Dua Varian Pluralisme : Sophia Perennial dan Teologi Global

9 adanya pergolakan melaw an dominasi gereja kepausan, di samping adanya konflik sekt arian, baik polit ik maupun agama. Unt uk hal t ersebut , maka perlu adanya pembaharuan oleh para gerejaw an dan polit isi, salah sat unya dengan paham pluralisme. Paham pluralisme di Eropa t idak hanya dokt rin kesamaan hakekat agama, melainkan juga kesamaan hakekat semua aliran polit ik. Dokt rin pluralisme dalam agama dit eguhkan oleh st rukt ur kepausan pada konsili Nicea II pada t ahun 1960-an. 1 Selain dikembangkan dalam bent uk pemikiran sebagai reaksi at as konflik di Eropa, pem ikiran pluralisme dikembangkan di dunia Timur, t erut ama di India. Pluralisme di Eropa bercorak pada paham t eologia global dan humanisme sekular, sedangkan di India lebih bercorak pada sinkret isme sepert i aliran Sikh dan aliran perennial. Aliran pluralisme ini sebelumnya t idak berkembang dan t idak ada lit erat ur kit ab yang menyat akan perkembangan pluralisme sampai paruh akhir abad ke-20.

B. Dua Varian Pluralisme : Sophia Perennial dan Teologi Global

Paham pluralisme yang berkembang saat ini, t erdapat dua varian besar , yait u sophia perennial dan t eologia global. Dua varian ini memiliki dua kerangka pendekat an yang berbeda. Sophia perennial m engarahkan pada argument asi spirit ual dan t eologia global mengarahkan pada argument asi rasional. Sophia perennial merupakan filsafat keagamaan yang dianut oleh pluralisme yang menyat akan bahw a set iap manusia mempunyai pot ensi unt uk bert uhan, dan mengembangkan pot ensinya berdasarkan pada t radisi keagamaannya. Sehingga, sophia perennial seringkali disebut dengan ist ilah hikm ah keabadian , karena mereka yakin bahw a t iap manusia dalam set iap masa, 1 Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat ., hlm , 339 10 mempunyai fit rah yang sama, meski dalam perjalanan hidupnya ia mengembangkan sikap keagamaan dengan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang dipakai oleh pemeluk agama lainnya. 1 Dalam pemikiran perennial ini mengambil sikap yang kont ras dengan pemikiran t eologia global. Teologia globbal berangkat dari kepast ian zaman modern, sehingga perlu adanya gerakan desakralisasi agama. Teologia global t erdiri at as dua kat a, yait u t eologi dan global. Teologi global adalah sebuah paham t ent ang ket uhanan yang dianut oleh semua aliran agama. Teologi global juga mengandung pemahaman bahw a agama-agama mest i disesuaikan dengan kondisi masa, sehingga agama dapat dianut berdasarkan realit as dan t unt ut an zaman. Teologi global menurut Sm it h yait u usaha unt uk mengubah dunia yang baru t umbuh menjadi sebuah kesat uan komunit as. Agar dapat t umbuh dalam sat u komunit as, maka semua manusia harus saling bersikap humanis t anpa adanya sekat -sekat , baik sekat kult ural maupun sekat agama. Agama perlu diarahkan unt uk menyambut globalisasi demi mew ujudkan kesat uan umat manusia. Unt uk mew ujudkannya, agama harus mengorbankan beberapa bagian t eologi sakralit asnya, juga diikut i dengan penerimaan st andart moralit as yang bersifat universal. Dua bent uk pluralisme, yait u t eologia global dan sophia perennial. Teologi global adalah kont ekst ualisasi agama, sedangkan sophia perennial adalah subst ansialisasi agama. Tet api keduanya mem punyai let ak persamaan yang mendasar, yait u sama-sama melet akkan agama secara sejajar, dan sama-sama menekankan set iap agama unt uk melepaskan diri dari t rut h claim. 1 Am in Abdullah, St udi Agama: Normat ivit as atau Hist orisit as? Yogyakart a: Pust aka Pelajar, 2011, hlm. 24 11 Teologia global mengarahkan pada perubahan bent uk pemahaman keagamaan, sedangkan sophia perennial menggali kedalaman pengalaman keberagamaan sehingga dit emukan w ilayah essensi agama, yang juga dit emukan dalam kedalaman spirit ualit as dari agama lainnya. Tit ik t ekan perubahannya adalah, t eologia global pada perubahan bent uk luar pemahaman keagamaan, sedangkan perenialism e menekankan pemahaman esot erisnya. M et odologi yang dit empuh oleh para penganjur t eologi global adalah menekankan ket impangan ajaran agama dengan zaman modern, dan agama semest inya mampu membuka diri. M ereka mengarahkan pada perubahan paradigma keilmuan dengan menekankan pada usaha memahami agama secara rasional dengan pendekat an keilmuan dan filsafat kont emporer. Teologia global memakai nalar burhani. Sedangkan perenialism e, yang menyakini w at ak dasar sebagai pot ensi t et ap yang dimiliki oleh set iap manusia, maka t idak memerlukan filsafat keilmuan. M et ode unt uk menggalinya dengan memperdalam pengalaman keberagamaan dan perenial memerlukan nalar irf ani. Amin Abdullah mampu memadukan ant ara sophia perennial dan t eologi global menjadi suat u pemikiran pluralisme yang dikembangkan dalam jaring laba-laba.

E. Pemikiran Amin Abdullah : Teologi Global