Efek aplikasi topikal ekstrak tomat [Lycopersicon lycopersicum L.] terhadap inflamasi pada kulit pasca paparan ultraviolet B.
EFEK APLIKASI TOPIKAL EKSTRAK TOMAT
(Lycopersicon lycopersicum L.) TERHADAP INFLAMASI PADA KULIT PASCA PAPARAN ULTRAVIOLET B
Intisari
Tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) diketahui memiliki banyak khasiat. Masyarakat telah banyak menggunakan tomat antara lain untuk mengatasi radang kulit, infeksi jamur, jerawat, dan luka bakar. Namun hingga saat ini belum banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya efek ekstrak tomat jika diaplikasikan secara topikal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai efek ekstrak tomat yang diaplikasikan secara topikal untuk menghambat inflamasi akibat paparan sinar ultraviolet (UV) B.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni acak lengkap pola searah. Ekstraksi kandungan tomat dilakukan dengan menambahkan pelarut aseton dan petroleum eter menggunakan corong pisah. Ekstraksi tersebut dilakukan hingga didapatkan ekstrak kering. Ekstrak tomat kemudian dilarutkan dalam parafin cair dan dicampurkan pada media pembawa berupa krim. Uji inflamasi dilakukan dengan memaparkan sinar UV B dengan panjang gelombang 280-320 nm, energi 360 mJ/cm2 pada punggung mencit betina galur Balb/c. Krim ekstrak tomat dioleskan setelah pemaparan sinar UV B. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan tebal lipatan kulit (skin-fold thickness) kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Tiap kelompok uji menggunakan 5 mencit. Pemeriksaan histopatologik kulit (meliputi bagian epidermis dan dermis) diukur menggunakan mikroskop.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil pengukuran tebal kulit terbukti bahwa ekstrak tomat dengan kadar 0,14 % dapat memberikan efek topikal yang ditandai dengan penurunan skin-fold thickness sebesar 48 % pada uji inflamasi pasca paparan UV B. Pada pemeriksaan histopatologik daerah uji terjadi perubahan dengan adanya pemberian ekstrak tomat secara topikal dari pengukuran tebal epidermis dan dermis histologik kulit.
Kata kunci : ekstrak tomat, topikal, inflamasi, histopatologik, ultraviolet B.
(2)
EFFICATION OF TOPICALLY APPLIED TOMATO EXTRACT (Lycopersicon lycopersicum L.) AGAINST INFLAMMATION
FOLLOWING ULTRAVIOLET B RADIATION Abstract
Tomato (Lycopersicon lycopersicum L.) has been known to have a lot of benefit. Most people has been used tomato to heal skin inflammation, acnes and sunburn. However not many study proves the effication of tomato extract by topical application. This study has been purposed to observe the effect of tomato extract by topical aplication to reduce inflammation after ultraviolet B radiation.
This study is a true experimental which use Balb/c mice as an object study. Tomato extraction has been done with adding acetone and petroleum ether. The extract then evaporized until dry. Then the tomato extract solubilized in liquid paraffin and mixtured in a basis of biocream. Inflammation-associated edema has been done at middorsal skin Balb/c mouse with UV B radiation which energy is 360 mJ/cm2. The cream applied after UV B exposure. Measurement of skin-fold thickness compared between non-irradiated group and irradiated group. Every group used 5 mouse. The histopathological analysis of skin (epidermal and dermal area) was measured using microscope.
The result showed that 0,14 % tomato extract cream effective to reduce 48% inflammation-associated edema which known from the reducement of skin-fold thickness. Beside that, from the histopathologic measurement, there was difference of epidermis and dermis thickness before and after UV B exposure.
Keyword : Tomato extract, topical application, inflammation-associated edema, ultraviolet B exposure.
(3)
EFEK APLIKASI TOPIKAL EKSTRAK TOMAT
(Lycopersicon lycopersicum L.) TERHADAP INFLAMASI PADA KULIT PASCA PAPARAN ULTRAVIOLET B
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Chandy Hapsari Riestaningtyas NIM : 048114146
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
(4)
ii
(5)
(6)
Puji syukur kehadirat Allah swt.
Skripsi ini kupersembahkan sebagai
tanda bakti dan terima kasihku
Kepada Bapak dan Ibuku atas doa yang terucap,
atas bimbingan dan kasih sayang yang tak pernah berhenti untukku
Teruntuk Mas Anggri, Mbak Reni, Amjad, Mas Inung, Mbak Dely
atas dukungan spiritual maupun finansial yang diberikan selama ini
Kepada rekan-rekan seperjuangan yang telah mendedikasikan
tenaga dan pikiran kalian untuk menyadarkanku
arti pentingnya persahabatan
Kepada almamaterku tercinta
(7)
(8)
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : ”Efek Aplikasi Topikal Ekstrak Tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) Terhadap Inflamasi Pada Kulit Pasca Paparan Ultraviolet B”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data-data penyusunan skripsi ini didapatkan dari hasil penelitian di laboratorium sejak bulan Februari hingga April.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuan fasilitas, sarana, bimbingan, dukungan serta saran-saran yang diberikan kepada penulis, ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.
3. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan dan perhatian yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
4. drh. Sitarina Widyarini, MP, Ph.D, selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Mulyono, Apt. dan Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen penguji atas bimbingan, pengarahan dan dukungan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu tercinta atas doa dan kasih sayangnya.
7. Saudara-saudaraku, Mas Anggri, Mbak Reni, Amjad, Mas Inung, Mbak Dely dan seluruh keluargaku atas dukungan dan doanya.
(9)
8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi yang selalu mengingatkanku untuk cepat lulus. Terima kasih atas bantuan dan pengalaman yang berharga agar selalu kuingat hingga aku menjadi alumni nanti.
9. Segenap Staf Laboratorium: Mas Yuwono, Pak Musrifin, Mas Sigit, Mas Wagiran, Mas Agung, Mas Iswandi, Mas Otto, Mas Heru, Mas Sarwanto, Mas Parlan, Mas Kunto dan Mas Andri atas bantuan dan kerjasamanya.
10. Teman-teman UKF Dolanz-Dolanz : Adit, Ayu, Blangkon, Boris, Chika, Coco, Cawas, Lian, Probo, Robert, Rudi, Sisil, Sogonk, Tintus, Yoyo atas segala canda, tawa dan kenangan indah bersama.
11. Teman-teman angkatan 2004 : Rinta, Ella, Fhery, Andri dan teman-teman lain yang telah memberikan tenaga dan pikiran kalian untuk membantuku menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman Hamasah : Mbak Lia, Ayu, Mbak Desi, Hany, Icha USD, Icha UGM, I’im, Khoti, Tammy, Zahra, Nur, Fara yang mau mendengar keluh kesahku selama ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk semua dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi pasti masih ada kekurangannya, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para mahsiswa fakultas farmasi pada umumnya, dan diri penulis pada khususnya.
Yogyakarta, Januari 2009 Penulis
Chandy Hapsari R.
(10)
EFEK APLIKASI TOPIKAL EKSTRAK TOMAT
(Lycopersicon lycopersicum L.) TERHADAP INFLAMASI PADA KULIT PASCA PAPARAN ULTRAVIOLET B
Intisari
Tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) diketahui memiliki banyak khasiat. Masyarakat telah banyak menggunakan tomat antara lain untuk mengatasi radang kulit, infeksi jamur, jerawat, dan luka bakar. Namun hingga saat ini belum banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya efek ekstrak tomat jika diaplikasikan secara topikal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai efek ekstrak tomat yang diaplikasikan secara topikal untuk menghambat inflamasi akibat paparan sinar ultraviolet (UV) B.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni acak lengkap pola searah. Ekstraksi kandungan tomat dilakukan dengan menambahkan pelarut aseton dan petroleum eter menggunakan corong pisah. Ekstraksi tersebut dilakukan hingga didapatkan ekstrak kering. Ekstrak tomat kemudian dilarutkan dalam parafin cair dan dicampurkan pada media pembawa berupa krim. Uji inflamasi dilakukan dengan memaparkan sinar UV B dengan panjang gelombang 280-320 nm, energi 360 mJ/cm2 pada punggung mencit betina galur Balb/c. Krim ekstrak tomat dioleskan setelah pemaparan sinar UV B. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan tebal lipatan kulit (skin-fold thickness) kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Tiap kelompok uji menggunakan 5 mencit. Pemeriksaan histopatologik kulit (meliputi bagian epidermis dan dermis) diukur menggunakan mikroskop.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil pengukuran tebal kulit terbukti bahwa ekstrak tomat dengan kadar 0,14 % dapat memberikan efek topikal yang ditandai dengan penurunan skin-fold thickness sebesar 48 % pada uji inflamasi pasca paparan UV B. Pada pemeriksaan histopatologik daerah uji terjadi perubahan dengan adanya pemberian ekstrak tomat secara topikal dari pengukuran tebal epidermis dan dermis histologik kulit.
Kata kunci : ekstrak tomat, topikal, inflamasi, histopatologik, ultraviolet B.
(11)
EFFICATION OF TOPICALLY APPLIED TOMATO EXTRACT (Lycopersicon lycopersicum L.) AGAINST INFLAMMATION
FOLLOWING ULTRAVIOLET B RADIATION Abstract
Tomato (Lycopersicon lycopersicum L.) has been known to have a lot of benefit. Most people has been used tomato to heal skin inflammation, acnes and sunburn. However not many study proves the effication of tomato extract by topical application. This study has been purposed to observe the effect of tomato extract by topical aplication to reduce inflammation after ultraviolet B radiation.
This study is a true experimental which use Balb/c mice as an object study. Tomato extraction has been done with adding acetone and petroleum ether. The extract then evaporized until dry. Then the tomato extract solubilized in liquid paraffin and mixtured in a basis of biocream. Inflammation-associated edema has been done at middorsal skin Balb/c mouse with UV B radiation which energy is 360 mJ/cm2. The cream applied after UV B exposure. Measurement of skin-fold thickness compared between non-irradiated group and irradiated group. Every group used 5 mouse. The histopathological analysis of skin (epidermal and dermal area) was measured using microscope.
The result showed that 0,14 % tomato extract cream effective to reduce 48% inflammation-associated edema which known from the reducement of skin-fold thickness. Beside that, from the histopathologic measurement, there was difference of epidermis and dermis thickness before and after UV B exposure.
Keyword : Tomato extract, topical application, inflammation-associated edema, ultraviolet B exposure.
(12)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PRAKATA... vi
INTISARI ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 4
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian ... 5
a. Manfaat teoritis ... 5
b. Manfaat praktis ... 5
(13)
B. Tujuan Penelitian ... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6
A. Tomat ... 6
1. Taksonomi tanaman ... 6
2. Morfologi tanaman ... 6
3. Kandungan kimia ... 7
4. Sifat fisika kimia ... 7
5. Kegunaan ... 8
B. Kulit ... 9
C. Inflamasi ... 10
D. Radiasi ultraviolet ... 15
E. Landasan Teori ... 17
F. Hipotesis... 18
G. Rancangan penelitian ... 18
BAB III. METODE PENELITIAN ... 19
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19
B. Variabel Penelitian ... 19
C. Definisi Operasional ... 19
D. Bahan Penelitian... 20
E. Alat Penelitian... 20
F. Tata Cara Penelitian ... 21
1. Ekstraksi kandungan tomat ... 21
(14)
2. Identifikasi ekstrak tomat menggunakan HPLC ... 21
3. Pembuatan sediaan krim ekstrak tomat ... 22
4. Penentuan tipe krim ekstrak tomat ... 23
5. Uji inflamasi (inflammation-associated edema) ... 23
6. Pembuatan preparat histologi kulit ... 24
7. Pemeriksaan histopatologik ... 25
G. Analisis Hasil ... 25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
A. Ekstraksi kandungan tomat ... 26
B. Identifikasi ekstrak tomat ... 27
C. Pembuatan sediaan krim ekstrak tomat ... 30
D. Penentuan tipe krim ekstrak tomat ... 30
E. Uji inflamasi ... 31
F. Pemeriksaan histopatologik ... 35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN... 51
BIOGRAFI PENULIS ... 79
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil pengukuran skin-fold thickness... 32 Tabel 2. Hasil perhitungan Least Square Analysis... 34
(16)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur molekul likopen, beta-karoten dan vitamin E ... 8
Gambar 2. Struktur kulit ... 10
Gambar 3. Patogenesis dan gejala suatu peradangan ... 11
Gambar 4. Sumber dan efek nitrit oksida (NO•) pada inflamasi... 13
Gambar 5. Spektrum elektromagnetik ... 16
Gambar 6. Kromatogram likopen ... 22
Gambar 7. Hasil scanning panjang gelombang maksimum ekstrak tomat ... 28
Gambar 8. Kromatogram ekstrak tomat ... 29
Gambar 9. Hasil penentuan tipe krim ekstrak tomat ... 31
Gambar 10. Kurva mean selisih skin-fold thickness vs waktu ... 33
Gambar 11. Struktur histologik kulit mencit ... 36
Gambar 12. Grafik pengukuran mean ± SD tebal epidermis dan dermis ... 37
Gambar 13. Mekanisme terjadinya kerusakan di kulit akibat paparan UV B... 39
Gambar 14. Mekanisme terjadinya inflamasi ... 44
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan kadar ekstrak tomat dalam krim ... 52
Lampiran 2. Hasil penentuan 1 MEdD ... 53
Lampiran 3. Hasil penentuan 1 MedD (lanjutan)... 54
Lampiran 4. Hasil pengukuran skin-fold thickness hari pertama ... 55
Lampiran 5. Hasil pengukuran skin-fold thickness hari kedua ... 56
Lampiran 6. Hasil pengukuran skin-fold thickness hari ketiga ... 57
Lampiran 7. Hasil perhitungan Least Square Analysis... 58
Lampiran 8. Analisis uji F ragam populasi ... 63
Lampiran 9. Analisis uji t mean slope ... 64
Lampiran 10. Perhitungan efek ekstrak tomat ... 66
Lampiran 11. Hasil pengukuran tebal epidermis ... 68
Lampiran 12. Hasil uji statistik tebal epidermis... 69
Lampiran 13. Hasil pengukuran tebal dermis ... 71
Lampiran 14. Hasil uji statistik tebal dermis ... 72
Lampiran 15. Dokumentasi... 74
(18)
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Sinar matahari merupakan bagian dari kehidupan manusia dan banyak orang merasakan manfaatnya untuk kesehatan. Dengan bertambahnya ilmu pengetahuan kita mengenai dampak radiasi sinar matahari terhadap kulit manusia, muncul fakta baru bahwa sinar matahari juga menjadi penyebab utama timbulnya kerusakan kulit seperti, erythema, edema, blistering, hyperplasia dan
nonmelanoma skin cancer (Afag dan Mukhtar, 2001). Kerusakan tersebut diakibatkan oleh radiasi ultraviolet (UV), terutama radiasi UV B (280-320 nm). Radiasi UV A (320-400 nm) juga dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti rusaknya DNA dan membran seluler, dan timbulnya efek karsinogenesis akibat terbentuknya Reactive Oxygen Species (ROS) atau radikal bebas (Tedesco, 1997).
Radiasi UV B memiliki energi yang lebih besar dibandingkan dengan radiasi UV A. Meskipun energinya hanya 5% dari total energi ultraviolet yang mencapai permukaan bumi, UV B merupakan sumber kerusakan kulit yang utama bagi manusia. Hal tersebut dikarenakan UV B mampu berinteraksi dengan senyawa makromolekul sehingga dapat menyebabkan efek jangka pendek maupun jangka panjang (Naylor dan Farmer, 2000).
Edema merupakan salah satu reaksi yang terjadi pada peristiwa inflamasi. Radiasi UV B dapat menyebabkan inflamasi yang salah satunya dapat dilihat dari edema terbentuk. Inflamasi dapat terjadi melalui pembentukan radikal
(19)
bebas ataupun produksi sitokin proinflamasi (Suschek, et al., 2004; Anonim, 2008).
Saat ini banyak dikembangkan produk-produk obat maupun kosmetik yang digunakan untuk mencegah timbulnya kerusakan kulit akibat radiasi ultraviolet yang berlebihan. Bahan alam menjadi pilihan bahan baku dalam pembuatan produk-produk tersebut. Selain karena mudah didapatkan, bahan alam juga relatif aman digunakan.
Tomat merupakan salah satu bahan alam yang memiliki banyak khasiat untuk mengatasi beberapa penyakit seperti, radang kulit, infeksi jamur, jerawat, luka sukar sembuh, dan rasa nyeri pada kulit akibat terbakar sinar matahari (Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Senyawa-senyawa yang terkandung dalam tomat antara lain likopen, beta-karoten, asam folat, asam malat, asam sitrat, adenine, koline, tomatin, vitamin C, kalium, vitamin E, fruktosa, flavonoid dan fitosterol (Dalimartha dan Soedibyo, 1999; Beecher, 1998). Senyawa yang terkandung dalam tomat memiliki kegunaan yang berbeda-beda, yaitu likopen, beta-karoten, flavonoid, vitamin C dan vitamin E memiliki kemampuan menangkal radikal bebas sebagai antioksidan (Buhler dan Miranda, 2000). Menurut Rafi, et al. (2007) likopen juga mempunyai daya anti-inflamasi dengan menghambat mediator proinflamasi inducible Nitic Oxide Synthase (iNOS) yang diinduksi oleh lipopolisakarida dalam sel makrofag mencit. Jika dilihat dari strukturnya, beberapa senyawa yang memiliki efek penghambatan terhadap dampak negatif sinar UV B seperti likopen, beta-karoten dan vitamin E memiliki sifat nonpolar. Oleh sebab itu perlu dilakukan ekstraksi untuk memisahkan
(20)
senyawa-senyawa nonpolar tersebut dengan senyawa polar lain yang terkandung dalam tomat.
Seperti telah diungkapkan bahwa radiasi UV B dapat menimbulkan edema melalui mekanisme inflamasi. Penulis berasumsi jika terdapat senyawa yang dapat memutus jalur proses terjadinya inflamasi, maka edema yang terjadi dapat dikurangi atau dihambat. Kandungan senyawa dalam tomat seperti likopen, beta-karoten dan vitamin E diketahui memiliki khasiat sebagai antioksidan dan anti-inflamasi (Buhler dan Miranda, 2000; Rafi, et al. 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin mengetahui apakah ekstrak tomat yang diaplikasikan secara topikal dapat mengurangi atau menghambat inflamasi yang terjadi akibat paparan UV B. Metode yang digunakan untuk mengukur edema (inflammation-associated edema) yang terbentuk yaitu menggunakan pengukuran skin-fold thickness (tebal lipatan kulit) dan pemeriksaan histopatologik kulit. Pada metode tersebut akan dilihat ukuran skin-fold thickness antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan setelah disinari UV B. Pada pemeriksaan histopatologik juga akan dilihat ukuran tebal epidermis dan dermis masing-masing kelompok setelah disinari UV B. Apabila ekstrak tomat memiliki efek pengurangan atau penghambatan inflamasi terhadap UV B maka ukuran skin-fold thickness kelompok yang diberi perlakuan ekstrak tomat akan lebih kecil dibandingkan ukuran skin-fold thickness kelompok tanpa ekstrak tomat. Demikian halnya dengan tebal epidermis dan dermis kelompok ekstrak tomat akan lebih kecil dibandingkan kelompok tanpa ekstrak tomat.
(21)
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dimunculkan permasalahan sebagai berikut :
Apakah aplikasi topikal ekstrak tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) mempunyai efek menghambat atau mengurangi inflamasi pasca paparan UV B yang ditandai dengan penurunan skin-fold thickness dan perubahan histopatologik kulit berupa penurunan tebal epidermis dan dermis?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran penulis, penelitian mengenai efek tanaman tomat terhadap inflamasi pernah dilakukan dengan teknik dan bahan yang berbeda. Penelitian mengenai daya antiinflamasi tanaman tomat yang pernah dilakukan yaitu menggunakan karagenin sebagai inducer inflamasi (Nugroho, 2007). Bobot udema kaki mencit menunjukkan perbedaan antara kelompok kontrol yang hanya diberi induksi karagenin 1% dengan kelompok perlakuan yang diberi induksi karagenin 1% dan jus tomat secara oral pada 4 peringkat dosis. Jus tomat dengan dosis 1,875 g/kgBB; 3,75 g/kgBB; 7,5 g/kgBB; dan 15 g/kgBB mempunyai daya antiinflamasi berturut-turut 11,81%; 22,25%; 33,89%; dan 40,98%.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan di bidang farmasi tentang khasiat tanaman tomat dalam menghambat atau mengurangi inflamasi pasca paparan UV B yang diaplikasikan secara topikal.
(22)
b. Manfaat praktis
Memberikan informasi ilmiah dan kebenaran kepada masyarakat mengenai efek topikal ekstrak tomat dalam mengurangi atau menghambat inflamasi pasca paparan UV B.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian dapat memberikan informasi mengenai alternatif penggunaan tomat, dalam hal ini kandungan senyawa yang bersifat nonpolar seperti likopen, beta-karoten dan vitamin E sebagai sediaan anti-inflamasi topikal pasca paparan UV B.
2. Tujuan khusus
Membuktikan efek topikal ekstrak tomat yang ditandai dengan penurunan skin-fold thickness pada uji inflamasi dan perubahan histopatologik kulit pasca paparan UV B berupa penurunan tebal epidermis dan dermis.
(23)
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tomat 1. Taksonomi tanaman
Dalam taksonomi tanaman, kedudukan tanaman tomat diklasifikasikan menurut sistematika sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Bangsa : Solanes
Keluarga : Solanaceae
Marga : Lycopersicon
Jenis : Lycopersicon lycopersicum L.
(Backer dan Backhuizen van den Brink, 1965)
2. Morfologi Tanaman
Perdu semusim, batang massif, berbuku-buku, berbulu, warna hijau keputihan. Daun tunggal, bulat telur, ujung runcing dengan pangkal berlekuk, tepi bergerigi warna hijau. Perbungaan keluar dari ketiak daun, tangkai berbulu, mahkota bertaju runcing, berwarna putih, putik berwarna kuning, buah buni, buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna merah. (Soedibyo, 1998).
(24)
3. Kandungan Kimia
Kandungan kimia tomat yang penting adalah likopen. Selain itu di dalam buah tomat juga mengandung beta-karoten, asam folat, asam malat, asam sitrat, adenine, koline, tomatin, vitamin C, kalium, vitamin E, fruktosa, flavonoid dan fitosterol (Dalimartha dan Soedibyo, 1999; Beecher, 1998).
4. Sifat Fisika Kimia
Di antara kandungan kimia tomat terdapat senyawa-senyawa yang bersifat polar maupun nonpolar. Asam folat, asam malat, asam sitrat, adenin, koline, tomatin, vitamin C, fruktosa, kalium dan flavonoid merupakan kandungan senyawa yang bersifat polar. Likopen dan beta-karoten merupakan anggota dari karotenoid yang mempunyai rumus molekul C40H56. Gugus ikatan hidrokarbon yang panjang dari likopen dan beta-karoten membuat keduanya memiliki sifat sangat lipofil. Masing-masing memiliki 11 ikatan rangkap terkonjugasi. Likopen dan beta-karoten tidak larut dalam air dan dapat larut hanya dalam pelarut organik atau minyak. Vitamin E atau sering juga disebut alfa-tokoferol merupakan vitamin yang larut lemak sehingga vitamin E bersifat nonpolar (Anonim, 2007c).
(25)
A
B
C
Gambar 1. Struktur molekul likopen (A), beta-karoten (B) dan vitamin E (C) (Anonim, 2007c)
5. Kegunaan
Likopen, beta-karoten, flavonoid, vitamin C dan vitamin E memiliki kemampuan menangkal radikal bebas sebagai antioksidan (Buhler dan Miranda, 2000). Young dan Lowe (2001) melaporkan bahwa karotenoid (termasuk di dalamnya likopen dan beta-karoten) mampu bertindak sebagai antioksidan dengan mengikat radikal bebas melalui tiga cara yaitu transfer elektron (1), abstraksi hidrogen (2) dan penambahan spesi radikal (3).
ROO• + CAR → ROO - + CAR •+ (1)
ROO• + CAR → ROOH + CAR • (2)
ROO• + CAR → (ROO − CAR) • (3)
Menurut Rafi, et al. (2007) likopen juga mempunyai daya anti-inflamasi dengan
(26)
diinduksi oleh lipopolisakarida dalam sel makrofag mencit. Selain itu likopen juga
dapat menghambat pelepasan TNF-α dan IL-1β melalui mekanisme
penghambatan extracellular signal-regulated kinase (ERK1/2) (Shyu, et al.,
2008). Beta-karoten juga diketahui memilki khasiat anti-inflamasi dengan menekan aktivasi NF-κB melalui reaksi redoks (Bai, et al., 2005). Vitamin E
diketahui mampu menurunkan produksi TNF-α melalui penghambatan
5-lipoxygenase; dan diketahui dapat menurunkan produksi sitokin proinflamasi
yang menginduksi pembentukam nitrogen oksida (NO•) (Devaraj dan Jialal, 2005; Khanduja, et al., 2005). Selain itu beta-karoten dan vitamin E juga memiliki
khasiat sebagai anti-inflamasi dengan menghambat oksidasi dari asam arakidonat sehingga jalur pembentukan lipoxygenase dan cyclooxygenase akan terhambat
(Halevy dan Sklan, 1987).
B. Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang penting yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar.
Kulit berfungsi untuk :
1. melindungi jaringan dari kerusakan kimia dan fisika, terutama kerusakan
mekanik dan terhadap masuknya mikroorganisme,
2. mencegah terjadinya pengeringan berlebihan, akan tetapi penguapan air
secukupnya tetap terjadi (perspiratio insensibilis),
3. bertindak sebagai pengatur panas dengan melakukan konstriksi dan dilatasi pembuluh darah kulit serta pengeluaran keringat,
(27)
4. bertindak sebagai alat pengindera dengan reseptor yang dimilikinya yaitu reseptor tekan, suhu, dan nyeri (Mutschler, 1991).
Gambar 2. Struktur kulit (Anonim, 2007a)
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutis. Epidermis, lapisan terluar kulit, terdiri dari empat jenis sel: keratinosit, yang merupakan sel terbanyak yang menghasilkan keratin; sel melanosit, yang menghasilkan pigmen; sel Langerhans, sel fagositik berperan dalam pengambilan
dan pengolahan antigen; dan sel Merkel, sel neuoroendokrin yang fungsinya
belum diketahui (Sander, 2003).
C. Inflamasi
Pada fase awal inflamasi, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah akan meningkatkan tekanan hidrostatik intravaskular, menghasilkan peningkatan filtrasi cairan dari kapiler. Cairan itu disebut juga transudat, merupakan ultrafiltrat dari plasma darah dan mengandung beberapa protein. Transudasi kemudian meningkat, namun demikian dengan meningkatnya permeabilitas vaskular, yang menyebabkan aliran cairan kaya protein dan bahkan sel (disebut eksudat) menuju interstitium. Pergerakan cairan kaya protein dari plasma menurunkan tekanan
(28)
osmotik intravaskular, pada saat yang sama meningkatkan tekanan osmotik dari cairan interstitial. Hasil akhirnya berupa pengeluaran air dan ion pada jaringan ekstravaskular, yang terakumulasi disebut edema (Mitchell dan Cotran, 1997).
Gejala reaksi radang yang dapat diamati adalah pemerahan (rubor),
panas meningkat (calor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor), dan gangguan
fungsi (fungsio laesa). Gejala tersebut merupakan akibat dari gangguan aliran
darah yang terjadi akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, gangguan keluarnya plasma darah (eksudasi) ke ruangan ekstrasel akibat meningkatnya ketebalan kapiler dan perangsangan reseptor nyeri (Mutschler, 1986). Penyebab inflamasi banyak dan beraneka ragam. Pengaruh yang sifatnya merusak sel sering disebut noksi. Noksius penyebab inflamasi dapat berupa kimia (obat–obatan), fisika (panas atau dingin berlebihan, radiasi, benturan), serta infeksi mikroorganisme atau parasit atau kombinasi ketiga agen tersebut (Mutschler, 1991).
Noksius
Kerusakan sel
Pembebasan bahan mediator
Emigrasi leukosit
Proliferasi
Eksudasi Perangsangan reseptor nyeri Gangguan
sirkulasi lokal
Pemerahan Panas Pembengkakan Gangguan Nyeri fungsi
(29)
Nitrogen oksida (NO•) merupakan mediator kimiawi penyebab inflamasi. Peran NO• dalam terjadinya inflamasi antara lain : (1) relaksasi otot halus pembuluh darah (vasodilatasi), (2) peran antagonis dari semua tingkat aktivasi platelet (adhesi, agregasi, dan degranulasi), dan (3) bersifat sebagai agen mikrobia (dengan atau tanpa radikal superoksida) pada makrofag teraktivasi. Oleh karena waktu paro NO• yang hanya beberapa detik saja, maka efeknya hanya pada sel yang berada di dekat sumber penghasil NO•. Wakto paro NO• yang singkat juga menunjukkan bahwa efeknya dipengaruhi terutama oleh tingkat sintesisnya. NO• disintesis secara de novo dari L-arginine, oksigen molekular, dan NADPH oleh enzim nitric oxide synthase (NOS). Terdapat tiga bentuk NOS, dengan distribusi
jaringan yang berbeda, dipengaruhi konsentrasi Ca2+, dan bentuk konstitutif dibanding inducible. Tipe 1 (ncNOS) neuronal constitutive NOS, yang aktivitas
enzimnya tergantung peningkatan konsentrasi Ca2+ intrasel. Tipe 2 (iNOS)
merupakan enzim yang dapat diinduksi. Terdapat pada banyak tipe sel, termasuk hepatosit, mikosit kardiak, dan epitel saluran pernafasan; aktivitasnya tidak dipengaruhi konsentrasi Ca2+ intrasel. Pada inflamasi, iNOS juga terdapat pada endotelium, sel otot halus, dan makrofag; diinduksi oleh sejumlah mediator dan
sitokin proinflamasi, sebagian besar oleh IL-1, TNF-α, dan IFN- , dan oleh
lipopolisakarida yang terdapat pada dinding sel bakteri gram negatif. Tipe 3 (ecNOS) merupakan hasil sintesis NOS secara konstitutif, terutama terdapat pada endotelium, dengan aktivitas yang juga dipengaruhi oleh konsentrasi Ca2+ intrasel.
(30)
Gambar 4. Sumber dan efek nitrit oksida (NO•) pada inflamasi. Sintesis NO• oleh sel endotelial (sebagian besar oleh ecNOS, kiri) dan oleh makrofag (sebagian besar oleh iNOS, kanan). NO• menyebabkan vasodilatasi, dan radikal bebas NO• sitotoksik terhadap mikrobia maupun sel mamalia. (Mitchell dan Cotran, 1997)
Menurut Suschek, et al. (2004) radiasi UV B dapat meningkatkan produksi
TNF-α yang dapat menginduksi pembentukan enzim iNOS pada sel endotelium kulit
manusia.
Inflamasi juga dapat disebabkan oleh peristiwa lipid peroksidasi. Lipid peroksidasi melibatkan Reactive Oxygen Spesies (ROS). Target dari ROS adalah
ikatan karbon-karbon pada poly-unsaturated fatty acid (PUFA) yang merupakan
penyusun dari membran sel. Ikatan rangkap karbon-karbon melemahkan ikatan hidrogen-karbon yang menyebabkan disosiasi hidrogen terjadi dengan mudah oleh adanya radikal bebas. Radikal bebas akan mengambil elektron tunggal dari hidrogen yang berikatan dengan karbon pada ikatan rangkap. Lalu akan meninggalkan karbon dengan elektron tidak berpasangan dan kemudian akan menjadi radikal bebas (reaksi 1). Selanjutnya karbon radikal bebas menata diri
(31)
untuk mendapatkan bentuk yang stabil sehingga membentuk ikatan rangkap terkonjugasi. Ikatan rangkap terkonjugasi tersebut sangat mudah bereaksi dengan oksigen untuk membentuk radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3). Proses tersebut kemudian berlanjut dalam reaksi berantai (Helwig, 2000).
Inisiasi : PUFA−H + X•→ PUFA• + X−H (1)
Propagasi : PUFA• + O2 → PUFA−OO• (2)
Terminasi : PUFA−OO• + PUFA−H → PUFA−OOH + PUFA• (3) Selanjutnya membran sel yang mengalami kerusakan akan mengaktifkan enzim fosfolipase untuk mengubah fosfolipida menjadi asam arakidonat. Asam lemak tak jenuh tersebut sebagian akan diubah oleh enzim cyclooxygenase menjadi asam
endoperoksida dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin. Bagian lain dari
arakidonat diubah oleh enzim lipoxygenase menjadi zat-zat leukotrien. Baik
prostaglandin maupun leukotrien bertanggungjawab bagi sebagian besar terjadinya gejala peradangan. Radikal bebas oksigen yang dilepaskan peroksida juga memegang peranan pada timbulnya rasa nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002).
Inflamasi juga dapat terjadi melalui pelepasan histamin oleh sel mast pada dermis. Mekanisme yang mungkin pada peningkatan awal jumlah prostaglandin pada paparan UV B yang menyebabkan eritema dikarenakan adanya laporan bahwa sel mast pada dermis juga terkativasi 3-6 jam setelah paparan, menghasilkan degranulasi dan pelepasan histamin diperkirakan bahwa histamin kemudian dapat menstimulasi metabolisme arakidonat pada kulit, selanjutnya
(32)
peningkatan respon histamin setelah paparan UV akan menghasilkan peningkatan prostaglandin (Pentland, 1990).
D. Radiasi Ultraviolet
Sinar ultraviolet (UV) secara fisik mirip dengan cahaya tampak, hanya saja sinar UV tidak memungkinkan untuk dilihat. Cahaya yang memungkinkan untuk dilihat dikenal sebagai cahaya tampak dan terdiri dari warna – warna seperti dalam pelangi. Daerah ultraviolet dimulai setelah akhir warna ungu dalam pelangi. Secara ilmiah, radiasi UV merupakan radiasi elektromagnetik seperti halnya pada cahaya tampak, sinyal radar dan sinyal pemancar radio (Anonim, 2007b).
Radiasi UV mempunyai panjang gelombang lebih pendek (frekuensi lebih tinggi) dibandingkan cahaya tampak dan lebih panjang (frekuensi lebih rendah) dibandingkan Sinar-X. Radiasi UV berada pada kisaran panjang gelombang 100 – 400 nm dan sering dibagi menjadi tiga berdasarkan daerah panjang gelombang, yaitu:
1. UVA (315-400 nm), sering disebut gelombang panjang “black light”
2. UVB (280-315 nm), sering disebut gelombang medium “medium wave”
3. UVC (100-280 nm), sering disebut gelombang pendek “short wave”
(33)
Gambar 5. Spektrum elektromagnetik (Anonim, 2007b)
Panjang gelombang sinar ultraviolet yang lebih rendah dari 290 nm diabsorpsi oleh molekul oksigen, ozon, uap air di atas atmosfer dan tidak mencapai permukaan bumi dalam jumlah banyak. Sumber utama efek kerusakan akibat sinar matahari disebabkan oleh bagian ultraviolet pada spektra antara 290 dan 400 nm (UV B dan UV A). Panjang gelombang ultraviolet yang berbeda berpenetrasi ke kulit pada kedalaman yang berbeda dan efek biologi yang ditimbulkan juga berbeda (Naylor dan Farmer, 2000).
Ultraviolet A (UVA, sering disebut black light) merupakan komponen
terbanyak dari sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi, kurang lebih 95% dari total sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi. UV A juga merupakan panjang gelombang sinar yang dapat menyebabkan kulit tampak kecoklatan, dan untuk waktu yang lama memiliki reputasi sebagai spektrum sinar ultraviolet yang aman. Beberapa penelitian sekarang ini membuktikan bahwa UV A dapat menyebabkan resiko yang signifikan, meskipun kerusakan yang ditimbulkan tidak separah UV B. Namun demikian, UV A berpenetrasi lebih dalam ke dalam kulit dibandingkan panjang gelombang sinar ultraviolet yang lain, dan dapat menyebabkan efek karsinogenik UV B. Oleh karena kemampuan
(34)
menembus kulit yang lebih dalam, UV A menyebabkan efek kerusakan kronis akibat paparan UV dan dapat menyebabkan efek imunologik. Meskipun hanya 5% bagian sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi, UV B merupakan komponen yang paling penting dari sinar matahari bagi kulit manusia. Hal itu disebabkan karena UV B dapat menyebabkan kanker baik pada kulit yang mengandung banyak melanin maupun kulit dengan sedikit melanin. Penetrasi UV B tidak sedalam UV A, namun UV B dapat berpenetrasi lebih dalam karena bereaksi dengan makromolekul dengan berbagai mekanisme yang menyebabkan UV B memberikan efek biologis jangka pendek maupun jangka panjang (Naylor dan Farmer, 2000).
E. Landasan Teori
Radiasi UV B dapat menimbulkan inflamasi melalui beberapa cara, antara lain disebabkan oleh radikal bebas ataupun produksi dari mediator proinflamasi seperti histamin, leukotrien dan prostaglandin (Suschek, et al., 2004;
Anonim, 2008).
Ekstrak tomat yang mengandung senyawa-senyawa nonpolar seperti likopen, beta-karoten dan vitamin E memiliki kemampuan menangkal radikal bebas sebagai antioksidan (Buhler dan Miranda, 2000). Likopen juga dapat berperan sebagai anti-inflamasi dengan menghambat mediator proinflamasi
inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) yang diinduksi oleh lipopolisakarida
dalam sel makrofag mencit (Rafi et al., 2007). Beta-karoten juga diketahui
memilki khasiat anti-inflamasi dengan menekan aktivasi NF-κB melalui reaksi
(35)
TNF-α melalui penghambatan 5-lipoxygenase; dan diketahui dapat menurunkan produksi sitokin proinflamasi yang menginduksi pembentukam nitrogen oksida (NO•) (Khanduja, et al., 2005).
F. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ekstrak tomat yang diaplikasikan secara topikal memiliki efek untuk mengurangi atau menghambat inflamasi terhadap paparan sinar UV B.
G. Rancangan Penelitian
1. Ekstraksi kandungan tomat untuk menarik senyawa-senyawa nonpolar seperti
likopen, beta-karoten dan vitamin E yang diketahui memiliki efek pengurangan atau penghambatan terhadap inflamasi pasca paparan UV B.
2. Pembuatan sediaan krim ekstrak tomat yang dapat digunakan untuk aplikasi
secara topikal.
3. Radiasi UV B untuk menginduksi pembentukan edema pada reaksi inflamasi.
4. Pengaruh sediaan krim ekstrak tomat terhadap inflamasi akibat paparan UV B. 5. Analisis data dengan uji signifikansi berbagai perlakuan dengan Least Square
(36)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang efek topikal ekstrak tomat terhadap mencit betina merupakan penelitian ekperimental murni dengan rancangan variabel eksperimental acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel utama
a. Variabel bebas : Kadar ekstrak tomat.
b. Variabel tergantung : Nilai skin-fold thickness yang terbentuk. 2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali 1. Jenis kelamin mencit : betina
2. Umur mencit : 8 – 10 minggu 3. Spesies : galur Balb/c
b. Variabel pengacau tak terkendali yaitu keadaan patologis mencit. C. Definisi Operasional
1. Minimum Edema Dose atau MEdD merupakan lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan peningkatan skin-fold thickness yang optimal (mendekati 1,5-2 kali lipat skin-fold thickness awal) akibat 1 kali paparan UV, yang diukur 24 jam setelah radiasi.
(37)
2. Skin-fold thickness merupakan ketebalan lipatan kulit mencit pada bagian punggung yang diukur menggunakan jangka sorong pasca paparan UV.
3. Mean selisih skin-fold thickness adalah skinfold thickness akhir (setelah paparan UV) dikurangi skin-fold thickness awal (sebelum paparan UV).
4. Lampu UV adalah lampu xenon UV B dengan panjang gelombang 280-320 nm (broadband UV B). Pada jarak 40 cm dari permukaan lampu, irradiance
yang dihasilkan sebesar 1 x 10-3 W/cm2. Pemaparan sinar UV B dilakukan di Laboratorium Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Umum, UGM Yogyakarta.
5. Krim ekstrak tomat adalah bentuk sediaan krim yang digunakan sebagai aplikasi topikal dengan tipe M/A, mengandung ekstrak tomat sebesar 0,14 %. 6. Basis adalah basis Biocream® yang merupakan krim pembawa (vehicle) dan
tidak mengandung zat aktif ekstrak tomat. D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah mencit betina (umur 8 – 10 minggu, galur Balb/c); tomat (perkebunan daerah Turi, Sleman, Yogyakarta); basis krim (Biocream®); aseton (teknis, Brataco); natrium klorida (teknis, Brataco); methanol (p.a, Merck); petroleum eter (teknis, Brataco); alkohol 75%; formalin 10%; depilatoris (Veeth Hair Removal).
E. Alat Penelitian
Alat – alat yang digunakan adalah lampu broadband UV B (LIPI, lampu Phillip); jangka sorong dengan tingkat ketelitian 0,01 mm; alat gelas (Pyrek Iwaki Glass, Japan); neraca analitik (Mettler Toledo tipe AB 200); HPLC (Shimadzu);
(38)
Spektrofotometri UV/Vis (Perkin-Elmer Lambda 20); Juicer; pisau cukur dan gunting; mikroskop; Software Motic Image Plus 2.0.
F. Tata Cara Penelitian 1. Ekstraksi Kandungan Tomat
Tomat dihancurkan menggunakan juicer hingga halus. Kemudian ditimbang sebanyak 30 gram. Lalu ditambahkan aseton sebanyak 100 ml, digojog hingga semua aseton bereaksi. Selanjutnya ditambahkan aquades sebanyak 500 ml. Kemudian ditambahkan NaCl sebanyak 5 gram untuk membantu proses
salting out. Selanjutnya diekstraksi menggunakan petroleum eter sebanyak 100 ml dengan cara bertingkat (50 ml, 25 ml, dan 25 ml) untuk menarik likopen dari aseton. Ekstraksi ini dilakukan menggunakan corong pisah. Ekstrak tomat tersebut kemudian diuapkan hingga didapatkan ekstrak kering (Alhammadi and Alkaabi, 2006).
2. Identifikasi Ekstrak Tomat Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
Metode identifikasi ekstrak tomat dilakukan berdasarkan metode identifikasi likopen dengan asumsi bahwa kandungan yang terdapat di dalam ekstrak tomat merupakan senyawa-senyawa nonpolar seperti likopen, beta-karoten dan vitamin E. Sebanyak 1 mg ekstrak tomat dilarutkan dalam 10 ml fase gerak metanol 100%. Selanjutnya 20 μl larutan tersebut diinjeksikan ke dalam sistem HPLC menggunakan fase diam oktadesilsilan (C18) dan fase gerak metanol 100%. Pengukuran dilakukan dengan flow rate 1 ml/menit dan pada suhu 15°C (Nassar, et al., 2007). Pada penelitian ini tidak terdapat senyawa baku likopen
(39)
sehingga kromatogram hasil pengukuran dibandingkan dengan kromatogram menurut penelitian Nassar, et al. (2007).
Gambar 6. Kromatogram likopen (Nassar, et al., 2007)
3. Pembuatan Sediaan Krim Ekstrak Tomat
Ekstrak tomat yang sudah dikeringkan, dilarutkan dalam pelarut parafin cair kemudian dicampurkan dengan basis biocream hingga dihasilkan sediaan krim ekstrak tomat. Biocream® merupakan sistem emulsi yang stabil dengan distribusi lemak dan air yang merata (ambifilik) sehingga dapat dicampur dengan air, zat-zat yang larut dalam air, lemak maupun zat-zat yang larut dalam lemak, tanpa mengganggu stabilitasnya. Dalam Biocream® tidak terdapat senyawa aktif. Zat-zat yang terkandung dalam Biocream® antara lain : Aerosil®, paraffin liquid, vaselin album, cetostearol, sorbimacrogol palmitat 300, monostearin, Miglyol® 812, acid sorbic, propylenglycol, deionized water. Pada penelitian ini sediaan krim ekstrak tomat dibuat dengan kadar yang diperoleh dari ekstraksi sebelumnya.
(40)
4. Penentuan Tipe Krim Ekstrak Tomat
Sebanyak 0,5 g krim ekstrak tomat dimasukkan ke dalam beaker glass
dan diencerkan dengan 2 ml aquades. Campuran diaduk kemudian ditambah 2 tetes metilen blue. Warna campuran diamati menggunakan mikroskop. Bagian yang berwarna biru menunjukkan fase air, sedangkan yang tidak berwarna menunjukkan fase minyak (Voigt, 1994).
5. Uji Inflamasi (Inflammation-associated edema)
Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok percobaan, masing-masing kelompok digunakan 5 hewan uji. Pembagian kelompok adalah sebagai berikut : Kelompok 1 merupakan kontrol normal yang tidak diberi perlakuan penyinaran UV B. Kelompok 2 merupakan kelompok kontrol hewan uji yang diberi perlakuan penyinaran UV B. Kelompok 3 diberi perlakuan basis, yaitu hanya diolesi basis biocream. Kelompok 4 merupakan kelompok hewan uji dengan perlakuan sediaan krim ekstrak tomat dengan kadar 0,14 %. Pengukuran edema dilakukan dengan mengukur skin-fold thickness bagian punggung (middorsal) menggunakan jangka sorong sebelum dan pada interval 24 jam setelah pemaparan UV B. Paparan UV B dilakukan di Laboratorium Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Umum, UGM Yogyakarta, selama 3 hari berturut-turut dengan lama pemaparan sesuai waktu optimum pembentukan 1 MEdD (Minimum Edema Dose) yaitu 6 menit (lampiran 3, halaman 54). Basis dan krim ekstrak tomat dioleskan pada punggung mencit sebanyak 0,2 gram setelah pemaparan sinar UV B. Pengolesan dilakukan pada hari pertama hingga hari ketiga setelah pemaparan sinar UV B. Pada hari keempat atau sehari setelah paparan sinar UV B yang terakhir, hanya
(41)
dilakukan pengukuran skin-fold thickness (tidak dilakukan pengolesan basis ataupun krim ekstrak tomat) kemudian kulit punggung bagian spot penyinaran (2x2 cm) diambil untuk dibuat preparat histologi kulit.
6. Pembuatan Preparat Histologi Kulit
Daerah kulit yang diuji disayat tipis sepanjang 1 cm, dengan kedalaman mencakup epidermis dan dermis (biopsi), kemudian difiksasi dalam formalin 4%. Preparat dimasukkan kedalam larutan etanol secara bertingkat berturut–turut etanol 50% selama 30 menit, etanol 90% selama 30 menit, etanol mutlak selama 30 menit, masing–masing 2 kali perlakuan. Preparat kemudian direndam dalam xilol-parafin, dimasukkan ke dalam oven selama satu jam dalam suhu 60°C. Setelah itu dipindahkan ke dalam parafin cair selama satu setengah jam dalam blok preparat. Setelah dicetak, preparat dipotong setebal 6 mikron dengan mikrotom. Pita irisan ditempelkan pada gelas benda dengan perekat gliserin albumin. Kemudian dimasukkan kedalam larutan etanol secara bergantian, berturut – turut etanol 96%, 90%, 70%, dan 50%, masing – masing selama 5 – 10 menit, cuci dengan air, kemudian baru dimasukkan ke dalam larutan hematoksilin-eosin (HE) dalam alkohol selama 12 menit. Selanjutnya preparat dikeringkan dalam suhu kamar dan ditutup dengan kanada balsam serta obyek gelas. Pembuatan preparat untuk pemeriksaan histopatologik sesuai dengan prosedur standar dari Balai Besar Veteriner (Jalan Raya Wates, Yogyakarta).
(42)
7. Pemeriksaan Histopatologik
Preparat sel kulit selanjutnya diukur ketebalan epidermis dan dermis yang terjadi serta dilakukan pengamatan terhadap perubahan strukturnya menggunakan mikroskop.
G. Analisis Hasil
Data mean ukuran skin-fold thickness yang dihasilkan dari masing-masing uji diperoleh dengan membandingkan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Perlakuan dilakukan selama 3 hari berturut-turut sehingga terjadi efek akumulatif, oleh sebab itu perhitungan dilakukan menggunakan Least Square Analysis kemudian dilakukan uji signifikansi menggunakan uji t. Berbeda dengan perhitungan pada hasil histopatologik yang berupa tebal epidermis dan dermis, digunakan analisis statistik ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji signifikansi menggunakan metode Tukey.
(43)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ekstraksi Kandungan Tomat
Ekstraksi senyawa-senyawa nonpolar dalam tomat seperti likopen, beta-karoten dan vitamin E dilakukan berdasarkan prosedur ekstraksi likopen menurut Alhammadi dan Alkaabi (2006). Berdasarkan prosedur tersebut, ekstraksi dilakukan menggunakan corong pisah dengan cara bertingkat. Ekstraksi dilakukan
dengan menghancurkan tomat menggunakan juicer selama ± 3 menit untuk
memudahkan penarikan senyawa-senyawa yang dimaksud. Selanjutnya ditimbang sebanyak 30 g lalu ditambahkan aseton sebanyak 100 ml ke dalam corong pisah dan digojog untuk mengoptimalkan reaksi. Kemudian ditambahkan 500 ml aquades. Penggunaan aseton dan aquades bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa polar dalam jus tomat seperti air, vitamin C, tomatin, asam folat, asam malat, asam sitrat, kalium dan flavonoid. Setelah itu ditambahkan NaCl sebanyak 5 g agar terjadi proses salting out. Salting out bertujuan untuk memisahkan protein dan senyawa non polar lain dalam larutan sehingga proses ekstraksi akan lebih mudah. Salting out terjadi karena dengan meningkatnya konsentrasi garam, maka molekul air akan berikatan dengan ion-ion garam sehingga molekul air yang berikatan dengan bagian polar protein akan semakin berkurang, akibatnya ikatan protein-protein akan lebih kuat dibandingkan ikatan pelarut dengan solutnya dan protein akan saling berikatan dengan adanya interaksi hidrofob. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu penarikan senyawa-senyawa nonpolar yang terkandung
(44)
dalam jus tomat menggunakan pelarut petroleum eter. Penggunaan petroleum eter karena sifatnya yang non polar sehingga dapat menarik senyawa-senyawa yang bersifat non polar juga. Ekstraksi dengan petroleum eter dilakukan secara bertingkat (50 ml, 25 ml, 25 ml) agar hasil ekstrak yang didapatkan optimal. Selanjutnya ekstrak diletakkan pada wadah dan diuapkan hingga didapatkan ekstrak kering. Pada ekstraksi ini jumlah tomat yang digunakan adalah 330 g, setelah dikeringkan didapatkan ekstrak tomat sebanyak 2,48 g.
B. Identifikasi Ekstrak Tomat
Pada tahap ini yang pertama kali dilakukan adalah scanning panjang
gelombang dimana ekstrak tomat menghasilkan absorbansi maksimum (λmax)
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Menurut Day dan Underwood (1996) kebanyakan penerapan spektrofotometri UV dan tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* ataupun π-π* dan karenanya memerlukan gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi tersebut terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang dapat digunakan dalam eksperimen. Kandungan ekstrak tomat berupa senyawa nonpolar seperti likopen, β-karoten dan vitamin E. Jika dilihat dari strukturnya, senyawa-senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi (kromofor). Berdasarkan hal tersebut maka ekstrak tomat dapat diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Scanning dilakukan pada range panjang gelombang 300-500 nm. Pada konsentrasi ekstrak tomat 0,067 g/ml, λmax yang dihasilkan yaitu 444,1 nm.
(45)
Selanjutnya panjang gelombang tersebut digunakan untuk uji kualitatif menggunakan HPLC.
Gambar 7. Hasil scanning panjang gelombang maksimum ekstrak tomat
Identifikasi ekstrak tomat yang didapatkan dilakukan berdasarkan uji kualitatif senyawa likopen menggunakan HPLC fase terbalik menurut Nassar, et al. (2007). Identifikasi dengan metode HPLC dilakukan menggunakan fase diam C18 (oktadesilsilan) dan fase gerak methanol 100% pada flow rate 1 ml/menit dan
suhu 15°C. Oleh karena tidak didapatkan senyawa baku likopen sehingga
identifikasi ekstrak tomat dilakukan dengan membandingkan kromatogram hasil pengukuran dengan kromatogram menurut penelitian Nassar, et al. (2007). Dari pengukuran didapatkan hasil seperti tampak pada gambar 8.
(46)
A B
Gambar 8. Kromatogram ekstrak tomat hasil pengukuran (A) dan hasil penelitian Nassar, et al. (2007) (B).
Dari gambar tersebut tampak adanya perbedaan antara kromatogram hasil percobaan dengan kromatogram menurut penelitian Nassar, et al. (2007). Pada kromatogram hasil penelitian tampak bahwa waktu retensi terjadi sebelum menit ke-5, sedangkan pada kromatogram menurut literatur tampak bahwa waktu retensi yang didapatkan sekitar menit ke-15. Hal tersebut dikarenakan kondisi yang berbeda dari segi peralatan maupun operator yang melakukan. Selain itu juga
tampak bahwa kromatogram hasil pengukuran terdapat lebih dari satu peak,
sedangkan pada kromatogram menurut Nassar, et al. (2007) hanya terdapat satu
peak. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada ekstrak tomat terdapat beberapa
campuran senyawa, tidak hanya likopen melainkan juga senyawa yang bisa larut dalam petroleum eter misalnya beta-karoten dan vitamin E.
(47)
C. Pembuatan Sediaan Krim Ekstrak Tomat
Sediaan krim ekstrak tomat dibuat dengan melarutkan 2,48 gram ekstrak kering ke dalam 2 ml pelarut parafin cair kemudian dicampurkan ke dalam basis Biocream®. Biocream® merupakan produk dari Perusahaan Merck yang berbentuk
krim. Penggunaan basis Biocream® dikarenakan tidak adanya formula standar
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk aplikasi secara topikal pada kulit. Selain itu tidak terdapat kandungan zat aktif di dalam Biocream® dan sifatnya yang ambifilik sehingga relatif mudah bercampur dengan bahan aktif yang bersifat hidrofilik maupun hidrofobik, dalam hal ini ekstrak tomat bersifat hidrofobik. Krim ekstrak tomat yang dibuat pada penelitian ini adalah 10 gram sehingga kadar ekstrak tomat di dalam krim sebesar 0,14 %.
D. Penentuan Tipe Krim Ekstrak Tomat
Penentuan tipe krim ekstrak tomat dilakukan dengan metode warna menggunakan metilen blue. Metilen blue merupakan pewarna yang larut air.
Penambahan metilen blue pada krim tipe M/A menyebabkan fase air (medium
dispersi) berwarna biru dan fase minyak (fase terdispersi) tidak berwarna. Pada
krim tipe A/M, penambahan metilen blue menyebabkan fase minyak (medium
(48)
Fase air
Fase minyak
Gambar 9. Hasil penentuan tipe krim ekstrak tomat
Hasil penentuan tipe krim ekstrak tomat menunjukkan fase kontinyu berwarna biru dan fase terdispersi tidak berwarna. Dengan demikian krim ekstrak tomat merupakan krim tipe M/A.
E. Uji Inflamasi
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek topikal ekstrak tomat
dengan mekanisme penghambatan inflammation-associated edema yang ditandai
dengan penurunan skin-fold thickness pasca paparan UV B. Metode yang
digunakan adalah metode pengukuran tebal lipatan kulit (Widyarini, et al., 2001). Alasan penggunaan metode ini karena merupakan metode yang sederhana dari segi perlakuan, pengamatan, pengukuran, pengolahan data serta metode ini sangat relevan terhadap bahan uji krim ekstrak tomat yang diaplikasikan secara topikal.
Induksi edema dilakukan menggunakan paparan sinar UV B (broadband UV B)
dengan panjang gelombang 280-320 nm. Pada jarak pemaparan 40 cm dari permukaan lampu UV B, irradiance yang dihasilkan sebesar 1 x 10-3 W/cm2. Pada penelitian ini lama penyinaran yang digunakan adalah 6 menit. Waktu tersebut merupakan waktu optimum pembentukan edema setelah 24 jam perlakuan (1
(49)
MEdD), yaitu lama penyinaran yang dapat menghasilkan skin-fold thickness
hingga 1,5-2 kali skin-fold thickness awal (sebelum penyinaran), seperti
ditampilkan pada lampiran 3 halaman 54. Apabila dikonversikan dalam besaran energi, maka energi yang digunakan pada jarak 40 cm dari permukaan lampu UV B yaitu 0,360 J/cm2. Paparan sinar UV B dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Inflamasi terbentuk melalui beberapa proses sehingga membutuhkan waktu untuk mencapai inflamasi yang maksimal. Edema intraseluler dapat dilihat 16-18 jam setelah radiasi, diikuti 30-48 jam untuk edema interseluler yang menyebabkan kerusakan keratinosit di sekitarnya (Svobodova, et al., 2003). Berdasarkan hal tersebut untuk mendapatkan pembentukan inflamasi yang maksimal, pengamatan perubahan skin-fold thickness dilakukan selama 72 jam dengan 3 kali radiasi. Edema diukur menggunakan jangka sorong pada kulit bagian punggung (middorsal) mencit, sebelum dan pada interval 24 jam setelah paparan UV B. Pengolesan krim ekstrak tomat maupun basis krim dilakukan sebanyak 0,2 gram setelah pemaparan UV B, karena efek yang diharapkan dari senyawa ini adalah efek pengurangan atau penghambatan edema yang terjadi. Hasil pengukuran skin-fold thickness yang diperoleh tampak pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran skin-fold thickness Mean skin-fold thickness (mm ± SD)
Sebelum paparan UV
Setelah paparan UV (hari)
Kelompok
0 1 2 3
Kontrol tanpa UV 0,75 ± 0,05 0,74 ± 0,04 0,74 ± 0,03 0,75 ± 0,05
Kontrol UV 0,71 ± 0,07 1,36 ± 0,1 1,63 ± 0,14 1,61 ± 0,2
Basis 0,73 ± 0,06 1,07 ± 0,15 1,55 ± 0,09 1,42 ± 0,33
Krim ekstrak tomat
(50)
Dikarenakan adanya perlakuan selama 3 hari berturut-turut, sehingga terjadi efek akumulasi dari perlakuan yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut maka perhitungan dilakukan menggunakan Least Square Analysis. Least Square Analysis merupakan metode analisis regresi untuk memilih suatu garis regresi yang membuat jumlah kuadrat jarak vertikal dari titik-titik pengamatan ke garis regresi tersebut sekecil mungkin (Walpole, 1995). Pada penelitian ini perlu ditentukan persamaan garis dari kelompok kontrol UV, kelompok basis dan kelompok krim ekstrak tomat. Perhitungan dilakukan pada hari ke-0 hingga hari ke-2 dikarenakan data pada hari ke-3 sudah terjadi penurunan. Data tersebut dapat dibuat kurva seperti tampak pada gambar 10.
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
0 1 2 3
hari
s
k
in-fol
d t
hi
c
k
nes
s
(
m
m
)
kontrol tnp UV kontrol UV basis
krim ekstrak tomat
Gambar 10. Kurva mean skin-fold thickness vs waktu pada hari ke-0 hingga hari ke-2
Apabila dilihat dari kurva mean skin-fold thickness masing-masing kelompok perlakuan tampak bahwa pemaparan sinar UV B dapat menyebabkan peningkatan
(51)
Pada kurva tersebut juga dapat dilihat bahwa pemberian basis dan ekstrak tomat
dapat mempengaruhi penurunan skin-fold thickness. Berdasarkan perhitungan
menggunakan Least Square Analysis didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil perhitungan Least Square Analysis pada kurva mean skin-fold thickness vs waktu hari ke-0 hingga hari ke-2
Kontrol UV Basis Krim Ekstrak
Tomat
Persamaan garis (y = mx + b)
y = 0,46x + 0,773 y = 0,41x + 0,707 y = 0,205x + 0,752
m ± Sm 0,46 ± 0,110 0,41 ± 0,045 0,205 ± 0,014
mean 0,46 0,41 0,205
Hasil mean slope dari perhitungan Least Square Analysis yang didapatkan,
tampak bahwa pada kelompok krim ekstrak tomat (perlakuan UV + basis + ekstrak tomat) memiliki mean yang lebih kecil bila dibandingkan dengan mean slope kelompok kontrol UV (perlakuan UV saja) dan kelompok basis (perlakuan UV + basis). Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak tomat mampu memberikan
efek proteksi terhadap UV B yang ditunjukkan dengan penurunan skin-fold
thickness pada peristiwa inflammation-associated edema. Efek proteksi ekstrak
tomat di dalam krim yang memiliki kadar 0,14% mampu menurunkan skin-fold
thickness sebesar 48% terhadap paparan sinar UV B. Nilai mean slope pada kelompok kontrol UV dan kelompok basis memberikan nilai yang hampir sama sehingga perlu dilakukan uji signifikansi menggunakan uji t. Berdasarkan perhitungan menggunakan uji t didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa mean slope kelompok perlakuan kontrol UV memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) dibandingkan mean slope kelompok basis. Hal tersebut menunjukkan bahwa basis Biocream® yang digunakan tidak memberikan efek pengurangan atau
(52)
penghambatan terhadap inflammation-associated edema yang terjadi. Namun demikian adanya perbedaan profil grafik basis yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol UV menunjukkan bahwa basis memiliki kemampuan mengurangi timbulnya edema meskipun efeknya sangat kecil. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya kandungan propilenglikol yang memiliki fungsi sebagai humektan sehingga dapat memberikan efek hydrasi pada stratum korneum (Wotton, et al., 1985).
F. Pemeriksaan Histopatologik
Pemeriksaan histopatologik ini bertujuan untuk mengetahui perubahan histopatologik daerah uji kulit punggung mencit pada masing-masing kelompok uji. Pada pemeriksaan ini dilakukan pengukuran tebal epidermis dan dermis. Menurut Tedesco (1997) terdapat perubahan histopatologik pada lapisan epidermis setelah diradiasi UV seiring dengan munculnya eritema. Perubahan tersebut diantaranya yaitu terjadinya hiperkeratosis (penebalan stratum korneum), spongiosis (udem yang berisi cairan pada jaringan interseluler), vesikula, dan yang paling parah adalah kerusakan sel bahkan sampai nekrosis. Suschek, et al. (2004) membuktikan bahwa radiasi UV B selain menjadi mediator timbulnya aktivitas iNOS, juga dapat meningkatkan peran TNF-α pada sel endotelial dermis manusia. Hal tersebut erat kaitannya dengan adanya peningkatan produksi sistem transport arginin CAT-2 (cationic amino acid transporters-2) oleh TNF-α yang penting bagi aktivitas persediaan substrat demikian juga iNOS. Selain itu juga dilaporkan bahwa kerusakan epidermis dan peningkatan kandungan MDA
(53)
(malondialdehyde), produk dari lipid peroksidasi, secara simultan terjadi pada 72-96, 48 atau 24 jam setelah paparan UV B dengan energi 300, 500 dan 800 mJ/cm2 (Chang dan Zheng, 2003). Menurut Pentland, et al. (1990) setelah radiasi UV B terjadi peningkatan prostaglandin yang diakibatkan aktivasi dari sel mast 3-6 jam setelah paparan sehingga menghasilkan pelepasan histamin. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa adanya penebalan pada lapisan epidermis dan dermis diakibatkan terjadinya reaksi inflamasi diantaranya melalui pembentukan radikal bebas NO• dan pelepasan mediator proinflamasi seperti histamin, leukotrien dan prostaglandin.
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan histopatologik ini berupa
pengukuran tebal epidermis dan dermis menggunakan program software Motic
Image Plus 2.0. Dari pengamatan menggunakan mikroskop didapatkan struktur histologik kulit bagian punggung mencit seperti tampak pada gambar 11.
A
B
Gambar 11. Struktur histologik kulit mencit bagian punggung, epidermis (A) dan dermis (B). Perbesaran 400x, pengecatan HE.
(54)
Penebalan yang terjadi pada epidermis setelah paparan UV B dikarenakan
terjadinya spongiosis, produksi sel sunburn, reduksi sel Langerhans dan
peningkatan lapisan keratin (Tedesco, 1997). Penetrasi sinar UV B pada kulit hanya mencapai lapisan epidermis (Naylor dan Farmer, 2000), namun demikian terjadinya penebalan pada lapisan dermis diakibatkan renggangnya jarak antar sel karena adanya pengiriman cairan, zat-zat terlarut, dan sel-sel darah yang bersirkulasi ke dalam jaringan-jaringan interstitial menuju daerah cedera pada peristiwa inflamasi. Selain itu juga disebabkan adanya pelepasan histamin oleh sel mast pada lapisan dermis (Pentland, 1990). Hasil pengukuran tebal epidermis dan
dermis menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan program software Motic
Image Plus 2.0 dapat dapat dibuat grafik seperti tampak pada gambar 12.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 T e bal epi der mi s ( um ) kontrol
tnp UV kontrol basis
krim ekstrak 0 50 100 150 200 250 300 350 400 T ebal D er m is ( um ) kontrol
tnp UV kontrol basis
krim ekstrak tomat
A B
Gambar 12. Grafik pengukuran mean ± SD tebal epidermis (A) dan tebal dermis (B)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA. Pada pengukuran tebal epidermis hasil uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan (p < 0,05) pada masing-masing kelompok perlakuan. Kemudian
(55)
dilakukan analisis statistik menggunakan metode Tukey untuk mengetahui signifikansi dari perbedaan antar kelompok. Dari uji Tukey diperoleh hasil bahwa kelompok kontrol UV menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05) dengan kelompok kontrol tanpa UV. Hal tersebut membuktikan bahwa sinar UV B dapat menyebabkan penebalan epidermis. Pada kelompok basis terdapat adanya perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) dengan kelompok kontrol UV, hal tersebut menunjukkan bahwa basis Biocream® yang digunakan tidak memberikan efek penurunan tebal epidermis. Kelompok krim ekstrak tomat menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05) dengan kelompok kontrol UV, hal tersebut membuktikan bahwa ekstrak tomat di dalam krim dengan kadar 0,14 % dapat memberikan efek penurunan tebal epidermis. Efek penurunan tebal epidermis yang terjadi sebesar 27,37%.
Uji analisis statistik juga dilakukan pada data tebal dermis. Hasil uji yang didapatkan yaitu terdapat adanya perbedaan (p < 0,05) dari masing-masing kelompok perlakuan setelah dilakukan uji ANOVA. Selanjutnya pada hasil uji
Tukey diketahui adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara kelompok kontrol UV dengan kelompok kontrol tanpa UV. Hal tersebut menunjukkan bahwa paparan sinar UV B mampu menimbulkan penebalan pada dermis. Pada kelompok basis terdapat adanya perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05)
dengan kelompok kontrol UV, hal tersebut menunjukkan bahwa basis Biocream®
yang digunakan tidak dapat mengurangi penebalan dermis akibat paparan sinar UV B. Kelompok krim ekstrak tomat menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05) dengan kelompok kontrol UV, hal tersebut membuktikan
(56)
bahwa ekstrak tomat di dalam krim dengan kadar 0,14 % dapat menurunkan tebal dermis akibat paparan sinar UV B. Penurunan tebal dermis yang terjadi sebesar 29,34%.
Sinar UV B memiliki panjang gelombang 280-320 nm dan memiliki energi yang lebih besar dibandingkan sinar UV A (320-400 nm). Radiasi UV B yang terpapar pada manusia dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan yang dapat dilihat pada gambar 13.
UV B
Inflamasi
trans UCA Sel DNA
fotoisomerisasi
cis UCA inisiasi
Menghasilkan sel T suppressor
promosi
menekan
progresi
Karsinogenesis
Sistem imun (sel Langerhans)
Imunosupresi
Gambar 13. Mekanisme terjadinya kerusakan-kerusakan di kulit akibat paparan sinar UV B (Widyarini, et al., 2001; Farombi, 2004)
Sinar UV B dapat menimbulkan inflamasi melalui beberapa mekanisme diantaranya melalui peristiwa pembentukan gas radikal bebas nitrogen oksida (NO•), lipid peroksidasi dan pelepasan histamin oleh sel mast (Suschek, et al., 2004; Helwig, 2000; Pentland, 1990).
(57)
Radiasi UV B merupakan faktor penyebab timbulnya inflamasi secara fisika karena melibatkan energi (Mutschler, 1991). Dalam proses inflamasi radiasi UV B dapat mengaktivasi makrofag untuk menghasilkan beberapa sitokin proinflamasi termasuk Tumour Necrosis Factor-α (TNF-α) (Mitchell dan Cotran,
1997). Menurut Suschek, et al. (2004) radiasi UV B dapat memperantarai
produksi dari enzim inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) dan juga dapat
menginduksi produksi TNF-α pada sel endotelial kulit manusia. Tumour Necrosis Factor-α diketahui merupakan salah satu sitokin proinflamasi yang menghasilkan enzim iNOS, aktivitasnya dapat meningkat dengan adanya sistem transpor arginin (CAT-2). Enzim iNOS berperan dalam proses inflamasi dengan menghasilkan gas
radikal bebas nitrogen oksida (NO•). Nitrogen oksida di dalam tubuh dapat
menyebabkan relaksasi otot halus pembuluh darah (vasodilatasi). Pada proses selanjutnya dengan meningkatnya aliran darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular, menghasilkan peningkatan filtrasi cairan dari kapiler. Kemudian dengan adanya peningkatan permeabilitas vaskular, menyebabkan tekanan osmotik cairan interstitial juga akan meningkat sehingga menyebabkan aliran air dan ion menuju jaringan ekstravaskular berupa edema (Mitchell dan Cotran, 1997). Pada mekanisme inflamasi yang diakibatkan oleh
pembentukan radikal bebas NO•, ekstrak tomat yang mengandung
senyawa-senyawa nonpolar seperti likopen, beta-karoten dan vitamin E dimungkinkan berperan sebagai anti-inflamasi ataupun sebagai antioksidan. Likopen dilaporkan memiliki daya anti-inflamasi dengan menghambat enzim iNOS (Rafi, et al.,1997). Hal tersebut diperkirakan karena adanya kemiripan struktur antara likopen dengan
(58)
reseptor enzim iNOS sehingga terjadi kompetisi antara likopen dengan reseptor enzim iNOS. Beta-karoten dan vitamin E diperkirakan memberikan efek proteksi dengan bertindak sebagai antioksidan. Beta-karoten diketahui memiliki efek
penghambatan terhadap sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan IL-1 dengan
mekanisme reaksi redoks terhadap aktivasi NF-κB (Bai, et al., 2005). Vitamin E juga diketahui dapat menghambat sitokin proinflamasi penghasil radikal bebas NO• (Khanduja, et al., 2005). Saat terjadinya penghambatan enzim iNOS atau sitokin proinflamasi penghasil radikal bebas NO• menyebabkan gas radikal bebas NO• tidak terbentuk, sehingga tidak terjadi proses vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular tidak terjadi dan edema akan berkurang.
Mekanisme inflamasi akibat UV B juga dapat diawali terjadinya proses lipid peroksidasi yang melibatkan radikal derivat oksigen atau sering disebut
Reactive Oxygen Species (ROS). Target ROS yaitu ikatan rangkap karbon-karbon pada poly-unsaturated fatty acid (PUFA). Membran sel kaya akan sumber PUFA, yang mudah dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi. Produk dari lipid peroksidasi berupa malondialdehyde (MDA) yang secara simultan dihasilkan pada 72-96, 48
atau 24 jam setelah paparan UV B dengan energi 300, 500 dan 800 mJ/cm2
(Chang dan Zheng, 2003). Mekanisme lipid peroksidasi meliputi 3 cara yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi (Helwig, 2000). Pada tahap terminasi akan menghasilkan hidroperoksid dan radikal asam lemak baru yang dapat menyebabkan reaksi berkelanjutan. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya kerusakan sel.
(59)
Ekstrak tomat dapat berperan dalam mengurangi inflamasi yang terjadi akibat peristiwa lipid peroksidasi yaitu dengan cara mengikat radikal asam lemak dan penghambatan jalur pembentukan enzim lipoxygenase dan cyclooxygenase. Likopen dan beta-karoten merupakan karotenoid. Menurut Young dan Lowe (2001) karotenoid mampu bertindak sebagai antioksidan dengan mengikat radikal bebas melalui tiga cara yaitu transfer elektron, abstraksi hidrogen dan penambahan spesi radikal. Saat radikal bebas berinteraksi dengan karotenoid, maka radikal bebas tidak akan menyerang sel dan reaksi oksidasi berantai akan rusak. Selanjutnya karotenoid juga akan menjadi radikal bebas namun dalam keadaan tersebut radikal bebas karotenoid tidak berbahaya karena mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi yang panjang sehingga mampu untuk menjadi stabil dengan beresonansi. Telah dilaporkan juga bahwa beta-karoten bersama dengan vitamin E dapat berperan sebagai anti-inflamasi dengan menghambat oksidasi dari asam arakidonat sehingga jalur pembentukan lipoxygenase dan cyclooxygenase
akan terhambat (Halevy dan Sklan, 1987).
Selain melalui mekanisme pembentukan radikal bebas NO• dan lipid
peroksidasi, inflamasi akibat UV B dapat disebabkan pelepasan histamin oleh sel mast pada lapisan dermis. Sel mast pada dermis teraktivasi 3-6 jam setelah radiasi UV B yang menyebabkan degranulasi dan pelepasan histamin. Histamin kemudian menstimulasi metabolisme asam arakidonat pada kulit, dan pada tahap selanjutnya dapat meningkatkan produksi dari prostaglandin (Pentland, 1990). Peran ekstrak tomat pada peristiwa inflamasi yang disebabkan pembentukan histamin yaitu vitamin E dilaporkan dapat menghambat proliferasi sel mast
(60)
melalui mekanisme reduksi fosforilasi protein kinase B sehingga aktivitasnya berkurang (Kempna, et al., 2004). Selain itu juga telah dilaporkan bahwa beta-karoten dan vitamin E memiliki khasiat sebagai anti-inflamasi dengan menghambat oksidasi dari asam arakidonat menyebabkan jalur pembentukan
cyclooxygenase akan terhambat sehingga produksi dari prostaglandin akan berkurang (Halevy dan Sklan, 1987).
Mekanisme penghambatan ekstrak tomat terhadap inflamasi akibat paparan UV B belum diketahui secara pasti sehingga kemungkinan penghambatan melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme yang telah disebutkan sebelumnya. Beberapa kemungkinan mekanisme inflamasi yang terjadi akibat paparan UV B tersebut dapat diilustrasikan seperti gambar 14.
(61)
Fosfolipase
O2
-lipooxygenase cyclooxygenase
COX-2 COX-1
UV B
Aktivasi makrofag
TNF-α CAT-2
Enzim iNOS
NO•
vasodilatasi
PUFA
(poly-unsaturated fatty acid)
Lipid Peroksidasi
Fosfolipida (membran sel)
asam arakidonat
endoperoksida asam hidroperoksida
Oksigen radikal
tromboxan prostacyclin prostaglandin LTB
4 LTC4– LTD4– LTE4 leukotrien LTA
Sel mast
Pelepasan histamin
prostaglandin ?
INFLAMASI
Gambar 14. Mekanisme terjadinya inflamasi melalui pembentukan radikal bebas NO•, lipid peroksidasi dan produksi sel mast (Suschek, et al., 2004; Helwig, 2000; Pentland, 1990; Tjay dan Rahardja, 2002)
(62)
Apabila dilihat dari komposisi basis Biocream® yang digunakan terdapat
penetration enhancer yaitu air dan propilenglikol. Penetration enhancer
merupakan senyawa kimia yang dapat meningkatkan absorpsi perkutan pada sediaan topikal (Ghafourian, et al., 2004). Kerja dari penetration enhancer ini
adalah dengan cara membasahi stratum korneum yang bersifat occlusive,
menyebabkan peningkatan penetrasi dermal. Cara lain adalah mengubah integritas stratum korneum melalui interaksi dengan membran lipid (Wotton, et al., 1985). Propilenglikol merupakan senyawa yang mudah menembus kulit yang telah diuji secara in vitro sehingga dapat meningkatkan senyawa yang terlarut yang disebut dengan efek “carrier-solvent” (Hoelgaard dan Møllgaard, 2002). Hal tersebut yang menyebabkan krim ekstrak tomat dapat menembus hingga bagian dermis.
Inflamasi merupakan reaksi awal kulit ketika terkena radiasi UV. Radiasi UV akut juga dapat menyebabkan kerusakan fungsi imun yang diperantarai sel T (limfosit T supressor). Imunosupresi tersebut selain dipengaruhi adanya radiasi UV, juga karena adanya keterlibatan dari photoreceptor cis-Urocanic Acid (cis-UCA) (Widyarini, et al., 2001). Dalam proses tersebut juga akan muncul produksi sitokin proinflamasi secara berlebihan sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Telah dilaporkan sebelumnya bahwa ekstrak tomat yang mengandung likopen, beta-karoten dan vitamin E mampu menghambat produksi beberapa sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan IL-1, sehingga dapat diperkirakan bahwa ekstrak tomat juga dapat menghambat proses imunosupresi. Namun demikian penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk pembuktian secara ilmiah.
(63)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Dari hasil pengukuran skin-fold thickness terbukti bahwa krim dengan kadar ekstrak tomat 0,14 % dapat menurunkan inflammation-associated edema
pasca paparan UV B dengan menurunkan skin-fold thickness sebesar 48 %. 2. Pemberian ekstrak tomat secara topikal dapat menurunkan tebal epidermis dan
dermis pasca paparan UV B.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilanjutkan dengan penelitian tentang :
1. Pengujian efek topikal ekstrak tomat dengan kadar yang berbeda untuk mengetahui dose response pada uji inflamasi pasca paparan UV B.
2. Pengujian efek topikal ekstrak tomat terhadap imunosupresi yang terjadi akibat paparan sinar UV B.
(64)
DAFTAR PUSTAKA
Alhammadi, S.I., and Alkaabi A.S., 2006, A Study on lycopene content of fresh tomatoes in UAE : The First Annual Student Research Symposium, 12-13.
Afag, F., Mukhtar H., 2001, Effect of solar radiation on cutaneous detoxification pathways. J Photochem Photobiol B, 63 : 61–69
Anonim, 2007a, About The Skin and How To Look After It,
http://www.naturalrussia.com.nr.images.skin_structure_gif_files/imgr es, diakses tanggal 27 November 2007.
Anonim, 2007b, Ultraviolet Waves, http://imagers.gsfc.nasa.gov/ems/uv.html,
diakses pada tanggal 2 Februari 2007.
Anonim, 2007c, Lycopene, Beta-carotene, Vitamin E, http://www.wikipedia.com., diakses tanggal 10 Oktober 2008
Anonim, 2008, Inflammation, http://www.answers.com/library, diakses tanggal 15 November 2008
Backer, C.A., & Bakhuizen Van Den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, volume II, 171 – 172, 178, N.V.P, Noordhoff, Gronigen, The Netherlands.
Bai, S.K., Lee S.J., Na H.J., Ha K.S., Han J.A., Lee H., Kwon Y.G., Cheng C.K., Kim Y.M., 2005, β-Carotene inhibits inflammatory gene expression in lipopolysaccharide-stimulated macrophages by suppressing redox-based NF-κB activation, Experimental and Molecular Medicine, 37 (4) : 323-334
Beecher, G.R., 1998, Nutrient Content of Tomatoes and Tomato Products,
Proceedings of the Society for Experimental Biology and Medicine,
volume 218, 98-100, http://www.ebmonline.org/cgi/content/abstract/218/2/98, diakses
tanggal 31 Juli 2008.
Buhler, D.R., dan Miranda, C., 2000, Antioxidant Activities, Department of
Environmental and Molecular Toxicology Oregon State University, The Linus Pauling Institute
(65)
Chang, H.R., Tsao D.A., Wang S.R., Yu H.S., 2004, Expression of Nitric Oxide
Synthases in Keratinocytes after UV B Irradiation, Archives of
Dermatological Research, 295 (7) : 293-296
Chang, C., dan Zheng, R., 2003, Effects of ultraviolet B on epidermal morphology, shedding, lipid peroxide, and antioxidant enzymes in Cope's rat snake (Elaphe taeniura), Journal of Photochemistry and Photobiology, 72 (1-3) : 79-85
Dalimartha, S, 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, 197 – 201, Trubus Agri Widya, Jakarta.
Dalimartha, S., dan Soedibyo M., 1999, Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan
Diet Suplemen, 10, 49-50, Trubus Agri Widya, Jakarta.
Farombi, E. Olatunde, 2004, Diet-related cancer and prevention using anticarcinogens, African Journal of Biotechnology, 3(12) : 651-661.
Ghafourian, T., Zandasrar, P., Hamishekar, H., and Nokhodchi, A., 2005, The Effect of Penetration Enhancers on Drug Delivery Through Skin : a QSAR
Study, European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics,
61(1-2) : 50-55.
Halevy, O., dan Sklan, D., 1987, Inhibition of arachidonic acid oxidation by beta-carotene, retinol and alpha-tocopherol, International Bibliographic Information on Dietary Supplements, 918(3): 304-7
Helwig, Bryan, 2000, Free Radical Introduction,
http://www.exrx.net/Nutrition/Antioxidants/Antioxidants.html,diakses tanggal 23 Juni 2008
Hoelgaard, A., and Møllgaard, B., 2002, Dermal drug delivery — Improvement by choice of vehicle or drug derivative, Journal of Controlled Release, 2 : 111-120.
Kempna, P., Reiter, E., Arock, M., Azzi, A., Zingg, J.M., 2004, Inhibition of HMC-1
Mast Cell Proliferation by Vitamin E, The Journal of Biological
Chemistry, 279 (49) : 50700-50709.
Khanduja, K.L., Avti P.K., Kumar S., Pathania V., Pathak C.M., 2005, Inhibitory effect of vitamin E on proinflammatory cytokines and endotoxin-induced nitric oxide release in alveolar macrophages, Life Sciences, 76 (23) : 2669-2680
(66)
Mitchell, R.N., dan Cotran R.S., 1997, Acute and Chronic Inflammation, dalam Basic Pathology, 6th edition, 26-46, W.B. Saunders Company, USA
Mutschler, E., 1986, Arzneimittelwirkungen, diterjemahkan oleh M.B, Widianto, A, S., Ranti, edisi V, 17-20, Penerbit ITB, Bandung.
Mutshcler, E., 1991, Arzneimittelwirkungen, 5th edition, diterjemahkan oleh
Widianto, M. B. dan Ranti, A. S., Dinamika Obat, hal 577 – 581
Penerbit ITB, Bandung.
Mycek, M.J., Harvey R.A., Champe P.C., 2001, Pharmacology, 2nd edition,
diterjemahkan oleh Azwar Agus, Farmakologi: Ulasan Bergambar,
404, Penerbit Widya Medika, Jakarta
Nassar, N., Vizzotto C.S., Schwartz C.A., Pires Junior O.R., 2007, Cassava diversity
in Brazil : the case of carotenoid-rich landraces, Genetic and
Molecular Research, 6 (1) : 116-121
Naylor, M.F., and Farmer, K.C., 2000, Sun Damage and Prevention, dalam
Electronic Textbook of Dermatology, http://www.telemedicine.org, diakses tanggal 10 Oktober 2008
Pentland, A., Mahoney M., Jacobs S.C., Holtzman M.J., 1990, Enhanced Prostaglandin Synthesis after Ultraviolet Injury Is Mediated by Endegenous Histamine Stimulation : A Mechanism for Irradiation Erythema, Journal of Clinical Investigation, 86 : 566-574
Rafi, M.M., Yadav P.N., Reyes M., 2007, Lycopene Inhibits LPS-Induced Proinflammatory Mediator Inducible Nitric Oxide Synthase in Mouse Macrophage Cells, Journal of Food Science, 72 (1) : S069-S074
Sander, M.A., 2003, Atlas Berwarna Patologi Anatomi, Edisi I, 12 – 13, Universitas Muhamadiyah Malang Press, Malang.
Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan, 381-382, Balai Pustaka, Jakarta
Suschek, C.V., Mahotka C., Schnorr O., Kolb-Bachofen V., 2004, UV B Radiation-Mediated Expression of Inducible Nitric Oxide Synthase Activity and
The Augmenting Role of Co-Induced TNF-α in Human Skin
Endothelial Cells, Journal of Investigative Dermatology, 123 : 950-957
(67)
Svobodova, A., Psotova, J., and Walterova, D., 2003, Natural Phenolics in Prevention of UV-Induced Skin Damage (A review), Biomedical Papers, 147(2), 137-145.
Tedesco, A.C., Martinez L., Gonzalez S., 1997, Photochemistry and photobiology of actinic erythema: defensive and reparative cutaneous mechanisms,
Mechanisms of sunburn reaction Brazilian Journal of Medical and Biological Research 30: 561-575
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, 308-315, edisi V, Penerbit P.T. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Voigt, R., 1994, Lehrbuch Der Pharmazeutischen Technologie, diterjemahkan oleh Dr. Soendani Noerono, 316-363, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Walpole, Ronald E., 1995, Pengantar Statistika, Edisi III, 340-344, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Widyarini, S., Spinks N., Husband A.J., and Reeve V.E., 2004, Isoflavonoid
Compounds from Red Clover (Trifolium pratense) Protect from
Inflamation and Immune Supression Induced by UV Radiation,
Journal of Photochemistry and Photobiology, 74 (3): 465-470
Wotton, P.K., Møllgaard, B., Hadgraft, J., and Hoelgaard, A., 1985, Vehicle effect on topical drug delivery. III. Effect of Azone on the cutaneous permeation
of metronidazole and propyleneglycol, International Journal of
Pharmaceutics, 24 (1) : 19-26
Young, A.J., and Lowe, G.M., 2001, Minireview : Antioxidant and Prooxidant Properties of Carotenoids, Archives of Biochemistry and Biophysics, 385 (1) : 20-27
(68)
L A M P I R A N
(69)
Lampiran 1. Perhitungan kadar ekstrak tomat dalam krim
Penimbangan
Bobot cawan = 123,33 gram
Bobot cawan + ekstrak = 125,81 gram
Bobot ekstrak = 2,48 gram
Kadar Ekstrak Tomat
- Dilarutkan dalam 2 ml parafin cair :
Bobot parafin cair per ml = 0,87 – 0,89 gram (FI III, hal. 475)
gram gram
gram 1,41
76 , 1 48
,
2 =
- Dibuat krim sejumlah 10 gram
% 14 , 0 10
41 ,
1 =
gram gram
(1)
74
Lampiran 15. Dokumentasi
Pengolesan depilatories pada proses preparasi hewan uji
Kondisi kulit mencit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
75
Pengukuran skin-fold thickness menggunakan jangka sorong
Kiri : krim ekstrak tomat; kanan : basis krim (biocream)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
76
Penimbangan krim sebanyak 0,2 gram tiap mencit
Pengolesan krim menggunakan gloved fingers
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
77
Alat Pengatur Energi Lampu UV B (broadband UV B)
Paparan Sinar UV B 40 cm dari Permukaan Lampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
78
Kondisi kulit setelah dipapari sinar UV B
Kondisi kulit mencit pada beberapa bagian sudah mulai tumbuh rambut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
79
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Efek Aplikasi Topikal Ekstrak Tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) terhadap Inflamasi pada Kulit Pasca Paparan Ultraviolet B” ini memiliki nama lengkap Chandy Hapsari Riestaningtyas dengan nama panggilan “Chandy”. Penulis lahir tanggal 5 April 1986 di Yogyakarta, merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di TK Angkasa Lanud Adi Sucipto Yogyakarta tahun 1990-1992, SD Negeri Adi Sucipto I tahun 1992-1998, SLTP Negeri 5 Yogyakarta tahun 1998-2001 dan SMU Negeri 6 Yogyakarta tahun 2001-2004. Penulis mulai menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2004. Selama aktif sebagai mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum Farmasetika Dasar (tahun 2006). Selain itu penulis juga merupakan salah satu peserta terseleksi dalam rangka Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan oleh DIKTI tahun 2006 dengan judul “Optimasi Formula Gel Sunscreen Tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) dengan Carbopol dan Propillenglikol Sebagai Gelling Agent : Aplikasi Desain Faktorial”. Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan non-akademik seperti bergabung dengan organisasi BEM Fakultas Farmasi (periode 2006-2007) sebagai Manager Divisi Organisasi, menjadi ketua kegiatan Pharmacy Performance tahun 2005, menjadi ketua bidang acara Titrasi pada tahun 2006 dan pernah menjadi tenaga bantu bagian administrasi kesekretariatan Fakultas Farmasi (September 2008).