angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia, pica.
c. Gejala penyakit dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada
anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.
2.2.7. Patofisiologi Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30, sel darah
18 dan haemoglobin 19 Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya
kehamilan Wiknjosastro, 2007 dan Mochtar, 1994. Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65 dimulai pada
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali
normal 3 bulan setelah partus.
2.2.8. Akibat Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil
Anemia defisiensi besi dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu hamil memerlukan banyak tenaga untuk melahirkan. Setelah itu, pada saat
melahirkan biasanya darah keluar dalam jumlah banyak sehingga kondisi
Universitas Sumatera Utara
anemia akan memperburuk keadaan ibu hamil. Kekurangan darah dan perdarahan akut merupakan penyebab utama kematian ibu hamil saat
melahirkan Wirakusumah, 1998. Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan pascapartum disamping eklampsia dan penyakit infeksi dan
plasenta previa yang kesemuanya bersumber pada anemia defisiensi Arisman, 2009.
Ibu hamil yang menderita anemia gizi besi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam kandungan. Oleh karena itu,
keguguran, kematian bayi dalam kandungan, berat bayi lahir rendah, atau kelahiran prematur rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia gizi
besi Wirakusumah, 1998.
2.2.9. Kebutuhan Zat Besi Pada Masa Kehamilan
Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi pada wanita hamil dibutuhkan selain
untuk memenuhi kehilangan basal, juga untuk pembentukan sel-sel darah merah yang semakin banyak serta janin dan plasentanya. Seiring dengan bertambahnya
umur kehamilan, zat besi yang dibutuhkan semakin banyak. Dengan demikian risiko anemia zat besi semakin besar Wirakusumah, 1998.
Penambahan asupan besi, baik lewat makanan danatau pemberian suplemen, terbukti mampu mencegah penurunan Hb akibat hemodilusi. Tanpa
suplementasi Comitte on Maternal Nutrition menganjurkan suplementasi besi selama trimester II dan III, cadangan besi dalam tubuh ibu akan habis pada
akhir kehamilan. Untuk menjaga agar stok ini tidak terkuras dan mencegah kekurangan, setiap ibu hamil dianjurkan untuk menelan besi sebanyak 30 mg
tiap hari. Takaran ini tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan. Oleh karena itu, suplemen sebesar 30-60 mg, dimulai pada minggu ke-12 kehamilan yang
diteruskan sampai 3 bulan pascapartum, perlu diberikan setiap hari Arisman, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan zat besi pada setiap trimester kehamilan berbeda-beda. Pada trimester pertama, kebutuhan besi justru lebih rendah dari masa sebelum hamil.
Ini disebabkan wanita hamil tidak mengalami menstruasi dan janin yang dikandung belum membutuhkan banyak zat besi Wirakusumah, 1998.
Menjelang trimester kedua, kebutuhan zat besi mulai meningkat. Jumlah sel darah merah yang bertambah mencapai 35 seiring dengan meningkatnya
kebutuhan zat besi sebanyak 450 mg. Pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah yang banyak, yang tidak
bisa didapat dari makanan saja. Oleh karena itu, ibu hamil harus mendapat tambahan zat besi berupa suplementasi zat besi, walaupun makanan yang
dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi bioavailabilitasnya. Kebutuhan zat besi tiap semester adalah sebagai berikut Wirakusumah, 1998,
Pritchard, 1991 : -
Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mghari, kehilangan basal 0,8 mghari ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
- Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mghari, kehilangan basal 0,8
mghari ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg.
- Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mghari, kehilangan basal 0,8
mghari ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.
2.2.10. Pemberian Suplementasi Zat Besi