PERAN VISUM ET REPERTUM DALAM UPAYA MENGUNGKAP

40

BAB II PERAN VISUM ET REPERTUM DALAM UPAYA MENGUNGKAP

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN Studi Kasus Putusan Nomor : 3054Pid.B2010PN.SBY

2.1 Posisi Kasus

Pada kasus yang penyusun angkat dalam skripsi ini adalah kasus pembunuhan yang terjadi di Surabaya, dimana yang menjadi korban adalah Rizal dan Fahmi Abdul Syukur. Keduanya adalah saudara yang bertempat tinggal di sebuah kamar kost tepatnya di jalan Medokan Ayu MA blok I- G19 atau di jalan Rungkut Asri Tengah XIX5 Surabaya. Dimana sesuai dengan Berkas Perkara Kepolisian dengan Nomor Polisi :BP458IX2010Satreskrim, pada hari Sabtu tanggal 7 Agustus 2010 kira- kira jam 04.00 WIB pelaku yang bernama Dimas Nusantoro bin Mochammad Yakin yang merupakan tersangka dalam kasus pembunuhan ini tiba-tiba masuk kedalam kamar kost korban yang tidak terkunci sambil menggenggam pisau sangkur, yang ketika itu kedua korban sedang tidur. Kemudian tersangka langsung menusukkan pisau sangkur kearah kepala bagian belakang korban Fahmi dan seketika itu korban Fahmi tidak berdaya. Kemudian korban Rizal terbangun, lalu tersangka langsung menusukkan pisau sangkurnya ke arah dada korban Rizal, yang selanjutnya korban Rizal lari keluar kamar sambil teriak-teriak, dan kemudian tersangka mengejar yang akhirnya korban Rizal terjatuh terlentang didekat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pintu keluar-masuk dekat ruangan nonton TV,yang selanjutnya tersangka menyerang korban dengan menusukkan pisau sangkur kearah tubuh korban Rizal berulang kali. Kemudian saksi Mochammad Faik melerai dengan cara mendorong-dorongkan jemuran pakaian ke arah tersangka dan selanjutnya tersangka langsung keluar rumah kost. Selanjutnya kedua korban diberi pertolongan dengan dibawa ke Rumah Sakit, namun akhirnya kedua korban terebut meninggal dunia. Berdasarkan disposisi kasus tersebut diatas dengan meninggalnya kedua korban maka telah terjadi tindak pidana pembunuhan, sehingga polisi segera memproses dalam suatu Berita Acara Penyidikan sehingga berkas ini nantinya akan dilimpahkan ke Kejaksaan sebagai dasar untuk membuat Surat Dakwaan.

2.2 Visum et Repertum

Kasus Pembunuhan Putusan nomor : 3054Pid.B2010PN.SBY Berdasar kasus diatas maka setelah pihak Kepolisian mendapatkan laporan dan membuat Berita Acara Penyidikan maka Pihak Kepolisian khususnya dalam hal ini Polsek Rungkut membuat surat pengantar untuk permintaan Visum Et Repertum mayat, yang ditujukan kepada Kepala Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo di Surabaya. Dimana dalam surat tersebut akan disebutkan identitas korban pembunuhan tersebut diatas yakni Rizal dan Fahmi Abdul sukur Latief. Pada surat pengantar permintaan Visum Et Repertum selain identitas korban juga disebutkan mengenai Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. penyebab kematian, tempos dan dolus delicti yakni waktu kejadian hari sabtu tanggal 7 Agutus 2010 bertempat di Medokan Asri Barat MA 1 G no. 19 Kecamatan Rungkut Surabaya, dengan akbiat kematian diduga karena penganiayaanpembunuhan. Setelah mendapat surat pengantar dari pihak kepolisian maka dilakukan otopsi oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, yang dalam kasus ini dilakukan oleh Dokter Theresia Lindawati. Terdapat 2 dua hasil Pemeriksaan Visum Et Repertum yakni yang pertama Visum Et Repertum atas Jenazah Korban Rizal Abdul Sukur Latief, dengan hasil pemeriksaan Luar yakni : 1. Jenazah laki-laki berumur sekitar dua puluh tahun, panjang seratus tujuh puluh lima sentimeter, berat tujuh puluh dua koma lima kilogram, kulit kuning langsat, keadaan gizi cukup. 2. Pakaian : Jenazah mengenakan celana pendek berwarna ungu gelap 3. Jenazah berlabel dan tidak bersegel 4. Lebam pada leher, punggung, paha dan betis. Ditemukan kaku mayat lengkap dan tidak ditemukan tanda-tanda pembusukan 5. Kepala : a. Bentuk kepala: Bulat lonjong simetris. Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan b. Rambut : warna hitam, berombak, panjang rata-rata enam sentimeter Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c. Mata : ditemukan selaput lendir kelopak dan bola mata pucat, selaput bening mata keruh dan manik-manik mata berdiameter rata- rata tiga milimeter d. Hidung : simetris. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan e. Mulut : Bibir pucat. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan 6. Leher : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan 7. Dada : Ditemukan luka tusuk berbentuk oval yang menyerong dengan ukuran panjang tiga sentimeter pada dada kiri dengan jarak lima sentimeter dibawah garis puting susu dan sepuluh sentimeter sebelah kiri garis tengah tubuh 8. Perut : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan 9. Punggung : ditemukan dua luka tusuk pada punggung kiri. Luka pertama berbentuk oval yang mendatar dengan ukuran panjang satu koma lima sentimeter dengan jarak sebelas sentimeter diatas garis tulang belikat dan enam belas sentimeter disebelah kiri garis tengah tubuh. Luka kedua berbentuk oval mendatar dengan ukuran panjang tiga sentimeter dengan jarak dua sentimeter dibawah luka yang pertama. 10. Anggota gerak atas : • Kanan : ujung-ujung jari pucat. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan • Kiri : ujung-ujung jari pucat. Ditemukan luka iris dengan ukuran panjang dua koma lima sentimeter pada lengan kiri bawah dengan jarak delapan sentimeter diatas pergelangan tangan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 11. Anggota gerak bawah : ujung-ujung jari pucat. Tidak ditemukan kelaianan dan tanda-tanda kekerasan. 12. Alat kelamin dan dubur : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. Dengan berdasar dari hasil pemeriksaan luar maka dr. Theresia Lindawati memberikan kesimpulan bahwa : 1. Jenazah laki-laki, berumur sekitar dua puluh tahun, panjang badan seratus tujuh puluh lima sentimeter, berat badan tujuh puluh dua koma lima kilogram, warna kuning langsat, keadaan gizi cukup. 2. Pada pemeriksaan luar ditemukan : a. Luka tusuk pada dada dan punggung b. Luka iris pada lengan bawah c. Kelainan diatas akibat persentuhan dengan benda tajam 3. Sebab kematian tidak dapat ditentukan dengan pasti oleh karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam otopsi, namun adanya perdarahan yang banyak yang bisa menyebabkan kematian. Hasil pemeriksaan Luar Visum Et Repertum Jenazah kedua yakni korban Fahmi Abdul Sukur Latief, yakni : 1. Jenazah laki-laki berumur sekitar dua puluh tahun, panjang seratus enam puluh lima sentimeter, berat enam puluh lima kilogram, kulit kuning langsat, keadaan gizi cukup. 2. Pakaian : Jenazah tidak mengenakan pakaian 3. Jenazah berlabel dan tidak bersegel Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Lebam mayat pada leher, punggung, paha dan betis. Ditemukan kaku mayat lengkap dan tidak ditemukan tanda-tanda pembusukan 5. Kepala : a. Bentuk kepala: Bulat lonjong simetris. Ditemukan luka terbuka iris dengan ukuran panjang tujuh belas sentimeter yang dijahit dengan benang sebanyak empat puluh tujuh jahutan pada pelipis kanan hingga kepala bagian belakang. b. Rambut : digundul c. Mata : ditemukan selaput lendir kelopak dan bola mata pucat, selaput bening mata keruh dan manik-manik mata berdiameter rata-rata tiga milimeter d. Hidung : simetris. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan e. Mulut : Bibir pucat. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan 6. Leher : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan 7. Dada : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan 8. Perut : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan 9. Punggung : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan 10. Anggota gerak atas : • Kanan : ditemukan luka terbuka dengan ukuran panjang dua setimeter pada jari pertama yang dijahit dengan benang sebanyak empat jahitan. • Kiri : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 11. Anggota gerak bawah : Tidak ditemukan kelaianan dan tanda-tanda kekerasan. 12. Alat kelamin dan dubur : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan. Berdasar hasil pemeriksaan diatas maka kesimpulan dari Visum Et Repertum jenazah diatas adalah : 1. Jenazah laki-laki, berumur sekitar dua puluh tahun, panjang badan seratus enam puluh lima sentimeter, berat badan enam puluh lima kilogram, warna kuning langsat, keadaan gizi cukup. 2. Pada pemeriksaan luar ditemukan : a. Luka iris pada kepala akibat tindakan operasi trepanasi kepala b. Luka robek pada jari akibat persentuhan dengan benda tajam 3. Sebab kematian tidak dapat ditentukan dengan pasti oleh karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam otopsi, namun adanya cedera otak berat bisa menyebabkan kematian Berdasar Visum Et Repertum jenazah atas kedua korban baik Rizal dan Fahmi Abdul Sukur Latif yang dilakukan oleh dr. Theresia Linawati, hanya melakukan pemeriksaan Luar dan tidak melakukan pemeriksaan dalam. Dimana dalam pemeriksaan luar sudah bisa disimpulkan bahwa penyebab kematian atas kedua korban adalah untuk Rizal penyebab kematian dikarenakan perdarahan yang banyak, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sedangkan untuk korban Fahmi penyebab kematian karena cedera otak berat.

2.3. Analisa Peran Visum Et Repertum

Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 133 KUHAP yang menyebutkan: 1 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya 2 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat 3 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada Rumah Sakit harus dilakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat Berdasar ketentuan di atas jelas bahwa kewenangan untuk melakukan Visum Et Repertum ada di tangan pihak Penyidik untuk melengkapi berkas acara penyidikan. Dimana hal ini bisa dilakukan oleh seorang Penyidik untuk kasus Tindak Pidana yang mana timbul korban baik luka, keracunan ataupun mati, seperti yang disebutkan pada ketentuan Pasal 133 ayat 1 KUHAP. Permintaan Visum Et Repertum dilakukan secara tertulis oleh pihak Penyidik. Dalam surat pengantar permintaan Visum akan terdapat jenis Visum yang diinginkan oleh Pihak Penyidik. Pada kasus, Visum Et Repertum yang diminta adalah Visum Jenazah atau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Visum mayat. Selain itu terdapat sedikit informasi mengenai korban yang telah meninggal. Ketentuan permintaan Visum Et Repertum memang diwajibkan secara tertulis sesuai yang tercantum pada ketentuan Pasal 133 ayat 2 KUHAP. Dari permintaan tertulis inilah akan dimulai otopsi atas jenazah korban pembunuhan. Pemeriksaan atas mayat dilakukan dengan cara dibedah, jika ada keberatan dari pihak keluarga korban, maka pihak polisi atau pemeriksa memberikan penjelasan tentang pentingnya dilakukan bedah mayat. Pihak Penyidik atau Polisi wajib menyaksikan dan mengikuti jalannya bedah mayat, apabila diperlukan untuk mencegah terjadinya hal- hal yang tidak diinginkan, maka polisi perlu melakukan pengamanan tempat dilakukannya bedah mayat. Melihat juga pada ketentuan Pasal 184 ayat 1 KUHAP mengenai alat bukti yang sah meliputi : a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan Terdakwa Maka Surat hasil pemeriksaan yang dibuat oleh Dokter Ahli yang ditunjuk atas pemeriksaan outopsi bedah mayat jenazah merupakan alat bukti yang kuat. Hal ini diperkuat juga dalam ketentuan Pasal 186 huruf c KUHAP yang menyebutkan ”surat keterangan dari seorang ahli, yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya, mengenai sesuatu hal atau sesuatu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. keadaan yang diminta secara resmi daripadanya” . Sehingga berdasarkan pada aturan-aturan tersebut maka Visum Et Repertum merupakan salah satu alat bukti, yang merupakan surat keterangan dari dokter ahli berdasarkan keahliannya memeriksa segala sesuatu pada korban tindak pidana yang mengalami luka, keracunan ataupun mati. Berdasar kasus putusan nomor : 3054Pid.BPN.SBY maka peranan Visum Et Repertum jenazah atas korban Rizal dan Fahmi dibutuhkan untuk memenuhi analisis yuridis ketentuan pasal yang akan didakwakan pada pelaku pembunuhan. Pada kasus putusan nomor 3054Pid.BPN. SBY Dimas Nusantoro bin Moch. Yakin disangkakan atas ketentuan Pasal 338 dan 340 KUHP. Berarti dalam hal ini unsur-unsur dalam ketentuan pasal-pasal tersebut . Sesuai dengan bunyi Asas Legalitas ” Nullum Delictum Noella Poena Sine Praevia Legi Poenali ” artinya ” Tidak delik ,tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana yang mendahuluinya”. Dari rumusan tersebut dapat ditarik 2 garis besar yakni : 1. Bahwa jika suatu perbuatan yang dilarang atau pengabaian sesuatu yang diharuskan dan diancam dengan pidana, maka perbuatan atau pengabaian tersebut harus tercantum dalam undang-undang pidana. 2. Dan ketentuan tersebut tidak boleh berlaku surut dengan satu kekecualian yang tercantum di dalam pasal 1 ayat 2 KUHP. Dalam Hukum Pidana untuk bisa disebut sebagai Tindak Pidana maka kesemua unsur dalam ketentuan Pasal KUHP yang disangkakan harus terpenuhi. Pada kasus yang penyusun angkat adalah kasus pembunuhan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang dilakukan oleh Dimas Nusantoro bin Mochamad Yakin terhadap korban Rizal dan Fahmi Abdul Sukur. Sehingga Polisi dalam BAP mensangkakan tindak pidana yang dilakukan oleh Dimas Nusantoro bin Mochammad Yakin dengan Pasal Pasal 338 KUHP berbunyi ” Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun ” Disangkakan ketentuan Pasal 340 KUHP berbunyi : ”Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20 dua puluh tahun”. Dalam pemenuhan alat bukti terhadap unsur-unsur ”Barang siapa” yakni ada empat alat bukti meliputi : 1. Keterangan para saksi-saksi ditempat kejadian yang menyebutkan bahwa tersangka yakni Dimas Nusantoro bin Moch. Yakin yang telah melakukan perbuatan pembunuhan terhadap Rizal dan Fahmi penghuni kamar kost Nomor 9 jalan Medokan Ayu MA Blok l-G19. 2. Surat : hasil Visum Et Repertum dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo no. KF 10.655 atas nama korban jenazah Rizal Abdul Sukur Latief dan No. KF. 10.658 atas nama korban jenazah Fahmi Abdul Sukur Latif 3. Penarapan barang bukti yakni sebuah bantal yang ada bercak darahnya, satu buah guling ada bercak darahnya, satu buah karpet ada bercak darahnya, satu buah keset ada bercak darahnya dan satu buah jemuran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pakaian yang ada bercak darahnya serta sebilah pisau sangkur ada bercak darahnya serta satu buah sarung pisau sangkur 4. Keterangan dari tersangka pelaku pembunuhan bahwa telah melakukan penganiayaan pada hari sabtu tanggal 7 Agustus 2010 sekitar pukul 04.00 WIB dirumah kost Jl. Medokan Ayu MA blok I G 19 Surabaya terhadap korban Rizal dan Fahmi Abdul Sukur Latif. Begitu juga dalam pemenuhan unsur ”dengan sengaja”, atau ”dengan rencana terlebih dahulu” selalu terdapat unsur pembuktian Hasil Visum Et Repertum dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya atas kedua korban pembunuhan diatas. Sehingga dalam hal ini jelas bahwa Visum Et Repertum mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses mengungkap suatu tindak pidana pada awal penyidikan. Pada kasus diatas Visum Et Repertum atas jenazah Korban Pembunuhan Rizal dan Fahmi Abdul Sukur Latif diperlukan untuk membuktikan bahwa kedua korban merupakan korban tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh Dimas Nusantoro Bin Moch. Yakin. Yang mana dalam Kesimpulan dari Hasil Visum Et Repertum dijelaskan bahwa kedua korban meninggal akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku pembunuhan yang dalam hal ini adalah dimas sehingga mengakibatkan Korban Rizal mengalami perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan kematian, begitu juga untuk korban Fahmi mengalami cedera otak berat sehingga akhirnya meninggal. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berdasar uraian diatas maka peranan Visum Et Repertum meliputi : 1. Berperan sebagai alat bukti yang sah , hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 184 ayat 1 KUHAP jo Pasal 186 huruf c KUHAP. Bahwa Visum Et Repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana, dimana dalam Visum Et Repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis yang tertuang dalam pemberitaan dan juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan tersebut yang tertuang dibagian kesimpulan, yang karenanya dianggap sebagai salah satu barang bukti. Disamping itu peranan Visum et Repertum merupakan langkah awal untuk melakukan outopsibedah mayat atas jenazah atau mayat yang menjadi korban tindak pidana pembunuhan, yang nantinya hasil Visum Et Repertum akan dijadikan dasar pembuktian untuk pemenuhan unsur-unsur yang terdapat dalam pasal KUHP yang disangkakan. Hal tersebut didasarkan pada ketentuan pasal 133 KUHAP. 2. Visum Et Repertum menggantikan sepenuhnya Corpus Delicti tanda bukti seperti diketahui dalam perkara pidana yang menyangkut perusakan tubuh dan kesehatan serta menghilangkan nyawa manusia, maka si tubuh korban merupakan Corpus Delicti sehingga pada proses persidangan hal ini tidak dapat diajukan di persidangan, oleh karena itu secara mutlak diganti dengan Visum Et Repertum. 3. Bukti penahanan tersangka. Dalam perkara pidana, seorang penyidik diwajibkan untuk melakukan penahanan terhadap tersangka, maka dari Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. itu penyidik dituntut untuk segera menemukan bukti-bukti yang cukup agar dapat menahan tersangka. Salah satu bukti adalah akibat tindak pidana yang dilakukan tersangka terhadap korban. Visum Et Repertum yang dibuat oleh Dokter dapat dipakai oleh penyidik sebagai pengganti barang bukti untuk melengkapi surat perintah penahanan tersangka. Mengenai semua biaya yang timbul untuk pembuatan Visum Et Repertum menjadi tanggung jawab Negara. Hal ini telah diatur dalam ketentuan Pasal 136 KUHAP berbunyi ”semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Kedua bab XIV ditanggung oleh Negara”. Dengan demikian ketentuan yang mengatur tentang visum et repertum dalam KUHAP, yakni Pasal 133 KUHAP dan Pasal 136 KUHAP wajib dilakukan dan dipenuhi untuk proses awal penanganan perkara tindak pidana khususnya dalam sanksi ini adalah pembunuhan yang dilakukan oleh Dimas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 54

BAB III KENDALA PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DALAM UPAYA