Tingkat Stres Pada Mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA MALAYSIA SEMESTER I FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TAHUN AKADEMIK 2013/2014

OLEH:

RABIAH IRFAH BINTI WUKAR HUSSAIN 100100277

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA MALAYSIA SEMESTER I FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TAHUN AKADEMIK 2013/2014

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan sarjana kedokteran”

OLEH:

RABIAH IRFAH BINTI WUKAR HUSSAIN 100100277

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Melangkah masuk ke universitas merupakan suatu langkah besar dalam kehidupan seseorang. Perubahan gaya hidup, prestasi akademik, jadwal perkuliahan yang padat, masalah sesama teman, menyesuaikan diri jauh dari rumah buat kali pertama dan dengan lingkungan sekitar yang baru dapat mencetus terjadinya stres pada mahasiswa semester I. Ditambah l agi, jika mahasiswa semester I itu adalah mahasiswa kedokteran gigi berasal dari Malaysia. Mahasiswa semester I asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara harus menyesuaikan diri dengan lingkungan secara afektif, perilaku dan kognitif. Proses tersebut dapat memicu stres di kalangan mahasiswa asing ini karena berada dalam lingkungan yang berbeda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gi gi Universitas Sumatera Utara tahun akademik 2013/2014. Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional , data diperoleh menggunakan alat ukur berupa kuesioner Hassles Assessment Scale for Student in College kepada 56 mahasiswa Malaysia Semester I Fak ultas Kedokteran Gigi USU. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode total sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakanStatistical Package For The Social Science (SPSS).

Hasil penelitian menunjukan dari 56 ma hasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi USU, sebanyak 26.8% atau 15 orang mengalami stres rendah, 67.9% atau 38 orang mengalami stres sedang dan 5.4% atau 3 orang mengalami stres tinggi. Berdasarkan umur pula, kelompok umur 18 dan 19 tahun mencatatkan angka yang tertinggi untuk tingkat stres. Jika dibandingkan antara laki-laki dan perempuan, laki -laki mempunyai stres yang lebih tinggi.

Fakultas kedokteran gigi disarankan untuk menganjurkan program kesehatan mental seperti konseling yang dapat membantu mahasiswa asing ini yang berhadapan dengan stres. Dengan minda yang tenang, mahasiswa ini dapat beradaptasi secara tepat dengan lingkungannya yang baru. Selain itu, prestasi akademik seseorang mahasiswa dapat ditingkatkan dan ini membantu melahir kan mahasiswa yang pintar dan berwawasan.


(5)

ABSTRACT

Stepping into university is a big step in one's life. Lifestyle changes, academic achievement, a solid schedule of lectures, problem peers, adapt away from home for the first time and with the new environment can trigger the occurrence of stress in first y ear students. Plus, if these first year students are international students from Malaysia migrated to Medan to study dentistry. These first year students from Malaysia must adjust to the new environment affectively, behaviorally and cognitively. Hence, tri ggers a stress response among them.

This study aims to describe the level of stress on the first year Malaysian students of the Faculty of Dentitry University of Sumatera Utara academic year 2013/2014. Using a cross sectional descriptive methods, data is obtained using a questionnaire measuring instrument Hassles Assessment Scale for Student in College to 56 first year Malaysian USU dentistry students. Sampling technique which was used for this study is total sampling method. A computer program called Statistical Package for the Social Science (SPSS) is used to analyzed the data.

The results from 56 first year Malaysian students of faculty of Dentistry USU showed as many as 26.8% or 15 people experiencing low stress levels, 67.9% or 38 people have moderat e stress levels and 5.4% or 3 people experiencing high stress levels. By age anyway, the age group 18 and 19 years recorded the highest figure for the level of stress. When compared between male and female, male have higher stress levels.

Management of Dentistry faculty are advised to encourage programs such as mental health counseling to help these intenational students deal with stress. By having a clear mind off stress, these students could adapt to the new environment correctly. Therefore, improving the ir academic achievement and help deliver smart and insightful students.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kurnia dan izinNya skripsi yang berjudul Tingkat Stres Pada Mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014 ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa semua usaha yang telah dilakuka n merupakan hasil kerjasama yang baik dari semua pihak yang telah membantu. Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Prof. dr. M. Joesof Simbolon, SpKJ(K) sebagai pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk membimbing penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak, ibu tercinta (Bapak En. Wukar Hussain Bin Mazoor Hussain dan Ibu Puan Nusreen Bano Binti Muhammad Rafik) atas doa, motivasi dan kasih sayangnya.

5. Teman sekelompok KTI saya, Dayana Salama Gul dan seluruh teman-teman setambuk 2010, atas dukungan dan bimbingan serta junior -junior tercinta yang telah membantu dalam bentuk doa, motivasi dan kasih sayang dalam penyusunan skripsi ini.

6. Semua pihak yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung, namun tidak dapat disebutkan satu persatu.


(7)

Seluruh bantuan baik moril maupun material yang diberikan kepada penulis selama ini , penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebesar -besarnya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi sesiapa pun yang membacan ya.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan... ... ... i

Abstrak... ... ... ... ii

Abstract ... ... ... ... iii

Kata Pengantar ... ... ... iv

Daftar Isi ... ... ... ... v

Daftar Tabel ... ... ... vi

Daftar Lampiran ... ... ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... ... ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... ... . 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... ... 4

1.4 Manfaat Penelitian... ... ... 5

1.4.1 Manfaat Bagi Universitas ... ... 5

1.4.2 Manfaat Bagi Pengembangan Keilmuan... 5

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti... ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Stres ... ... ... 6

2.1.1 Pengertian Stres ... ... 6

2.1.2 Klasifikasi & Etiologi Stres... ... 6

2.1.3 Pengolongan Stres... ... 7

2.1.4 Penyebab Stres... ... 8

2.1.5 Kerentanan Mendapat Stres... ... 8

2.1.6 Tingkatan Stres ... ... 9


(9)

2.1.8 Respon Stres ... ... ... 12

2.1.9 Dampak Stres... ... .. 14

2.2 Mahasiswa ... ... ... 15

2.2.1 Pengertian Mahasiswa... ... 15

2.2.2 Mahasiswa Tahun Pertama ... ... 15

2.2.3 Mahasiswa Malaysia yang Melanjutkan Studi Di Medan . 16 2.3 Pengukuran Tingkat Stres ... ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEF INISI OPERASIONAL... 18

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... ... 18

3.2 Definisi Operasional ... ... ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... 20

4.1 Jenis Penelitian... ... ... 20

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 20

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 20

4.3.1 Populasi ... ... ... 20

4.3.2 Sampel ... ... ... 20

4.4 Metode Pengumpulan Data ... ... 21

4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... ... 22

4.6 Pengolahan Data & Analisis Data... ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... . 24

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... ... 24

5.2.1 Jenis Kelamin ... ... ... 25

5.2.2 Umur ... ... ... 25

5.3 Hasil Analisa Data dan Pembahasan ... ... 26

5.3.1 Hasil Analisa Data ... ... 26


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 33 6.1 Kesimpulan ... ... ... 33 6.2 Saran ... ... ... ... 33

DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Nombor Tabel

Judul Halaman

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 22

5.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden 25

5.2 Distribusi Umur Responden 25

5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Responden

26

5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Keusioner Responden

27

5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Berdasarkan Jenis Kelamin

28

5.6 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Berdasarkan Umur


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Ethical Clearance

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Pengisian Kuesioner

Lampiran 4 Surat Pernyataan Persetujuan Pengisian Kuesioner (Informed Consent)

Lampiran 5 Data Peribadi Responden & Kuesioner Penelitian Lampiran 6 Hasil Output Penelitian


(13)

ABSTRAK

Melangkah masuk ke universitas merupakan suatu langkah besar dalam kehidupan seseorang. Perubahan gaya hidup, prestasi akademik, jadwal perkuliahan yang padat, masalah sesama teman, menyesuaikan diri jauh dari rumah buat kali pertama dan dengan lingkungan sekitar yang baru dapat mencetus terjadinya stres pada mahasiswa semester I. Ditambah l agi, jika mahasiswa semester I itu adalah mahasiswa kedokteran gigi berasal dari Malaysia. Mahasiswa semester I asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara harus menyesuaikan diri dengan lingkungan secara afektif, perilaku dan kognitif. Proses tersebut dapat memicu stres di kalangan mahasiswa asing ini karena berada dalam lingkungan yang berbeda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gi gi Universitas Sumatera Utara tahun akademik 2013/2014. Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional , data diperoleh menggunakan alat ukur berupa kuesioner Hassles Assessment Scale for Student in College kepada 56 mahasiswa Malaysia Semester I Fak ultas Kedokteran Gigi USU. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode total sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakanStatistical Package For The Social Science (SPSS).

Hasil penelitian menunjukan dari 56 ma hasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi USU, sebanyak 26.8% atau 15 orang mengalami stres rendah, 67.9% atau 38 orang mengalami stres sedang dan 5.4% atau 3 orang mengalami stres tinggi. Berdasarkan umur pula, kelompok umur 18 dan 19 tahun mencatatkan angka yang tertinggi untuk tingkat stres. Jika dibandingkan antara laki-laki dan perempuan, laki -laki mempunyai stres yang lebih tinggi.

Fakultas kedokteran gigi disarankan untuk menganjurkan program kesehatan mental seperti konseling yang dapat membantu mahasiswa asing ini yang berhadapan dengan stres. Dengan minda yang tenang, mahasiswa ini dapat beradaptasi secara tepat dengan lingkungannya yang baru. Selain itu, prestasi akademik seseorang mahasiswa dapat ditingkatkan dan ini membantu melahir kan mahasiswa yang pintar dan berwawasan.


(14)

ABSTRACT

Stepping into university is a big step in one's life. Lifestyle changes, academic achievement, a solid schedule of lectures, problem peers, adapt away from home for the first time and with the new environment can trigger the occurrence of stress in first y ear students. Plus, if these first year students are international students from Malaysia migrated to Medan to study dentistry. These first year students from Malaysia must adjust to the new environment affectively, behaviorally and cognitively. Hence, tri ggers a stress response among them.

This study aims to describe the level of stress on the first year Malaysian students of the Faculty of Dentitry University of Sumatera Utara academic year 2013/2014. Using a cross sectional descriptive methods, data is obtained using a questionnaire measuring instrument Hassles Assessment Scale for Student in College to 56 first year Malaysian USU dentistry students. Sampling technique which was used for this study is total sampling method. A computer program called Statistical Package for the Social Science (SPSS) is used to analyzed the data.

The results from 56 first year Malaysian students of faculty of Dentistry USU showed as many as 26.8% or 15 people experiencing low stress levels, 67.9% or 38 people have moderat e stress levels and 5.4% or 3 people experiencing high stress levels. By age anyway, the age group 18 and 19 years recorded the highest figure for the level of stress. When compared between male and female, male have higher stress levels.

Management of Dentistry faculty are advised to encourage programs such as mental health counseling to help these intenational students deal with stress. By having a clear mind off stress, these students could adapt to the new environment correctly. Therefore, improving the ir academic achievement and help deliver smart and insightful students.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stres merupakan salah satu reaksi atau respon psikolog is manusia saat dihadapkan pada hal-hal yang dirasa telah melampui batas atau dianggap sulit untuk dihadapi. Setiap manusia mempunyai pengalaman terhadap stres bahkan sebelum manusia lahir (Smeltzer dan Bare, 2008). Stres normal dialami setiap individu dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan. Stres membuat seseorang yang mengalaminya berpikir dan berusaha keras dalam menyele saikan sesuatu permasalahan atau tantangan dalam hidup sebagai bentuk respon adaptasi untuk tetap bertahan (Potter dan Perry, 2005).

Baru-baru ini stres selama pelatihan medis semakin banyak dilaporkan dalam literatur-literatur yang dipublikasikan. Peneliti an juga menunjukkan cukup tingginya tingkat stres, yang mengakibatkan gejala depresi bahkan pikiran untuk bunuh diri pada mahasiswa medis. Selain stres, keadaan sosial, emosional, fisik dan juga permasalahan keluarga dari mahasiswa juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar. Stres yang berlebihan dapat mengakibatkan permasalah mental dan fisik dan dapat mengurangi rasa harga diri mahasiswa dan dapat mempengaruhi prestasi akademiknya. Prevalensi stres dikalangan mahasiswa kedokteran gigi telah dilaporkan di b eberapa negara antaranya Amerika Serikat, United Kingdom, German, Greece, Jordan, Nigeria, Afrika Selatan, India, Singapura, Malaysia, Jepang, Australia, dan West Indies. Penelitian juga melaporkan bahwa kendala akademik dan juga faktor -faktor seperti usia, jenis kelamin, etnitas, dan status perkawinan juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan stres pada mahasiswa. (Shah, 2010).

Remaja akhir merupakan tahap perkembangan yang akan memasuki masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami suatu kondisi yang disebu t dengan periode “storm & stress” (Bakrie, 2010). Perubahan kondisi fisiologis dan perkembangan berupa peningkatan kadar hormon. Mengakibatkan mahasiswa labil dalam menghadapi permasalahan -permasalahan dalam kehidupannya.


(16)

Mahasiswa cenderung terlihat kuran g berpengalaman dalam menyelesaikan masalah (Tobroni, 2010). Oleh karena itu, mahasiswa cenderung lebih mudah mengalami stres.

Kehidupan bukan hanya sekadar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus. Tetapi banyak aktivitas yang terlibat dalam kegiatan akademik. Bersosialisasi dan menye suaikan diri dengan teman sesama mahasiswa dengan karakteristik dan latar belakang yang berbeda, mengembangkan bakat dan minat melalui kegiatan -kegiatan non-akademis, dan bekerja untuk menambahkan uang saku (Govaerst & Gregoire, 2004). Kondisi tersebut dapat menjadi stressor bagi mahasiswa. Pola hidup yang kompleks ini seringkali menjadi beban tambahan di samping tekanan dalam kuliah yang melelahkan. Masalah di luar kuliah mau tak mau harus diakui turut mempengaruhi baik dari segi mood, konsentrasi, maupun prestasi akademik.

Mahasiswa mengalami stres dapat berdampak positif atau n egatif (Agolla & Ongori, 2009). Beban stres yang dirasa berat juga dapat memicu seorang remaja untuk berperilaku negative, seperti merokok, alcohol, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007).

Fakultas kedokteran gigi diketahui sebagai lingkungan pembelajaran yang meminta tuntutan yang tinggi dan penuh dengan tekanan jiwa (stressful). Kurikulum saat ini menghendaki mahasiswa kedokteran gigi untuk mencapai bermacam-macam kecakapan/keahlian, termasuk kemahiran dalam pengetahuan teori, kompetensi klinik, dan keterampilan dalam berhubungan dengan orang -orang (interpersonal skill). Telah banyak penelitian yang dilakukan di berbagai fakltas kedokteran gigi di seluruh dunia dan kebanyakan dari penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dari stres di antara mahasiswa kedokteran gigi.

Dalam penelitian (Alzahem et all, 2010), ditemukan bahwa sumber stres pada mahasiswa kedokteran gigi berhubungan dengan ujian, kebutuhan dan syarat klinik, dan dental supervisor. Pada penelitian Polychronopoulou dan Divaris, 2005, mengemukakan bahwa sumber stres pada mahasiswa kedokteran gigi berasal dari banyaknya kul iah, ujian dan peringkat, kurangnya kepercayaan diri


(17)

akan menjadi dokter gigi yang sukses, melengkapi syarat kelulusan, kurangnya waktu untuk mengerjakan tugas sekolah, dan kurangnya waktu santai. Menurut (Khalid, 2000), prevalensi stres di Malaysia pada k edokteran gigi sebesar 89,7%. Adapun penelitian (Peker et all, 2009), dan (Polychronopoulou & Divaris, 2010), mengemukakan bahwa tingkat stres yang tinggi pada dokter gigi dimulai sejak sekolah di kedokteran gigi dan memiliki manifestasi yang berbeda terga ntung lama pembelajarannya. Berdasarkan penelitian (Gorter et all, 2008), (Schmitter et all, 2008) dan (Murphy et all, 2009) menunjukkan bahwa tingkat stres pada mahasiswa kedokteran gigi lebih tinggi dibandingkan mahasiswa kedokteran.

Dampak positif dari stres, berupa peningkatan kreativitas dan memicu pengembangan diri, selama stres yang dialami masih dalam batas kapasitas individu. Stres tetap dibutuhkan untuk pengembangan diri mahasiswa (Smeltzer & Bare, 2008). Predikator control dan suport mejadi hal y ang penting untuk mengarahkan mahasiswa mendapatkan mafaat positif dari kondisi stres yang dialami (Gibbon.C., Dempster.M., & Moutray.M., 2011). Respon stres dari setiap mahasiswa berbeda. Respon tersebut bergantung pada kondisi kesehatan, kepribadian, pengalaman sebelumnya terhadap stres, mekanisme koping, jenis kelamin, dan usia, besarnya stresor, dan kemampuan pengelolaan emosi dari masing-masing individu (Potter & Perry, 2005).

Stres merupakan topik yang penting dalam kehidu pan akademik termasuk kehidupan sosial. Penelitian ini melibatkan Mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumate ra Utara (FKG USU) Tahun Akademik 2013/2014. Penelitian ini menjadi penting untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya stres. Penelitian ini mempertimbangkan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan stres. Karakteristik umur dan jenis kelamin menjadi penting untuk dilibatkan sebagai bagian yang mempengaru hi karakteristik stres pada mahasiswa. Harapan peneliti dengan dilakukannya penelitian ini dapa t berkontribusi terhadap p erkembangan keilmuan melalui manajemen stres baik terhadap sumber daya manusia, lingkungan, maupun terhadap pengelolaan sistem pembelajaran.


(18)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seperti berikut :

Bagaimanakah tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres terhadap karakteristik jenis kelamin dan umur pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah a gar teridentifikasinya gambaran :

a. Tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014.

b. Tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014 berdasarkan jenis kelamin.

c. Tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014 berdasarkan umur.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Universitas

Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi pihak universitas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa asing yang menyebabkan mereka mengalami stres. Selain itu mahasiswa mengetahui konsep terkait stres, sehingga


(19)

mahasiswa dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam menghadapi stres dan mampu berusaha untuk menghindari koping yang buruk.

1.4.2. Manfaat Bagi Pengembangan K eilmuan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman yang dapat disesuaikan dengan tingkatan stres seseorang dengan menilai respon yang tampak secara verbal atau non-verbal dengan mengarahkan individu kep ada bentuk koping yang positif. Mahasiswa laki-laki maupun perempuan memiliki po tensi yang sama besar dalam menghadapi stres, sehingga tidak perlu adanya perlakuan khusus diantara keduanya.

1.4.3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan identifikasi tingkat stres dari segi fisiologis, psikologis, dan perilaku di kalangan mahasiswa. Selain itu, penelitian ini dijadikan sebagai rujukan dalam menentukan intervensi kedokteran terhadap mahas iswa dengan karakteristik stres sebagai bagian dari kehidupan maha siswa yang tidak terpisahkan.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres

2.1.1. Pengertian Stres

Menurut American Institute of Stress (2010), tidak ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama. Stres bagi seorang individu belum tentu stres bagi individu yang lain. Sedangkan menurut National Association of School Psychologist (1998), stres adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan diinterpr etasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Istilah stres digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi fisik dan psikis seseorang terhadap keadaan tertentu yang mengancam (Carlson, 2005). Menurut (Rasmun, 2004), stres adalah res pon tubuh yang tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari -hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang.

Stres memberi dampak secara total pada individu yaitu dampak terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah reaksi fisik dan psikis yang berbeda -beda pada setiap individu dan terjadi dalam keadaan tertentu yang mengan cam.

2.1.2. Klasifikasi & Etiologi Stres

1. Stres Kepribadian (Personality Stress): Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan resikonya kecil. 2. Stres Psikososial (Psychosocial Stress): Stres psikososial adalah stres

yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan baru, masalah cinta, masalah keluarga, dan lain -lain.


(21)

3. Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress): Stres bioekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Yang pertama yaitu ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang kedua akibat kondisi biologis seperti akibat datang bulan, demam, asma, jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat penyakit dan kondisi tubuh lainnya.

4. Stres Pekerjaan (Work Stress): Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak kerjaan, usaha gagal, persaingan bisnis adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan.

5. Stres Mahasiswa (Student Stress): Dipicu oleh dunia perkuliahan. Dalam dunia perkuliahan sendiri dikenal tiga kelompok stressor, yaitu stressor dari area sosial dan personal, stressor dari gaya hidup dan budaya, serta stressor yang datang dari faktor akademis it u sendiri (Rice, 1999).

2.1.3. Pengolongan Stres

Menurut Rice (1992) stres digolongkan dalam dua golongan. Penggolangan ini berdasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya:

1. Distress (Stres Negatif)

Distressmerupakan stres yang bersifat merusak atau tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, kegelisahan atau khawatir sehingga individu mengalami ke adaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

2. Eustress(Stres Postif)

Eustresss pula bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Iya dapat meningkatkan kesiangan mental, kewaspadaan, kognisi, dan perfomansi individu tersebut.


(22)

2.1.4. Penyebab Stres

Penyebab stress (stressor) adalah segala situasi atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Stressor yang sama akan dinilai berbeda oleh setiap individu. Penilaian individu terhadap stressor akan mempengaruhi kemampuan individu un tuk melakukan tindakan pencegahan terhadap stressor yang membuat stres (Safaria & Saputra, 2009). Losyk (2005) menyatakan bahwa stres pada individu dapat terjadi karena tuntutan -tuntutan yang individu diletakkan dalam diri sendiri.

Potter & Perry (2005) me ngklasifikasikan stressor menjadi dua, yaitu stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, dan stressor eksternal adalah penyebab stres yang berasal dari luar diri individu. Penyeba b stres yang terjadi pada mahasiswa selama menjalani perkuliahan adalah tuntutan akademik, penilaian sosial, manajemen waktu serta persepsi individu terhadap waktu penyelesaian tugas, kondisi ujian, kondisi perbedaan bahasa yang digunakan dan biaya perkuli ahan (Kausar, 2010; Lubis dan Nurlaila, 2010; Robotham, 2008).

1.1.5. Kerentanan Mendapat Stres

Stres hadir melalui berbagai cara dan mengganggu manusia dari segala umur dalam kehidupan. Tidak ada standar eksternal yang bisa diaplikasikan untuk memprediksikan tahap stres dalam individu. Seseorang tidak semestinya mempunyai pekerjaan untuk menghadapi stres, hanya sebagai orang tua kepada anak sudah bisa merasakan stres.

Derajat stres dalam hidup amat bergantung kepada faktor individu seperti kesehatan fisikal, kualitas hubungan interpersonal, jumlah komitmen dan tanggungjawab yang ditanggung, derajat ketergantungannya orang pada kita, ekspektansi kita, jumlah sokongan yang diterima dari yang lain dan jumlah perubahan atau kejadian traumatik yang telah berlangsung dalam hidup kita.

Orang yang kekurangan tidur secara fisik tidak mempunyai kapasitas dalam mengatasi stres dan tekanan setiap hari dan bisa melaporkan stres yang lebih tinggi. Kadang-kala stresor spesifik terasosiasi dengan kelompok umur atau


(23)

tahap hidup,anak, remaja, orang tua yang bekerja, dan senior adalah kelompok yang sering mendapat stres karena transisi hidup.

Mahasiswa mempunyai stresor yang spesifik karena turut mengalami keadaan seperti ujian tengah semester dan akhir semester, kertas kerja, pene litian dan laporan yang menyumbang kepada t erjadinya stres (Kaplan, 2010).

2.1.6. Tingkatan Stres

Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda -beda terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma, pengalaman, dan pola hidup, factor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu dengan stres serta mekanisme koping. Berdasarkan studi literatur, ditemukan tingkatan stres menjadi tiga bagian, antara lain :

2.1.6.1. Stres Normal

Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung lebih keras setelah a ktivitas. Stres normal alamiah dan menj adi penting, karena setiap orang pasti mengalami stres.

2.1.6.2. Stres Ringan

Stres ringan adalah stres yang dihadapi secara teratur, biasanya dirasakan setiap individu, misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan dan kritikan. Suzanne & Brenda (2008) mengatakan pada fase ini seseorang mengalami peningkatan kesadaran dan lapang persepsinya. Stres biasanya berakhir dalam beberapa menit atau jam dan tidak menimbulkan penyakit kecu ali jika dihadapi terus menerus.

2.1.6.3. Stres Sedang

Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai hari. Fase ini ditandai dengan kewaspadaan, fokus pada indra penglihatan dan pendengaran, peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dan mampu mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi dirinya (Suz anne & Brenda, 2008).


(24)

Contoh stres sedang yang sering dihadapi mahasiswa yaitu perselisihan antar teman, tugas yang berlebihan, mengharapkan liburan, permasalahan keluarga.

2.1.6.4. Stres Berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai tahun. Semakin sering dan lama situasi stres, semakin tinggi risiko kesehatan yang ditimbulkan (Potter & Perry, 2005). Hal tersebut terjadi karena pada tahap ini individu tidak mampu menggunakan koping yang adaptif, tidak mampu melakukan kontrol aktivitas fisik dalam jangka waktu yang lama, dan sulit fokus pada satu hal terutama dalam memecahkan masalah (Suzanne & Brenda, 2008).

2.1.6.5. Stres Sangat Berat

Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya teridenti fikasi mengalami depresi berat.

2.1.7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Stres

Tingkat stres tergantung pada sejumlah faktor. Faktor -faktor yang mempengaruhinya yaitu:

a. Kemampuan menerka

Kemampuan menerka timbulnya kejadian stres, walaupun yang bersangkutan tidak dapat mengontrolnya, biasanya akan mengurangi kerasnya stres.

b. Kontrol atas jangka waktu

Kemampuan seseorang mengendalikan jangka waktu kejadian yang penuh stres akan mengurangi kerasnya stres.

c. Evaluasi kognitif

Kejadian stres yang sama mungkin dihayati secara berbeda oleh dua individu yang berbeda, tergantung pada situasi apa yang berarti pada seseorang.


(25)

d. Perasaan mampu

Kepercayaan seseorang atas kemampuannya menanggulangi stres merupakan faktor utama dalam menentukan kerasnya stres.

e. Dukungan masyarakat

Dukungan emosional dan adanya perhatia n orang lain dapat membuat seseorang sanggup bertahan dalam menghadapi stres.

Menurut Rasmun (2004), setiap individu akan mendapat efek stres yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a. Kemampuan individu mempersepsikan stressor

Jika stresor dipersepsikan akan berakibat buruk bagi individu tersebut, maka tingkat stres yang dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika stresor dipersepsikan tidak mengancam dan individu tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan. b. Intensitas terhadap stimulus

Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu mengadaptasinya.

c. Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi, stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan.

d. Lamanya pemaparan stressor

Memanjangnya lama pemaparan stresor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu dalam mengatasi stres.

e. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama.

f. Tingkat perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga risiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan akan berbeda.


(26)

2.1.9. Respon Stres

Stres dapat menghasilkan berbagai respon yang dapat berguna sebagai indikator dan alat ukur terjadinya stres pada individu. Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu respon fisiologis, adaptif, dan psikologis. Respon fisiologis berupa interpretasi otak dan respon neuroendokrin; respon adaptif berupa General Adaptif Syndrome (GAS) dan Local Adaptation Syndrome (LAS). Respon psikologis dapat berupa perilaku konstruktif maupun dekstruktif (Smeltzer & Bare, 2008).

Respon fisiologis terhadap stressor merupakan mekanisme protektif dan adaptif untuk memelihara keseim bangan homeostatis tubuh. Merupakan rangkaian peristiwa neural dan hormonal yang mengakibatkan konsekuensi jangka pendek dan panjang bagi otak dan tubuh. Dalam respon stres, impuls aferen akan ditangkap oleh organ pengindra dan internal ke pusat saraf otak lalu diteruskan sampai ke hipotalamus. Kemudian diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan respon yang diperlukan untuk mengembalikan tubuh dalam keadaan homeostatis (Smeltzer & Bare, 2008). Jika tubuh tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, maka dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan tubuh.

Jalur neural dan neuendokrin dibawah kontrol hipotalamus akan diaktifkan. Kemudian akan terjadi sekresi sistem saraf simpatis kemudian diikuti oleh sekresi simpatis-adrenal-moduler, dan akhirnya bila stres masih ada dalam sistem hipotalamus-pituitari akan diaktifkan (Smeltzer & Bare, 2008). Sistem saraf pusat mensekresikan norepinefrin dan epinefrin untuk meningkatkan respon simpatis-adrenal-meduler pada kondisi stres. Respon ini menimbulkan efek atau reaksi yang berbeda di setiap sistem tubuh yang akan dijabarkan dalam indikator stres secara fisiologis. Pada kondisi tersebut terdapat organ tubuh yang meningkat maupun menurun kinerjanya, reaksi ini disebut fight or flight.

Norepinefrin mengakibatkan pe ningkatan fungsi organ vital dan keadaan tubuh secara umum. Sedangkan sekresi endorfin mampu menaikkan ambang untuk menahan stimulasi nyeri yang mempengaruhi suasana hati. Manifestasi sekresi norepinefrin dan endorfin diantaranya: pengeluaran keringat, per ubahan suasana hati, keluhan sakit kepala, sulit tidur, peningkatan denyut yang dapat


(27)

terjadi pada mahasiswa akibat beban tugas akademik yang dirasakan berat (Smeltzer & Bare, 2005).

1. Local Adaptation Syndrome (LAS)

LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Contoh dari LAS adalah respon refleks nyeri dan respon inflamasi. Karekteristik dari LAS, yaitu respon adaptif dan tidak melib atkan seluruh sistem tubuh, memerlukan stressor untuk menstimulasinya, jangka pendek. Selain itu, respon tidak terjadi terus menerus dan membantu dalam memulihkan homeostatis region atau bagian tubuh.

2. General Adaptation Syndrome (GAS)

Menurut Losyk (2005) bahwa dampak negative yang terjadi akibat stres dapat dijelaskan menurut teori sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome, GAS). GAS adalah respons berpola tertentu terhadap tuntutan ekstra yang diterimanya. Seterusnya, ada tiga tahap spesifik, ya itu reaksi peringatan, pertahanan, dan penghabisan.

Tahap peringatan tubuh dihadapkan pada penyebab stres. Individu menjadi bingung dan kehilangan arah. Tubuh mempersiapkan dirinya melawan stres dengan mengirimkan hormon -hormon berguna ke dalam aliran dara h. Akibatnya, detak jantung dan pernafasan meningkat, ditambah dengan semakin menegangnya otot-otot pada saat tubuh bersiap -siap melakukan aksi. Gerakan pertahanan ini membantu kita agar dapat bertahan terhadap factor penyebab stres yang kita hadapi.

Tahap kedua merupakan tahap pertahanan. Hormon -hormon di dalam darah tetap berada pada tingkat tinggi. Tubuh menyesuaikan diri untuk melawan stres. Penyesuian ini bisa saja hanya terjadi di dalam sebuah organ tubuh tersendiri maupun sistem organ secara menyelur uh. Jika stres tingkat tinggi terus berlangsung, keadaan ini sering kali berakibat pada timbulnya penyakit dalam sebuah organ atau sistem tubuh. Tingginya tingkat stres ini juga dapat menyebabkan seseorang menjadi gugup, lelah, dan sering kali marah -marah. Tahap terakhir adalah tahap penghabisan, tahap di mana jika stres tetap


(28)

berlangsung, jaringan dan sistem organ tubuh bisa rusak. Dalam jangka waktu yang panjang, keadaan ini bisa menimbulkan penyakit atau kematian.

Mahasiswa yang mendapat beban tugas akademik dan mahasiswa merasakannya sebagai suatu tugas yang berat, maka dapat mengakibatkan aktifnya jalur neural-endokrin. Mengakibatkan sekresi hormon stres yang mengakibatkan pembuluh darah mengalami respon nyeri pada bagian kepala (Sherwood, 2010). Rasa nyeri tersebut sebagai suatu alarm terhadap tubuh sebagai bentuk kompensasi terhadap faktor lingkungan. Namun, jika stressor tidak dihentikan, maka dapat mengakibatkan mahasiswa memasuki tahap kelelahan dan berakhir dengan gangguan kesehatan berupa: gan gguan pencernaan, gangguan sirkulasi, dan penurunan respon imun.

2.1.8. Dampak Stres

Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Rafidah, dkk (2009) menyatakan bahwa stres dapat meningkatkan kemampuan individu dala m proses belajar dan berfikir. Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala -gejala tertentu. Rice (1992) dalam Safaria & Saputra (2005) mengelompokkan dampak negative stres dan yang dirasakan oleh individu dalam lima gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis, kognitif, interpersonal dan organisasional. Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, ke lelahan, sakit perut, berubah selera makan, susah tidur dan kehilangan semangat.

Selain dampak fisiologis, individu yang mengalami stres akan mengalami perubahan kondisi psikis berupa perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung, s edih dan depresi. Perubahan psikologis akibat stres akan mempengaruhi penurunan kemampuan kognitif, seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau. Dampak negatif stres yang mudah diamati anta ra lain sikap acuh tidak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, dan mudah menyalahkan orang lain.


(29)

Tingkat stres seseorang lebih dipengaruhi oleh tingkat kedewasaan dilihat dari usia dan pengalaman hidup (Stuart dan Laraia, 2005). Stres yang luar biasa untuk satu orang tidak semestinya dianggap stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu (Sriati A, 2007).

2.2. Mahasiswa

2.2.1. Pengertian Mahasiswa

Pengertian Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya , mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.

Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syara t dengan berbagai predikat.

Pengertian Mahasiswaadalah merupakan insan -insan calon sarjana yang dalam keterlibatanya adengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon -calon intelektual.

Mahasiswa dikategorikan sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Ada lima fungsi kaum intelektul, yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi menyediakan bagan -bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayan dan bersama mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.

2.2.2. Mahasiswa Tahun Pertama

Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di tahun pertama kuliahnya. Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang (Santrock, 2006). Biasanya individu mengalami banyak perubahan di tahun pertamanya kuliah ketika memasuki perguruan tinggi. Hal ini terkait dengan penyesuaian yang merupakan masalah berat yang harus dihadapi


(30)

individu ketika memasuki dunia kuliah (Dyson & Renk, 2006). Penyesuaian diperlukan karena adanya perubahan pada kehidupan individu.

Pada umumnya, seseorang memasuki dunia perkuliahan pada usia 18 tahun. Munurut Levinson (dalam Turner & Helms, 1995), usia 17 -22 tahun merupakan tahapan pertama dari era dewasa muda yang ditandai dengan adanya transisi dari remaja (masa pra dewasa) ke kehidupan dewasa. Pada usia ini juga seseorang memasuki bangku kuliah sebagai jalur penting menuju kedewasaan (Montgomery & Cote dalam Papalia, Feldman, & Olds, 2007). Kondisi ini membawa seseorang pada dua transisi yang harus dijalankan dalam satu waktu, yaitu dari remaja ke dewasa dan dari seorang senior di sekolah menengah atas menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi.

Perubahan lain terjadi pada pola hubungan pengajar dengan mahasis wa. Menurut (Gunarsa & Gunarsa, 2000) pola hubungan dosen -mahasiswa sangat berbeda dibandingkan dengan hubungan guru -siswa. Dialog langsung pada tingkat-tingkat awal jarang dilakukan di ruangan yang mana jumlah mahasiswa biasanya besar. Perhatian dosen ter hadap mahasiswa juga lebih sedikit dibandingkan dengan perhatian guru ke siswanya.

Tuntutan akademis yang tinggi juga dirasakan oleh para mahasiwa baru Universitas Sumatera Utara. Hal ini mengambarkan bahwa pada tahun pertama studi, mahasiswa baru dalam me nghadapi berbagai perubahan juga harus mendapatkan nilai yang baik. Murphy dan Archer (dalam Duffy & Atwater, 2005) menambahkan bahwa persaingan antara mahasiswa yang tinggi merupakan salah satu pemicu stres bagi mahasiswa.

2.2.3. Mahasiswa Malaysia yang Melan jutkan Studi Di Medan

Individu dapat berpindah dari satu lingkungan yang familiar ke lingkungan yang tidak familiar. Salah satu tujuannya adalah menempuh pendidikan (Bochner, 2003). Pendidikan ini dapat ditempuh diluar dan dalam negeri. Menurut Peraturan Menteri No. 25 tahun 2005, Individu yang menempuh pendidikan tinggi di luar negeri disebut dengan mahasiswa asing, sehingga mahasiswa asal Malaysia ini dapat di kategorikan sebagai mahasiswa asing.


(31)

Medan merupakan salah satu tujuan dari mahasiswa asal Mala ysia. Mayoritas mahasiswa asal Malaysia melanjutkan studi di Universitas Sumatera Utara (USU). Mahasiswa ini terbagi dalam dua fakultas yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedo kteran Gigi.

Mahasiswa asing akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri (Bochner, 2003). Dalam hal ini, mahasiswa asing asal Malaysia akan membawa serangkaian gagasan, budaya dan pola pikir yang asing yang tidak mungkin akan ditanggapi dengan penolakan. Ryan dan Helmount (dalam Pyvis & Anne, 2005) menyatakan pengalaman dan tra disi dari kebudayaan baru dapat mempengaruhi mahasiwa asing dalam proses pembelajaran.

Medan sendiri merupakan kota yang secara kultural dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan. Mahasiswa asing asal Malaysia ini harus berhadapan dengan prasangka yang kadang t ertuju pada mahasiswa asing karena mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan mayori tas lingkungan sekitar, h al ini dapat menimbulkan ketidakpastian dan stres, yang dapat menyebabka n terguncangnya konsep diri dan mengakibatkan kecemasan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar individu mengalami gangguan mental dan fisik, setidaknya untuk jangka wakt u tertentu. Waktu yang dibutuhkan dan cara yang dilakukan masing-masing individu untuk dapat mengatasi stres juga berbeda -beda.

2.3. Pengukuran Tingkat Stres

Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala. Stres pada mahasiswa pula dapat diukur dengan menggunakan Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col). HASS/Col merupakan suatu skala yang terdiri dari 54 pernyataan tentang kejadian umum yan g tidak menyenangkan bagi para mahasiswa (Sarafino dan Ewing, 1999). Tingkat stres pada instrumen ini berupa stres rendah, stres sedang dan stress tinggi . Jumlah skorHASS/Col ialah skor <75 berupa stres rendah, skor 75 -135 berupa stres sedang dan skor > 135 menunjukan seseorang mengalami stres tinggi.


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti berikut :

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Tingkat Stres

Stres adalah keadaan psikologis yang timbul jika ada ketidakseimbangan antara persepsi individu mengenai tuntutan yang harus dihadapi dibandingkan dengan kemampuan mereka untuk mengatasi tuntutan tersebut. (Sarafino,2006).

3.2.2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas K edokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014.

3.2.3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin terdiri dari laki -laki dan perempuan. Karakteristik:

a. Umur

b. Jenis kelamin

Tingkat Stres:  Rendah  Sedang  Tinggi


(33)

3.2.4. Umur

Umur mahasiswa yang berkisar antara 18 tahun sehingga 24 tahun.

3.2.5. Alat Ukur

Skoring menggunakan skala yang ditetapkan dalam alat ukur Hassles Assessment Scale for Students in College (HASS/Col) yaitu:

a. Tidak pernah : 0 b. Sangat jarang : 1 c. Beberapa kali : 2 d. Sering : 3 e. Sangat sering : 4 f. Hampir setiap saat : 5

3.2.6. Cara Ukur

Cara ukur dengan menghitung jawaban responden pada kuesioner yang diedarkan.

3.2.7. Skala ukur

Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah skala nominal dan interval.

3.2.8. Hasil ukur

Jumlah skor dari kuesioner HASS/Col diakumulasikan dan disesuaikan dengan tingkatan stres. Skor <75 yaitu mahasiswa mengalami stres rendah, (skor 75 -135) yaitu mahasiswa mengalami stres sedang dan skor >135 menunjukkan mahasiswa mengalami stress tinggi.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif untuk mengidentifikasi tingkat stres terhadap karakteristik responden yaitu umur dan jenis kelamin pada Mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU) Tahun Akademik 2013/2 014. Pengumpulan data dilakukan dalam satu waktu cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan metode total sampling.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan waktu penelitian direncanakan dari bulan September –Oktober 2013.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014 yaitu sebanyak 56 responden.

4.3.1. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode total sampling yaitu mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.

4.3.1.1. Kriteria inklusi:

a. Mahasiswa yang sehat secara fisik.


(35)

4.3.1.2. Kriteria eksklusi:

a. Mahasiswa yang menolak untuk diteliti.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengambilan data primer telah dilakukan dengan memberikan self administered questionnaires (kuesioner) kepada responden. Kemudian responden mengisi kuesioner ketika peneliti melakukan kunjungan tersebut. Kuesioner telah dijelaskan sec ara menyeluruh sampai benar -benar dimengerti dan dapat diisi secara benar oleh responden. Data sekunder diperoleh dari bagian pendidikan FKG USU berupa jumlah mahasiswa untuk perkiraan besar sampel. Setiap kejadian yang terdapat dalam kuesioner diukur dala m bentuk skala sebagai berikut:

a. Tidak pernah diberi skor = 0 b. Sangat jarang diberi skor = 1 c. Beberapa kali diberi skor = 2 d. Sering diberi skor = 3 e. Sangat sering diberi skor = 4 f. Hampir setiap saat diberi skor = 5

Jumlah skor dari kuesioner HASS/Col itu diakumulasikan dan disesuaikan dengan tingkatan stres sebagai berikut:

a. Stres rendah, jika total skor = < 75 b. Stres sedang, jika total skor = 75 -135 c. Stres tinggi, jika total skor = >135

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar kuisioner

2. Alat tulis

3. Seperangkat komputer 4. Kalkulator


(36)

4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini digun akan kuesioner yang berisi pertanyaan berhubungan dengan tingkat stres yang terdiri dari 54 pertanyaan . Kuesioner yang digunakan adalah Hassles Assessment Scale for Student in College. Kuesioner yang telah selesai disusun sudah diuji validitas dan reliabilitas nya dengan menggunakan uji Pearson Correlation dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan program SPSS 17.0 (Statistical Products and Service Solutions) . Penelitian ini telah disetujui oleh komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hasil uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6. Pengolahan Data & Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan tek nik komputerisasi, menggunakan program komputer SPSS (Stastical Product and Service Solution). SPSS merupakan paket program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisa data penelitian. Pengolahan data dilakukan

dengan cara:

1. Editing yang dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

2. Coding yaitu data yang terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry yaitu data yang telah dikode dimasukkan ke dalam pro gram komputer.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(37)

4. Cleaning yaitu pemeriksaan semua data yang dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Savingyaitu penyimpanan data untuk siap dianalisis 6. Analisis Data

Jenis analisis atau sifat data pada peneli tian ini adalah kategorik. Jawaban yang diberikan responden dalam pernyataan penelitian tentang tingkat stres diberi nilai berdasarkan tingkatannya. Data karakteristik kategorik responden yaitu tingkat stres, jenis kelamin dan umur diukur dengan distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk persentase. Pengujian masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan tabel yang diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU) yang berlokasi di dalam kampus Universitas Sumatera Utara dengan alamat Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Padang Bulan, Medan -20155, Indonesia. FKG USU merupakan fakultas kedokteran gigi pertama yang berada di luar Pulau Jawa, didirikan pada tanggal 19 Oktober 1961 berdasarkan SK Menteri PTIP No. 0048/Sek/PU dan diresmikan pada tanggal 3 Nopember 1961.

Pada awalnya Fakultas Kedokteran Gigi USU hanya memiliki satu gedung berupa Dental Clinic yang dibangun atas bantuan Pemerintah Djerman Barat dan diserahkan kepada Universitas Sumatera Utara. Seiring dengan berjalannya waktu, Fakultas Kedokteran Gigi USU terus berkembang, baik peningkatan sumber daya manusia sebagai pelaksana seluruh kegiatan yang ada di FKG USU, maupun pembangunan sarana dan prasarana dalam upaya mendukung proses belajar mengajar yang dilakukan secara berkesinambungan.

Sejak beberapa tahun yang lalu, di Fakultas Kedokteran Gigi USU sudah terpasang internet baikcablemaupunnir cable (hotspot)yang dapat dimanfaatkan secara cuma-cuma oleh seluruh civitas akademika untuk keperluan pendidikan, pengajaran maupun kepentingan administrasi akademik. Disamping itu, FKG USU juga memiliki sejumlah fasilitas pendukung seperti Perpustakaan Pusat dan Sistem Informasi, Pusat Kesehatan Mahasiswa, Asrama Mahasiswa, Gelenggang Mahasiswa dan fasilitas olahraga yang lengkap.

5.2. Deskripsi Karakteristik Respond en

Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 56 responden yang merupakan mahasiswa Malaysia Semester I Tahun Akademik 2013/2014 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan karakteristik berdasarkan


(39)

umur dan jenis kelamin. Berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi diperoleh gambaran karakteristik individu penelitian sebagai berikut:

5.2.1. Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, peneliti memperolah sebaran responden sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki Perempuan

27 29

48.2 51.8

Total 56 100

Dari tabel yang disajikan di atas terlihat jumlah jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jumlah jenis kelamin laki -laki yang berpatisipasi dalam penelitian ini. Jenis kelamin laki -laki mencapai 27 orang yaitu 48.2% dan perempuan pula mencapai 29 orang yaitu 51.8%.

5.2.2 Umur

Berdasarkan umur, peneliti memperoleh sebaran responden sebagai berikut: Tabel 5.2 Distribusi Umur Responden

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

18 tahun 17 30.4

19 tahun 16 28.6

20 tahun 11 19.6

21 tahun 5 8.9

22 tahun 4 7.1

23 tahun 2 3.6

24 tahun 1 1.8


(40)

Sesuai dengan karakteristik umur pada penelitian ini, maka umur responden pada penelitian ini berkisar antara 18 hingga 24 tahun. Mayoritas responden berumur 18 dan 19 tahun dengan persentase 30.4% atau 17 orang dan 28.6% atau 16 orang. Umur responden yang berkisar antara 20 hingga 22 tahun dengan jumlah yang sedang yaitu 19.6% atau 11 orang da n 8.9% atau 5 orang dan 7.1% atau 4 orang. Minoritas responden berada pada umur 23 hingga 24 tahun masing-masing dengan persentase 3.6% atau 2 orang dan 1.8% atau 1 orang.

5.3 Hasil Analisa Data dan Pembahasan 5.3.1 Hasil Analisa Data

Hasil uji terhadap tingkat stres mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi USU yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Responden Tingkat

Stres

Frekuensi (n)

Persentase(%)

Rendah 15 26.8

Sedang 38 67.9

Tinggi 3 5.4

Total 56 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahaw a mayoritas responden mengalami tingkat stres kategori sedang yaitu 67.9% atau 38 orang. Tingkat stres yang dikategorikan stres rendah adalah sebanyak 26.8% atau 15 orang dan yang dikategorikan sebagai stres tinggi adalah sebanyak 5.4% atau 3 orang saja.

Untuk lebih jelasnya, data lengkapnya gambaran frekuensi jawaban kuesioner responden mengenai ting kat stres dapat dilihat pada tabel 5.4


(41)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden

Skor/ 0 1 2 3 4 5

Pertanyaan n % n % n % n % n % n %

P1 4 7.1 11 19.6 22 39.3 13 23.2 2 3.6 4 7.1

P2 7 12.5 29 51.8 13 23.2 2 3.6 5 8.9 0 0

P3 3 5.4 17 30.4 17 30.4 16 28.6 2 3.6 1 1.8

P4 10 17.9 16 28.6 13 23.2 12 21.4 4 7.1 1 1.8

P5 10 17.9 17 30.4 16 28.6 10 17.9 2 3.6 1 1.8

P6 17 30.4 8 14.3 12 21.4 13 23.2 5 8.9 1 1.8

P7 4 7.1 14 25 20 35.7 10 17.9 7 12.5 1 1.8

P8 10 17.9 14 25 16 28.6 11 19.6 3 5.4 2 3.6

P9 6 10.7 19 33.9 16 28.6 14 25 1 1.8 0 0

P10 18 32.1 18 32.1 13 23.2 6 10.7 1 1.8 0 0

P11 5 8.9 15 26.8 17 30.4 14 25 3 5.4 2 3.6

P12 3 5.4 11 19.6 15 26.8 21 37.5 5 8.9 1 1.8

P13 19 33.9 19 33.9 11 19.6 3 5.4 3 5.4 1 1.8

P14 6 10.7 24 42.9 13 23.2 9 16.1 2 3.6 2 3.6

P15 10 17.9 10 17.9 17 30.4 10 17.9 7 12.5 2 3.6

P16 13 23.2 17 30.4 14 25 10 17.9 0 0 2 3.6

P17 19 33.9 16 28.6 11 19.6 8 14.3 1 1.8 1 1.8

P18 6 10.7 16 28.6 15 26.8 14 25 5 8.9 0 0

P19 6 10.7 13 23.2 15 26.8 13 23.2 9 16.1 0 0

P20 6 10.7 24 42.9 13 23.2 9 16.1 2 3.6 2 3.6

P21 3 5.4 15 26.8 24 42.9 11 19.6 3 5.4 0 0

P22 7 12.5 14 25 16 28.6 12 21.4 2 3.6 5 8.9

P23 9 16.1 13 23.2 12 21.4 15 26.8 5 8.9 2 3.6

P24 15 26.8 18 32.1 13 23.2 9 16.1 1 1.8 0 0

P25 17 30.4 11 19.6 15 26.8 9 16.1 2 3.6 2 3.6

P26 6 10.7 13 23.2 16 28.6 14 25 6 10.7 1 1.8

P27 7 12.5 11 19.6 16 28.6 14 25 6 10.7 2 3.6

P28 7 12.5 23 41.1 13 23.2 8 14.3 3 5.4 2 3.6

P29 9 16.1 13 23.2 20 35.7 12 21.4 2 3.6 0 0

P30 6 10.7 17 30.4 24 42.9 5 8.9 2 3.6 2 3.6

P31 19 33.9 14 25 15 26.8 6 10.7 0 0 2 3.6

P32 14 25 22 39.3 11 19.6 6 10.7 2 3.6 1 1.8

P33 5 8.9 8 14.3 24 42.9 12 21.4 5 8.9 2 3.6

P34 2 3.6 18 32.1 23 41.1 9 16.1 3 5.4 1 1.8

P35 7 12.5 18 32.1 13 23.2 11 19.6 6 10.7 1 1.8

P36 8 14.3 6 10.7 17 30.4 18 32.1 4 7.1 3 5.4

P37 6 10.7 12 21.4 18 32.1 18 32.1 2 3.6 0 0

P38 4 7.1 11 19.6 19 33.9 16 28.6 3 5.4 3 5.4

P39 5 8.9 9 16.1 24 42.9 11 19.6 5 8.9 2 3.6

P40 25 44.6 13 23.2 10 17.9 5 8.9 0 0 3 5.4

P41 9 16.1 20 35.7 10 17.9 8 14.3 7 12.5 2 3.6

P42 8 14.3 14 25 17 30.4 13 23.2 4 7.1 0 0

P43 10 17.9 17 30.4 14 25 10 17.9 3 5.4 2 3.6

P44 10 17.9 16 28.6 16 28.6 6 10.7 4 7.1 4 7.1

P45 6 10.7 13 23.2 20 35.7 9 16.1 4 7.1 4 7.1

P46 9 16.1 13 23.2 15 26.8 11 19.6 6 10.7 2 3.6

P47 17 30.4 15 26.8 16 28.6 7 12.5 0 0 1 1.8

P48 8 14.3 16 28.6 10 17.9 16 28.6 4 7.1 2 3.6

P49 6 10.7 14 25 16 28.6 14 25 5 8.9 1 1.8

P50 10 17.9 9 16.1 14 25 12 21.4 7 12.5 4 7.1

P51 18 32.1 15 26.8 11 19.6 6 10.7 2 3.6 4 7.1

P52 10 17.9 11 19.6 16 28.6 11 19.6 5 8.9 3 5.4

P53 7 12.5 18 32.1 24 42.9 3 5.4 2 3.6 2 3.6

P54 8 14.3 13 23.2 15 26.8 12 21.4 3 5.4 5 8.9


(42)

Kuesioner ini terdiri dari 54 pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan yang mahasiswa rasakan dalam kehidupan sehari -hari mereka dalam satu bulan terakhir ini. Setiap pertanyaan mempunyai 6 pilihan jawaban yaitu:

1. Tidak Pernah : 0 2. Sangat Jarang : 1 3. Beberapa Kali : 2 4. Sering : 3

5. Sangat Sering : 4 6. Hampir Setiap Saat : 5

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkat stres. Skor dibawah 75 menunjukkan individu tersebut mengalami stres yang rendah, skor 75-135 menunjukkan individu tersebut mengalami stres yang sedang dan skor melebihi 135 menunjukkan individu tersebut mengalami stres yang tinggi.

Distribusi frekuensi tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Uj i Tingkat Stres Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Stres

Jenis Kelamin Rendah Sedang Tinggi Total

f % f % f % n

Laki-laki 5 18.5 20 74.1 2 7.4 27

Perempuan 10 34.5 18 62.1 1 3.4 29

Total 15 38 3 56

Berdasarkan tabel di atas, responden laki laki dan perempuan masing -masing paling banyak mengalami tingkat stres sedang yaitu laki -laki 74.1% atau 20 orang dan perempuan 62.1% atau 18 orang. Manakala pada tingkat stres rendah, perempuan mempunyai persentas e yang terbanyak yaitu 34.5% atau 10


(43)

orang. Minoritas responden mengalami tingkat stres tinggi tetapi persentase laki -laki masih melebihi perempuan yaitu 7.4% atau 2 orang.

Distribusi frekuensi tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berdasarkan karakteristik umur dilihat pada tabel 5.6

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Berdasarkan Umur Tingkat Stres

Umur Rendah Sedang Tinggi Total

f % f % f % n

18 5 29.4 11 64.7 1 5.9 17

19 5 31.3 10 62.5 1 6.3 16

20 3 27.3 8 72.7 0 0 11

21 1 20 4 80 0 0 5

22 0 0 3 75 1 25 4

23 1 50 1 50 0 0 2

24 0 0 1 100 0 0 1

Total 15 38 3 56

Berdasarkan tabel diatas, semua kelompok umur paling banyak mengalami tingkat stres sedang yaitu bagi kelompok umur 18 tahun sebanyak 11 orang atau 64.7%, kelompok umur 19 tahun pula mencatatkan sebanyak 10 orang atau 62.5%. Terdapat 8 orang pada kelompok umur 20 tahun atau 72.7% dan 21 tahun sebanyak 4 orang atau 80.0%, kelompok umur 22 tahun mencata tkan 3 orang atau 75.0% dan minoritas berada pada kelompok umur 23 hingga 24 orang dengan masing-masing jumlah yang sama yaitu 1 orang atau persentase 50% dan 100%.


(44)

5.3.2 Pembahasan

Responden penelitian ini adalah mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014 sebanyak 56 orang.

Dari seluruh responden diperoleh jumlah responden dengan tingkat stres rendah yaitu sebanyak 15 orang atau 26.8%, tingkat stres sedang sebanyak 38 orang atau 67.9% dan tingkat stres tinggi sebanyak 3 orang atau 5.4%. Sesuai dengan pendapat Towbes & Cohen (1996) yang menyatakan bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres tinggi, hal ini karena mahasiswa tahun pertama harus menyesuaikan diri jauh dari ruma h untuk pertama kalinya, ingin memperoleh prestasi akademis yang tinggi dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru.

Hal ini juga sejajar dengan pendapat (Duffy & Atwater, 2005) yang menyatakan mahasiswa tingkat pertama yang menghadapi n orma dan budaya yang baru, teman kelompok baru, tugas yang banyak dan perubahan pada gaya hidup menuntut waktu dan self-control yang lebih banyak dibandingkan pada masa sekolah menengah atas. Selain itu, masa transisi ke dunia universitas merupakan masa yang sulit, dengan banyaknya jumlah mahasiswa baru yang dilaporkan mengalami stres yang berlebihan (Reisberg, dalam Duffy & Atwater, 2005).

Perubahan gaya hidup yang drastis dan persekitaran yang tidak familiar untuk mahasiswa Malaysia yang baru beberapa bul an ke Medan untuk melanjutkan pelajaran memicu tingkat stres yang tinggi di kalangan mereka. Menurut (Kaczmarek, 1994) mahasiswa asing lebih sulit menghadapi masa transisi ke dunia universitas berbanding mahasiswa lokal. Selain itu, sistem perkuliahan dalam bahasa Indonesia yang diajarkan juga payah difahami oleh mereka karena selama ini proses pembelajaran di Malaysia dilakukan dalam bahasa Inggeris.

Pada penelitian ini, rata -rata mahasiswa Malaysia Kedokteran Gigi melaporkan stres sedang, hal ini mungkin sejajar dengan penelitian sebelum ini yaitu prevalensi stres di kalangan mahasiswa kedokteran gigi telah dilaporkan di


(45)

beberapa negara antaranya Amerika Serikat, United Kingdom, German, Greece, Jordan, Nigeria, Afrika Selatan, India, Singapura, Malaysia, J epang, Australia, dan West Indies. Selain itu, Menurut (Khalid, 2000), prevalensi stres di Malaysia pada kedokteran gigi sebesar 89,7%. Menurut juga penelitian (Gorter et all, 2009), (Schmitter et all, 2008) dan (Murphy et all, 2009) menunjukkan bahwa tingkat stres pada mahasiswa kedokteran gigi lebih tinggi dibandingkan mahasiswa kedokteran.

Distribusi tingkat stres berdasarkan jenis kelamin pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari total responden laki -laki sebanyak 27 orang diperoleh tingkat stres rendah sebanyak 5 orang atau 18.5%, tingkat stres sedang sebanyak 20 orang atau 74.1% dan tingkat stres tinggi sebanyak 2 orang atau 7.4%. Manakala dari total responden perempuan sebanyak 29 orang diperoleh tingkat stres rendah sebanyak 10 orang atau 34.5%, ting kat stres sedang sebanyak 18 orang atau 62.1% dan stres tinggi sebanyak 1 orang atau 3.4%. Dalam penelitian ini, perbedaan frekuensi tingkat stres pada laki -laki dan perempuan sangat sedikit. Mayoritas laki-laki dan perempuan mengalami stres sedang. Namun, dapat dilihat bahwa laki-laki mengalami stres tinggi berbanding perempuan, hal ini mungkin sejajar dengan pendapat Edward Shill (1999) yang menyatakan pria membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali membaik setelah suatu peristiwa belalu dibanding dengan wanita sehingga tingkat stres laki -laki lebih tinggi dan juga sependapat dengan penelitian Acharya S. (2003) yang menyatakan rata -rata pria mengalami stres tinggi dibanding wanita di fakultas kedokteran gigi. Sebaliknya, menurut Davis (1999) wanita me miliki lebih banyak stressor dibanding pria sehingga lebih rentan untuk mengalami stres. Hal ini mungkin terjadi karena adanya koping yang kurang adaptif dalam menghadapi stressor. Selain itu, respon fisiologis laki-laki dan perempuan juga berbeda semasa m engalami stres. Tambahan pula, setiap orang berbeda dalam menanggapi stressor sehingga timbulnya stres juga berbeda tingkatannya.

Distribusi tingkat stres berdasarkan umur pada tabel 5.6 menunjukkan responden dengan umur 18 dan 19 tahun mencatatkan angka y ang tertinggi untuk tingkat stres dibanding kelompok umur yang lain, masing -masing dengan jumlah


(46)

orang sebanyak 11 orang atau 64.7% dan 10 orang atau 62.5% . Hal ini karena angka mahasiswa Malaysia berumur 18 dan 19 tahun yang paling banyak di semester I. MenurutWorld Health Organization(1994) populasi mahasiswa yang lebih muda sangat rentan mengalami stres saat di universitas karena proses pembelajaran semakin sulit. Selain itu, m enurut penelitian Polychronopoulou & Divaris (2010) yang dilakukan pada mah asiswa kedokteran gigi, kebanyakan mahasiswa yang lebih muda mengalami stres tinggi dibanding mahasiswa lebih tua, tetapi pada penelitian ini kebanyakan mahasiswa mengalami stres sedang. Hal ini dapat terjadi karena kebanyakannya akan berusaha untuk mengad aptasi kehidupan mereka dengan dunia luar dan faktor seperti harus menyesuaikan diri jauh dari rumah untuk pertama kalinya, ingin memperoleh prestasi akademis yang tinggi dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru juga dapat berpunca kepada peninggian stres.


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 56 mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014 pada bulan September 2013 dapat disimpulkan bahwa;

1. Mayoritas mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara mengalami tingkat stres sedang yaitu sebanyak 38 orang atau 67.9%.

2. Tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I F akultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai stres yang lebih tinggi.

3. Tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berdasarkan umur, umur 18 tahun dan 19 tahun mencatatkan angka yang tertinggi untuk tingkat stres.

6.2. Saran

Setelah dilakukan penelitian ini, maka dapat disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor -faktor yang mencetuskan stres dikalangan mahasiswa Malaysia di fakultas kedokteran gigi. Di samping itu, peneliti juga menyarankan sebaiknya dilakukan penelitian yang membandingkan insidensi stres pada mahasiswa Malaysia semester I dengan mahasiswa Malaysia yang telah melanjutkan pelajarannya ke peringkat lebih ti nggi selama proses pembelajaran di USU. Selain itu, program kesehatan mental seperti konseling sangat diperlukan agar mahasiswa asing dapat beradaptasi dengan tepat terhadap perubahan lingkungnya.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Acharya S. (2003).Factors affecting stress among Indian dental students. Journal of Dental Education.

Agolla, J.E., & Ongori, H. (2009). An assessment of academic stress among undergraduate students. Academic journals, Educational research and review vol.4.

American Institute of Stress, (2010). Effects of Stress.USA: American Institute of Stress. Available fromhttp://www.stress.org/stress -effects.htm.

Alzahem AM, HT van der Molen, Alaijan AH, Achmidt HG, Zamakhsh ary MH. (2011). Stress Amongst Dental Students: A Systematic Review. European Journal of Dental Education.

Bakrie, I. (2010). Ciri-ciri penting remaja akhir. Desember 24, 2011.

http://www.tnol.co.id/id/spiritual-psychology

Bochner, S., Ward, C., Furhanm. A,. (2001). The Psychology of Culture Shock (2ndEd). Philadelphia : Routledge

Carlson,N.R., (2005). Stress Disorders.In : Foundations of Physiological Psychology 6thEdition.USA:Pearson,502-506.

Davis, Richard., (1999). Health Psychology: Stress Coping and Health. USA: Mc Graw Hill Publishing Companies.

Duffy, K. G., & Atwater, E (2005). The Psychology for Living: Adjustment, Growth, and Behavior Today (8thed). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Dyson, R., & Renk, K. (2006). Freshman adaptation to university life: depressive symtoms, stress, and coping. Journal of Clinical Psychology.

Edward Shill. (1999). The Academic Ethic. USA. University of Chicago Press. Gunarsa, Singgih. D., dan Gunarsa, Yulia Singgih. D. (2000). Psikologi Praktis:

Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Gibbon. C., Dempster. M., & Moutray. M. (2011). Stress, coping and satisfaction in nursing students.Journal Of Advance Nursing.


(49)

Govaerst, S. & Gregoire, J. (20 04). Stressful academic situations: Study on appraisal variables in adolescence. British Journal of Clinical Psycology.

Gorter R, Freeman R, Hammen S, Murtomaa H, Blinkhorn A, Humphris G. (2008). Psychological stress and health in undergraduate dental students: fifth year outcomes compared with first year baseline results from five European dental school, European Journal Dental Education, V12.

Kaczmarek P. G., (1994). An assessment of international college student adjustment. International Journal for the Advancement of Counseling. Kaplan, Harold I; Sadock, Benjamin J; Grebb, Juck A. , (2010).Sinopsis Psikiatri

Judul 1.Binarupa Aksana: Tangerang.

Kausar. (2010). Perceived stress, academic workloads and use of coping strategies by university students. Journal of Behavorial Sciences. Vol. 20.

Khalid K, (2000), Work-related stress among government dentists and dental nurse.Kuala Lumpur: University of Malaya.

Lubis & Nurlaila. (2010). “Mengapa tingkat stres pelajar makin tinggi”. Style Sheet. www.vivanews.com/news/read/120642 -mengapa_tingkat_stres_ pelajar_makin_tinggi.

Losyk, B. (2007). Kendalikan stres anda: cara mengendali stres dan sukses di tempat kerja (Marselita Harapan, Penerjemah). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Murphy RJ, Gray SA, Sterling G, Reeves K, DuCette J. (2009). A comparative study of professional student stress, Journal of Dental Education, V73. National Association of School Psychologist, (1998). Stress in Children.

Bethesda: National Association of School Psychologist.Available from:

http://www.nasponline.org/families/stress08.pdf.

Needleman ,J ., (2004). Adolescent Stress. Available from :


(50)

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human Development (10th ed).New York: McGraw Hill.

Potter & Perry. (2005). Fundamental of nursing: Concept, process, & practice. (Asih, Y. et. all, Penerjemah). Jakarta: EGC

Polychronopoulou A, Divaris K., (2005) Perceived Sources of Stress Among Greek Dental Students. Journal of Dental Education.

Polychronopoulou A, Divaris K., (2010). A longitudinal study of Greek dental students perceived sources of stress. Journal of Dental Education. Peker I, Alkurt MT, Usta MG, Turkbay T. (2009), The evaluation of perceived

sources of stress and stress levels among Turkish dental students. International Dental Journal. V59.

Pyvis, D., & Chapman, A. (2005). Culture shock and the international student ‘offshore'. Journal of Research in International Education.

Rasmun, (2004) .Pengertian Stres,Sumber Stres, dan Sifat Stresor.Dalam: Stres,Koping, dan Adaptasi Edisike -1.Jakarta:Sagung Seto. 9-26. Robotham, D. (2008). Stress among higher education students: towards a

research agenda. Springer Science + Business Media B.V. 56:7 Rice, L.P.,(1992).Stress and Health.California:Cole Publishing.

Rice, (1999). Stress dari dunia perkuliahan. Available from: http://adln.stress.ac.id/go.php?id=gdlhub -gdl-s1-1999-11126

Rafidah, K. et all. (2009). Stress and academic performance: empirical evidence from university students. Academy of Educational Leadership J ournal. Vol. 13, No. 1

Santrock, J. W. (2006). Educational psychology.UK. McGraw Hill.

Schmitter M, Liedl M, Beck J, Rammelsberg P. (2008), Chronic stress in medical and dental education.Med Teach, 30: 97-9

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2008). Brunner & Sudarth’s textbook of medical surgical nursing. Volume 1. (11thed). Philadelphia: Lippicontt.

Stuart, G.W. & Laraia, M. T. (2005). Psychiatric nursing: Principle and practice 8thEdition. St. Louis: Mosby.


(51)

Sarafino, E.P., (2006). Health Psychology. 5th ed. New York: John Wiley and Sons.

Suzanne & Brenda. (2008). Textbook of medical surgical nursing. 11th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sherwood, L. (2010).Human physiology: from cells to systems. (7thed).

Shah, M., Hasan, S., Malik, S., Sreeramareddy, C. T., (2010). Perceived stress, sources and severity of stress among medical undergraduates in a Pakistani medical school. BMC Med Educ.

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2005). Brunner & Sudarth’s textbook of medical surgical nursing. (8thed). (Agung Waluyo. Terjemahan). Jakarta: EGC Sriati A, (2007). Tinjauan Tentang Stres. Available online at:

http://resources.unpad.ac.id/unpad

-content/uploads/publikasi_dosen/TINJAUAN%20TENTANG%20STR ES.pdf

Turner, J. S., & Helms, D. B. (1995). Human Development (5th ed). New York: McGraw-Hill.

Tobroni. (2010). Stress yang dialami mahasiswa. Desember 23, 2011.

http://tobroni.staff.umm.ac.id/wp -content/plugins/as-pdf/generate.php?post=45

Towbes, L. C., & Cohen, L. H. (1996). Chronic stress in the lives of college students: Scale development and prospective prediction of distress. Jounal of youth and adolescence.

Widianti, Elfri. (2007). Remaja dan permasahalannya: bah aya merokok, penyimpangan seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman keras dan narkoba. September 27, 2011.

http://prov.bkkbn.go.id

World Health Organization (WHO) (1994). The health of young people: A challenge and a promise. Geneva.


(52)

Lampiran 1

D

Nama

Tempat / tanggal lahir Pekerjaan

Agama Orang Tua

Alamat

Riwayat Pendidikan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

: Rabiah Irfah Binti Wukar Hussain : Selangor / 05 -10-1991

: Mahasiswi : Islam

: Wukar Hussain Bin Mazoor Hussain : Nusreen Bano Binti Muhammad Rafik : 37, Jalan Keladi, Peringgan, Medan. : Sekolah Kebangsaan Seri Selangor, Se lang

Malaysia.

Sekolah Menengah Kebangsaan USJ 13, S Malaysia.

Foundation In Science –President Colleg Lumpur, Kuala Lumpur, Malaysia.

Medical Degree (MD)–Universitas Suma Utara, Medan, Indonesia.

langor,

, Selangor,

ege Kuala


(53)

(54)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN PENGISIAN KUESIONER JUDUL PENELITIAN : TINGKAT STRES PADA MAHASISWA

MALAYSIA SEMESTER I FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Saya Rabiah Irfah Binti Wukar Hussain dengan nomor NIM 100100277 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I FKG USU t ahun akademik 2013/2014.

Saya mengedarkan kuesioner ini untuk mendapatkan data -data yang dibutuhkan untuk analisa. Oleh karena itu, saya berharap kesediaan setiap partisipan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Data -data ini hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian dan semua jawaban bagi pertanyaan serta identitas partisipan dirahasiakan.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan pengetahuan dan sikap anda. Atas partisipasi dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.


(55)

Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur : Jenis kelamin : Pekerjaan : Alamat :

Dengan ini menyatakan telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Tingkat Stres Pada Mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut. Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,………….2013

Yang menyatakan,


(1)

Sangat Sering 3 5.4 5.4 91.1

Hampir Setiap Saat 5 8.9 8.9 100.0


(2)

TOTAL PEARSON CORRELATIONS

Nombor

Pertanyaan

Total

Pearson Correlation

Status

1

0.746

Valid

2

0.577

Valid

3

0.589

Valid

4

0.564

Valid

5

0.488

Valid

6

0.609

Valid

7

0.633

Valid

8

0.596

Valid

9

0.576

Valid

10

0.598

Valid

11

0.509

Valid

12

0.755

Valid

13

0.462

Valid

14

0.553

Valid

15

0.631

Valid

16

0.786

Valid

17

0.615

Valid

18

0.735

Valid

19

0.684

Valid

20

0.778

Valid

21

0.778

Valid

22

0.456

Valid

23

0.544

Valid

24

0.555

Valid

25

0.670

Valid

26

0.817

Valid


(3)

28

0.553

Valid

29

0.501

Valid

30

0.462

Valid

31

0.786

Valid

32

0.633

Valid

33

0.786

Valid

34

0.615

Valid

35

0.555

Valid

36

0.684

Valid

37

0.755

Valid

38

0.670

Valid

39

0.786

Valid

40

0.509

Valid

41

0.576

Valid

42

0.597

Valid

43

0.596

Valid

44

0.633

Valid

45

0.530

Valid

46

0.633

Valid

47

0.609

Valid

48

0.564

Valid

49

0.525

Valid

50

0.589

Valid

51

0.597

Valid

52

0.513

Valid

53

0.577

Valid


(4)

TABEL FREKUENSI

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 27 48.2 48.2 48.2

Perempuan 29 51.8 51.8 100.0

Total 56 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18 Tahun 17 30.4 30.4 30.4

19 Tahun 16 28.6 28.6 58.9

20 Tahun 11 19.6 19.6 78.6

21 Tahun 5 8.9 8.9 87.5

22 Tahun 4 7.1 7.1 94.6

23 Tahun 2 3.6 3.6 98.2

24 Tahun 1 1.8 1.8 100.0

Total 56 100.0 100.0

Tingkat Stress

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 15 26.8 26.8 26.8

Sedang 38 67.9 67.9 94.6

Tinggi 3 5.4 5.4 100.0


(5)

CROSSTABULATION

Jenis Kelamin * Tingkat Stress Crosstabulation

Tingkat Stress

Total Rendah Sedang Tinggi

Jenis Kelamin Laki-laki Count 5 20 2 27

% within Jenis Kelamin 18.5% 74.1% 7.4% 100.0%

Perempuan Count 10 18 1 29

% within Jenis Kelamin 34.5% 62.1% 3.4% 100.0%

Total Count 15 38 3 56

% within Jenis Kelamin 26.8% 67.9% 5.4% 100.0%

Umur * Tingkat Stress Crosstabulation

Tingkat Stress

Total Rendah Sedang Tinggi

Umur 18 Tahun Count 5 11 1 17

% within Umur 29.4% 64.7% 5.9% 100.0%

19 Tahun Count 5 10 1 16

% within Umur 31.3% 62.5% 6.3% 100.0%

20 Tahun Count 3 8 0 11

% within Umur 27.3% 72.7% .0% 100.0%

21 Tahun Count 1 4 0 5

% within Umur 20.0% 80.0% .0% 100.0%

22 Tahun Count 0 3 1 4

% within Umur .0% 75.0% 25.0% 100.0%

23 Tahun Count 1 1 0 2

% within Umur 50.0% 50.0% .0% 100.0%

24 Tahun Count 0 1 0 1

% within Umur .0% 100.0% .0% 100.0%

Total Count 15 38 3 56


(6)