Sistem Informasi Geografis TINJAUAN PUSTAKA

c Pemeriksaan laboratorium urine virologis minimal 1 kasus per tahun per kabupatenkota. d Bagi kabupatenkota yang masih menggunakan data agregat, maka dilaporkan dalam form integrasi, sedangkan bagi kabupatenkota yang telah melakasanakan pemeriksaan laboratorium terhadap semua kasus dilaporakan dalam form C1. e Semua tersangka KLB harus fully investigated dengan form C1 ambil 10 spesimen darah dan 5 spesimen urine f Pelaksanaan surveilan campak diintegrasikan dengan surveilans AFP. d. Kegiatan Surveilan Campak Untuk mendapatkan gambaran campak secara pasri maka dilaksanakan case based measles surveillance CBMS. Pelaksanaannya meliputi pencatatan secara individu setiap kasus campak klinis disertai dengan konfirm lab melalui pemeriksaan serologis dan melakukan fully investigated untuk setiap KLB.

2.2 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information System GIS merupakan sistem yang bertujuan menyajikan informasi geografi yang meliputi objek-objek yang ada di permukaan dan di dalam bumi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan pengguna sistem. Hal-hal yang membedakan SIG dengan sistem lain yang utama adalah data terdiri dari data spasial atau grafis dan data tekstual. Software pendukung SIG terdiri dari software pemetaan untuk menyimpan dan memanipulasi data spasial. Perangkat lunak SIG berupa Arcview, Map Info, AtlasGis, ArcInfo, peta digital, data program yang akan digarap dalam SIG Mutalazimah, 2009. Menurut Oswald et al, 2012, SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya. Aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti: lokasi, kondisi, trend, pola, dan permodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. SIG memungkinkan untuk menggambarkan penyebaran kasus dan pemanfaatan pelayanan kesehatan, data kesehatan, dan perencanaa penempatan lokasi pada fasilitas kesehatan. Dengan menggunakan SIG diharapkan pengambilan keputusan akan dapat melihat masalah kesehatan secara cepat, tepat dan akurat. Dengan menggunakan SIG maka penyebaran informasi mengenai pelayanan kesehatan dan juga data mengenai angka-angka kesehatan akan lebih mudah dideteksi. Data mengenai keadaan kesehatan maupun kasus-kasus penyakit, di lokasi tertentu suatu daerahwilayah akan nampak jelas sekali seandainya ditampakan dalam bentuk kartografi dengan metode yang tepat sehingga akan membantu mempermudah interpretasi dari hasil penelitian di bidang pelayanan kesehatan. SIG dapat digunakan untuk membuat peta kabupaten mencakup batas administrasi, topografi, tata ruang dan tutupan lahan, dan hidrologi. Informasi yang penting dalam pelayanan kesehatan seperti fasilitas kesehatan, sekolah, tempat perindukan nyamuk serta data epidemiologis dapat pula ditambahkan. Informasi semacam ini jika dipetakan akan menjadi suatu alat yang berguna untuk memetakan resiko penyakit, identifikasi pola distribusi penyakit, memantau surveilans dan kegiatan penanggulangan penyakit, mengevaluasi aksesibilitas ke fasilitas kesehatan dan memprakirakan menjangkitnya wabah penyakit Depkes RI, 2004.

2.3 Analisis Spasiotemporal