Imunitas kekebalan merupakan terminologi yang digunakan untuk respons spesifik dari sistem imun. Kekebalan terhadap infeksi, baik yang terbentuk mengikuti
paparan organisme penyebab maupun yang dapat dirangsang secara buatan dengan imunisasi terutama untuk resiko paparan. Pada gambar 2.1 dengan jelas menerangkan
pembagian sistem imun. Sistem imunitas terdiri atas sistem imunitas alamiah atau nonspesifik naturalinnatenative dan didapat atau spesifik adaptiveacquired
Kresno, 2013.
2.2.1 Sistem Imun Nonspesifik
a. Pertahanan fisik Pertahanan fisik terdiri dari kulit yang utuh dan epitel lapisan mukus yang dalam
kondisi normal tidak dapat ditembus mikroorganisme patogen. Disamping itu, tubuh melakukan gerakan yang dapat membuang mikroorganisme, seperti pada refleks
batuk, bersin dan muntah, bersama-sama dengan gerakan yang konstan seperti bergetarnya silia pada traktus respiratorius dan peristaltik usus Baratawidjaja dan
Renggani, 2009. b. Pertahanan biokimia
Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan
dinding bakteri. Air susu ibu mengandung laktosidase dan asam neuraminik yang bersifat antibakteri terhadap E.coli dan asam dalam saluran pencernaan oleh enzim
proteolitik dan cairan empedu dalam usus halus dan oleh asiditas vagina. Zat kimia
ini membentuk lingkungan yang tidak nyaman untuk bakteri yang bukan flora normal Baratawidjaja dan Renggani, 2009.
c. Pertahanan humoral Sistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul larut. Faktor larut
lainnya diproduksi ditempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti komplemen, protein fase akut, mediator asal fosfolipid dan
sitokin seperti IL-1, IL-6, dan TNF- α Kresno, 2013.
d. Pertahanan Seluler Fagosit, sel natural killer NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem
imun nonspesifik seluler. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. Fagositosis adalah garis pertahanan kedua tubuh terhadap
agen infeksius. Pertahanan ini terdiri dari proses penelanan dan pencernaan mikroorganisme serta toksin setelah berhasil menembus tubuh Baratawidjaja dan
Renggani, 2009.
2.2.2 Sistem Imun Spesifik
a. Humoral Pemeran utama dalam sistem sel imun spesifik humoral adalah sel B atau
limfosit B. Sel B berasal dari sel multipoten di sumsum tulang. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berpoliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel
plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang dilepaskan dapat ditemukan di dalam serum Baratawidjaja dan Renggani, 2009.
b. Seluler Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik seluler. Sel T berasal
dari sumsum tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi dalam timus. Sel T terdiri dari beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu CD4
+
Th1, Th2, CD8
+
CTLTc dan T regulator Th3. Fungsi sistem imun spesifik seluler adalah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan
keganasan. Sel CD4
+
mengaktifkan sel Th yang selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel CD8
+
memusnahkan sel terinfeksi. Baratawidjaja dan Renggani, 2009.
2.2.3 Sitokin