Pemikiran Amin Abdullah: Sophia Perennial

13 ilmu penget ahuan yang t erdiri at as paradigma, met ode-met ode dan hasil-hasil penelit ian dan t eori yang merupakan hasil kinerja umat manusia. Sebagai hasil kerja manusia, maka proses penget ahuan t ersebut t idaklah bersifat sakral. Ilmu penget ahuan harus dikoreksi, dit elit i, dit elaah dan dikrit isi. Oleh sebab it u unt uk menelaah aqidah dan syariah Islam, diperlukan perangkat -perangkat keilmuan sosial psikologi, ant ropologi maupun budaya, sehingga unt uk melakukan penyelidikan t erhadapnya pent ing unt uk menggunakan pendekat an keilmuan kont emporer, t ermasuk filsafat . Pemikiran yang dikembangkan oleh Sm it h dan John Hick, yang membedakan dua bent uk, yait u bent uk religious experience, yait u w ilayah dalam yang t ak dapat disent uh oleh penget ahuan, t et api bersifat universal, dan w ilayah cum ulat ive t radit ion . M enurut Hick menyerukan perlu adanya perubahan dari religion menuju realit y realit as. 1 Adanya pengut amaan realit as at au kont eks di at as t eks, t erlihat adanya korelasi ant ara pemikiran Am in Abdullah dengan pemahaman t eologi global.

F. Pemikiran Amin Abdullah: Sophia Perennial

Perennialism e diasosiasikan dengan makna “ fit rah” . M enurut Am in Abdullah, fit rah adalah pot ensi asali at au sifat -sifat alami maupun karakt er baw aan. 2 M akna fit rah bila dikait kan dengan sophia perennialism e, bahw a semua manusia mempunyai pot ensi keberagamaan yang sama, t et api dalam perkembangan berikut nya, mereka membahasakannya meng-ekspressikannya dengan bahasa dan t ingkah laku yang berbeda-beda. Amin Abdullah menganalogikan pluralism e perennial ini dengan analogi t ent ang bahasa dan sinar. Dalam analogi bahasa, meski t erdapat banyak bahasa 1 Anis M alik Thoha, Tren Pluralisme, hlm. 82 2 Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, hlm . 232 14 yang berbeda-beda, t et api bahasa mempunyai fungsi yang sama, yait u sebagai alat komunikasi. 1 Sedangkan dengan memakai analogi sinar, Amin Abdullah menyat akan bahw a sinar pada dirinya sendiri t idak dapat t erlihat , ia dapat t erlihat apabila ia diw ujudkan dalam bent uk cahaya yang berw arna-w arni. Dalam w arna-w arni cahaya, t idak dit ent ukan mana cahaya yang paling benar at au cahaya paling baik. Semua cahaya adalah pant ulan at au refleksi dari sinar yang sama. 2 Berdasarkan pada pemahaman ini meski, set iap agama berbeda-beda, t et api di dalam nya t erbangun ment alit as yang sama. Di balik perbedaan t erdapat rasa pasrah kepada sang pencipt a, pengakuan akan adanya sesuat u yang suci, dan rasa ket ergant ungan dengan Yang Real. Oleh karenanya, orang yang beragama secara mat ang t idak t erjebak pada fakt or budaya dan bahasa yang bersifat sangat manusiaw i, karena bagi Amin Abdullah yang t erpent ing adalah dimensi t ransendent al sekaligus spirit ual, bukan fakt or kelembagaan agama it u sendiri. 3 Ia menukilkan pernyat aan surah Al- Hajj 22: 67, yang menyat akan bahw a Allah t elah menet apkan syariat t ert ent u bagi t iap umat .

F. Teologi Global dan Sophia Perennialisme dalam Jaring Laba-Laba