

Hasil penelitian ini tidak mendukung pendapat Tubbs (1992) yang melakukan pengujian mengenai efek pengalaman terhadap pengalaman yang dimiliki, semakin


(58)

banyak kesalahan yang dapat ditemukan oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1987) yang menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang kompleks, tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan terstruktur. Pengaruh pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks.

Hasil penelitian menunjukan bahwa independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan dalam saat penyusunan program pemeriksaan sudah tidak ada intervensi pimpinan untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang akan diperiksa serta intervensi atas prosedur-prosedur yang dipilih oleh auditor (pernyataan nomor 1, 2 dan 3). Hal ini dilihat dari nilai rata-rata jawaban responden menunjukan nilai di atas 4. Kemudian pada saat pelaksanaan pemeriksaan telah bebas dari usaha-usaha manajerial (objek pemeriksaan) untuk menentukan atau menunjuk kegiatan yang diperiksa, sehingga masih ada auditor yang merasa tidak perlu bekerjasama dengan manajerial (pernyataan nomor 4 dan 5). Walaupun dari pernyataan nomor 8 disimpulkan pada saat penyusunan laporan masih sering menggunakan bahasa atau istilah yang menimbulkan multitafsir. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002), Trisnaningsih (2007) dan Alim dkk, (2007) yang menyatakan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit, tetapi tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukriyah dkk, (2009).

Variabel objektivitas berpengaruh secara positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Hasil penelitian ini mendukung


(59)

pernyataan Sunarto (2003) dan Pusdiklatwas BPKP (2005) bahwa prinsip objektivitas mengharuskan auditor bersikap adil, tidak memihak, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.

Integritas yang diukur dalam bentuk kejujuran, keberanian, sikap bijaksana dan rasa tanggung jawab dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukriyah dkk, (2009) yang menyatakan bahwa integritas tidak mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Ketidaksignifikan ini di duga disebabkan adanya pernyataan-pernyataan yang sensitif sehingga responden ragu-ragu dalam memberikan jawaban dan mereka lebih memilih untuk menjawab netral atau ragu-ragu. Di samping itu, auditor mempertimbangkan keadaan pribadi seseorang/ sekelompok orang atau suatu organisasi untuk membenarkan perbuatan melanggar ketentuan atau perundang-undangan yang berlaku, serta bila obyek pemeriksaan melakukan kesalahan maka auditor bersikap menyalahkan yang dapat menyebabkan kerugian orang lain.


(60)

Nilai signifikansi untuk variabel kompetensi sebesar 0,000 < 0,05 dengan koefisien regresi 0,729. Hal ini berarti kompetensi berpengaruh secara positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Rai (2008) dan seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002), Suraida (2005), Alim dkk, (2007), Sukriyah dkk, (2009).

Auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, mereka bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, guna mendukung peran yang cukup mulia itu, seorang auditor harus didukung dengan kompetensi yang memadai akan teknik-teknik audit serta kompetensi lain yang mendukung. Kompetensi semacam itu dapat diperoleh melalui baik jenjang pendidikan secara formal maupun informal, serta pengalaman dalam praktik audit Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data karakteristik responden, rata-rata memiliki jenjang pendidikan sarjana, dan mempunyai masa kerja yang relatif lama serta telah mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal. Karena dalam melakukan peran audit, seorang auditor harus mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung judgment yang diberikannya. Dari bukti-bukti yang dikumpulkan ini harus memadai guna meyakinkan auditor dalam memberikan opini.


(61)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas:

1. Kompetensi pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman.

2. Bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan (Kanfer dan Ackerman, 1989). 3. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan

bekerjasama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, kemampuan untuk bekerjasama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.


(1)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas:

1. Kompetensi pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman.

2. Bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan (Kanfer dan Ackerman, 1989). 3. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan

bekerjasama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, kemampuan untuk bekerjasama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara simultan, pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan, dan hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian.

2. Secara parsial, pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriyah dkk (2009).

3. Independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukriyah dkk (2009).

4. Objektivitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sukriyah dkk (2009). 5. Integritas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukriyah dkk (2009).


(3)

6. Kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002) dan Alim dkk (2007) yang menyatakan semakin tinggi kompetensi auditor maka akan semakin naik kualitas hasil pemeriksaan.

6.2. Keterbatasan

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan:

1. Ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara sehingga untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum perlu dilakukan penelitian yang lebih luas.

2. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti tidak memberi penjelasan secara detail tentang isi kuesioner, sehingga kemungkinan ada perbedaan interprestasi atas pernyataan yang tertuang dalam kuesioner tersebut. Di samping itu, beberapa pernyataan bersifat sensitif sehingga banyak responden yang ragu-ragu dalam memberikan jawaban sehingga jawaban yang mereka pilih adalah netral.

6.3. Saran

Hasil penelitian ini minimal dapat memotivasi penelitian di masa yang akan datang, untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Dengan mempertimbangkan pada keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka penelitian yang akan datang diharapkan dapat memperbaiki keterbatasan-keterbatasan yang ada antara lain:


(4)

1. Memperluas ruang lingkup penelitian agar hasil penelitian lebih bersifat umum. 2. Dalam pengumpulan data, sebaiknya peneliti memberi penjelasan secukupnya

tentang arah pernyataan dalam kuesioner agar mengurangi kemungkinan perbedaan interprestasi/persepsi. Di samping itu perlu melakukan perbaikan atas item pertanyaan agar tidak memberi kesan yang sangat sensitif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. SNA X. Makassar.

Arens, Alvin A., Randal J.E dan Mark S.B. 2004. Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Pendekatan Terpadu. Jilid 1. Edisi Kesembilan. Penerbit PT. Indeks. Jakarta. Arikonto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian. Edisi Baru. Cetakan Keenam. PT.

Rineka Cipta. Jakarta.

Asih, Dwi Ananing Tyas. 2006. Pengaruh Pengalaman terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Budi, Sasongko. Basuki dan Hendaryatno. 2004. Internal Auditor dan Dilema Etika. SNA VII.

Choo, Freddie dan Ken T. Trotman. 1991. The Relationship Between Knowledge Structure and Judgements for Experience and Inexperienced Auditor. The Accounting Review. 462-485.

Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No. 2, November. 79 - 92.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Herliansyah, Yudhi. Meifida Ilyas. 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan dalam Auditor Judgment. SNA IX. Padang. Mardisar, Diani. Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan

terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. SNA X. Makassar.

Mulyadi dan Kanaka Purwadireja. 1998. Auditing. Edisi Kelima. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Mustafa, Edwin Nasution. Hardius Usman. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.


(6)

Oktavia, Reni. 2006. Pengaruh Pengalaman Audit dan Self-Efficacy terhadap Keputusan Auditor: Survey pada Auditor Pemerintah. Fakultas Ekonomi. Universitas Lampung. Lampung.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Permenpan Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Permenpan Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Pusdiklatwas BPKP. 2005. Kode Etik dan Standar Audit. Edisi Keempat.

Rai, Agung. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung.

Sukriyah Ika, Akram dan Biana Adha Inapty. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas dan Integritas terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. SNA XII. Palembang.

Sunarto. 2003. Auditing. Edisi Revisi Cetakan Pertama. Penerbit Panduan. Yogyakarta.

Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3, November. 186 - 202. Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai

Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor. SNA X. Makassar.

Tubbs, Richard M. 1992. The Effect of Experience on the Auditor’s Organization and Amount of Knowledge, The Accounting Review. 783-801.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Auditor BPKP Provinsi Sumatera Utara

5 102 117

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, OBJEKTIVITAS DAN INTEGRITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI PADA INSPEKTORAT PROVINSI JAWA TENGAH).

0 2 16

PENGARUH KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, INTEGRITAS, Pengaruh Kompetensi, Pengalaman Kerja Independensi Akuntabilitas Integritas Dan Obyektivitas Terhadap Kualitas Audit.

0 5 18

PENGARUH KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, INTEGRITAS, DAN Pengaruh Kompetensi, Pengalaman Kerja Independensi Akuntabilitas Integritas Dan Obyektivitas Terhadap Kualitas Audit.

0 6 18

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, KECAKAPAN PROFESIONAL, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kecakapan Profesional, Obyektifitas, InteGritas Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Audit (Stu

0 0 15

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, KECAKAPAN PROFESIONAL, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kecakapan Profesional, Obyektifitas, InteGritas Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Audit (Stu

0 0 17

pengaruh pengan kerja independensi obyektifitas integritas dan kompetensi thd kualitas hasil pemeriksaan

0 0 38

Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Auditor BPKP Provinsi Sumatera Utara

0 0 30

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI, DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN AUDITOR BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS

0 1 16

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI, DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN AUDITOR BPKP PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS

0 0 16