dalam jus tomat menggunakan pelarut petroleum eter. Penggunaan petroleum eter karena sifatnya yang non polar sehingga dapat menarik senyawa-senyawa yang
bersifat non polar juga. Ekstraksi dengan petroleum eter dilakukan secara bertingkat 50 ml, 25 ml, 25 ml agar hasil ekstrak yang didapatkan optimal.
Selanjutnya ekstrak diletakkan pada wadah dan diuapkan hingga didapatkan ekstrak kering. Pada ekstraksi ini jumlah tomat yang digunakan adalah 330 g,
setelah dikeringkan didapatkan ekstrak tomat sebanyak 2,48 g.
B. Identifikasi Ekstrak Tomat
Pada tahap ini yang pertama kali dilakukan adalah scanning panjang gelombang dimana ekstrak tomat menghasilkan absorbansi maksimum
λ
max
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Menurut Day dan Underwood 1996 kebanyakan penerapan spektrofotometri UV dan tampak pada senyawa organik
didasarkan pada transisi n- π
ataupun π-π
dan karenanya memerlukan gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi tersebut terjadi dalam daerah spektrum
sekitar 200 ke 700 nm yang dapat digunakan dalam eksperimen. Kandungan ekstrak tomat berupa senyawa nonpolar seperti likopen,
β-karoten dan vitamin E. Jika dilihat dari strukturnya, senyawa-senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi kromofor. Berdasarkan hal tersebut maka ekstrak tomat dapat diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Scanning dilakukan pada range panjang gelombang 300-500 nm. Pada konsentrasi ekstrak tomat 0,067 gml,
λ
max
yang dihasilkan yaitu 444,1 nm.
Selanjutnya panjang gelombang tersebut digunakan untuk uji kualitatif menggunakan HPLC.
Gambar 7. Hasil scanning panjang gelombang maksimum ekstrak tomat
Identifikasi ekstrak tomat yang didapatkan dilakukan berdasarkan uji kualitatif senyawa likopen menggunakan HPLC fase terbalik menurut Nassar, et
al. 2007. Identifikasi dengan metode HPLC dilakukan menggunakan fase diam C18 oktadesilsilan dan fase gerak methanol 100 pada flow rate 1 mlmenit dan
suhu 15 °C. Oleh karena tidak didapatkan senyawa baku likopen sehingga
identifikasi ekstrak tomat dilakukan dengan membandingkan kromatogram hasil pengukuran dengan kromatogram menurut penelitian Nassar, et al. 2007. Dari
pengukuran didapatkan hasil seperti tampak pada gambar 8.
A B
Gambar 8. Kromatogram ekstrak tomat hasil pengukuran A dan hasil penelitian Nassar,
et al. 2007 B.
Dari gambar tersebut tampak adanya perbedaan antara kromatogram hasil percobaan dengan kromatogram menurut penelitian Nassar, et al. 2007. Pada
kromatogram hasil penelitian tampak bahwa waktu retensi terjadi sebelum menit ke-5, sedangkan pada kromatogram menurut literatur tampak bahwa waktu retensi
yang didapatkan sekitar menit ke-15. Hal tersebut dikarenakan kondisi yang berbeda dari segi peralatan maupun operator yang melakukan. Selain itu juga
tampak bahwa kromatogram hasil pengukuran terdapat lebih dari satu peak, sedangkan pada kromatogram menurut Nassar, et al. 2007 hanya terdapat satu
peak. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada ekstrak tomat terdapat beberapa campuran senyawa, tidak hanya likopen melainkan juga senyawa yang bisa larut
dalam petroleum eter misalnya beta-karoten dan vitamin E.
C. Pembuatan Sediaan Krim Ekstrak Tomat