Gambaran Kejadian Abortus Spontan dengan Usia Ibu di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik dari Tahun 2005 hingga Tahun 2010

(1)

GAMBARAN KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN USIA

IBUDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) HAJI ADAM

MALIK DARI TAHUN 2005 HINGGA TAHUN 2010.

Oleh :

MUHAMMAD KHIR ZIKRI BIN ABDUL MUTALIB

070100391

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN USIA

IBUDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) HAJI ADAM

MALIK DARI TAHUN 2005 HINGGA TAHUN 2010.

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana

Kedokteran

Oleh :

MUHAMMAD KHIR ZIKRI BIN ABDUL MUTALIB

070100391

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Kejadian Abortus Spontan dengan Usia Ibu di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik dari Tahun 2005 hingga Tahun 2010.

Nama : Muhammad Khir Zikri Bin Abdul Mutalib NIM : 070100391

Pembimbing Penguji I

Tanda Tangan Tanda Tangan (dr. M.Fidel Ganis Siregar, Sp.OG) (dr.Erjan Fikri, Sp.B, Sp.BA)

Penguji II

Tanda Tangan (dr.Muhammad Rusda, Sp.OG(K))

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1001


(4)

ABSTRAK

Latar Belakang : Abortus Spontan merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada

ibu hamil di mana usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin di bawah 1000 gram. Terdapat pelbagai faktor yang dapat menyumbang kepada keadaan ini, salah satu adalah usia ibu.

Tujuan : Untuk mengetahui insidensi kejadian abortus spontan dengan usia ibu yang

terdapat di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2005 hingga 2010.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan studi

retrospektif dengan dilakukan pengambilan data medis dari Departement Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik. Populasi penelitian ini adalah pasien yang pernah dirawat di Departement Obstetri dan Ginekologi dan sampel yang digunakan adalah

total sampling.

Hasil : Seramai 28 orang (52,8%) dari 53 orang pasien yang mengalami abortus

spontan pada usia diantara 21 tahun hingga 34 tahun di RSUP H. Adam Malik dan seramai 21 orang (39,6%) mengalami abortus pada usia di atas 35 tahun. Manakala seramai 4 orang (7,6%) mengalami abortus spontan pada usia di bawah 20 tahun.

Kesimpulan : Gambaran kejadian Abortus spontan dengan Usia Ibu di RSUP H.

Adam Malik dari tahun 2005 hingga tahun 2010 adalah seramai 28 orang pada kelompok usia 21 hingga 34 tahun, 21 orang pada kelompok usia 35 tahun ke atas dan 4 orang pada kelompok usia 20 tahun ke bawah.


(5)

ABSTRACT

Background : Spontaneous Abortion is the health problem that occurred to the

pregnancy women where the gestational ages are below than 20 weeks and the fetus is under 1000 gram in weight. There are many factor contributing to the high prevalens cases, and one of them is maternal age.

Objectif : This study objectif is to observed the incidences of Spontaneous Abortion

within Maternal Age at RSUP H. Adam Malik, Medan between 2005 and 2010.

Method : This research is a descriptif research using retrospectif study by using

medical record of Obstetric and Ginecologic Department of RSUP H. Adam Malik. Population of this study is all patient admitted in Obstetric and Ginecologic Department and using total sampling technique.

Result : There are 28 people (52,8%) from 53 people of spontaneous abortion,

occured in a group between 21 and 34 years old and there are 21 people (39,6%) had a spontaneous abortion in a group 35 years old and above. While there are 4 people (7,6%) had a spontaneous abortion under 20 years old.

Conclusion : Incidences patient of Spontaneous Abortion within maternal age at

RSUP H.Adam Malik between 2005 and 2010 are 28 people occurred in a group between 21 and 34 years old, 21 people in a group 35 years old and above and 4 people in a group under 20 years old.


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasihani. Dipanjatkan kesyukuran kepada Dzat Yang Maha Esa karena dengan izinNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Judul yang dipilih adalah “Gambaran Kejadian Abortus Spontan dengan Usia Ibu di RSUP H. Adam Malik, Medan”. Karya tulis ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pembelajaran semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Peneliti banyak mendapat bimbingan daripada berbagai pihak yang sangat membantu semasa penulisan dilakukan. Dengan ini, saya mengambil kesempatan untuk mengucapkan rasa setinggi-tinggi penghargaan dan terima kasih kepada :

1. dr.M.Fidel Ganis Siregar,SpOG selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah dan seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang banyak memberi bantuan dan ilmu pengetahuan kepada peneliti.

2. Orang tua peneliti yang memberi dukungan kepada penulis, moral dan material sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan penulisan dengan jaya.

3. Teman-teman kelompok penulisan karya tulis ilmiah dan juga teman-teman lain yang telah banyak memberikan saran dan bantuan kepada peneliti selama penulisan dilakukan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbasan ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk membaiki kesilapan dan juga buat menambah ilmu pengetahuan agar karya yang dihasilkan berkualitas.


(7)

Peneliti mengharapkan agar karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangan ilmiah kepada pihak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara serta kepada sesiapa yang ingin memanfaatkannya.

Medan, 1 Desember 2010 Peneliti,

Muhammad Khir Zikri B.Abdul Mutalib NIM: 070100391


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan... i

Abstrak………. ii

Abstract……… iii

Kata Pengantar……… iv

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar………... ix

Daftar Lampiran……… x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Fisiologi pada Awal Kehamilan... 5

2.2. Definisi Abortus... 6

2.3. Jenis-jenis Abortus Spontan... 6

2.4. Epidemiologi Abortus Spontan... 7

2.5. Etiologi Abortus Spontan... 7

2.6. Penyebab-penyebab Abortus Spontan... 8

2.6.1 Faktor Infeksi... 8

2.6.2 Faktor Lingkungan... 10

2.6.3 Faktor Hematologik... 10


(9)

2.6.5 Kelainan Endokrin... 11

2.6.6 Penyebab Anatomik... 13

2.6.7 Faktor Janin... 13

2.6.8 Faktor Ayah... 14

2.7. Hubungan Usia Ibu dengan Abortus Spontan... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.... 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 18

3.2. Definisi Operasional... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN... 20

4.1. Jenis Penelitian... 20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

4.4. Metode Pengumpulan Data... 21

4.5. Metode Analisis Data... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 22

5.1. Hasil Penelitian………. 22

5.1.1. Deskripsi lokasi Penelitian………. 22

5.1.2. Karakteristik Individu……… 22

5.1.3. Hasil Analisis Data menurut Usia……….. 22

5.1.4. Hasil Analisis Data menurut Diagnosis………. 24

5.2. Pembahasan………. 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 29

6.1. Kesimpulan ……….. 29

6.2. Saran ……… 30

DAFTAR PUSTAKA... 31 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Epidemiologi Abortus pada Awal Kehamilan 7 5.1 Distribusi pasien Abortus Spontan dengan usia 23

ibu pada tahun 2005 hingga tahun 2010.


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian………. .. 20

Gambar 2. Distribusi pasien Abortus Spontan dengan

Usia Ibu... 23 Gambar 3. Distribusi jenis-jenis Abortus Spontan... 24


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Data Induk

Lampiran 3 Data SPSS

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian di RSUP H.Adam Malik Lampiran 5 Ethical Clearance


(13)

ABSTRAK

Latar Belakang : Abortus Spontan merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada

ibu hamil di mana usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin di bawah 1000 gram. Terdapat pelbagai faktor yang dapat menyumbang kepada keadaan ini, salah satu adalah usia ibu.

Tujuan : Untuk mengetahui insidensi kejadian abortus spontan dengan usia ibu yang

terdapat di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2005 hingga 2010.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan studi

retrospektif dengan dilakukan pengambilan data medis dari Departement Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik. Populasi penelitian ini adalah pasien yang pernah dirawat di Departement Obstetri dan Ginekologi dan sampel yang digunakan adalah

total sampling.

Hasil : Seramai 28 orang (52,8%) dari 53 orang pasien yang mengalami abortus

spontan pada usia diantara 21 tahun hingga 34 tahun di RSUP H. Adam Malik dan seramai 21 orang (39,6%) mengalami abortus pada usia di atas 35 tahun. Manakala seramai 4 orang (7,6%) mengalami abortus spontan pada usia di bawah 20 tahun.

Kesimpulan : Gambaran kejadian Abortus spontan dengan Usia Ibu di RSUP H.

Adam Malik dari tahun 2005 hingga tahun 2010 adalah seramai 28 orang pada kelompok usia 21 hingga 34 tahun, 21 orang pada kelompok usia 35 tahun ke atas dan 4 orang pada kelompok usia 20 tahun ke bawah.


(14)

ABSTRACT

Background : Spontaneous Abortion is the health problem that occurred to the

pregnancy women where the gestational ages are below than 20 weeks and the fetus is under 1000 gram in weight. There are many factor contributing to the high prevalens cases, and one of them is maternal age.

Objectif : This study objectif is to observed the incidences of Spontaneous Abortion

within Maternal Age at RSUP H. Adam Malik, Medan between 2005 and 2010.

Method : This research is a descriptif research using retrospectif study by using

medical record of Obstetric and Ginecologic Department of RSUP H. Adam Malik. Population of this study is all patient admitted in Obstetric and Ginecologic Department and using total sampling technique.

Result : There are 28 people (52,8%) from 53 people of spontaneous abortion,

occured in a group between 21 and 34 years old and there are 21 people (39,6%) had a spontaneous abortion in a group 35 years old and above. While there are 4 people (7,6%) had a spontaneous abortion under 20 years old.

Conclusion : Incidences patient of Spontaneous Abortion within maternal age at

RSUP H.Adam Malik between 2005 and 2010 are 28 people occurred in a group between 21 and 34 years old, 21 people in a group 35 years old and above and 4 people in a group under 20 years old.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 yaitu 334/100.000 kelahiran hidup (KH). Berdasarkan hasil SDKI 2007 derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih perlu ditingkatkan, ditandai oleh AKI yaitu 228/100.000 KH, dan tahun 2008, 4.692 jiwa ibu melayang dimasa kehamilan, persalinan, dan nifas. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1000 KH, terjadi stagnasi bila dibandingkan dengan SDKI 2003 yaitu 35 per 1000 KH. Mengingat masih tinggi AKI maka pada tanggal 12 Oktober 2003 pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional kehamilan yang aman atau Making Pragnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 dan menetapkan target dengan menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup di tahun 2010 (Saefudin, 2001).

Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28%), infeksi (11%), eklampsi (24%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetri (3%), komplikasi masa nifas (8%) dan penyebab lainnya (11%). Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus. Menurut SDKI tahun 1997 menunjukkan bahwa wanita berstatus menikah melakukan abortus masih tinggi berkisar 9,2% dengan alasan tidak menginginkan anak lagi atau untuk menjarangkan kehamilan, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (Depkes RI, 2001).

Keguguran/abortus merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil juga pada janin di dalam kandungan di mana usia kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat badan janin 1000 gram dan abortus ini bisa terjadi karena kondisi ibu yang lemah, kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan di luar nikah. Keguguran atau abortus sering terjadi adalah abortus inkompletus, dimana janin yang dikandungnya sudah keluar sebagian dan sebagian lagi tinggal di dalam rahim. Bila keguguran ini


(16)

terjadi harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan yang banyak yang dapat menyebabkan kematian pada ibu (Manuaba, 1998).

Pada tahun 2000, WHO memperkirakan 2/3 kehamilan di dunia merupakan kehamilan yang tidak diinginkan yaitu sekitar 50 juta per tahun. Sebanyak 60% mendapat pertolongan yang aman dan 40% mendapat pertolongan tidak aman. Hal ini menyumbangkan AKI 15-20% diperkirakan sekitar 700.000 wanita/ibu meninggal per tahun akibat abortus tak aman, yaitu 1 diantara 10 kehamilan atau 1 diantara 7 kelahiran. 90% terjadi di negara berkembang yang merupakan 15 kali angka kematian dibanding di negara maju (Affandi, 2008).

Di Indonesia diperkirakan sekitar 2-2,5% mengalami keguguran setiap tahun sehingga secara nyata dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7 per tahunnya (Manuaba, 2001).

Di Rumah Sakit Pringadi Medan tahun 2003, prevalensi abortus meningkat sesuai dengan usia ibu 12% pada usia 20 tahun dan 50% pada usia 45 tahun dan 80% dari abortus terjadi pada bulan ke 2-3 kehamilan menurut Eastman dan 76% menurut Simens (Syahrianti, 2004).

Lebih dari 80 peratus abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu angka ini cepat menurun(Harlap dan Shiono,1980).Kelainan kromosom merupakan penyebab, paling sedikit separuh dari kasus abortus dini ini, dan setelah itu insidensinya juga menurun.Risiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah (Warburton dan Fraser,1964).Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12 persen pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 persen pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun.

Mekanisme pasti yang menyebabkan abortus tidak selalu jelas, tetapi pada bulan-bulan awal kehamilan, ekspulsi ovum secara spontan hampir selalu didahului oleh kematian janin.Karena itu, pertimbangan etiologis pada abortus dini antara lain mencakup pemastian kausa kematian janin.Pada bulan-bulan selanjutnya, janin sering belum meninggal in utero sebelum ekspulsi, dan penyebab ekspulsi itu perlu diteliti.


(17)

B.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Bagaimanakah Gambaran Kejadian Abotus Spontan Dengan Usia Ibu di Rumah SakitUmum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik dari Tahun 2005 Hingga Tahun 2010?”.

C.

. Tujuan Penelitian

C.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui insidensi kejadian abortus spontan dengan usia ibu yang terdapat di RSUP Haji Adam Malik,Medan dari tahun 2005-2010.

C.2. Tujuan Khusus

C.2.1 Untuk mengetahui dengan lengkap keterkaitan hubungan usia ibu dengan abortus spontan yang terjadi.

C.2.2 Untuk mengetahui faktor-faktor apa sahaja yang meningkatkan kejadian abortus spontan sesuai dengan usia ibu sewaktu hamil.

D.

Manfaat Penelitian

D.1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh penulis tentang metodologi penelitian.

D.2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan besar Universitas Sumatera Utara.


(18)

D.3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan evaluasi dan satu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan yang komprehensif terhadap penderita abortus spontan.

D.4. Bagi Masyarakat


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi pada Awal Kehamilan

Oosit berfertilitas di ampula pada tuba fallopi untuk membentuk menjadi zigot.Proses miosis akan terjadi apabila zigot telah memasuki uterus dengan cara didorong oleh aksi siliari dan peristalsis dari tuba fallopi.Kerusakan tuba fallopi akan menyebabkan melemahnya pergerakan zigot dan akan berlaku implantasi di tuba fallopi atau disebut sebagai kehamilan ektopik.Zigot biasanya memasuki uterus pada hari keempat, yaitu pada tahap telah terjadinya morula.Morula ini akan berubah menjadi blastosit dengan cara membangunkan fluid-filled cavity.Lapisan terluarnya akan menjadi trofoblas, dimana ia akan membentuk plasenta.Dari hari keenam sehingga hari ke-12 pula, ia akan menempel pada dinding endometrium untuk proses implantasi.

Dengan cepat trofoblas ini akan menghasilkan hormon human chorionic

gonadotrophin (hCG) yang bisa dideteksi dengan test kehamilan dan akan mencapai

puncak pada minggu ke-12 kehamilan.Kegagalan untuk menghasilkan hCG ditujukan pada gestational trophoblastic disease.Nutrisi didapatkan melalui kelenjar sekretori endometrium, dimana ia akan mengubah desidua (kaya dengan glikogen dan lipid) supaya tidak terpengaruh dengan estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum.Proses proliferasi trofoblastik pula akan memicu pembentukan khorionik vili.Sistem vili ini akan berproliferasi (khorion frondosum) pada permukaan endometrium yang terdapatnya embrio dan akhirnya akan membentuk area permukaan untuk transfer nutrisi kepada kotiledon yang terdapat pada plasenta.Morfologi pada plasenta ini akan sempurna pada minggu ke-12.Denyut jantung akan bermula seawal minggu ke-4 atau ke-5 dan akan dapat didengar pada pemeriksaan ultrasound seminggu kemudian (Impey dan Child, 2008).


(20)

2.2. Definisi Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, S.,2008).

Abortus spontan pula didefinisikan sebagai abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis.Dengan kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).Sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut sebagai abortus provokatus (Cunningham,Gant dkk.,2005).

2.3. Jenis-jenis Abortus Spontan

Terdapat pelbagai jenis abortus yang termasuk dalam kategori abortus spontan.Antara lain adalah :

1. Threatened miscarriage: adalah berlakunya perdarahan tetapi fetus masih

hidup dan os servikal si ibu masih tertutup.

2. Inevitable miscarriage : berlakunya perdarahan hebat tetapi fetus mungkin

masih hidup dan os servikal telah terbuka.

3. Incomplete miscarriage : Sebagian daripada fetus masih tertinggal di dalam

uterus dan os servikal biasanya telah terbuka.

4. Complete miscarriage : Kesemua tisu fetus telah keluar.Perdarahan berkurang,

uterus tidak lagi membesar dan os servikal telah tertutup.

5. Septic miscarriage : Terjadi akibat uterus terinfeksi sehingga menyebabkan endometritis.Bisa tidak ada demam.Jika terjadi infeksi pada pelvik, akan terjadinya sakit pada abdomen dan peritonisme.

6. Missed miscarriage : Fetus tidak berkembang atau telah mati in utero tetapi

ianya tidak disadari sehingga terjadinya perdarahan atau dilakukan ultrasound


(21)

7. Habitual miscarriage : Terjadinya tiga atau lebih abortus spontan secara

berturut-turut.

(Impey dan Child, 2008)

2.3. Epidemiologi

Jumlah keguguran yang terjadi diketahui akan menurun dengan meningkatnya usia gestasional, dari 25% pada 5 hingga 6 minggu pertama kehamilan kepada 2 % selepas 14 minggu kehamilan.Berikut adalah tabel epidemiologi abortus pada awal kehamilan.

Tabel 2.1 Epidemiologi abortus pada awal kehamilan

Bil. Variabel Persentase

1 Abortus sewaktu konsepsi 50-70

2 Jumlah keseluruhan abortus secara klinis 25-30

3 Sebelum 6 minggu 18

4 Di antara 6 dan 9 minggu 4

5 Selepas 9 minggu 3

6 Selepas 14 minggu 2

7 Jumlah defek kromosom pada abortus 50-70 8 Jumlah abortus pada primigravida,usia di bawah 40 6-10 9 Jumlah abortus pada primigravida,usia di atas 40 30-40

10 Jumlah abortus yang berulang 1-2

11 Risiko berulangnya abortus selepas 3 kali abortus 25-30 12 Kehamilan ektopik per kelahiran hidup 2

13 Komplit Mola Hidatidiform 0,1

Campbell,Monga.Internasional Student’s Edition,Gynaecology by Ten Teachers,18th Edition:Hodder Arnold


(22)

2.4. Etiologi Abortus Spontan

Menurut Harlap dan Shiono (1980) dalam Cunningham, Gant,.et al. (2005), lebih dari 80 peratus abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu angka ini cepat menurun.Manakala, menurut Warburton dan Fraser (1964) serta Wilson dkk. (1986) dalam Cunningham, Gant,.et al. (2005) pula, kelainan kromosom merupakan penyebab, paling sedikit separuh dari kasus abortus dini ini, dan setelah itu insidensinya juga menurun.Risiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah.Menurut Harlap dan Shiono (1980) dalam Cunningham, Gant,.et al. (2005), frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12 peratus pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 peratus pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun.Untuk usia ayah yang sama, peningkatannya adalah dari 12 sampai 20 persen.Akhirnya, insidensi abortus meningkat apabila wanita yang bersangkutan hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi aterm.

Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan.Umumnya lebih dari satu penyebab.Penyebab terbanyak diantaranya adalah faktor genetik yaitu translokasi parental keseimbangan genetik seperti kelainan Mendelian atau mutasi pada beberapa lokus (gangguan poligenik atau multifaktor).Selain itu, kelainan kongenital uterus seperti anomali duktus Mulleri, septum uterus, uterus bikornis, mioma uteri, sindroma Asherman dan inkompetensi serviks uterus.Autoimun seperti aloimun, mediasi imunitas humoral, dan seluler serta defek fase luteal seperti sintesis LH yang tinggi, antibodi antitiroid hormon dan faktor endokrin eksternal juga merupakan penyebab terjadinya abortus.Infeksi, kelainan hematologik dan pengaruh lingkungan juga bisa menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil (Prawirohardjo, S.,2008).

2.6. Penyebab-penyebab Abortus Spontan

Seperti yang telah diterangkan sedikit tentang penyebab-penyebab abortus spontan pada bagian etiologi, berikut ini adalah penjelasan tentang faktor-faktor yang bisa menyebabkan abortus spontan tersebut.


(23)

2.6.1 Faktor Infeksi

Menurut DeForest dkk. (1917) dalam Hacker dan Moore (1992), teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917. Penyebab infeksi yang bertanggungjawab atas gugurnya kehamilan tertentu sering sulit dikenali secara tegas.Beberapa mikroorganisme mempunyai efek lokal khusus terhadap konsepsi (misalnya Rubella, Listeria monositogines, Sitomegalovirus, Treponema pallidum), sementara infeksi dengan penyebab yang lain dapat menyebabkan efek sistemik umum dan demam yang mengakibatkan abortus.Hanya sedikit mikroorganisme diduga terlibat dalam abortus yang berulang.Infeksi oleh Mikoplasma, Listeria atau Toksoplasma harus secara khusus dicari pada wanita dengan abortus yang berulang, karena meskipun jarang ditemukan (Hacker dan Moore,1992).

Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus, diantaranya sebagai berikut :

• Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak langsung pada janin atau unit fetoplasenta.

• Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin sulit bertahan hidup.

• Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin.

• Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitelia bawah (misalnya Mikoplasma bominis, Klamidia) yang bisa mengganggu proses implantasi.

• Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh karena virus selama kehamilan awal (misalnya Rubela, Parvovirus B19, Sitomegalovirus, Koksakie virus B, Varisela-Zoster, HSV).


(24)

2.6.2 Faktor Lingkungan

Diperkirakan 1-10 persen malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus.Rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin.Dengan terjadinya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus (Prawirohardjo, S.,2008).

Terdapat bukti meningkatnya insidensi abortus yang normal secara kromosom pada ibu hamil yang mengkonsumsi rokok dan alkohol.Wanita yang merokok 20 batang sehari dan minum lebih dari tujuh minuman mengandung alkohol standar per minggu, risiko abortus spontan meningkat empat kali lipat.Juga telah dilaporkan bahwa risiko abortus spontan meningkat dua kali lipat bila sedikitnya mengkonsumsi dua minuman beralkohol seminggu (Hacker dan Moore,1992).

2.6.3 Faktor Hematologik

Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta.Berbagai komponen koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting pada implantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi.Pada kehamilan terjadi keadaan hiperkoagulasi dikarenakan peningkatan kadar faktor prokoagulan, penurunan faktor antikoagulan, dan penurunan aktivitas fibrinolitik.Kadar faktor VII, VIII, X, dan fibrinogen meningkat selama kehamilan normal, terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu (Prawirohardjo, S.,2008).

Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik.Penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi


(25)

tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4-6 minggu, dan penurunan produksi prostasklin saat usia kehamilan 8-11 minggu.Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu vasospasme serta agregrasi trombosit, yang akan menyebabkan mikrotrombi serta nekrosis plasenta.Juga sering disertai penurunan kadar protein C dan fibrinopeptida (Prawirohardjo, S.,2008).

Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan trombosis sistemik ataupun plasenter dan telah dilaporkan juga berhubungan dengan abortus berulang pada lebih dari 22 persen kasus.Hiperhomosisteinemi berhubungan dengan trombosis dan penyakit vaskular dini.Kondisi ini berhubungan dengan 21 persen abortus berulang.Gen pembawa akan diturunkan secara autosom resesif.Bentuk terbanyak yang didapat adalah defisiensi folat (Prawirohardjo, S.,2008).

2.6.4 Faktor Psikologis

Terdapat sangat sedikit bukti bahwa syok fisik atau emosional mendadak dapat menyebabkan gugurnya suatu kehamilan.Tetapi, faktor-faktor psikodinamik dapat ikut menimbulkan etiologi abortus yang berulang pada beberapa kasus dan mungkin bahkan merupakan faktor utama pada kesempatan yang jarang terjadi. Pentingnya dukungan psikologis dan keyakinan yang bersemangat tidak dapat dilebih-lebihkan dalam penanganan pasien dengan abortus berulang (Hacker dan Moore,1992).

2.6.5 Kelainan Endokrin

Tiga kelainan medis umum yang biasanya berhubungan dengan abortus spontan adalah diabetes mellitus, hipotiroidisme, dan lupus eritomatous sistemik (LES).(Hacker dan Moore,1992).Seperti yang baru-baru ini dijelaskan oleh Greene (1999) dalam Cunningham, Gant,.et al. (2005), abortus spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita dengan diabetes dependen-insulin.Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.Dalam suatu


(26)

studi prospektif, Mills dkk. (1988) mendapatkan bahwa pengendalian glukosa secara dini (dalam 21 hari setelah konsepsi) menghasilkan angka abortus spontan yang setara dengan angka kontrol nondiabetik.Namun, kurangnya pengendalian glukosa menyebabkan peningkatan abortus spontan yang mencolok (Cunningham, Gant,.et al. 2005).

Hipotiroidisme yang berat biasanya berhubungan dengan ovulasi yang terganggu daripada abortus yang spontan tetapi harus secara khusus diuji kalau terdapat tanda-tanda klinik lain yang menunjukkan keadaan itu (Hacker dan Moore,1992).Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidisme yang nyata (Dayan dan Daniels,1996; Stagnaro-Green dkk.,1990).Sebaliknya menurut Esplin dkk. (1998) dan Pratt dkk. (1994) dalam Cunningham, Gant,.et al. (2005), penelitian lain tidak mendapatkan insidensi antibodi anti-tiroid pada wanita yang mengalami abortus berulang apabila dibandingkan dengan kontrol normal.

LES adalah suatu penyakit autoimun yang meluas dengan efek pada beberapa organ dan sistem.Berbagai laporan yang menunjukkan bahwa sampai 40 persen dari kehamilan klinik akan hilang pada wanita dengan keadaan ini dan bahwa pasien semacam itu mempunyai peningkatan risiko gugurnya kehamilan sebelum munculnya stigmata klinik LES.Kejadian abortus spontan di antara pasien LES sekitar 10 persen, dibanding populasi umum.Sebagian besar kematian janin dihubungkan dengan adanya aPA (Antiphospholipid Antibodies).aPA merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari fosfolipid (Prawirohardjo, S.,2008).

Menurut Salem dkk. (1984) dalam Cunningham, Gant,.et al. (2005), kurangnya sekresi progesteron oleh korpus leteum atau plasenta dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus.Diperkirakan bahwa kadar abnormal satu atau lebih hormon dapat meramalkan terjadinya abortus.Sayangnya, penurunan kadar hormon-hormon ini biasanya lebih merupakan akibat dari sebab.Terdapat


(27)

laporan-laporan kasus defek fase luteal, tetapi kasus ini jarang terjadi (Cunningham,Gant, et al.,2005).

2.6.6 Penyebab Anatomik

Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti abortus berulang, prematuritas, serta malpresentasi janin.Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan.Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus pada 27 persen pasien (Prawirohardjo, S.,2008).

Hasil studi oleh Acien (1996) pada 170 pasien hamil dengan malformasi uterus, mendapatkan hanya 18,8 persen yang bisa bertahan sampai melahirkan cukup bulan, sedangkan 36,5 persen mengalami persalinan abnormal (prematur, sungsang).Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40-80%), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10-30%).Mioma uteri bisa menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang (Prawirohardjo, S.,2008).

Sindroma Asherman bisa menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium.Risiko abortus antara 25-80%, bergantung pada berat ringannya gangguan (Prawirohardjo, S.,2008).

2.6.7 Faktor Janin

Penyebab abortus spontan yang paling lazim adalah kelainan genetik yang bermakna pada konsepsi.Pada abortus spontan trimester pertama, sekitar dua pertiganya mempunyai anomali kromosom yang bermakna, dan sekitar setengahnya dari ini merupakan trisomi autosom dan sebagian besar sisanya adalah triploid, tetraploid, atau monosomi 45X.Bila dilihat dengan ultrasonografi sebelum abortus spontan terjadi,banyak di antaranya tampak berupa kantung amnion yang kosong dan keadaan ini disebut sebagai kehamilan anembrionik (Hacker dan Moore,1992).


(28)

2.6.8 Faktor Ayah

Menurut Kulscar dkk. (1991) dalam Cunningham, Gant, et al. (2005) tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus spontan.Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. Adenovirus atau herpes simpleks yang ditemukan pada 40 persen sampel semen yang diperoleh dari pria steril. Virus terdeteksi dalam bentuk laten pada 60 persen sel, dan virus yang sama dijumpai pada abortus.

2.7 Hubungan Usia Ibu dengan Abortus Spontan

Risiko abortus spontan meningkat bersama usia ibu, dan penelitian yang dihubungkan dengan prosedur diagnostik sebelum lahir telah mengungkapkan bahwa kalau janin yang hidup terlihat dengan ultrasonografi pada 8 minggu umur gestasi, kurang dari 2 persen akan mengalami keguguran secara spontan kalau usia ibu dibawah 30 tahun. Tetapi kalau ibu berusia lebih dari 40 tahun, risikonya lebih dari 10 persen dan dapat setinggi 50 persen. Pada usia 45 tahun, kemungkinan keterangannya adalah meningkatnya insidensi konseptus yang secara kromosom abnormal pada wanita yang lebih tua (Hacker dan Moore,1992).

Pada kajian fertilisasi in-vitro peringkat nasional tahun 2000, melaporkan bahwa persentase abortus spontan adalah kurang dari 20 persen untuk wanita berusia kurang dari 35 tahun, 30 persen pada usia 40 tahun dan lebih 60 persen untuk yang berusia 44 tahun atau lebih (Speroff dan Fritz,2005).

Kajian peringkat nasional di Amerika Serikat pada tahun 2001 pula melaporkan, persantase kelahiran hidup per pengiriman embrio adalah 41,1 persen untuk wanita yang berusia kurang dari 35 tahun, 35,1 persen pada wanita berusia 35 hingga 37 tahun, 25,4 persen untuk usia 38 hingga 40 tahun, 14,5 persen untuk yang berusia 41 hingga 42 tahun, 5,9 persen untuk yang berusia 43 tahun dan 2,9 persen untuk yang berusia 44 tahun dan lebih. Seperti fertilitas akan menurun dengan


(29)

meningkatnya usia, insidensi untuk mengalami abortus spontan juga meningkat dengan meningkatnya usia. Persantase abortus spontan keseluruhannya adalah rendah dan stabil sebelum usia 30 (7-15%), sedikit meningkat pada usia 30 hingga 34 (8-21%), meningkat lebih banyak pada usia 35 hingga 39 (17-28%), dan usia 40 atau lebih adalah 34-52% (Speroff dan Fritz,2005).

Insidensi kelainan kromosom meningkat dengan meningkatnya umur ibu. Kira-kira 50 sampai 60 persen pada kelainan kromosom berkaitan dengan defek kromosom sewaktu konseptus. Risiko keguguran juga meningkat seiring dengan meningkatnya usia ibu. Contohnya, wanita berusia 40 tahun mengalami dua kali lipat risiko abortus berbanding wanita berusia 20 tahun (Campbell dan Monga,2006).

Pada awal tahun 1960-an,beberapa peneliti di Paboratories mula mengkaji keterkaitan kromosom dan abortus spontan, mendapatkan semakin cepat abortus spontan terjadi, kemungkinan disebabkan oleh kelainan kromosom semakin tinggi. Sekarang lebih diketahui bahwa abortus spontan yang terjadi pada 8 minggu pertama kehamilan memiliki kurang lebih 50 persen insidensi menderita kelainan kromosom (Benson,1982).

Kelainan kromosom sering dijumpai pada janin awal yang mengalami abortus spontan, dan menyebabkan banyak atau sebahagian besar abortus pada awal kehamilan. Sekitar 50 sampai 60 persen abortus spontan dini disertai dengan kelainan kromosom pada konseptus. Jacobs dan Hassold (1980) melaporkan bahwa sekitar seperempat dari kelainan kromosom disebabkan oleh kesalahan gametogenesis ibu dan 5 persen oleh kesalahan ayah. Dalam satu studi terhadap janin dan neonatus dengan trisomi 13.Robinson dkk. (1996) pula melaporkan bahwa pada 21 dari 23 kasus, kromosom tambahan berasal dari ibu (Cunningham,Gant, et al.,2005).

Separuh dari abortus karena kelainan sitogenik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Trisomi timbul akibat dari nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kriotip normal. Untuk sebahagian besar trisomi,


(30)

gangguan miosis maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Trisomi 16, dengan kejadian sekitar 30 persen dari seluruh trisomi, merupakan penyebab terbanyak.Semua kromosom trisomi berakhir abortus kecuali pada trisomi kromosom 1. Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetik amniosentesis pada semua ibu hamil dengan usia lanjut, yaitu di atas 35 tahun. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1:80, pada usia di atas 35 tahun karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun (Prawirohardjo, S.,2008).

Studi yang dilakukan oleh Creasy dkk., dengan menggunakan tehnik banding melaporkan, tipe abnormalitas terjadi pada hampir 1000 abortus yang dievaluasi, 30,5% mengalami abnormalitas kromosom, 49,8% adalah trisomi yang disetujui akibat dari kesalahan pada nondisjunction meiosis. Lebih menarik lagi, dari kesemua kromosom dalam kariotipe yang terlibat, 1 per 3 adalah dari abortus akibat trisomi 16. Abnormalitas ini tidak terjadi pada bayi yang lahir, ianya lebih sering pada yang mengalami aborsi. Kariotipe (45,X) pula terjadi sebanyak 23,7%.Sebagai tambahan, 17,4% pada kelainan kromosom ini memiliki poliploidi, triploidi dan tetraploidi (Benson,1982).

Monosomi X (45,X) adalah kelainan kromosom tersering berikutnya dan memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindroma Turner).Triploid sering dikaitkan dengan degenerasi hidropik pada plasenta. Mola hidatidosa parsial mungkin memperlihatkan perkembangan janin yang bersifat triploid atau trisomik untuk kromosom 16. Janin yang memperlihatkan kelainan-kelainan ini sering mengalami abortus dini, dan beberapa yang mampu bertahan hidup lebih lama mengalami malformasi berat. Namun usia ibu dan ayah yang lanjut tidak berkaitan dengan kelainan ini (Cunningham,Gant,et al.,2005).

Analisis retrospektif yang dilakukan keterkaitan usia ibu dan abortus yang terjadi, menyatakan bahwa abortus yang terjadi tidak mempunyai hubungan dengan


(31)

jumlah paritas dan mereka percaya itu adalah anggapan palsu karena mereka menyatakan ianya tergantung pada pelbagai fenomena seperti patient self-selection (pasien yang pernah mengalami keguguran tetap ingin hamil lagi), usia ibu dan hal-hal lain yang menyebabkan risiko tinggi untuk hamil (Kline J, Shrout PE, Stein ZA, 1978).

Analisis pada dua studi kohort yang dilakukan pada wanita, dari tahun 1935 hingga 1944 dan dari tahun 1961 hingga 1970, menyatakan bahwa jumlah abortus berada dalam tahap minimal (dari 16,9 ke 13,1%), namun usia gestasional untuk terjadinya abortus adalah hampir identik (9,2 hingga 9,4 minggu) dan ini berarti usia gestasional untuk berlakunya aborsi tidak terlalu bervariasi walaupun diambil kira faktor usia ibu (Wilcox AJ, Treloar AE, Sandler DP, 1981).

Menurut Guerrero dan Rojas (1975), mereka mendapatkan peningkatan insidensi abortus yang relatif terhadap kehamilan normal apabila inseminasi terjadi 4 hari sebelum atau 3 hari sesudah saat pergeseran suhu tubuh basal.Dengan demikian, mereka menyimpulkan bahwa penuaan gamet di dalam saluran genetalia wanita sebelum pembuahan meningkatkan abortus. Menurut Dickey dkk. pula, mereka melaporkan bahwa pasien infertil berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan peningkatan insidensi sindroma kantong amnion kecil dan abortus euploidi. Tidak diketahui apakah induksi ovulasi atau fertilisasi in vitro menyebabkan penuaan gamet sebelum implantasi (Cunningham,Gant dkk.,2005).

Salah satu faktor risiko mayor untuk berlakunya abortus spontan adalah usia ibu. Jumlah abortus spontan meningkat seiringan usia selepas usia 20 tahun (Heffner, L,2004). Satu studi telah menemukan telah meningkatnya risiko untuk berlakunya abortus spontan pada wanita berusia 45 tahun ke atas. Dari jumlah sampel yang diambil, sebanyak 75 % berakhir dengan abortus spontan (Nybo Andersen A, Wohlfahrt J, et.al., 2000).


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka hal-hal yang hendak diteliti adalah gambaran kejadian abortus spontan dengan usia ibu di rumah sakit umum pusat (RSUP) Haji Adam Malik dari tahun 2005 hingga 2010.

Abortus

Spontan Usia Ibu

Etiologi

Gambaran Kejadian Abortus Spontan dengan Usia Ibu.


(33)

3.2 Varibel dan Definisi Operasional

Variabel dalam peneitian ini adalah gambaran kejadian abortus spontan dengan usia ibu sewaktu hamil.

Prevelensi menurut Sastroasmoro, S., (2008) adalah proporsi kasus yang sakit dalam suatu populasi pada suatu saat atau kurun waktu. Data prevalensi dalam penelitian ini didapatkan daripada rekam medis yang didapatkan dari Departement Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik, Kota Medan pada tahun 2005 sehingga 2010.

Kehamilan adalah periode wanita membawa embrio atau janin berkembang yang secara normalnya di dalam uterus.

Definisi abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar rahim (< 500 gram atau < 20 minggu).Abortus spontan pula adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar.

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka hal-hal yang hendak diteliti adalah gambaran kejadian abortus spontan dengan usia ibu di rumah sakit umum pusat (RSUP) Haji Adam Malik dari tahun 2005 hingga 2010.

Abortus

Spontan Usia Ibu

Etiologi

Gambaran Kejadian Abortus Spontan dengan Usia Ibu.


(35)

3.2 Varibel dan Definisi Operasional

Variabel dalam peneitian ini adalah gambaran kejadian abortus spontan dengan usia ibu sewaktu hamil.

Prevelensi menurut Sastroasmoro, S., (2008) adalah proporsi kasus yang sakit dalam suatu populasi pada suatu saat atau kurun waktu. Data prevalensi dalam penelitian ini didapatkan daripada rekam medis yang didapatkan dari Departement Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik, Kota Medan pada tahun 2005 sehingga 2010.

Kehamilan adalah periode wanita membawa embrio atau janin berkembang yang secara normalnya di dalam uterus.

Definisi abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar rahim (< 500 gram atau < 20 minggu).Abortus spontan pula adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar.

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menilai pasien yang mengalami abortus spontan dengan usia ibu sewaktu abortus. Pendekatan yang akan digunakan pada desain penelitian ini adalah studi retrospektif, di mana akan dilakukan pengambilan data medis dari Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2005 hingga 2010.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Departmen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik, Medan. Waktu dikumpul data adalah pada bulan Mei 2010 hingga September 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua pasien yang pernah dirawat di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik yang telah didiagnosis mengalami abortus spontan. Jumlah populasi tersebut diambil daripada rekam medis yang terdapat di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik pada tahun 2005 hingga 2010.

Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu keseluruhan populasi adalah sampel karena perlu didapatkan jumlah atau nomor sebenar pasien yang mengalami abortus spontan secara keseluruhan untuk mengetahui dari jumlah tersebut persentase pasien yang berumur 35 tahun ke atas dan 20 tahun ke bawah.


(37)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data, diambil rekam medis kesemua pasien yang telah didiagnosis mengalami abortus spontan,kemudian pada ibu yang mengalami keguguran dilihat di dalam rekam medis berapakah umur ibu sewaktu hamil sebelum didiagnosis mengalami abortus spontan.

4.5 Metode Analisis Data

Data yang diambil dan dicatatkan daripada setiap pasien dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Adam Malik, Medan akan dimasukkan ke dalam komputer oleh programmer. Pada proses pemasukkan data akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS windows 17.0.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini secara retrospektif dengan melihat rekam medis dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A dan juga rumah sakit rujukan wilayah pembangunan meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

5.1.2 Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini, tiada karakeristik khas bagi setiap individu ditetapkan tetapi distribusi pasien mengikut diagnosis yang diinginkan yaitu abortus spontan. Jumlah keseluruhan pasien dari tahun 2005 hingga 2010 adalah seramai 53 orang. Namun, data untuk tahun 2008 tidak ditemukan di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik.

5.1.3 Hasil Analisis Data Menurut Usia

Dari data yang didapat dari bagian rekam medis dan juga ruang Rindu B I tahun 2005 hingga tahun 2010, pasien yang didiagnosis dengan abortus spontan seramai 53 orang dengan usia yang bervariasi, yaitu seawal usia 15 tahun hingga yang berusia 45 tahun. Usia pasien yang bervariasi ini telah dikelompokkan mengikut kategori yaitu, di bawah usia 20 tahun sebagai kelompok yang pertama, usia 21-34 tahun sebagai kelompok kedua, dan usia 35 tahun ke atas sebagai kelompok yang ketiga. Di bawah adalah distribusi pasien yang mengalami abortus spontan menurut


(39)

Tabel 5.1. Distribusi pasien Abortus Spontan dengan usia ibu pada tahun 2005 hingga tahun 2010

Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 (di bawah 20 tahun) 2 (21 – 34 tahun) 3 (35 tahun ke atas)

4 28 21

7,6 52,8 39,6

Total 53 100

Gambar 5.1. Distribusi pasien Abortus Spontan dengan usia ibu

Diantara tahun 2005 hingga tahun 2010, seperti telah dinyatakan diatas, dicatatkan pada rekam medis terdapat seramai 53 orang pasien yang didiagnosis mengalami abortus spontan. Dari jumlah keseluruhan tersebut, seramai 4 orang, yaitu 7,6 % telah mengalami abortus spontan sebelum berusia 20 tahun. 28 orang (52,8%) daripada 53 orang tersebut telah mengalami abortus spontan dalam lingkungan usia 21 hingga 34 tahun dan seramai 21 orang (39,6%) pada usia di atas dari 35 tahun.

7,60%

52,80% 39,60%

Usia

Kelompok 1 (<20 tahun) Kelompok 2 (21-34 tahun) Kelompok 3 (> 35 tahun)


(40)

Berdasarkan tabel dan pie chart di atas telah diperoleh jumlah kejadian abortus spontan yang tertinggi berlaku di kelompok 2, dan kejadian abortus spontan yang paling sedikit berlaku adalah dari kelompok 1.

5.1.4 Hasil Analisa Data Menurut Diagnosis

Diagnosis yang didapatkan dari rekam medis setiap pasien juga bervariasi dari jenis-jenis abortus spontan yang ada. Di bawah adalah distribusi pasien yang mengalami abortus spontan menurut jenis-jenisnya.

Tabel 5.2. Distribusi sampel berdasarkan diagnosis

Diagnosis Jumlah (orang) Persentase (%)

Abortus Imminens Abortus Inkomplit 9 23 17 43,4 Abortus Insipiens Missed Abortus 15 6 28,3 11,3

Total 53 100

Gambar 5.2. Distribusi jenis-jenis Abortus Spontan

17% 43,40% 28,30% 11,30%

Jenis-jenis Abortus

Imminens Inkomplit Insipiens Missed


(41)

Daripada tujuh jenis abortus spontan yang ada, hanya terdapat empat jenis yaitu abortus imminens, inkomplit, insipiens, dan missed abortus yang terjadi di kalangan pasien di sini. Abortus yang sering terjadi di kalangan pasien adalah abortus inkomplit dengan jumlah 23 orang (43,4%). Abortus insipiens mencatatkan jumlah pasien seramai 15 orang (28,3%). Manakala, abortus imminens dan missed abortus masing-masing jumlah pasien adalah 9 orang (17%) dan 6 orang (11,3%).

5.2 Pembahasan

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian abortus spontan dengan usia ibu dengan melihat kepada rekam medis yang terdapat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik, Medan.

Di dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien di Departemen Obgyn di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik pada tahun 2005 hingga 2010. Tiada sebarang kriteria khusus yang digariskan untuk sampel penelitian contohnya tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Ini adalah karena, tujuan penelitian ini untuk melihat secara kasar kaitan antara kejadian abortus spontan dengan usia ibu yang berlaku di tahun 2005 hingga 2010 tanpa terikat kepada sebarang kriteria. Kriteria seperti yang disebutkan diatas mungkin mempunyai kaitan yang erat dengan abortus spontan, oleh itu, diperlukan penelitian yang lain untuk membuktikannya.

Berdasarkan data yang didapat, terdapat perbedaan jumlah persentase di antara kejadian abortus di bawah usia 20 tahun, di antara usia 21 hingga 34 tahun, dan yang berusia 35 tahun ke atas. Perbedaan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor risiko yang meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah.

Menurut data yang diambil, jumlah pasien yang didiagnosis dengan abortus spontan paling tinggi pada usia di antara 21 hingga 34 tahun. Hal ini mungkin terjadi akibat dari pengaruh faktor risiko yang lainnya selain usia seperti faktor kelaianan kromosom, faktor genetik, kelainan kongenital uterus, autoimun dan faktor endokrin eksternal juga merupakan penyebab terjadinya abortus. Infeksi, kelainan hematologik dan pengaruh lingkungan juga bisa menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil


(42)

(Prawirohardjo, S.,2008). Hal lain yang mungkin menyebabkan kasus abortus spontan pada usia ibu 21 hingga 34 tahun tinggi karena belum tercapai secara menyeluruh tujuan program Penyuluhan dan Peningkatan Kesehatan Balita dan Ibu Hamil yang bersifat promosi, motivasi, mendorong, dan partnership agar bisa menciptakan pola hidup bersih dan sehat sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan. Ini mungkin berakibat dari belum adanya program-program seperti ini pada semua puskesmas yang ada di seluruh Indonesia.

Untuk diagnosis abortus spontan pada usia di bawah 20 tahun, data menunjukkan angka yang kecil yaitu hanya empat orang saja (7,6%). Hal ini berlawanan dengan litratur yang ada yaitu kehamilan remaja di bawah 20 tahun berisiko kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi dibanding ibu berusia 20-35 tahun (Affandi, 1980) .Hal yang bisa menyebabkan jumlah abortus rendah pada usia di bawah 20 tahun mungkin disebabkan komitmen Departemen Kesehatan (Depkes) untuk memasukkan Kesehatan Reproduksi Remaja sebagai komponen esensial yaitu Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) yang dirumuskan pada Semiloka Nasional Kesehatan Reproduksi tahun 1996. Hal ini karena pada Konperensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) Cairo tahun 1994 memperkirakan sekitar 50% penduduk dunia berusia berada dibawah 20 tahun dan mereka menanggung risiko terbesar terkena masalah kesehatan.

Manakala, abortus spontan yang terdapat daripada data penelitian ini untuk usia 35 tahun ke atas menunjukkan jumlah yang agak besar yaitu seramai 23 orang pasien yang mengalami keguguran dengan persentase 39,6. Persantase abortus spontan keseluruhannya adalah rendah dan stabil sebelum usia 30 (7-15%), sedikit meningkat pada usia 30 hingga 34 (8-21%), meningkat lebih banyak pada usia 35 hingga 39 (17-28%), dan usia 40 atau lebih adalah 34-52% (Speroff dan Fritz,2005). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya abortus spontan setelah usia ibu mencapai 35 tahun dan ke atas.


(43)

chart5.2 telah menunjukkan kejadian abortus inkomplitus merupakan yang paling

tinggi yaitu seramai 23 orang (43,4%). Jumlah yang tinggi ini perlulah diperhatikan oleh tenaga kesehatan dengan baik karena abortus Inkomplitus dapat mengancam jiwa ibu seperti terjadinya syok hemoragik akibat dari perdarahan placenta site yang terus-menerus (Prawirohardjo, S.,2008). Jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal pada jiwa ibu.

Kasus abortus insipiens dari penelitian ini adalah seramai 15 orang dengan 28,3%. Jumlah persentase yang didapatkan untuk abortus insipiens boleh dikatakan tinggi dalam penelitian ini. Oleh itu, tenaga kesehatan juga perlulah mewaspadai tentang cara penanganan yang baik seperti memperhatikan keadaan umum dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera melakukan pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuratase bila perdarahan banyak (Prawirohardjo, S.,2008).

Abortus Imminens dalam data yang didapatkan hanya merangkumi 9 orang penderita (17%). Walaupun jumlahnya agak sedikit, namun ianya memainkan peranan penting terutama untuk melakukan proses tindak lanjut.Abortus ini kadang-kala diakhiri dengan terjadinya missed abortus. Mereka yang mengalami perdarahan pada awal kehamilan, sekitar separuhnya akan keguguran. Walaupun perdarahan yang berlaku pada abortus ini umumnya sedikit, tetapi dapat menetap selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Sayangnya, akan terjadi peningkatan risiko hasil kehamilan yang suboptimal dalam bentuk kelahiran preterm, berat bayi lahir rendah, dan kematian perinatal (Cunningham, Gant,.et al. 2005). Dalam penelitian ini, kesemua pasien yang mengalami abortus imminens tidak berjaya diselamatkan hasil konsepsi mereka.Oleh itu, hal ini perlulah dipandang serius oleh tenaga kesehatan karena ianya bisa mempengaruhi pasien terutama dari sudut psikologi mereka.

Penderita missed abortus biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Pada data penelitian ini, ditemukan kasus missed abortus hanyalah 11,3% dengan jumlah penderita sebanyak 6 orang sahaja. Walaupun demikian, hal ini juga perlu


(44)

diperhatikan oleh pihak tenaga kesehatan karena mungkin saja kadarnya lebih tinggi tetapi tidak terdeteksi melainkan pasien sudah mengeluhkan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder mulai menghilang. Banyak wanita yang tidak memperlihatkan gejala ini melainkan amenorea yang menetap (Cunningham, Gant,.et al. 2005). Jika missed abortus ini berlangsung lebih dari 4 minggu, perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan penjendalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase dilakukan (Prawirohardjo, S.,2008) .


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahawa gambaran kejadian abortus spontan dengan usia ibu dari tahun 2005 hingga tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan adalah sebagai berikut:

1. Angka kejadian abortus spontan di RSUP H.Adam Malik dari tahun 2005 hingga tahun 2010 sebanyak 53 kasus.

2. Abortus spontan yang paling tinggi terjadi pada ibu usia 21 hingga 34 tahun yaitu sebanyak 28 kasus (52,8%). Hal ini terjadi mungkin karena belum tercapai secara menyeluruh tujuan program pemerintah Republik Indonesia seperti program Penyuluhan dan Peningkatan Kesehatan Balita dan Ibu Hamil di puskesmas. Selain itu, hal ini mungkin terjadi karena adanya pengaruh faktor risiko yang lain seperti infeksi, usia ayah, kelainan endokrin dan faktor janin itu sendiri. Abortus spontan yang terjadi pada usia di bawah 20 tahun paling sedikit terjadi yaitu 4 kasus (7,6%). Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya program pemerintah Republik Indonesia yaitu Paket Pelayanan kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE).

3. Abortus Inkomplit merupakan abortus spontan yang paling sering terjadi yaitu sebanyak 23 kasus (43,4%) sedangkan missed abortus merupakan kejadian paling rendah yaitu 6 kasus (11,3%). Kesemua abortus spontan yang terjadi harus dipandang serius agar bisa mencegah terjadinya komplikasi paska keguguran yang bisa menyebabkan kematian pada si ibu.


(46)

6.2 Saran

Saran bagi penelitian selanjutnya adalah:

a) Meneliti lebih lanjut faktor-faktor lain yang menjadi penyebab kepada terjadinya abortus spontan seperti terdapatnya faktor infeksi, kelainan endokrin, penyebab anatomik dan juga faktor usia ayah.

b) Meneliti lebih lanjut pasien yang berkait rapat dengan masalah terjadinya abortus spontan seperti tingkat pendidikan dan faktor sosioekonomi.

c) Dokter atau tenaga kesehatan yang bertugas disarankan mencatat dengan terperinci tentang diagnosis pasien serta mencatat riwayat-riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien. Sistem organisasi rumah sakit juga harus lebih teratur bagi mengelakkan adanya data-data pasien yang hilang.

d) Disarankan pihak tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan pencegahan abortus dan penyediaan asuhan paska keguguran yang lebih berkualitas serta dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

American College of Obstetricians and Gynaecologist.Early Pregnancy Loss.ACOG Technical Bulletin No. 212 American College of Obstetricians and Gynaecologist, 1995.

Badan Perencanaan Pembangunan Indonesia (Bappenas). Laporan

Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia, 2004. Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu. Target 6 : Menurunkan

Angka Kematian Ibu Tiga Perempatnya Antara Tahun 1990 dan 2015.

Benson, 1982. Chromosomes and Spontaneous Abortion. In: Current

Obstetric and Gynecologic, Diagnosis and Treatment .4th edition. USA:McGraw-Hill, 574-575.

Campbell, Monga, 2006. Disorder of Early Pregnancy. In:International

Student’s Edition: Gynaecology By Ten Teachers.18th edition.UK : Hodder Arnorld, 89-93.

Cunningham, Gant, et al, 2005. Abortus. In : Obstetri Williams.Edisi 21. Jakarta : EGC, 950-965.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001.Distribusi Persentase

Penyebab Kematian Ibu Melahirkan.

Hacker, Moore, 1992. Abortus, In: Esensial Obstetri dan Ginekologi.Edisi ke- 2.USA : Hipokrates, 452-458.


(48)

Heffner L. Advanced, Maternal Age – How old is too old? New England Journal of Medicine 2004; 351(19):1927–29.

Hassold, T.,Chiu D.Maternal age-spesific rates of numerical chromosome

abnormalities with special reference to trisomy,Hum Genet 70:11, 1985).

Impey, Child, 2008. Disorderof Early Pregnancy. In: Obstetric and

Gynaecology.3rd edition.UK : Wiley-Blackwell, 114-117.

James WH : Pregnancy Order and Reproductive Loss. Br Med J 208 : 715,1980.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Ibu Selamat, Bayi Sehat,

Suami Siaga. Available from :

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2007. Profil Perempuan dan Anak Indonesia. Kedeputian Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak, 2008.

Kline J, Shrout PE, Stein ZA, et al. II. An Epidemiological Study of The Role

of Gravidity in Spontaneous Abortion. Early Hum Deve 1 : 345-356,

1978.

Masalah Abortus dan Kesehatan. Available from :


(49)

Nybo Andersen A, Wohlfahrt J, Christens P, Olsen J, Melbye M (2000).

BMJ320 (7251): 1708–12.

Prawirohardjo, S.,2008. Perdarahan pada Kehamilan Muda. In: Ilmu

Kebidanan.Edisi Keempat.Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, 460-474.

Speroff, L.,Fritz, M.A, 2005. Female Infertility. In: Clinical Gynaecologic

Endocrinology and Infertility.7th edition.Philadelphia,PA : Lippincott Williams and Wilkins, 1014-1019.

Statistics Indonesia, 2006.Definisi Angka Kematian Ibu (AKI).Available from: view=article&id=940&Itemid=104&lang=in. [Accesed 10 April 2010]. Taber,Ben-zion, 2001. Abortus. In: Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Kapita Selekta,EGC, 56-65.

Tuppala M, Bjorses UM, Stenman UH, et al.Luteal Phase Defect in Habitual Abortion: Progesterone in Saliva, Fertil Steril, 1991 Jul,56 (1) : 41-4.

Wilcox AJ, Treloar AE, Sandler DP : Spontaneous Abortion Over Time :

Comparing Occurrence in Two Cohort of Women A Generation Apart.


(50)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Khir Zikri Bin Abdul Mutalib

Tempat / Tanggal Lahir : 20 Februari 1988 / Johor, Malaysia. Agama : Islam

Alamat : No 2, Jalan Bunga Pekan, 83000 Batu Pahat, Johor, Malaysia

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Temenggong Ibrahim Penggaram (SKTIP)

2. Sekolah Maahad Muhammadi Lilbanin

3. Maktab Rendah Sains MARA (MRSM), Pontian. 4. SMA Raksana, Medan.

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK USU, Medan.

2. Peserta Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia 2007.

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia se- Indonesia (PKPMI).


(51)

4. Ahli Jawatankuasa Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia Tahun 2008 dan 2009.

5. Ahli Jawatankuasa Majlis Makan Malam PM-USU 2009/2010.


(52)

LAMPIRAN 2 DATA INDUK

Distribusi Abortus Spontan dengan Usia Ibu dari tahun 2005 hingga tahun 2010 Bil. No. Pasien Usia Diagnosis Pendidikan Pekerjaan

1. 29.74.57 24 Insipien SMK IRT 2. 31.20.80 27 Insipien SMK IRT 3. 31.26.70 32 Insipien SLTA IRT 4. 31.30.89 22 Insipien SMP IRT 5. 30.05.56 18 Inkmplit SMP IRT 6. 30.91.30 33 Insipien SLTA IRT 7. 31.58.52 42 Insipien SLTP IRT 8. 31.65.84 23 Imminens SLTP IRT 9. 31.74.02 35 Inkmplit SLTA IRT 10.31.22.57 40 Inkmplit SD IRT 11.30.52.78 27 Imminens D3 PNS 12.30.64.66 33 Missed SLTP WRASWSTA 13.30.74.12 22 Inkmplit SMP PETANI 14.31.89.11 27 Inkmplit SMEA IRT 15.34.16.29 34 Insipien SMEA IRT 16.32.04.41 42 Imminens SLTA IRT 17.32.42.06 21 Insipien SMK IRT 18.32.53.49 29 Insipien SLTA PETANI 19.33.04.50 32 Insipien SLTA IRT 20.37.99.21 20 Imminens SMP IRT 21.38.01.24 38 Insipien SD PETANI 22.38.58.22 36 Insipien SLTA IRT 23.38.67.66 38 Inkmplit SLTA PEDAGANG 24.39.02.03 25 Missed SLTP IRT 25.39.39.48 45 Inkmplit SDA IRT


(53)

26.40.55.70 21 Insipien SMP IRT 27.40.71.89 43 Inkmplit S1 POLWAN 28.42.89.98 27 Insipien SLTA IRT 29.42.95.96 29 Missed S1 IRT 30.42.37.72 44 Inkmplit SD IRT 31.41.28.39 39 Imminens SLTP IRT 32.41.77.50 39 Imminens SLTP IRT 33.41.94.10 36 Inkmplit SD IRT 34.41.23.07 35 Inkmplit SLTA IRT 35.42.49.39 40 Missed S1 GURU 36.42.10.34 42 Imminens SLTP IRT 37.42.16.30 32 Insipien SLTA IRT 38.38.14.30 34 Imminens SLTA IRT 39.42.62.40 38 Missed SLTP IRT 40.40.01.21 37 Missed SLTA IRT 41.43.33.94 25 Inkmplit SLTA IRT 42.44.78.52 30 Inkmplit SLTA PEDAGANG 43.44.07.96 34 Inkmplit SLTA IRT 44.43.19.43 15 Inkmplit SD IRT 45.39.90.79 33 Inkmplit SLTA IRT 46.43.96.08 23 Inkmplit SLTA IRT 47.43.32.28 17 Inkmplit SLTA IRT 48.43.92.60 26 Inkmplit SLTA IRT 49.41.73.75 27 Inkmplit SD IRT 50.41.74.76 36 Inkmplit SLTA PETANI 51.41.27.79 43 Imminens SLTA IRT 52.40.46.10 32 Inkmplit SLTP IRT 53.40.89.76 37 Inkmplit SLTA IRT


(54)

LAMPIRAN 3 Data SPSS Frequencies

Statistics

Diagnosis

N Valid 53

Missing 0

Diagnosis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Imminens 9 17.0 17.0 17.0

Inkmplit 23 43.4 43.4 60.4

Insipien 15 28.3 28.3 88.7

Missed 6 11.3 11.3 100.0

Total 53 100.0 100.0

Frequencies Statistics

Umur

N Valid 53

Missing 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 7.5 7.5 7.5

2 28 52.8 52.8 60.4

3 21 39.6 39.6 100.0


(1)

BMJ320 (7251): 1708–12.

Prawirohardjo, S.,2008. Perdarahan pada Kehamilan Muda. In: Ilmu

Kebidanan.Edisi Keempat.Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, 460-474.

Speroff, L.,Fritz, M.A, 2005. Female Infertility. In: Clinical Gynaecologic

Endocrinology and Infertility.7th edition.Philadelphia,PA : Lippincott Williams and Wilkins, 1014-1019.

Statistics Indonesia, 2006.Definisi Angka Kematian Ibu (AKI).Available from: view=article&id=940&Itemid=104&lang=in. [Accesed 10 April 2010]. Taber,Ben-zion, 2001. Abortus. In: Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Kapita Selekta,EGC, 56-65.

Tuppala M, Bjorses UM, Stenman UH, et al.Luteal Phase Defect in Habitual Abortion: Progesterone in Saliva, Fertil Steril, 1991 Jul,56 (1) : 41-4.

Wilcox AJ, Treloar AE, Sandler DP : Spontaneous Abortion Over Time :

Comparing Occurrence in Two Cohort of Women A Generation Apart.


(2)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Khir Zikri Bin Abdul Mutalib

Tempat / Tanggal Lahir : 20 Februari 1988 / Johor, Malaysia. Agama : Islam

Alamat : No 2, Jalan Bunga Pekan, 83000 Batu Pahat, Johor, Malaysia

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Temenggong Ibrahim Penggaram (SKTIP)

2. Sekolah Maahad Muhammadi Lilbanin

3. Maktab Rendah Sains MARA (MRSM), Pontian. 4. SMA Raksana, Medan.

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK USU, Medan.

2. Peserta Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia 2007.

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia se- Indonesia (PKPMI).


(3)

Tahun 2008 dan 2009.

5. Ahli Jawatankuasa Majlis Makan Malam PM-USU 2009/2010.


(4)

LAMPIRAN 2 DATA INDUK

Distribusi Abortus Spontan dengan Usia Ibu dari tahun 2005 hingga tahun 2010 Bil. No. Pasien Usia Diagnosis Pendidikan Pekerjaan

1. 29.74.57 24 Insipien SMK IRT 2. 31.20.80 27 Insipien SMK IRT 3. 31.26.70 32 Insipien SLTA IRT 4. 31.30.89 22 Insipien SMP IRT 5. 30.05.56 18 Inkmplit SMP IRT 6. 30.91.30 33 Insipien SLTA IRT 7. 31.58.52 42 Insipien SLTP IRT 8. 31.65.84 23 Imminens SLTP IRT 9. 31.74.02 35 Inkmplit SLTA IRT 10. 31.22.57 40 Inkmplit SD IRT 11. 30.52.78 27 Imminens D3 PNS 12. 30.64.66 33 Missed SLTP WRASWSTA 13. 30.74.12 22 Inkmplit SMP PETANI 14. 31.89.11 27 Inkmplit SMEA IRT 15. 34.16.29 34 Insipien SMEA IRT 16. 32.04.41 42 Imminens SLTA IRT 17. 32.42.06 21 Insipien SMK IRT 18. 32.53.49 29 Insipien SLTA PETANI 19. 33.04.50 32 Insipien SLTA IRT 20. 37.99.21 20 Imminens SMP IRT 21. 38.01.24 38 Insipien SD PETANI 22. 38.58.22 36 Insipien SLTA IRT 23. 38.67.66 38 Inkmplit SLTA PEDAGANG 24. 39.02.03 25 Missed SLTP IRT 25. 39.39.48 45 Inkmplit SDA IRT


(5)

27. 40.71.89

28. 42.89.98 27 Insipien SLTA IRT 29. 42.95.96 29 Missed S1 IRT 30. 42.37.72 44 Inkmplit SD IRT 31. 41.28.39 39 Imminens SLTP IRT 32. 41.77.50 39 Imminens SLTP IRT 33. 41.94.10 36 Inkmplit SD IRT 34. 41.23.07 35 Inkmplit SLTA IRT 35. 42.49.39 40 Missed S1 GURU 36. 42.10.34 42 Imminens SLTP IRT 37. 42.16.30 32 Insipien SLTA IRT 38. 38.14.30 34 Imminens SLTA IRT 39. 42.62.40 38 Missed SLTP IRT 40. 40.01.21 37 Missed SLTA IRT 41. 43.33.94 25 Inkmplit SLTA IRT 42. 44.78.52 30 Inkmplit SLTA PEDAGANG 43. 44.07.96 34 Inkmplit SLTA IRT 44. 43.19.43 15 Inkmplit SD IRT 45. 39.90.79 33 Inkmplit SLTA IRT 46. 43.96.08 23 Inkmplit SLTA IRT 47. 43.32.28 17 Inkmplit SLTA IRT 48. 43.92.60 26 Inkmplit SLTA IRT 49. 41.73.75 27 Inkmplit SD IRT 50. 41.74.76 36 Inkmplit SLTA PETANI 51. 41.27.79 43 Imminens SLTA IRT 52. 40.46.10 32 Inkmplit SLTP IRT 53. 40.89.76 37 Inkmplit SLTA IRT


(6)

LAMPIRAN 3 Data SPSS Frequencies

Statistics

Diagnosis

N Valid 53

Missing 0

Diagnosis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Imminens 9 17.0 17.0 17.0

Inkmplit 23 43.4 43.4 60.4

Insipien 15 28.3 28.3 88.7

Missed 6 11.3 11.3 100.0

Total 53 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Umur

N Valid 53

Missing 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 7.5 7.5 7.5

2 28 52.8 52.8 60.4

3 21 39.6 39.6 100.0