Teologi Global dan Sophia Perennialisme dalam Jaring Laba-Laba

14 yang berbeda-beda, t et api bahasa mempunyai fungsi yang sama, yait u sebagai alat komunikasi. 1 Sedangkan dengan memakai analogi sinar, Amin Abdullah menyat akan bahw a sinar pada dirinya sendiri t idak dapat t erlihat , ia dapat t erlihat apabila ia diw ujudkan dalam bent uk cahaya yang berw arna-w arni. Dalam w arna-w arni cahaya, t idak dit ent ukan mana cahaya yang paling benar at au cahaya paling baik. Semua cahaya adalah pant ulan at au refleksi dari sinar yang sama. 2 Berdasarkan pada pemahaman ini meski, set iap agama berbeda-beda, t et api di dalam nya t erbangun ment alit as yang sama. Di balik perbedaan t erdapat rasa pasrah kepada sang pencipt a, pengakuan akan adanya sesuat u yang suci, dan rasa ket ergant ungan dengan Yang Real. Oleh karenanya, orang yang beragama secara mat ang t idak t erjebak pada fakt or budaya dan bahasa yang bersifat sangat manusiaw i, karena bagi Amin Abdullah yang t erpent ing adalah dimensi t ransendent al sekaligus spirit ual, bukan fakt or kelembagaan agama it u sendiri. 3 Ia menukilkan pernyat aan surah Al- Hajj 22: 67, yang menyat akan bahw a Allah t elah menet apkan syariat t ert ent u bagi t iap umat .

F. Teologi Global dan Sophia Perennialisme dalam Jaring Laba-Laba

Dalam jaring laba-laba t erdapat ist ilah religious pluralism. Ist ilah religious pluralism menunjukkan “ paham” bukan “ kenyat aan sosial” . Selain ist ilah ini, juga t erdapat ist ilah sepert i gender isues, enviroment al issues, civil societ y, human right s, science at au t echnology, dan sebagainya. Unt uk lebih jelasnya, berikut akan dikemukan t ent ang harizon jaring laba-laba Amin Abdullah; 1 Amin Abdullah, Studi Agama: Normativit as atau Hist orisitas?, hlm. 216 2 Adnin Arm as, Gagasan Frit hjof Schoun Tit ik Tem u Agam a-agam a, Jurnal Pemikiran dan Peradaban Islam , Islamia, Tahun I No. 03 Sept em ber-November 2004. 3 Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, hlm . 235 15 Berbagai ist ilah it u unt uk merujuk beragam problem sosial yang diarahkan unt uk memberikan jaw aban t erhadap isu-isu yang berkembang. Jaw aban yang dimaksudkan bukanlah dari dasar dogmat ika, melainkan bagaimana perubahan dogmat ika diarahkan unt uk memberikan jaw aban t erhadap t at a nilai sebagaimana nilai yang dit ekankan oleh Barat , sepert i nilai humanisme, liberalit as, dan sekularit as. Bent uk perubahan paradigma dalam jaring laba-laba hampir dengan perombakan dogmat ika Islam ke arah nilai-nilai humanit arian. Sehingga, dogmat ika Islam bukan yang menjadi basis penent unya, melainkan nilai humanit arian. Padahal humanit arian salah sat u ciri pent ing dari t eologia global. Namun di sisi lain, dalam jaring laba-laba secara spesifik t idak disebut kan dimana let ak pemikiran irfani yang di dalamnya t erkandung pluralisme perennialism e nya. Tet api, menurut Amin Abdullah, bahw a konsep “ fit rah” sebagai basis pembangun pemikiran perennial m erupakan basis dasar yang t idak dapat dit elit i melalui penelit ian empiris. Konsep fit rah sebagai basis pembangun religious experience semua agama, dijadikan landasan ont ological m et aphisic. Wilayah ini merupakan w ilayah suci t ak t erungkap, t ak t erjangkau t et api dialam i secara langsung oleh t iap individual. 1 1 Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, hlm . 233 Domain ket iga Jaring Laba-laba, adalah lapis dekonst ruksi pemikiran keislaman, yang dit ujukan unt uk kepent ingan pembent ukan nilai-nilai pada domain keempat Domain keempat Jaring Laba-laba merupakan arah t ujuan et is dari skema pemahaman keislaman ala Amin Abdullah Sum ber : Am in Abdullah, Islmaic St udies, 2010: 107 16 M eski t idak memasukkan ist ilah “ irfani” at au “ perennialisme” dalam jaring laba-laba, Amin Abdullah memberikan ruang bagi pendekat an fenom enologis, sebuah pendekat an yang mengant arkan perkembangan dan kesadaran ke arah konsep perennialism e. Pendekat an fenom enologis ini mengakui secara penuh peran pengalaman langsung manusia, t ermasuk pengalaman t ent ang Yang Riil, sebuah pengalaman suci yang hanya dialami secara personal dan bersifat pre- verbal. Sedangkan skema umum dalam jaring laba-laba sendiri berkarakt er t eologi global. Dalam skema t ersebut hasil dari st udi Islam diarahkan unt uk menyesuaikan diri dengan keadaan zaman, sehingga diperlukan perubahan- paradigma, met ode dan hasil-hasilnya at au ijt ihad yang berupa penerimaan t erhadap st andart nilai universal. Berdasarkan uraian di at as, dapat dit arik kesimpulan, bahw a hubungan ant ara t eologi global dan sophia perennialism e, yait u perennial adalah dimensi ont ologi keberagamaan Islam, sedangkan t eologi global sebagai dimensi epist emologinya. Dimensi epist emologi berkait an dengan “ bagaimana suat u penget ahuan it u dikat akan valid at au absah” . M enurut Amin Abdullah, epist emologi juga berkait an dengan nalar, paradigma, t eori keilmuan, dan yang t erkait dengan dogmat ika sepert i fiqh, kalam, t asaw uf, sebagai ist ilah-ist ilah yang t idak t erkandung sakralit as. Semua bent uk keilmuan it u adalah rumusan para orang-orang zaman dahulu, dengan paradigma dan t eori yang berlaku pada zaman dulu. Dan pada masa sekarang, paradigma dan met ode yang dianut t idaklah harus sama, melainkan t erus mengalami perkembangan dan perubahan dalam era globalisasi sekarang ini. 1 1 Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, hlm . 135 17 Perubahan paradigma yang diambil dari beberapa filsuf ilmu, sebagai st rat egi dekonst ruksi yang dilakukan oleh para pemikir t eologi global sepert i Smit h maupun oleh Habermas. Dalam paradigm a ini, et ika t idak harus sesuai dengan ket ent uan t eks, melainkan bagaimana ket ent uan t eks dan t ingkah laku manusia t ersebut diukur validit asnya melalui apa manfaat nya bagi perubahan sosialnya.

E. Kritik Terhadap Pemikiran Pluralisme Amin Abdullah