BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menilai pasien yang mengalami abortus spontan dengan usia ibu sewaktu abortus. Pendekatan yang akan
digunakan pada desain penelitian ini adalah studi retrospektif, di mana akan dilakukan pengambilan data medis dari Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP
H. Adam Malik, Medan pada tahun 2005 hingga 2010.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Departmen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik, Medan. Waktu dikumpul data adalah pada bulan Mei 2010 hingga
September 2010.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah semua pasien yang pernah dirawat di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik yang telah didiagnosis mengalami
abortus spontan. Jumlah populasi tersebut diambil daripada rekam medis yang terdapat di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik pada tahun
2005 hingga 2010. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu keseluruhan populasi adalah
sampel karena perlu didapatkan jumlah atau nomor sebenar pasien yang mengalami abortus spontan secara keseluruhan untuk mengetahui dari jumlah tersebut persentase
pasien yang berumur 35 tahun ke atas dan 20 tahun ke bawah.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data, diambil rekam medis kesemua pasien yang telah didiagnosis mengalami abortus spontan,kemudian pada ibu yang mengalami
keguguran dilihat di dalam rekam medis berapakah umur ibu sewaktu hamil sebelum didiagnosis mengalami abortus spontan.
4.5 Metode Analisis Data
Data yang diambil dan dicatatkan daripada setiap pasien dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Adam Malik, Medan akan dimasukkan ke dalam komputer oleh
programmer. Pada proses pemasukkan data akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS windows 17.0.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini secara retrospektif dengan melihat rekam medis dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan. Rumah Sakit Umum Pusat H.
Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A dan juga rumah sakit rujukan wilayah pembangunan meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Barat dan Riau. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan Rawat Jalan sedangkan untuk
pelayanan Rawat Inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.
5.1.2 Karakteristik Individu
Dalam penelitian ini, tiada karakeristik khas bagi setiap individu ditetapkan tetapi distribusi pasien mengikut diagnosis yang diinginkan yaitu abortus spontan.
Jumlah keseluruhan pasien dari tahun 2005 hingga 2010 adalah seramai 53 orang. Namun, data untuk tahun 2008 tidak ditemukan di bagian rekam medis RSUP Haji
Adam Malik.
5.1.3 Hasil Analisis Data Menurut Usia
Dari data yang didapat dari bagian rekam medis dan juga ruang Rindu B I tahun 2005 hingga tahun 2010, pasien yang didiagnosis dengan abortus spontan
seramai 53 orang dengan usia yang bervariasi, yaitu seawal usia 15 tahun hingga yang berusia 45 tahun. Usia pasien yang bervariasi ini telah dikelompokkan mengikut
kategori yaitu, di bawah usia 20 tahun sebagai kelompok yang pertama, usia 21-34 tahun sebagai kelompok kedua, dan usia 35 tahun ke atas sebagai kelompok yang
ketiga. Di bawah adalah distribusi pasien yang mengalami abortus spontan menurut kelompok usia yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Distribusi pasien Abortus Spontan dengan usia ibu pada tahun 2005 hingga tahun 2010
Kategori Jumlah orang
Persentase 1 di bawah 20 tahun
2 21 – 34 tahun 3 35 tahun ke atas
4 28
21 7,6
52,8 39,6
Total 53
100
Gambar 5.1. Distribusi pasien Abortus Spontan dengan usia ibu
Diantara tahun 2005 hingga tahun 2010, seperti telah dinyatakan diatas, dicatatkan pada rekam medis terdapat seramai 53 orang pasien yang didiagnosis
mengalami abortus spontan. Dari jumlah keseluruhan tersebut, seramai 4 orang, yaitu 7,6 telah mengalami abortus spontan sebelum berusia 20 tahun. 28 orang 52,8
daripada 53 orang tersebut telah mengalami abortus spontan dalam lingkungan usia 21 hingga 34 tahun dan seramai 21 orang 39,6 pada usia di atas dari 35 tahun.
7,60
52,80 39,60
Usia
Kelompok 1 20 tahun Kelompok 2 21-34 tahun
Kelompok 3 35 tahun
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel dan pie chart di atas telah diperoleh jumlah kejadian abortus spontan yang tertinggi berlaku di kelompok 2, dan kejadian abortus spontan yang
paling sedikit berlaku adalah dari kelompok 1.
5.1.4 Hasil Analisa Data Menurut Diagnosis
Diagnosis yang didapatkan dari rekam medis setiap pasien juga bervariasi dari jenis-jenis abortus spontan yang ada. Di bawah adalah distribusi pasien yang
mengalami abortus spontan menurut jenis-jenisnya.
Tabel 5.2. Distribusi sampel berdasarkan diagnosis Diagnosis
Jumlah orang Persentase
Abortus Imminens Abortus Inkomplit
9 23
17 43,4
Abortus Insipiens Missed Abortus
15
6 28,3
11,3
Total 53
100
Gambar 5.2. Distribusi jenis-jenis Abortus Spontan
17
43,40 28,30
11,30
Jenis-jenis Abortus
Imminens Inkomplit
Insipiens Missed
Universitas Sumatera Utara
Daripada tujuh jenis abortus spontan yang ada, hanya terdapat empat jenis
yaitu abortus imminens, inkomplit, insipiens, dan missed abortus yang terjadi di kalangan pasien di sini. Abortus yang sering terjadi di kalangan pasien adalah abortus
inkomplit dengan jumlah 23 orang 43,4. Abortus insipiens mencatatkan jumlah pasien seramai 15 orang 28,3. Manakala, abortus imminens dan missed abortus
masing-masing jumlah pasien adalah 9 orang 17 dan 6 orang 11,3.
5.2 Pembahasan
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian abortus spontan dengan usia ibu dengan melihat kepada rekam medis yang terdapat
di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP H. Adam Malik, Medan. Di dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien di Departemen
Obgyn di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik pada tahun 2005 hingga 2010. Tiada sebarang kriteria khusus yang digariskan untuk sampel penelitian contohnya
tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Ini adalah karena, tujuan penelitian ini untuk melihat secara kasar kaitan antara kejadian abortus spontan dengan usia ibu
yang berlaku di tahun 2005 hingga 2010 tanpa terikat kepada sebarang kriteria. Kriteria seperti yang disebutkan diatas mungkin mempunyai kaitan yang erat dengan
abortus spontan, oleh itu, diperlukan penelitian yang lain untuk membuktikannya. Berdasarkan data yang didapat, terdapat perbedaan jumlah persentase di
antara kejadian abortus di bawah usia 20 tahun, di antara usia 21 hingga 34 tahun, dan yang berusia 35 tahun ke atas. Perbedaan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor risiko
yang meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah. Menurut data yang diambil, jumlah pasien yang didiagnosis dengan abortus
spontan paling tinggi pada usia di antara 21 hingga 34 tahun. Hal ini mungkin terjadi akibat dari pengaruh faktor risiko yang lainnya selain usia seperti faktor kelaianan
kromosom, faktor genetik, kelainan kongenital uterus, autoimun dan faktor endokrin eksternal juga merupakan penyebab terjadinya abortus. Infeksi, kelainan hematologik
dan pengaruh lingkungan juga bisa menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil
Universitas Sumatera Utara
Prawirohardjo, S.,2008. Hal lain yang mungkin menyebabkan kasus abortus spontan pada usia ibu 21 hingga 34 tahun tinggi karena belum tercapai secara
menyeluruh tujuan program Penyuluhan dan Peningkatan Kesehatan Balita dan Ibu Hamil yang bersifat promosi, motivasi, mendorong, dan partnership agar bisa
menciptakan pola hidup bersih dan sehat sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan. Ini mungkin berakibat dari belum adanya program-program seperti ini
pada semua puskesmas yang ada di seluruh Indonesia. Untuk diagnosis abortus spontan pada usia di bawah 20 tahun, data
menunjukkan angka yang kecil yaitu hanya empat orang saja 7,6. Hal ini berlawanan dengan litratur yang ada yaitu kehamilan remaja di bawah 20 tahun
berisiko kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi dibanding ibu berusia 20-35 tahun Affandi, 1980 .Hal yang bisa menyebabkan jumlah abortus rendah pada usia
di bawah 20 tahun mungkin disebabkan komitmen Departemen Kesehatan Depkes untuk memasukkan Kesehatan Reproduksi Remaja sebagai komponen esensial yaitu
Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial PKRE yang dirumuskan pada Semiloka Nasional Kesehatan Reproduksi tahun 1996. Hal ini karena pada
Konperensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan ICPD Cairo tahun 1994 memperkirakan sekitar 50 penduduk dunia berusia berada dibawah 20 tahun dan
mereka menanggung risiko terbesar terkena masalah kesehatan. Manakala, abortus spontan yang terdapat daripada data penelitian ini untuk
usia 35 tahun ke atas menunjukkan jumlah yang agak besar yaitu seramai 23 orang pasien yang mengalami keguguran dengan persentase 39,6. Persantase abortus
spontan keseluruhannya adalah rendah dan stabil sebelum usia 30 7-15, sedikit meningkat pada usia 30 hingga 34 8-21, meningkat lebih banyak pada usia 35
hingga 39 17-28, dan usia 40 atau lebih adalah 34-52 Speroff dan Fritz,2005. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya abortus spontan
setelah usia ibu mencapai 35 tahun dan ke atas. Selain itu, yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah diagnosis yang
dibuat pada setiap pasien yaitu jenis-jenis abortus spontan. Pada tabel dan pie
Universitas Sumatera Utara
chart5.2 telah menunjukkan kejadian abortus inkomplitus merupakan yang paling tinggi yaitu seramai 23 orang 43,4. Jumlah yang tinggi ini perlulah diperhatikan
oleh tenaga kesehatan dengan baik karena abortus Inkomplitus dapat mengancam jiwa ibu seperti terjadinya syok hemoragik akibat dari perdarahan placenta site yang
terus-menerus Prawirohardjo, S.,2008. Jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal pada jiwa ibu.
Kasus abortus insipiens dari penelitian ini adalah seramai 15 orang dengan 28,3. Jumlah persentase yang didapatkan untuk abortus insipiens boleh dikatakan
tinggi dalam penelitian ini. Oleh itu, tenaga kesehatan juga perlulah mewaspadai tentang cara penanganan yang baik seperti memperhatikan keadaan umum dan
perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera melakukan pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuratase bila perdarahan banyak Prawirohardjo,
S.,2008. Abortus Imminens dalam data yang didapatkan hanya merangkumi 9 orang
penderita 17. Walaupun jumlahnya agak sedikit, namun ianya memainkan peranan penting terutama untuk melakukan proses tindak lanjut.Abortus ini kadang-
kala diakhiri dengan terjadinya missed abortus. Mereka yang mengalami perdarahan pada awal kehamilan, sekitar separuhnya akan keguguran. Walaupun perdarahan
yang berlaku pada abortus ini umumnya sedikit, tetapi dapat menetap selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Sayangnya, akan terjadi peningkatan risiko
hasil kehamilan yang suboptimal dalam bentuk kelahiran preterm, berat bayi lahir rendah, dan kematian perinatal Cunningham, Gant,.et al. 2005. Dalam penelitian ini,
kesemua pasien yang mengalami abortus imminens tidak berjaya diselamatkan hasil konsepsi mereka.Oleh itu, hal ini perlulah dipandang serius oleh tenaga kesehatan
karena ianya bisa mempengaruhi pasien terutama dari sudut psikologi mereka. Penderita missed abortus biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali
merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Pada data penelitian ini, ditemukan kasus missed abortus hanyalah 11,3 dengan jumlah
penderita sebanyak 6 orang sahaja. Walaupun demikian, hal ini juga perlu
Universitas Sumatera Utara
diperhatikan oleh pihak tenaga kesehatan karena mungkin saja kadarnya lebih tinggi tetapi tidak terdeteksi melainkan pasien sudah mengeluhkan rahimnya semakin
mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder mulai menghilang. Banyak wanita yang tidak memperlihatkan gejala ini melainkan amenorea yang menetap
Cunningham, Gant,.et al. 2005. Jika missed abortus ini berlangsung lebih dari 4 minggu, perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan penjendalan darah oleh
karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase dilakukan Prawirohardjo, S.,2008 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN