LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008, Pelacuran berasal dari kata “lacur” yang berarti tidak baik kelakuannya tentang perempuan. Jadi, pelacuran dapat didefinisikan perihal menjual diri sebagai pelacur. Terciptanya pekerja seks di lokasi prostitusi umumnya berangkat dari keterpaksaan menyangkut persoalan keluarga dan masalah pribadi, traumatik terhadap kekerasan seksual, dan sulitnya mencari pekerjaan di tengah persoalan hidup Amaliyasari ; Puspitasari, 2008. Sayangnya dunia prostitusi saat ini ternyata banyak melibatkan anak-anak yang berusia remaja hingga di bawah umur Lubis, 2004. Tingginya angka pekerja seks menunjukkan kebutuhan akan kepuasan semakin meningkat, seperti dilansir Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak ILO-IPEC melalui kajian cepat, untuk tahun 2007 diperkirakan jumlah pekerja seks diusia anak hingga remaja sekitar 1.244 anak di Jakarta, 520 anak di Yogyakarta, 4.990 di Surabaya, dan 1623 di Semarang. Namun jumlah ini diperkirakan dapat naik menjadi beberapa kali lipat lebih besar mengingat banyaknya penjaja hasrat yang mangkal di tempat-tempat tersembunyi, ilegal dan tidak terdata Kompasiana, 2010. 2 Terlibatnya remaja dalam dunia prostitusi membawa suatu keprihatinan tersendiri. Tuti Harjayani, Psikolog Universitas Sebelas Maret Solo dalam Harian Jogja 2012 mengungkapkan pendapatnya mengenai praktek jasa seks yang dilakukan oleh remaja. Menurutnya, anak-anak remaja serta yang berusia dibawah 30-an yang tergiur rupiah, mulai menjual diri secara sukarela kepada lelaki hidung belang. Mereka menikmati dunianya tanpa rasa bersalah. Menurutnya, salah satu penyebab banyaknya remaja dan anak kuliah terlibat dalam dunia prostitusi ialah karena minimnya pendidikan seks di usia dini di rumah dan sekolah. Akibatnya banyak remaja merasa penasaran tanpa tahu resikonya. Masa remaja itu sendiri merupakan masa transisi dari periode anak menuju ke dewasa. Pada masanya, remaja akan mengalami serangkaian perubahan di dalam diri mereka. Perubahan tersebut secara menyeluruh mulai dari perubahan fisik, kognitif dan sosio emosional. Remaja di dalam mengalami serangkaian perubahan dalam dirinya akan dihadapkan pada temuan siapa mereka, apa keunikannya, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Remaja dihadapkan pada berbagai peran mulai dari peran pekerjaan hingga relasi romantis Santrock, 2007. Disinilah masa remaja biasanya disebut dengan masa mencari identitas diri. Pencapaian identitas diri adalah sebuah proses dimana seorang remaja mengembangkan suatu identitas personal yang unik, yang berbeda dan terpisah dari orang lain Josselson, dalam Agnes 2008. Pencapaian 3 identitas diri dalam diri seseorang merupakan suatu hal yang penting. Hal ini dikarenakan seseorang yang telah mencapai identitasnya dapat mengetahui siapa dia dan ingin menjadi apa dirinya di masa yang akan datang. Sehingga ia akan lebih berfungsi dengan baik di dalam kehidupannya Agnes, 2008. Para remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas akan menderita kebingungan identitas Santrock, 2007. Mereka ini dapat menarik diri, mengisolasi diri dari kawan-kawan dan keluarga, atau membenamkan dirinya dalam dunia kawan-kawan dan kehilangan identitasnya sendiri dalam kerumunan itu. James Marcia dalam Santrock, 2007 menganalisis teori mengenai perkembangan identitas Erickson dan menyimpulkan bahwa terdapat empat status identitas di dalam teori tersebut yang berkaitan dengan krisis eksplorasi dan komitmen, yaitu : penyebaran identitas identity diffusion, pencabutan identitas identity foreclosure, penundaan identitas identity moratorium dan pencapaian identitas identity achievement. Seperti yang diungkapkan Erickson 2007 bahwa masa remaja akan mengalami kebingungan identitas. Remaja wanita yang berprofesi sebagai pekerja seks juga tentunya juga memasuki tahap kebingungan identitas. Remaja pekerja seks di dalam masanya juga sedang mencari identitas dirinya. Mereka belajar mengenai berbagai peran di dalam kehidupannya. 4 Akan tetapi, tidak seperti remaja lainnya yang dapat lebih bebas bereksplorasi dalam kehidupannya, remaja wanita pekerja seks memiliki kebimbangan yang mempengaruhi pencapaian identitas dirinya. Tidak mudah bagi mereka secara terang menerima diri mereka sendiri dalam menjalani profesi tersebut. Terdapat kebimbangan antara terpenuhinya kebutuhan sehari-hari, dengan perasaan berdosa, malu atau takut akan akibat yang ditimbulkan seperti kehamilan, terkena penyakit menular seksual, hingga dampak sosial seperti dikucilkan dalam lingkungan sosialnya. Ada beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan identitas diri remaja. Sekolah, teman sebaya, lingkungan sosial serta dinamika di dalam keluarga seperti pola asuh orang tua merupakan salah satu hal yang penting dalam pembentukan identitas diri. Santrock 2007 mengatakan bahwa perkembangan identitas diri remaja dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Oleh karena itu, perkembangan identitas remaja yang berprofesi sebagai pekerja seks menjadi menarik untuk diteliti karena di dalam mencari identitasnya, remaja pekerja seks memiliki proses yang berbeda dengan remaja lainnya. Proses pencapaian identitas diri remaja wanita pekerja seks dapat diketahui melalui status identitas diri yang telah dicapainya pada saat tersebut serta faktor yang melatarbelakangi dirinya mencapai status identitas tersebut. 5

B. RUMUSAN MASALAH