commit to user
4. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh kualitas audit berpengaruh terhadap jumlah frekuensi rapat komite audit pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh hasil penelitian
yang dapat bermanfaat bagi pihak berikut ini.
1. Bagi regulator khususnya BAPEPAM Hasil penelitian ini diharapkan mempu memberikan bukti empiris
tentang efektifitas penerapan kimite audit dalam suatu perusahaan. Diharapkan dengan adanya bukti tersebut guna mendukung praktik
pelaksanaan komite audit dalam pelaksanaan Good Corporate Governance dan memberikan iklim yang kondusif bagi perkembangana
pasar modal. 2. Bagi investor
Hasil penelitian dapat digunakan sebgai informasi yang dapat dijadikan bahan dalam keputusan berinvestasi terutama terkait dengan ketekunan
komite audit yang dapat dilihat dari frekuensi rapat komite audit dan variabel yang mempengaruhinya, sehingga bisa menjadi pertimbangan
yang lebih rasional ketika berinvestasi. 3. Bagi perusahaan
Hasil penelitian dapat memberikan input atau masukan untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris dan komite
audit terhadap frekuensi rapat komite audit serta meningkatkan
commit to user
kesadaran manajemen perusahaan untuk mengoptimalkan peran mereka dalam penerapan Good Corporate Governance yang baik dan
transparan. 4. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang akuntansi keuangan terutama
yang berkaitan dengan Good Corporate Governance secara umum dan komite audit secara khusus.
commit to user
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1 Good Corporate Governance
Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah
keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana
yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance
diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.
Good corporate governance GCG menurut Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate
governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG
mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat
penting untuk
menunjang pertumbuhan
dan stabilitas
ekonomi yang
berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan good corporate governance pada umumnya di
Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good corporate governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang bersih
dan berwibawa.
commit to user
Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI dalam peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance,
menggunakan pengertian dari Cadbury Committee dalam mendefinisikan Corporate Governance, yaitu:
“seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan.”
Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah value
added bagi semua stockholders dan stakeholders. Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai
partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan Monks dan Minow, 2001. Dalam survey yang dilakukan oleh McKinsey, menemukan
bahwa ada kaitan erat antara penerapan corporate governance dengan harga saham perusahaan. Hal ini disebabkan hampir 75 investor menganggap keterbukaan
informasi mengenai penerapan corporate governance sama pentingnya dengan informasi laporan keuangan yang dipublikasikan. Apalagi secara empiris memang
terbukti bahwa penerapan corporate governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan serta meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini FCGI, 2001:
a Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
commit to user
b Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.
c Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
d Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Corporate governance dalam hal ini adalah suatu set mekanisme yang digunakan oleh shareholders untuk memastikan bahwa para manajer bekerja untuk
kepentingan terbaik bagi para shareholders. Para pemegang saham atau shareholders dalam hal ini menjadi sangat berkepentingan terhadap pelaksanaan
good corporate governance dalam suatu perusahaan karena mereka juga sangat berkepentingan dalam hal perlindungan terhadap investasi yang mereka lakukan
dapat dikelola secara baik oleh tim manajemen yang hdanal. Melihat pentingnya penerapan good corporate governance tersebut, BAPEPAM sejak tahun 2000 telah
terlibat aktif untuk menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh Bapepam adalah dengan mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk memiliki komisaris independen, CEO direktur independen, komite audit, dan
sekretaris independen. Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang
dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI adalah sebagai berikut:
a Fairness Keadilan
commit to user
Prinsip keadilan fairness merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan yang diartikan sebagai perlakuan yang
sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan
perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. b DisclosureTransparency
Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan,
kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
c Accountability Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan
yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian
terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan
commit to user
lainnya. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara
benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang
saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk
mencapai kinerja yang berkesinambungan. d Responsibility
Responsibility responsibilitas adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban
kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari
adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggungjawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional
dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang sehat. Prinsip good corporate governance sebagai suatu praktis diharapkan
memberi keberhasilan kinerja bisnis. Dalam bahasa manajemen prinsip ini layak disebut sukses apabila mampu membuat perusahaan beroperasi secara efektif dan
efisien untuk penambahan profit perusahaan. Untuk dapat mewujudkan pelaksanaan kelima prinsip dasar tersebut, maka perusahaan diwajibkan untuk
mempunyai komisaris independen board of directors, presiden direktur independen, serta komite audit independen sebagai pengawas proses pelaporan
keuangan dan melakukan pengawasan terhadap informasi keuangan .yang seharusnya tidak diketahui oleh publik.
2 Dewan Komisaris
commit to user
Pelaksanaan Corporate Governance di Indonesia terutama yang menyangkut keberadaan dewan komisaris dalam perusahaan di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 yang mengatur tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang ini merupakan kerangka paling penting untuk legislasi
Corporate Governance di Indonesia FCGI, 2003. Dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa perusahaan adalah
entitas legal yang diwakili oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Pernyataan ini juga tersirat dalam Nasution dan Setiawan 2007, yang menyatakan bahwa
perusahaan di Indonesia harus memiliki dua dewan, yaitu dewan direksi dan dewan komisaris. Dewan direksi adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola
perusahaan, sedangkan dewan komisaris adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mensupervisi dan memberi nasehat kepada dewan direksi. Sistem yang
mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai dua dewan ini disebut two tier board system.
Penerapan sistem ini memiliki kesamaan dengan sistem yang dijalankan oleh perusahaan Belanda, alasan kesamaan ini dapat ditelusur pada pendahulu baik
dari Belanda maupun dari Indonesia, keduanya merumuskan undang-undang dengan mereplikasi Dutch Commercial Code 1838 yang kemudian dijalankan oleh
Pemerintah Hindia Belanda di tahun 1848 Tumbuan, 2005. Undang-Undang No.1 tahun 2005 mensyaratkan bahwa jumlah minimum
dalam dewan direksi maupun dewan komisaris adalah dua orang. Kedua orang ini diangkat oleh rapat umum pemegang saham untuk jangka waktu tertentu dengan
kemungkinan diangkat kembali. Pihak yang dapat diangkat menjadi komisaris adalah perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak
commit to user
pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, atau orang
yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatan.
Istilah komisaris independen diperkenalkan baru pada tahun 2000 melalui peraturan Bursa Efek Jakarta, Kep-315BEJ06-2000, yang kemudian direvisi
terakhir tahun 2001 melalui Kep-339BEJ07-2001, yang mensyaratkan bagi perusahaan publik yang listing di BEI untuk menunjuk komisaris independen demi
tercapainya pengelolaan perusahaan yang baik Good Corporate Governance. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa perusahaan tercatat wajib
memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali
dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris.
Untuk mendukung independensi yang disyaratkan oleh regulator, keputusan tersebut menyatakan bahwa yang menjadi komisaris independen perusahaan
tercatat harus tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan, tidak mempunyai hubungan
afiliasi dengan direktur dan atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan, tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang
terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan, dan memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkdanung dalam laporan keuangan. Untuk
commit to user
mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memilki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka
dewan direksi bertangung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris National Code Corporate Governace, 2001.
Selain mensupervisi dan memberi nasehat pada dewan direksi seuai dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang
dinyatakan dalam National Code for GCG 2001 adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan
kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan Good Corporate Governance.
3 Komite Audit
Sesuai dengan Kep 29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan.
Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu
komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam mengangani masalah pengendalian.
Sesuai dengan Surat Edaran BEJ, SE-008BEJ12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite
audit. Anggota komite ini berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang. anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris
independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal
yang independen.
commit to user
Pihak eksternal menurut surat edaran tersebut adalah pihak di luar perusahaan tercatat yang bukan merupakan komisaris, direksi, dan karyawan
perusahaan tercatat, sedangkan yang dimaksud independen adalah pihak di luar perusahaan tercatat yang tidak memiliki hubungan usaha dan hubungan afiliasi
dengan perusahaan tercatat, komisaris, direksi dan pemegang saham utama perusahaan tercatat dan mampu memberikan pendapat profesional secara bebas
sesuai dengan etika profesioanalnya, tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Namun dalam Kep-29PM2004 diatur bahwa komite audit beranggotakan
minimal tiga orang yang independen dari perusahaan dan salah satunya adalah ahli di bidang akuntansi. Salah seorang anggota komite audit harus berasal dari anggota
komisaris yang independen, sehingga anggota dewan tersebut merangkap tugasnya sebagai komite audit.
Independensi yang dimiliki oleh angota dewan komisaris tersebut dan anggota komite audit telah diatur pula dalam peraturan BAPEPAM tersebut,
diantaranya syarat keanggotaan komite audit adalah seperti berikut ini. 1.
Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik, kantor konsultan hukum atau pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non audit, dan atau
jasa konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh komisaris.
2. Bukan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan emiten atau perusahaan publik dalam waktu 6 enam bulan terakhir sebelum diangkat
oleh komisaris, kecuali komisaris independen.
commit to user
3. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten.
Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu paling lama enam bulan setelah
diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan pada pihak lain. 4.
Tidak mempunyai: 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat
kedua baik secara horizontal maupun vertikal dengan komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten, dan atau,
2 tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsun yang berkenaan dengan kegiatan usaha emiten.
Seperti diatur dalam Kep-29PM2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain:
a. melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan
lainnya, b. melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan,
c. melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal, d. melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan
pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi, e. melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten, dan f. menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
commit to user
Komite Audit dapat mengadakan pertemuan secara periodik sebagaimana ditetapkan oleh Komite Audit sendiri. Komite dapat mengadakan sesi pertemuan
eksekutif dengan auditor independen dan manajemen Organisasi secara periodik. Ketua Komite Audit wajib melaporkan aktivitas Komite Audit kepada Dewan.
Komite Audit melaksanakan pemeriksaan internal tahunan yang ditujukan untuk perbaikan terus menerus, dan setahun sekali meninjau dan menilai kembali piagam
pendiriannya, dan merekomendasikan perubahan yang diperlukan kepada Dewan Pengawas.
Komite Audit memiliki otoritas untuk meminta jasa pengacara, akuntansi, dan konsultasi independen lainnya, sebagaimana diperlukan untuk mendukung
tugas-tugasnya. Komite Audit memiliki otoritas tunggal untuk menyetujui biaya terkait dan hak yang berkaitan. Ketua Komite Audit dapat dihubungi secara
langsung oleh auditor independen 1 untuk meninjau hal-hal sensitif yang mungkin mempengaruhi akurasi pelaporan keuangan atau 2 mendiskusikan isu-isu
signifikan yang berkaitan dengan tanggung jawab Dewan secara keseluruhan yang mungkin telah dikomunikasikan dengan manajemen namun, menurut penilaian
mereka, mungkin memerlukan tindak lanjut oleh Komite Audit.
4 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain Tarjo, 2008. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya
kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk
commit to user
pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat
kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional. Menurut Barnae dan Rubin 2005
bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Begitu pula
penelitian Wening 2009 Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan. Penelitian Smith 1996 menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu
meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain:
1 Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.
2 Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
5 Kualitas Audit
De Angelo 1981 dalam Kusharyanti 2003:25 mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan joint probability dimana seorang auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan auditor akan menemukan salah saji tergantung pada
kualitas pemahaman auditor kompetensi sementara tindakan melaporkan salah
commit to user
saji tergantung pada independensi auditor. Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus
memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora 2002: 47 ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu:
1. Tanggung jawab profesi. Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 2. Kepentingan publik.
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme. 3. Integritas.
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.
4. Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
commit to user
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi
dan ketekunan
serta mempunyai
kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional. 6. Kerahasiaan.
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan. 7. Perilaku Profesional.
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan. Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional
Akuntan Publik SPAP yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI, dalam hal ini adalah standar auditing.
Auditor Big 4 sering dianggap dapat menyediakan audit dengan kualitas
tinggi. Kualitas audit yang lebih baik diasosiasikan dengan kurangnya kemungkinan adanya masalah pelaporan keuangan Dechow et al, 1996. Auditor
Empat Besar The Big Four Auditors adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas
pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Dalam teori lain, DeAngelo 1981 menunjukkan bahwa Big Four auditor dengan
mempertaruhkan reputasi, lebih bersemangat untuk memastikan bahwa laporan
commit to user
keuangan klien mereka benar benar mencerminkan transaksi yang mendasar. Kantor audit yang termasuk Big 4 adalah PricewaterhouseCoopers, Deloitte Touche
Tohmatsu Ernst Young, KPMG.
B. PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1.