Teori Feature LANDASAN TEORI

pikat manusiawi untuk memberitahu, menghibur, mendidik, dan meyakinkan pembaca Mappatoto,1992.

2.2.2 Struktur Penyajian Feature

Struktur penyajian penulisan feature memang berbeda dengan tulisan biasa. Banyak ahli berpendapat bahwa struktur penyajian feature meliputi judul, intro, tubuh, dan penutup. Sumadiria 2008:195-222 seperti dalam buku Seandainya Saya Wartawan Tempo 1996:34-56 memaparkan struktur penyajian feature yang terdiri dari 1 judul head, 2 intro lead, 3 perangkai bridge, 4 tubuh body, dan 5 penutup ending. Menurut Romli 2009:25-26, struktur feature terdiri dari 1 judul head, 2 teras lead, 3 bridge jembatan antara lead dan body, 4 tubuh body, dan 5 penutup ending. Struktur feature menurut Mappatoto 1999:30-58 hampir sama dengan pendapat Sumadiria dan Romli, yakni terdiri dari 1 judul, 2 teras, 3 peralihan, 4 tubuh, dan 5 penutup.

2.2.2.1 Judul

Penulisan sebuah judul feature memerlukan kecermatan penulis, agar menarik perhatian para pembaca. Dengan kata lain, judul feature tidak berupa ringkasan, tetapi dibuat semenarik mungkin dan dapat menggugah pembaca. Oleh karena itu, judul feature dibuat lebih kreatif dibandingkan dengan judul berita atau artikel biasa. Selain faktor subyektivitas penulisan, judul feature harus bersifat orisinal dalam gaya dan susunan kata-katanya. Judul feature disebut juga dengan title. Title tidak harus sebuah ringkasan atau perasan dari teras. Fungsi title untuk menggugah perhatian pembaca. Ada dua acuan kalimat yang dapat digunakan untuk judul feature, yaitu 1 kalimat lengkap dan 2 kalimat tak lengkap kalimat fragmenter. Dalam kalimat lengkap, ada pokok dan ada sebutan. Sedangkan, dalam kalimat tak lengkap kalimat fragmenter judul disusun dalam satu atau dua baris saja Mappatoto, 1993:117. Selain itu, tanda baca titik . tidak digunakan pada akhir kalimat Mappatoto, 1993: 98-99. Zain 1992:68 juga mempunyai pendapat yang sama dengan Mappatoto 1993:117, yakni judul terkadang terdiri dari satu baris saja, kadang juga terdiri dari dua baris, tergantung tujuannya. Judul pendek biasanya membuat pembaca cepat mengambil keputusan, apakah ia harus membaca atau tidak feature tersebut. Judul pendek dapat memancing pembaca menebak atau berteka-teki mengenai isi feature tersebut. Judul panjang menjanjikan banyak hal-hal menarik dalam tulisan tersebut, seperti tersaji dalam judulnya. Judul feature, sangat mendasar dilihat dari dua sisi kepentingan. Pertama, bagi feature itu sendiri. Dengan diberi judul, feature memiliki identitas sehingga feature tersebut mempunyai nama dan karakter. Kedua, bagi khalayak pembaca, pendengar, dan pemirsa, untuk segera mengetahui kisah peristiwa menarik, atau justru segera melewatkan dan melupakannya Sumadiria, 2008:195. Syarat judul feature hampir sama dengan syarat judul berita. Perbedaannya terletak pada sifat tulisan. Berita bersifat formal resmi dan kaku, sedangkan feature bersifat informal lentur, fleksibel, lincah, menarik, atraktif, dan ekspresif. Ada delapan syarat judul feature, yaitu sebagai berikut. 1. Provokatif Provokatif berarti judul feature mampu membangkitkan minat dan perhatian sehingga khalayak pembaca tergoda seketika untuk membaca feature, minimal sampai intro dan perangkainya bridge. 2. Singkat dan padat Singkat dan padat berarti langsung menusuk jantung, tegas, lugas, terfokus, menukik pada pokok intisari feature, tidak bertele-tele to the point. Bagi pers, judul yang singkat sangat diperlukan, karena waktu dan situasi yang dimiliki pembaca sangat terbatas dan bergegas. Secara teknis, judul feature yang baik tidak lebih dari 4-7 kata. 3. Relevan Relevan artinya berkaitan atau sesuai dengan pokok susunan pesan terpenting yang ingin disampaikan. Tidak menyimpang dari intro feature. Judul yang baik harus diambil dari intro feature. Sedangkan intro feature yang baik harus mencerminkan keseluruhan uraian feature. Dalam media massa, judul berpijak pada intro. Apabila tidak sesuai, media divonis tidak berbobot. 4. Fungsional Fungsional artinya setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri, berdiri sendiri, tidak bergantung pada kata yang lain, serta memiliki arti yang tegas dan jelas. Jika kata-kata mandiri tersebut digabungkan, maka dapat melahirkan satu kesatuan pengertian dan makna yang utuh. 5. Informal Judul feature bersifat informal. Informal berarti judul tersebut lentur, fleksibel, lincah, menarik, atraktif, dan ekspresif. 6. Representatif Representatif berarti judul feature yang ditetapkan sudah mewakili dan mencerminkan intro feature. 7. Merujuk kepada etika dan bahasa baku Judul adalah identitas terpenting sebuah feature. Sebagai identitas, tentu posisi dan reputasi media yang memuat, menyiarkan, atau yang menayangkannya. Bahkan, karakter dan profesionalitas media sedikit-banyak tercermin pada judul-judul feature yang ditulisnya. 8. Spesifik Spesifik berarti judul berarti tidak saja harus mewakili dan mencerminkan intro feature, tetapi sekaligus juga harus mengandung kata-kata khusus. Spesifik berarti judul feature jangan menggunakan kata-kata umum. Menurut para pakar bahasa, kata-kata umum ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Soedjito 1988:5-6 dalam buku Sumadiria 2008:125 mengungkapkan, semakin umum, semakin kabur gambarannya dalam angan-angan. Sebaliknya, semakin khusus, semakin jelas dan tepat.

2.2.2.2 Teras

Dalam penulisan feature, paragraf pertama lazim disebut teras atau intro. Penamaan teras untuk paragraf pertama feature soft news sekaligus untuk membedakan dengan lead pada berita hard news. Teras mempunyai dua fungsi umum sekaligus khusus. Pertama, fungsi untuk menarik perhatian pembaca kepada tulisan itu. Kedua, fungsi untuk membuat ancang-ancang dalam penulisan bahan yang sudah diperoleh. Fungsi khusus teras adalah untuk mencengangkan atau mengejutkan pembaca, menggelitik rasa ingin tahu pembaca, menggugah khayalan pembaca, atau untuk secara singkat memberitahukan pembaca tentang keadaan peristiwa Mappatoto, 1999:41-42. Teras feature yang baik adalah bisa menarik perhatian pembaca Mappatoto, 1999:34. Ada enam unsur feature yang bisa menarik perhatian pembaca. Unsur- unsur tersebut adalah 1 kebaruan timerliness, 2 kedekatan proximity, 3 cuatan prominence, 4 keanehan unusualness, 5 daya-pikat manusiawi human interest , dan 6 konsekuensi consequence. 1. Kebaruan timerliness Dari segi jurnalistik, istilah baru berarti keadaan yang mempunyai keterkaitan antara peristiwa, gagasan atau masalah, dan waktu. Sedangkan, dari segi inovasi, istilah baru berarti keadaan yang mempunyai keterkaitan antara gagasan, praktek atau benda, dan sikap seseorang Mappatoto, 1999:36. Sesuatu yang baru adalah sesuatu yang masih menjadi buah bibir, setidaknya menurut pengamatan wartawan atau reporter sekaligus yang menjadi penulis feature sosok. 2. Kedekatan proximity kedekatan dapat menarik perhatian mengingat watak manusia yang mementingkan dirinya sendiri egoistis. Jika sesuatu menimpa dunianya, maka orang akan terhentak memberikan reaksi. Begitu juga dengan benda, gagasan, masalah, dan praktek yang melibatkan diri seseorang akan menarik perhatiannya. 3. Cuatan prominence Cuatan adalah siapa dan apa saja yang dikenal luas. Cuatan mengacu kepada orang besar atau orang penting. Akan tetapi, cuatan juga bisa mengacu pada lembaga dan perusahaan. Misalnya, presiden, menteri, inspektur jenderal, direktur, yayasan, dan sekolah. Cuatan juga tidak terbatas hanya kepada orang besar, lembaga, dan perusahaan ternama saja, tetapi bisa orang kecil, rakyat biasa, lembaga, dan perusahaan kecil pun dapat mencuat atau dicuatkan. Hal ini bisa bisa dicuatkan, apabila keadaan yang dihadapi orang kecil tersebut relevan dengan masalah sosial-politik, sosial-ekonomi yang mencuat, yang menjadi buah bibir masyarakat. 4. Keanehan unusualness Keanehan adalah keadaan, sifat, atau sesuatu yang aneh, hal yang tidak seperti biasa dilihat atau didengar. Keanehan menunjukkan hal yang aneh, berbeda dengan yang lain. Keanehan dapat memicu perhatian pembaca. Contoh keanehan seperti, orang lumpuh dari pinggul ke bawah memimpin beberapa perusahaan, orang yang loncat dari tingkat enam sebuha gedung hanya cidera patah satu tulang rusuknya, sopir taksi yang mahir berkomunikasi dalam sepuluh bahasa daerah, dan lain sebagainya. 5. Daya-pikat manusiawi human interest Setiap orang tidak memberikan pengertian yang sama mengenai daya pikat. Sesuatu yang memikat seseorang belum tentu memikat orang lain. wartawan dan penulis dituntut memiliki kepekaan intuisi dalam mendeteksi sesuatu yang dapat dijadikan daya-pikat manusiawi. Ada tiga hal yang dapat dijadikan pemantik intuisi, yaitu drama, emosi, dan latar belakang. Peristiwa yang mengandung unsur daya-pikat manusiawi biasanya bersumber dari peristiwa yang berniali berita. 6. Konsekuensi consequence Konsekuensi adalah akibat dari suatu perbuatan, pendirian, dan lain sebagainya. suatu peristiwa, gagasan, atau masalah akan mempunyai daya tarik yang besar jika ketiga hal tersebut berdampak luas dan fundamental bagi kehidupan manusia dan habitatnya. Teras atau intro feature, berisi hal terpenting untuk menarik perhatian pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut pandang angel dimulainya penulisan Romli, 2006:26. Pada prinsipnya, lead mempunyai dua unsur penting. Pertama, membawa pembaca masuk ke dalam cerita. Kedua, memasang kerangka material untuk dikembangkan selanjutnya Zain, 1992:70. Mappatoto 1999:42-46 mengemukakan 10 jenis teras feature yaitu sebagai berikut. 1. Ringkasan Pada dasarnya teras ini sama dengan teras berita-lempang yang merangkum 5W+H seperti: Menteri Tenaga Kerja Ahmad Husen who di Jakarta where Senin when menghimbau rakyat untuk menghargai pekerjaan what tanpa pembedaan jenis pekerjaan asalkan hahal how demi berkurangnya pengangguran why. Imbauan menteri disampaikan saat kesenjangan semakin menguak antara tenaga kerja dan kesempatan kerja uraian lebih lanjut what. Akan tetapi, jangan sampai terkecoh bahwa unsur who mutlak selalu muncul dalam teras ringkasan baik untuk berita-lempang maupun karkhas. Tidak selalu, karena ada peristiwa, bencana alam misalnya, yang disaksikan pewarta sendiri tidak melibatkan who. Bahwa ada 10 orang meninggal dalam bencana itu menurut kesaksian sendiri tidak ada unsur who, melainkan unsur what. Lain halnya kalau fakta 10 orang meninggal itu diucapkan oleh saksi mata atau petugas. Maka, petugas yang memberi keterangan itu adalah who. Unsur how tidak selalu tampil dalam teras ringkasan, khususnya dalam berita- lempang, Pada pelaporan pertama. Sementara pewarta dapat menulis why mengapa pesawat terbang jatuh, dalam teras ringkasan pada pelaporan pertama karena memperoleh keterangan dari petugas humas bahwa matinya satu mesin pesawat bermesin ganda menjadi penyebab musibah. Unsur how sulit diinformasikan segera pada pelaporan pertama karena diperlukan penyelidikan lebih jauh tentang how bagaimana sampai mesin tersebut gagal berfungsi. Pertanyaan how itu mungkin dapat dijawab selang beberapa waktu, yang informasinya dapat dijadikan berita-lempang tindak lanjut follow-up story dengan isi teras yang diperbarui updated. Dengan demikian, teras ringkasan menjawab hanya what, when, where, dan why , seperti: Sejumlah 10 orang meninggal dan 20 luka berat dan ringan what akibat tanah longsor why di Desa Suka Maju where, Senin when. 2. Narasi Narrative Menceritakan suatu keadaan sedemikian rupa, seolah-olah pembaca berada dalam situasi yang digambarkan, seperti di bawah ini. Contoh: Sersan Pol. Rusli menarik picu pistolnya, meloncat ke balik pohon secepat kilat, melepaskan tembakan kea rah sosok tubuh di antara semak-semak di bawah cahaya lampu remang-remang, lalu terdengar teriakan, “Aduh, mati aku.” 3. Deskripsi Descriptive Menggambarkan suatu keadaan sedemikian rupa, seolah-olah pembaca berada beberapa jarak dari peristiwa yang digambarkan. Seolah-olah pembaca disuruh mengkhayalkan tentang apa yang digambarkan. Contoh: Massa air terhempas bergemuruh 60 meter detik dari ketinggian 30 meter, menjadi pertanda awal berfungsinya Bendungan Anu yang dapat mengairi 30.000 ha sawah yang menghidupi 200 kepala keluarga petani penggarap di Desa Suka Maju. Teras deskripsi juga jerap digunakan untuk tulisan sosok pribadi personality profile , seperti di bawah ini. Gelembur pada mukanya petunjuk dimakan zaman, tetapi semangatnya member kekuatan orang tua renta, Abdullah, 75, untuk mengantungi US 1 juta tahun dari hasil guratannya pada potongan kayu menjadi benda seni yang laris terjual di mancanegara. 4. Kutipan Quotation Pernyataan sebagaimana diucapkan seorang tokoh yang ditulis di antara tanda petik. Biasanya ucapan sang tokoh yang akan dijadikan teras adalah yang dinilai mewakili wataknya, integritasnya, atau filsafat hidupnya. Selain itu, kutipan syair atau lagu, dan kutipan-kutipan yang lain juga dapat dijadikan sebagai teras kutipan. Contoh: “Wartawan, penulis, guru, nasibnya sama,” kata wartawan kawakan Utama. 5. Pertanyaan Question Kalimat tanya sekaligus jawabannya dengan tujuan untuk memberi pengetahuan atau untuk menjawab rasa ingin tahu pembaca. Contoh: Apa cara terbaik untuk menjadikan kita tetap bersih? Usahakan rumah sendiri bersih terlebih dahulu. 6. Sapaan Akrab Direct Address Sapaan seperti “Anda”, “Saudara”, “Bung” dengan tujuan untuk mengajak pembaca memainkan peranan dalam kegiatan yang digambarkan dalam tulisan. Contoh: Jadi, Anda piker Anda sudah menaati hukum? Mungkin. Tetapi mungkin juga Anda hari ini sudah berkali-kali melanggarnya. 7. Penggoda Teaser Kalimat yang akan menggoda pikiran pembaca dengan cara yang agak aneh, seakan-akan teka-teki agar pembaca tertarik kepada tulisan tersebut. Contoh: Sepuluh sisir bagi juru rias rambut berarti uang kontan. Tetapi 10 sisir bagi petani berartun kertas saham. 8. Gabungan Combination Teras gabungan adalah teras yang mengombinasikan atau menggabungkan beberapa jenis teras menjadi satu. Misalnya, teras kutipan digabung dengan teras deskripsi. Contoh: “Saya tidak mengambil uang negara sesen pun,” bantah Walikota Surabaya sambil mengusap air matanya dan menyeka keringatnya yang menetas dari sudut keningnya dalam siding Pengadilan Negeri Anu, Selasa. 9. Aneh Freak Teras ini berisi pesan bergaya puitis, berirama sajak, bernuansa pantun, menyatakan moto hidup, analogi, peribahasa, dan kata-kata mutiara. Contoh: Langit bertepi cakrawala Laut berbibir pantai Harga naik merajalela Barang tak tergapai Harga kebutuhan pokok sehari-hari beranjak naik. Tetapi kedatangan Hari Raya Idul Fitri, hari kemenangan, menjadi kepastian Ilahi dua pecan lagi dan kaum ibu berakrobatik mengatur anggaran. 10. Tiruan Bunyi Teras feature diawali atau terdapat tiruan bunyi di dalamnya. Contoh: Cucut… cucut Pesawat Morse yang menggegerkan dunia karena memancarkan pengumuman lahirnya bangsa Indonesia merdeka di belahan bumi selatan 46 tahun lalu, mengisyaratkan kembali pekan lalu untuk menandai usainya pemugaran Gedung Antara yang pernah menjadi ajang menyambung nyawa.

2.2.2.3 Peralihan

Selain ketentuan tentang keharusan adanya bagian ancang-ancang yang disebut teras dan cara penjabaran ancang-ancang itu sebelum sampai ke bagian penutup dari karangan, ketentuan lain adalah bahwa suatu karangan harus mempunyai bagian yang memberi aba-aba akan munculnya bahan baru tetapi masih berkaitan dengan tema karangan. Aba-aba yang dimaksud adalah peralihan yang dapat berbentuk kata, frasa, kalimat, maupun paragraf. Peralihan ini terletak di dalam tubuh tulisan. Syarat yang harus dipenuhi bagian peralihan dari karangan adalah singkat- padat dan samar-samar. Dengan kata lain, setiap akan menuturkan sisi baru atau sudut pandang baru dalam karangan, peralihan harus digunakan Mappatoto, 1999:53-54. Peralihan juga bisa berada setelah teras atau sebelum penutup Santana, 2005:47. Fungsi peralihan adalah pertama, untuk memberi tahu pembaca bahwa penuturan sekarang beralih ke bahan baru; kedua, untuk menyusun bahan baru dalam perspektif atau sudut pandang yang tepat. Isyarat peralihan antara lain: kemudian, di dekat , tetapi, beberapa meter dari tempat ini, dalam perkembangan lainnya, dan juru bicara membantah . Jika kembali melihat contoh karangan yang ditulis secara tematik, spiral, maupun blok di atas, kata atau frasa yang dapat diidentifikasikan sebagai peralihan adalah sisi hidup yang manis itu, lebih dari itu, dan sesudah penerbangan tertunda 23 menit karena keadaan darurat itu .

2.2.2.4 Tubuh

Tubuh atau body tulisan adalah tempat menguraikan apa yang diancang- ancangkan dalam teras. Tubuh feature berada sesudah teras. Tubuh feature menurut Mappatoto memperhatikan pola paragraf. Sesudah teras dirumuskan sesuai dengan pokok cerita atau tema yang diinginkan, dan sesudah mempertimbangkan faktor menarik, tubuh ditulis sejalan dengan arahan yang tersirat dalam teras. Mappatoto menjelaskan beberapa pola paragraf yang dapat digunakan untuk menjaga ketertiban susunan sebuah karangan. Pola paragraf yang terpokok adalah sebagai berikut Mappatoto, 1999:47-49. a. Tematik Setiap paragraf memberikan penegasan kembali kepada apa yang telah diutarakan dalam teras. Contoh: Cinta bersemi dalam kalbu setiap insane, siapa pun ia dan di mana pun ia berada. Kata lain, cinta bersifat universal. Tetapi cinta yang bersemi dalam kalbu setiap insane di Pakistan berciri khusus karena cinta menyatu dengan awan, musim dan hujan. Sisi hidup yang paling manis itu diterjemahkan dalam sendratari dengan nama Balado Barishane … dst. b. Spiral Setiap paragraf merinci apa yang ditulis dalam paragraf sebelumnya, ibarat spiral mengulir ke bawah. Contoh: Siapa bilang Arabian Nights alias 1001 Malam sudah sirna? Malahan 1001 Malam dating kembali menantang di sini, di Kairo. Penyebabnya bulan Ramadan. Ramadan bukan saja bulan suci Islam, masa kaum muslimin dan muslimat menjalankan ibadah puasa. Lebih dari itu yang dilakukan khususnya di Mesir. Pesta berjalan seiring dengan ibadah puasa, …dst. c. Blok Setiap paragraf berisi bahan yang pada dasarnya berdiri sendiri, tetapi paragraf-paragraf yang mandiri itu pada akhirnya menyulam satu cerita yang bulat. Contoh: Pesawat terbang Delta Airlines dengan nomor penerbangan 743 sedang dalam penerbangan dari Chicago ke Atlanta. Pramugari memberitahukan pilot pesawat, seorang penumpang wanita sakit dengan tanda-tanda kuat serangan penyakit usus buntu. Sang pilot ,mengetukn kawat ke Atlanta dan doketr memeriksa penumpang wanita itu di lapangan terbang. Sesudah penerbangan tertunda 23 menit karena keadaan darurat itu, peswat tinggal landas menuju Miami dan sang dokter mengatakan dalam laporannya: belitan korset sang penumpang kelewat kencang. Tubuh atau body feature meliki karakteristik tertentu. Setiap paragraf bersifat unity saling menyatu, koheren saling berhubungan, dan mengandung emphasis penekanan tertentu. Ketiga hal itu melancarkan pengisahan. Ketiganya mengarahkan tema pokok laporan, mengemas materi penting, menjembatani perpindahan paragraf dengan enak, mengalir, dan menjauhi kekakuan Santana, 2005:47.

2.2.2.5 Penutup

Penutup merupakan bagian akhir dari struktur penyajian atau penulisan feature . Suatu feature memerlukan penutup ending. Ending menjadi penguat tulisan, yakni disusun dengan cermat dan berhubungan dengan keseluruhan laporan Santana, 2005:47. Penutup tulisan ibarat gong, berisi bagian yang penting, menunjukkan watak cerita. Penutup juga mempunyai daya pengaruh yang bisa mengacu emosi pembaca, seperti senyuman, tertawa, bahkan menangis karena terharu. Secara keseluruhan, karangan khas mutlak mempunyai bagian penutup, yaitu akhir dari suatu karangan menurut logika. Akan tetapi, pada umumnya karangan khas yang ditulis secara piramida terbalik tidak selalu harus mempunyai bagian penutup, Sedangkan, karangan khas yang dikarang secara kronologis atau menggunakan piramida kronologis, penutup adalah mutlak. Ada empat bentuk penutup feature. Bentuk penutup tersebut adalah sebagai berikut. a. Ringkasan Penutup ringkasan adalah penutup yang mengacu kembali kepada teras. b. Klimaks Penutup klimaks adalah penutup yang menimbulkan kejutan, kenangan, kengerian, dan sebagainya. c. Tanpa-akhir Penutup tanpa-akhir adalah penutup yang mengajukan pertanyaan tanpa jawaban. d. Penyengat Penutup penyengat adalah penutup berupa pernyataan yang di luar dugaan kuat pembaca.

2.2.3 Gaya Bangunan Struktur

Semua unsur feature menekankan teknik story-telling pengisahan cerita. Pengisahan feature melukiskan gambaran peristiwa dengan kata-kata Santana. 2005:48. Ada empat gaya bangunan suatu karangan khas atau feature, yaitu gaya bangunan piramida terbalik, piramida biasa, segi empat, dan pola piramida kronologis Mappatoto, 1999:56-58. Bentuk visualisasi gaya bangunan feature dapat dilihat seperti di bawah ini. a. Piramida terbalik Pola piramida terbalik menggambarkan feature yang dimulai dengan teras TPM titik perhatian maksimal, yang juga disebut teras ringkasan dan penuturannya agak panjang. Gambar 1 Piramida Terbalik b. Piramida biasa Pola piramida biasa merupakan gaya bangunan feature yang tidak menggunakan ringkasan dan penuturannya panjang. Gambar 2 Piramida Biasa c. Piramida Segi empat Pola bangunan segi empat merupakan struktur bangunan feature yang hanya terdiri dari empat atau lima paragraf saja. Gambar 3 Piramida Segi Empat d. Piramida kronologis Pola piramida terbalik merupakan struktur bangunan feature yang penuturannya secara kronologis. Gambar Piramida Kronologis

2.2.4 Karakteristik Feature

Karakteristik merupakan kata lain dari ciri-ciri, yakni tanda khas yang membedakan sesuatu dari yang lain. Romli 2009:22-23 berpendapat bahwa ciri khas tulisan feature antara lain 1 mengandung segi human interest dan 2 mengandung unsur sastra. Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi―menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Sebuah feature juga mengandung segi human interest atau human touch ―menyentuh rasa manusiawi. Oleh karena itu, feature termasuk kategori soft news berita lunak atau ringan yang pemahamannya lebih menggunakan emosi. Berbeda dengan hard news berita keras yang pemahamannya lebih banyak menggunakan pemikiran. Selain itu, feature mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Dengan demikian, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen cerita pendek atau novel―namun tetap informatif dan faktual. Maka, seorang penulis feature pada dasarnya adalah seorang yang bercerita. Isnawijayani 2013:10-11 juga berpendapat bahwa tulisan feature berdasarkan fakta, sebagai nilai yang dikehendaki dalam jurnalistik. Sedangkan, cerita pendek lebih condong pada khayalan dan fiksi. Ada enam perbedaan feature dengan fiksi, antara lain adalah sebagai berikut. 1 Feature berisi tentang peristiwa kehidupan manusia atau tentang benda dan alam semesta, sedangkan fiksi berakar pada cerita tentang peristiwa kehidupan manusia saja. 2 Situasi bahasa teks feature homogen, sedangkan situasi bahasa teks fiksi tidak homogen. 3 Feature menyajikan peristiwa nyata, sedangkan fiksi menyajikan peristiwa yang bersifat rekaan. 4 Feature menggunakan pola kronologis, sedangkan fiksi lebih menekankan pola penataan gagasan pada cara kronologis. 5 Feature tidak mementingkan konflik, sedangkan fiksi mementingkan adanya konflik. 6 Feature lebih bersifat karya objektif, sedangkan fiksi lebih bersifat karya tulis subjektif. Tulisan feature juga berbeda dengan tulisan berita. Tabel di bawah ini merupakan matriks pola acuan karakteristik berita dan feature Sumadiria, 2005:153-156. Tabel 1 Matriks Karakteristik Berita dan Feature No. Berita Feature Keterangan 1. Ditulis dengan menggunakan teknik melaporkan to report suatu peristiwa secara faktual. Ditulis dengan teknik mengisahkan to story suatu situasi, peristiwa, atau keadaan secara faktual. Berita ditulis dengan gaya laporan yang sifatnya kaku, ringkas, dan tegas. Feature ditulis dengan gaya menulis cerita pendek cerpen yang sifatnya lentur, hidup, dan memikat. 2. Berisi laporan peristiwa yang sifatnya aktual, faktual, objektif, benar, dan akurat. Berisi tentang suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan yang sifatnya faktual, objektif, benar, dan akurat. Laporan fakta atau peristiwa pada berita bersifat tembak langsung to the point. Cerita faktual pada feature menggunakan alur dan pemantik. 3. Hasil karya liputan jurnalistik melalui proses proyeksi, observasi, investigasi, komunikasi, dan konfirmasi dengan pihak narasumber. Hasil karya liputan jurnalistik melalui proses proyeksi, observasi, investigasi, komunikasi, dan konfirmasi dengan pihak narasumber. Liputan jurnalistik untuk berita sering dilakukan secara tiba-tiba, tidak terduga, tanpa perencanaan, dan singkat. Liputan jurnalistik untuk feature lebih banyak direncanakan sebelumnya dan cukup lama. 4. Bertujuan hanya untuk memberi tahu atau menyampaikan informasi kepada khalayak informatif. Bertujuan untuk memberi tahu atau menyampaikan informasi tetapi sekaligus menghibur khalayak informatif dan rekreatif. Laporan berita hanya menyentuh wilayah kognitif khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Feature tak hanya menyentuh kognitif tetapi juga wilayah efektif khalayak. 5. Rangkaian fakta atau informasi disajikan secara resmi formal. Rangkaian fakta atau informasi disajikan secara tidak resmi informal. Laporan berita hanya memaparkan peristiwa secara singkat dan lugas. Feature melukiskan peristiwa secara naratif memikat. 6. Sangat terikat kepada aktualitas. Berita adalah laporan tercepat peristiwa faktual terkini, cepat tetapi mudah basi out of date . Tidak terikat kepada aktualitas. Feature bisa dipersiapkan, diliput, ditulis, dan disajikan kapan saja sesuai dengan kebutuhan; tahan lama awet. Hanya feature news yang peliputan dan penyajiannya sangat terikat kepada konsep aktualitas. Pemuatan atau penyajian feature news soft news biasanya digabungkan dengan straight news hard news . 7. Nama lengkap wartawan atau reporter peliput biasanya tidak dicantumkan, cukup dengan nama inisial singkatan atau akronim. Nama lengkap wartawan atau reporter penulis cerita feature biasanya dicantumkan lengkap. Pada berita, nama lengkap wartawan tidak dicantumkan lebih banyak karena pertimbangan teknis jurnalistik dan alasan politis keamanan. 8. Berita mencerminkan karya kolektif institusional suatu media massa. Feature dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual seorang reporter atau wartawan. Karena berita dianggap sebagai karya kolektif institusional, maka pada berita tidak terdapat hak cipta. Pada cerita feature, hak cipta penulisnya itu ada, dihargai, dan dihormati. 9. Selalu mencantumkan baris tanggal date line pada awal teras berita lead. Tidak mencantumkan baris tanggal date line pada awal intro cerita atau paragraf pertama. Sebagian media cetak, hanya mencantumkan nama tempat cerita feature terjadi setting atau lokasi peristiwa 10. Karena disajikan dengan pola piramida terbalik, maka berita dapat dipotong pada bagian bawah sesuai dengan keperluan tanpa mengubah dan mengganggu isinya. Karena ditulis dengan teknik mengisahkan di luar pola piramida terbalik, maka setiap bagian cerita feature sama pentingnya satu sama lain sehingga pada bagian bawah tidak bisa dipotong begitu saja. Berita disusun dengan skala prioritas dimulai dari urutan pesan sangat penting lead, teras berita, penting bridge, perangkai, cukup penting body, tubuh berita, dan kurang penting leg, kaki. Feature ditulis dengan urutan pesan sebagian awal-atas intro dan bagian akhir-bawah penutup tetap sama penting. 11. Tidak menyampaikan pesan moral tertentu, kecuali informasi atau laporan fakta peristiwa semata. Selalu membawa pesan moral tertentu yang ingin disampaikan kepada khalayak seperti nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, sikap tulus tanpa pamrih, pengorbanan, kegigihan suatu perjuangan, kebersihan hati, keluhuran budi, pengabdian, dan cinta kasih. Laporan berita hanya untuk mengisi laporan kepala pengetahuan atau dimensi kognitif khalayak. Feature lebih banyak bersifat menusuk dada dan hati emosi, perasaan, empati khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. 12. Ditulis dengan menggunakan judul yang dicetak tebal, tegak-lurus, mengesankan formal dan maskulin hard news . Ditulis dengan menggunakan judul yang dicetak normal tipis, miring italic, mengesankan informal dan feminine soft news . Dalam tradisi luhur dan konvensi jurnalistik, judul tegak-lurus formal hanya untuk berita yang bersifat keras hard news . Sebaliknya judul miring italic dan ramping hanya untuk yang bersifat ringan soft news , feature. 13. Disusun dengan menggunakan pola piramida terbalik dan rumus 5W1H1S. Ditulis dengan tidak perlu menggunakan pola piramida terbalik. Bisa juga dengan pola induktif, kronologis, logis, topikal, atau spasial. Meski tidak menggunakan pola piramida terbalik, setiap unsur 5W1H1S harus terdapat dalam karya feature . 14. Ditulis dengan menggunakan gaya bahasa jurnalistik berita yang sifatnya lurus, lugas, ringkas, tembak langsung to the point, formal, sederhana, dan demokratis. Ditulis dengan menggunakan gaya bahasa jurnalistik sastra, merujuk pada gaya penulisan fiksi cerita pendek yang hidup, menarik, lincah, segar, terpilih, memikat, dan mampu Feature ditulis dengan teknik mengisahkan to story , yakni teknik menulis cerita pendek, maka karya cerita feature bersifat naratif ekspresif. Sedangkan berita lebih banyak bersifat eksplanatif dan produktif. membangun imajinasi khalayak pembaca, pendengar, dan pemirsa. 15. Sangat terikat pada kaidah jurnalistik seperti pola piramida terbalik, rumus 5W1H1S, dan penempatan teras berita yang harus selalu pada awal paragraf. Cerita feature cukup banyak mengadopsi teknik penulisan fiksi terutama cerita pendek. Cerita feature mencerminkan karya jurnalistik sastra yang harus selalu dibangun di atas landasan kreativitas dan kepiawaian reporter tidak hanya sebagai wartawan tetapi juga sebagai seniman cerpenis dan sastrawan. 16. Setiap reporter atau wartawan diasumsikan mampu meliput dan menyusun berita sesuai dengan kaidah pokok jurnalistik konvensional. Tidak setiap reporter mampu, tertarik, dan gemar meliput, menulis, dan menyajikan cerita feature . Penyusunan berita bersifat teknis, rutin, dan menekankan keterampilan, yakni cermin kreativitas intitusional. Penulisan feature lebih banyak menekankan jiwa seniman dan sastrawan, yakni cermin kreativitas individual.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian ini terfokus pada dua hal pokok, yaitu 1 struktur penyajian feature sosok dan 2 karakteristik feature sosok. Penulis menggunakan teori feature Mappatoto 1999, khususnya yang berkenaan dengan struktur penyajian feature untuk menjawab rumusan masalah struktur penyajian feature sosok. Sedangkan, untuk menjawab rumusan masalah karakteristik feature sosok digunakan teori feature Sumadiria 2008, khususnya yang berkenaan dengan karakteristik feature. Peneliti juga melengkapi teori struktur penyajian dan karakteristik feature dengan pendapat dari para ahli lain, seperti 1 karakteristik tubuh feature Santana, 2005:47, 2 teori kohesi Moeliono, 1988:34 dan Kartono, 2013:43-61, dalam buku Bahasa Indonesia sebagai Pembentuk Sikap dan Perilaku Bangsa untuk Menyongsong Generasi Emas , dan 3 karakteristik feature Nasir, 2010; Kurnia, 2002; Isnawijayani, 2013; dan Barus, 2010. Bagan 1 Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 Penanda Kohesi Pada Tajuk Rencana Harian Surat Kabar Kompas Edisi Januari 2015.

0 2 12

KAJIAN TINDAK TUTUR PADA WACANA RUBRIK SURAT PEMBACASURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2014 Kajian Tindak Tutur Pada Wacana Rubrik Surat Pembaca Surat Kabar Kompas Edisi Januari 2014.

0 2 11

PENDAHULUAN Kajian Tindak Tutur Pada Wacana Rubrik Surat Pembaca Surat Kabar Kompas Edisi Januari 2014.

0 2 5

KAJIAN TINDAK TUTUR PADA WACANA RUBRIK SURAT PEMBACASURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2014 Kajian Tindak Tutur Pada Wacana Rubrik Surat Pembaca Surat Kabar Kompas Edisi Januari 2014.

0 4 17

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI MARET 2013 Analisis Kohesi Gramatikal Pengacuan Pada Cerpen Surat Kabar KOMPAS Edisi Maret 2013.

0 0 11

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI MARET 2013 Analisis Kohesi Gramatikal Pengacuan Pada Cerpen Surat Kabar KOMPAS Edisi Maret 2013.

0 1 18

DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS EDISI DESEMBER-JANUARI 2010/2011 DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS EDISI DESEMBER-JANUARI 2010/2011.

0 0 16

Implikatur wacana semarangan pada surat kabar harian Suara Merdeka edisi Januari--Maret 2014.

0 0 146

Struktur penyajian dan karakteristik feature sosok dalam Surat Kabar Kompas Edisi 2 Januari 29 Maret 2014

0 18 292

Resensi buku dalam Surat Kabar Kedaulatan Rakyat edisi Januari-Maret 2014 - USD Repository

0 1 371