pikat manusiawi untuk memberitahu, menghibur, mendidik, dan meyakinkan pembaca Mappatoto,1992.
2.2.2 Struktur Penyajian Feature
Struktur penyajian penulisan feature memang berbeda dengan tulisan biasa. Banyak ahli berpendapat bahwa struktur penyajian feature meliputi judul, intro,
tubuh, dan penutup. Sumadiria 2008:195-222 seperti dalam buku Seandainya Saya Wartawan Tempo
1996:34-56 memaparkan struktur penyajian feature yang terdiri dari 1 judul head, 2 intro lead, 3 perangkai bridge, 4 tubuh body, dan 5
penutup ending. Menurut Romli 2009:25-26, struktur feature terdiri dari 1 judul head, 2 teras lead, 3 bridge jembatan antara lead dan body, 4 tubuh body,
dan 5 penutup ending. Struktur feature menurut Mappatoto 1999:30-58 hampir sama dengan pendapat Sumadiria dan Romli, yakni terdiri dari 1 judul, 2 teras, 3
peralihan, 4 tubuh, dan 5 penutup.
2.2.2.1 Judul
Penulisan sebuah judul feature memerlukan kecermatan penulis, agar menarik perhatian para pembaca. Dengan kata lain, judul feature tidak berupa ringkasan,
tetapi dibuat semenarik mungkin dan dapat menggugah pembaca. Oleh karena itu, judul feature dibuat lebih kreatif dibandingkan dengan judul berita atau artikel biasa.
Selain faktor subyektivitas penulisan, judul feature harus bersifat orisinal dalam gaya dan susunan kata-katanya.
Judul feature disebut juga dengan title. Title tidak harus sebuah ringkasan atau perasan dari teras. Fungsi title untuk menggugah perhatian pembaca. Ada dua acuan
kalimat yang dapat digunakan untuk judul feature, yaitu 1 kalimat lengkap dan 2 kalimat tak lengkap kalimat fragmenter. Dalam kalimat lengkap, ada pokok dan ada
sebutan. Sedangkan, dalam kalimat tak lengkap kalimat fragmenter judul disusun dalam satu atau dua baris saja Mappatoto, 1993:117. Selain itu, tanda baca titik .
tidak digunakan pada akhir kalimat Mappatoto, 1993: 98-99. Zain 1992:68 juga mempunyai pendapat yang sama dengan Mappatoto
1993:117, yakni judul terkadang terdiri dari satu baris saja, kadang juga terdiri dari dua baris, tergantung tujuannya. Judul pendek biasanya membuat pembaca cepat
mengambil keputusan, apakah ia harus membaca atau tidak feature tersebut. Judul pendek dapat memancing pembaca menebak atau berteka-teki mengenai isi feature
tersebut. Judul panjang menjanjikan banyak hal-hal menarik dalam tulisan tersebut, seperti tersaji dalam judulnya.
Judul feature, sangat mendasar dilihat dari dua sisi kepentingan. Pertama, bagi feature
itu sendiri. Dengan diberi judul, feature memiliki identitas sehingga feature tersebut mempunyai nama dan karakter. Kedua, bagi khalayak pembaca, pendengar,
dan pemirsa, untuk segera mengetahui kisah peristiwa menarik, atau justru segera melewatkan dan melupakannya Sumadiria, 2008:195.
Syarat judul feature hampir sama dengan syarat judul berita. Perbedaannya terletak pada sifat tulisan. Berita bersifat formal resmi dan kaku, sedangkan feature
bersifat informal lentur, fleksibel, lincah, menarik, atraktif, dan ekspresif. Ada delapan syarat judul feature, yaitu sebagai berikut.
1. Provokatif
Provokatif berarti judul feature mampu membangkitkan minat dan perhatian sehingga khalayak pembaca tergoda seketika untuk membaca feature,
minimal sampai intro dan perangkainya bridge. 2.
Singkat dan padat Singkat dan padat berarti langsung menusuk jantung, tegas, lugas, terfokus,
menukik pada pokok intisari feature, tidak bertele-tele to the point. Bagi pers, judul yang singkat sangat diperlukan, karena waktu dan situasi yang
dimiliki pembaca sangat terbatas dan bergegas. Secara teknis, judul feature yang baik tidak lebih dari 4-7 kata.
3. Relevan
Relevan artinya berkaitan atau sesuai dengan pokok susunan pesan terpenting yang ingin disampaikan. Tidak menyimpang dari intro feature. Judul yang
baik harus diambil dari intro feature. Sedangkan intro feature yang baik harus mencerminkan keseluruhan uraian feature. Dalam media massa, judul berpijak
pada intro. Apabila tidak sesuai, media divonis tidak berbobot. 4.
Fungsional Fungsional artinya setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri,
berdiri sendiri, tidak bergantung pada kata yang lain, serta memiliki arti yang
tegas dan jelas. Jika kata-kata mandiri tersebut digabungkan, maka dapat melahirkan satu kesatuan pengertian dan makna yang utuh.
5. Informal
Judul feature bersifat informal. Informal berarti judul tersebut lentur, fleksibel, lincah, menarik, atraktif, dan ekspresif.
6. Representatif
Representatif berarti judul feature yang ditetapkan sudah mewakili dan mencerminkan intro feature.
7. Merujuk kepada etika dan bahasa baku
Judul adalah identitas terpenting sebuah feature. Sebagai identitas, tentu posisi dan reputasi media yang memuat, menyiarkan, atau yang menayangkannya.
Bahkan, karakter dan profesionalitas media sedikit-banyak tercermin pada judul-judul feature yang ditulisnya.
8. Spesifik
Spesifik berarti judul berarti tidak saja harus mewakili dan mencerminkan intro feature, tetapi sekaligus juga harus mengandung kata-kata khusus.
Spesifik berarti judul feature jangan menggunakan kata-kata umum. Menurut para pakar bahasa, kata-kata umum ialah kata-kata yang sempit ruang
lingkupnya. Kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Soedjito 1988:5-6 dalam buku Sumadiria 2008:125 mengungkapkan,
semakin umum, semakin kabur gambarannya dalam angan-angan. Sebaliknya, semakin khusus, semakin jelas dan tepat.
2.2.2.2 Teras
Dalam penulisan feature, paragraf pertama lazim disebut teras atau intro. Penamaan teras untuk paragraf pertama feature soft news sekaligus untuk
membedakan dengan lead pada berita hard news. Teras mempunyai dua fungsi umum sekaligus khusus. Pertama, fungsi untuk menarik perhatian pembaca kepada
tulisan itu. Kedua, fungsi untuk membuat ancang-ancang dalam penulisan bahan yang sudah diperoleh. Fungsi khusus teras adalah untuk mencengangkan atau mengejutkan
pembaca, menggelitik rasa ingin tahu pembaca, menggugah khayalan pembaca, atau untuk secara singkat memberitahukan pembaca tentang keadaan peristiwa
Mappatoto, 1999:41-42. Teras feature yang baik adalah bisa menarik perhatian pembaca Mappatoto,
1999:34. Ada enam unsur feature yang bisa menarik perhatian pembaca. Unsur- unsur tersebut adalah 1 kebaruan timerliness, 2 kedekatan proximity, 3 cuatan
prominence, 4 keanehan unusualness, 5 daya-pikat manusiawi human interest
, dan 6 konsekuensi consequence. 1.
Kebaruan timerliness Dari segi jurnalistik, istilah baru berarti keadaan yang mempunyai keterkaitan
antara peristiwa, gagasan atau masalah, dan waktu. Sedangkan, dari segi inovasi, istilah baru berarti keadaan yang mempunyai keterkaitan antara
gagasan, praktek atau benda, dan sikap seseorang Mappatoto, 1999:36. Sesuatu yang baru adalah sesuatu yang masih menjadi buah bibir, setidaknya
menurut pengamatan wartawan atau reporter sekaligus yang menjadi penulis feature
sosok. 2.
Kedekatan proximity kedekatan dapat menarik perhatian mengingat watak manusia yang
mementingkan dirinya sendiri egoistis. Jika sesuatu menimpa dunianya, maka orang akan terhentak memberikan reaksi. Begitu juga dengan benda,
gagasan, masalah, dan praktek yang melibatkan diri seseorang akan menarik perhatiannya.
3. Cuatan prominence
Cuatan adalah siapa dan apa saja yang dikenal luas. Cuatan mengacu kepada orang besar atau orang penting. Akan tetapi, cuatan juga bisa mengacu pada
lembaga dan perusahaan. Misalnya, presiden, menteri, inspektur jenderal, direktur, yayasan, dan sekolah. Cuatan juga tidak terbatas hanya kepada orang
besar, lembaga, dan perusahaan ternama saja, tetapi bisa orang kecil, rakyat biasa, lembaga, dan perusahaan kecil pun dapat mencuat atau dicuatkan. Hal
ini bisa bisa dicuatkan, apabila keadaan yang dihadapi orang kecil tersebut relevan dengan masalah sosial-politik, sosial-ekonomi yang mencuat, yang
menjadi buah bibir masyarakat. 4.
Keanehan unusualness Keanehan adalah keadaan, sifat, atau sesuatu yang aneh, hal yang tidak seperti
biasa dilihat atau didengar. Keanehan menunjukkan hal yang aneh, berbeda dengan yang lain. Keanehan dapat memicu perhatian pembaca. Contoh
keanehan seperti, orang lumpuh dari pinggul ke bawah memimpin beberapa perusahaan, orang yang loncat dari tingkat enam sebuha gedung hanya cidera
patah satu tulang rusuknya, sopir taksi yang mahir berkomunikasi dalam sepuluh bahasa daerah, dan lain sebagainya.
5. Daya-pikat manusiawi human interest
Setiap orang tidak memberikan pengertian yang sama mengenai daya pikat. Sesuatu yang memikat seseorang belum tentu memikat orang lain. wartawan
dan penulis dituntut memiliki kepekaan intuisi dalam mendeteksi sesuatu yang dapat dijadikan daya-pikat manusiawi. Ada tiga hal yang dapat dijadikan
pemantik intuisi, yaitu drama, emosi, dan latar belakang. Peristiwa yang mengandung unsur daya-pikat manusiawi biasanya bersumber dari peristiwa
yang berniali berita. 6.
Konsekuensi consequence Konsekuensi adalah akibat dari suatu perbuatan, pendirian, dan lain
sebagainya. suatu peristiwa, gagasan, atau masalah akan mempunyai daya tarik yang besar jika ketiga hal tersebut berdampak luas dan fundamental bagi
kehidupan manusia dan habitatnya.
Teras atau intro feature, berisi hal terpenting untuk menarik perhatian pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut pandang angel dimulainya
penulisan Romli, 2006:26. Pada prinsipnya, lead mempunyai dua unsur penting.
Pertama, membawa pembaca masuk ke dalam cerita. Kedua, memasang kerangka material untuk dikembangkan selanjutnya Zain, 1992:70.
Mappatoto 1999:42-46 mengemukakan 10 jenis teras feature yaitu sebagai berikut.
1. Ringkasan
Pada dasarnya teras ini sama dengan teras berita-lempang yang merangkum 5W+H seperti:
Menteri Tenaga Kerja Ahmad Husen who di Jakarta where Senin when menghimbau rakyat untuk menghargai pekerjaan what
tanpa pembedaan jenis pekerjaan asalkan hahal how demi berkurangnya pengangguran why. Imbauan menteri disampaikan
saat kesenjangan semakin menguak antara tenaga kerja dan kesempatan kerja uraian lebih lanjut what.
Akan tetapi, jangan sampai terkecoh bahwa unsur who mutlak selalu muncul dalam teras ringkasan baik untuk berita-lempang maupun karkhas. Tidak
selalu, karena ada peristiwa, bencana alam misalnya, yang disaksikan pewarta sendiri tidak melibatkan who. Bahwa ada 10 orang meninggal dalam bencana
itu menurut kesaksian sendiri tidak ada unsur who, melainkan unsur what. Lain halnya kalau fakta 10 orang meninggal itu diucapkan oleh saksi mata
atau petugas. Maka, petugas yang memberi keterangan itu adalah who. Unsur how
tidak selalu tampil dalam teras ringkasan, khususnya dalam berita- lempang, Pada pelaporan pertama. Sementara pewarta dapat menulis why
mengapa pesawat terbang jatuh, dalam teras ringkasan pada pelaporan pertama karena memperoleh keterangan dari petugas humas bahwa matinya
satu mesin pesawat bermesin ganda menjadi penyebab musibah. Unsur how sulit diinformasikan segera pada pelaporan pertama karena diperlukan
penyelidikan lebih jauh tentang how bagaimana sampai mesin tersebut gagal berfungsi. Pertanyaan how itu mungkin dapat dijawab selang beberapa waktu,
yang informasinya dapat dijadikan berita-lempang tindak lanjut follow-up story
dengan isi teras yang diperbarui updated. Dengan demikian, teras ringkasan menjawab hanya what, when, where, dan
why , seperti:
Sejumlah 10 orang meninggal dan 20 luka berat dan ringan what akibat tanah longsor why di Desa Suka Maju where, Senin
when.
2. Narasi Narrative
Menceritakan suatu keadaan sedemikian rupa, seolah-olah pembaca berada dalam situasi yang digambarkan, seperti di bawah ini.
Contoh: Sersan Pol. Rusli menarik picu pistolnya, meloncat ke balik pohon
secepat kilat, melepaskan tembakan kea rah sosok tubuh di antara semak-semak di bawah cahaya lampu remang-remang, lalu terdengar
teriakan, “Aduh, mati aku.”
3. Deskripsi Descriptive
Menggambarkan suatu keadaan sedemikian rupa, seolah-olah pembaca berada beberapa jarak dari peristiwa yang digambarkan. Seolah-olah pembaca
disuruh mengkhayalkan tentang apa yang digambarkan.
Contoh: Massa air terhempas bergemuruh 60 meter detik dari ketinggian 30
meter, menjadi pertanda awal berfungsinya Bendungan Anu yang dapat mengairi 30.000 ha sawah yang menghidupi 200 kepala
keluarga petani penggarap di Desa Suka Maju.
Teras deskripsi juga jerap digunakan untuk tulisan sosok pribadi personality
profile , seperti di bawah ini.
Gelembur pada mukanya petunjuk dimakan zaman, tetapi semangatnya member kekuatan orang tua renta, Abdullah, 75, untuk
mengantungi US 1 juta tahun dari hasil guratannya pada potongan kayu menjadi benda seni yang laris terjual di mancanegara.
4. Kutipan Quotation
Pernyataan sebagaimana diucapkan seorang tokoh yang ditulis di antara tanda petik. Biasanya ucapan sang tokoh yang akan dijadikan teras adalah yang
dinilai mewakili wataknya, integritasnya, atau filsafat hidupnya. Selain itu, kutipan syair atau lagu, dan kutipan-kutipan yang lain juga dapat dijadikan
sebagai teras kutipan. Contoh:
“Wartawan, penulis, guru, nasibnya sama,” kata wartawan kawakan Utama.
5. Pertanyaan Question
Kalimat tanya sekaligus jawabannya dengan tujuan untuk memberi pengetahuan atau untuk menjawab rasa ingin tahu pembaca.
Contoh:
Apa cara terbaik untuk menjadikan kita tetap bersih? Usahakan rumah sendiri bersih terlebih dahulu.
6. Sapaan Akrab Direct Address
Sapaan seperti “Anda”, “Saudara”, “Bung” dengan tujuan untuk mengajak pembaca memainkan peranan dalam kegiatan yang digambarkan dalam
tulisan. Contoh:
Jadi, Anda piker Anda sudah menaati hukum? Mungkin. Tetapi mungkin juga Anda hari ini sudah berkali-kali melanggarnya.
7. Penggoda Teaser
Kalimat yang akan menggoda pikiran pembaca dengan cara yang agak aneh, seakan-akan teka-teki agar pembaca tertarik kepada tulisan tersebut.
Contoh: Sepuluh sisir bagi juru rias rambut berarti uang kontan. Tetapi 10
sisir bagi petani berartun kertas saham.
8. Gabungan Combination
Teras gabungan adalah teras yang mengombinasikan atau menggabungkan beberapa jenis teras menjadi satu. Misalnya, teras kutipan digabung dengan
teras deskripsi. Contoh:
“Saya tidak mengambil uang negara sesen pun,” bantah Walikota Surabaya sambil mengusap air matanya dan menyeka keringatnya
yang menetas dari sudut keningnya dalam siding Pengadilan Negeri Anu, Selasa.
9. Aneh Freak
Teras ini berisi pesan bergaya puitis, berirama sajak, bernuansa pantun, menyatakan moto hidup, analogi, peribahasa, dan kata-kata mutiara.
Contoh: Langit bertepi cakrawala
Laut berbibir pantai Harga naik merajalela
Barang tak tergapai Harga kebutuhan pokok sehari-hari beranjak naik. Tetapi kedatangan
Hari Raya Idul Fitri, hari kemenangan, menjadi kepastian Ilahi dua pecan lagi dan kaum ibu berakrobatik mengatur anggaran.
10. Tiruan Bunyi
Teras feature diawali atau terdapat tiruan bunyi di dalamnya. Contoh:
Cucut… cucut Pesawat Morse yang menggegerkan dunia karena memancarkan
pengumuman lahirnya bangsa Indonesia merdeka di belahan bumi selatan 46 tahun lalu, mengisyaratkan kembali pekan lalu untuk
menandai usainya pemugaran Gedung Antara yang pernah menjadi ajang menyambung nyawa.
2.2.2.3 Peralihan
Selain ketentuan tentang keharusan adanya bagian ancang-ancang yang disebut teras dan cara penjabaran ancang-ancang itu sebelum sampai ke bagian
penutup dari karangan, ketentuan lain adalah bahwa suatu karangan harus mempunyai
bagian yang memberi aba-aba akan munculnya bahan baru tetapi masih berkaitan dengan tema karangan. Aba-aba yang dimaksud adalah peralihan yang dapat
berbentuk kata, frasa, kalimat, maupun paragraf. Peralihan ini terletak di dalam tubuh tulisan. Syarat yang harus dipenuhi bagian peralihan dari karangan adalah singkat-
padat dan samar-samar. Dengan kata lain, setiap akan menuturkan sisi baru atau sudut pandang baru dalam karangan, peralihan harus digunakan Mappatoto, 1999:53-54.
Peralihan juga bisa berada setelah teras atau sebelum penutup Santana, 2005:47. Fungsi peralihan adalah pertama, untuk memberi tahu pembaca bahwa
penuturan sekarang beralih ke bahan baru; kedua, untuk menyusun bahan baru dalam perspektif atau sudut pandang yang tepat. Isyarat peralihan antara lain: kemudian, di
dekat , tetapi, beberapa meter dari tempat ini, dalam perkembangan lainnya, dan juru
bicara membantah . Jika kembali melihat contoh karangan yang ditulis secara tematik,
spiral, maupun blok di atas, kata atau frasa yang dapat diidentifikasikan sebagai peralihan adalah sisi hidup yang manis itu, lebih dari itu, dan sesudah penerbangan
tertunda 23 menit karena keadaan darurat itu .
2.2.2.4 Tubuh
Tubuh atau body tulisan adalah tempat menguraikan apa yang diancang- ancangkan dalam teras. Tubuh feature berada sesudah teras. Tubuh feature menurut
Mappatoto memperhatikan pola paragraf. Sesudah teras dirumuskan sesuai dengan pokok cerita atau tema yang diinginkan, dan sesudah mempertimbangkan faktor
menarik, tubuh ditulis sejalan dengan arahan yang tersirat dalam teras. Mappatoto
menjelaskan beberapa pola paragraf yang dapat digunakan untuk menjaga ketertiban susunan sebuah karangan. Pola paragraf yang terpokok adalah sebagai berikut
Mappatoto, 1999:47-49. a.
Tematik Setiap paragraf memberikan penegasan kembali kepada apa yang telah
diutarakan dalam teras. Contoh:
Cinta bersemi dalam kalbu setiap insane, siapa pun ia dan di mana pun ia berada. Kata lain, cinta bersifat universal.
Tetapi cinta yang bersemi dalam kalbu setiap insane di Pakistan berciri khusus karena cinta menyatu dengan awan, musim dan hujan.
Sisi hidup yang paling manis itu diterjemahkan dalam sendratari dengan nama Balado Barishane … dst.
b. Spiral
Setiap paragraf merinci apa yang ditulis dalam paragraf sebelumnya, ibarat spiral mengulir ke bawah.
Contoh: Siapa bilang Arabian Nights alias 1001 Malam sudah sirna? Malahan
1001 Malam dating kembali menantang di sini, di Kairo. Penyebabnya
bulan Ramadan. Ramadan bukan saja bulan suci Islam, masa kaum muslimin dan
muslimat menjalankan ibadah puasa. Lebih dari itu yang dilakukan khususnya di Mesir. Pesta berjalan
seiring dengan ibadah puasa, …dst.
c. Blok
Setiap paragraf berisi bahan yang pada dasarnya berdiri sendiri, tetapi paragraf-paragraf yang mandiri itu pada akhirnya menyulam satu cerita yang
bulat. Contoh:
Pesawat terbang Delta Airlines dengan nomor penerbangan 743 sedang dalam penerbangan dari Chicago ke Atlanta.
Pramugari memberitahukan pilot pesawat, seorang penumpang wanita sakit dengan tanda-tanda kuat serangan penyakit usus buntu.
Sang pilot ,mengetukn kawat ke Atlanta dan doketr memeriksa penumpang wanita itu di lapangan terbang.
Sesudah penerbangan tertunda 23 menit karena keadaan darurat itu, peswat tinggal landas menuju Miami dan sang dokter mengatakan dalam
laporannya: belitan korset sang penumpang kelewat kencang.
Tubuh atau body feature meliki karakteristik tertentu. Setiap paragraf bersifat unity
saling menyatu, koheren saling berhubungan, dan mengandung emphasis penekanan tertentu. Ketiga hal itu melancarkan pengisahan. Ketiganya
mengarahkan tema pokok laporan, mengemas materi penting, menjembatani perpindahan paragraf dengan enak, mengalir, dan menjauhi kekakuan Santana,
2005:47.
2.2.2.5 Penutup
Penutup merupakan bagian akhir dari struktur penyajian atau penulisan feature
. Suatu feature memerlukan penutup ending. Ending menjadi penguat tulisan, yakni disusun dengan cermat dan berhubungan dengan keseluruhan laporan
Santana, 2005:47. Penutup tulisan ibarat gong, berisi bagian yang penting, menunjukkan watak cerita. Penutup juga mempunyai daya pengaruh yang bisa
mengacu emosi pembaca, seperti senyuman, tertawa, bahkan menangis karena terharu.
Secara keseluruhan, karangan khas mutlak mempunyai bagian penutup, yaitu akhir dari suatu karangan menurut logika. Akan tetapi, pada umumnya karangan khas
yang ditulis secara piramida terbalik tidak selalu harus mempunyai bagian penutup, Sedangkan, karangan khas yang dikarang secara kronologis atau menggunakan
piramida kronologis, penutup adalah mutlak. Ada empat bentuk penutup feature. Bentuk penutup tersebut adalah sebagai berikut.
a. Ringkasan
Penutup ringkasan adalah penutup yang mengacu kembali kepada teras. b.
Klimaks Penutup klimaks adalah penutup yang menimbulkan kejutan, kenangan,
kengerian, dan sebagainya. c.
Tanpa-akhir Penutup tanpa-akhir adalah penutup yang mengajukan pertanyaan tanpa
jawaban. d.
Penyengat Penutup penyengat adalah penutup berupa pernyataan yang di luar dugaan
kuat pembaca.
2.2.3 Gaya Bangunan Struktur
Semua unsur feature menekankan teknik story-telling pengisahan cerita. Pengisahan feature melukiskan gambaran peristiwa dengan kata-kata Santana.
2005:48. Ada empat gaya bangunan suatu karangan khas atau feature, yaitu gaya bangunan piramida terbalik, piramida biasa, segi empat, dan pola piramida kronologis
Mappatoto, 1999:56-58. Bentuk visualisasi gaya bangunan feature dapat dilihat seperti di bawah ini.
a. Piramida terbalik
Pola piramida terbalik menggambarkan feature yang dimulai dengan teras TPM titik perhatian maksimal, yang juga disebut teras ringkasan dan
penuturannya agak panjang.
Gambar 1 Piramida Terbalik
b. Piramida biasa
Pola piramida biasa merupakan gaya bangunan feature yang tidak menggunakan ringkasan dan penuturannya panjang.
Gambar 2 Piramida Biasa
c. Piramida Segi empat
Pola bangunan segi empat merupakan struktur bangunan feature yang hanya terdiri dari empat atau lima paragraf saja.
Gambar 3 Piramida Segi Empat
d. Piramida kronologis
Pola piramida terbalik merupakan struktur bangunan feature yang penuturannya secara kronologis.
Gambar Piramida Kronologis
2.2.4 Karakteristik Feature
Karakteristik merupakan kata lain dari ciri-ciri, yakni tanda khas yang membedakan sesuatu dari yang lain. Romli 2009:22-23 berpendapat bahwa ciri khas
tulisan feature antara lain 1 mengandung segi human interest dan 2 mengandung unsur sastra. Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap
mampu menggugah emosi―menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Sebuah feature
juga mengandung segi human interest atau human touch ―menyentuh rasa
manusiawi. Oleh karena itu, feature termasuk kategori soft news berita lunak atau ringan yang pemahamannya lebih menggunakan emosi. Berbeda dengan hard news
berita keras yang pemahamannya lebih banyak menggunakan pemikiran. Selain itu, feature
mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Dengan demikian, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen cerita pendek
atau novel―namun tetap informatif dan faktual. Maka, seorang penulis feature pada dasarnya adalah seorang yang bercerita.
Isnawijayani 2013:10-11 juga berpendapat bahwa tulisan feature berdasarkan fakta, sebagai nilai yang dikehendaki dalam jurnalistik. Sedangkan,
cerita pendek lebih condong pada khayalan dan fiksi. Ada enam perbedaan feature dengan fiksi, antara lain adalah sebagai berikut.
1 Feature berisi tentang peristiwa kehidupan manusia atau tentang benda dan
alam semesta, sedangkan fiksi berakar pada cerita tentang peristiwa kehidupan manusia saja.
2 Situasi bahasa teks feature homogen, sedangkan situasi bahasa teks fiksi tidak
homogen. 3
Feature menyajikan peristiwa nyata, sedangkan fiksi menyajikan peristiwa yang bersifat rekaan.
4 Feature menggunakan pola kronologis, sedangkan fiksi lebih menekankan
pola penataan gagasan pada cara kronologis. 5
Feature tidak mementingkan konflik, sedangkan fiksi mementingkan adanya konflik.
6 Feature lebih bersifat karya objektif, sedangkan fiksi lebih bersifat karya tulis
subjektif. Tulisan feature juga berbeda dengan tulisan berita. Tabel di bawah ini
merupakan matriks pola acuan karakteristik berita dan feature Sumadiria, 2005:153-156.
Tabel 1 Matriks Karakteristik Berita dan
Feature No.
Berita Feature
Keterangan
1. Ditulis dengan
menggunakan teknik melaporkan to report
suatu peristiwa secara faktual.
Ditulis dengan teknik mengisahkan to story
suatu situasi, peristiwa, atau keadaan secara
faktual. Berita ditulis dengan
gaya laporan yang sifatnya kaku, ringkas,
dan tegas. Feature ditulis dengan gaya menulis
cerita pendek cerpen yang sifatnya lentur,
hidup, dan memikat.
2. Berisi laporan peristiwa
yang sifatnya aktual, faktual, objektif, benar,
dan akurat. Berisi tentang suatu
situasi, keadaan, atau aspek kehidupan yang
sifatnya faktual, objektif, benar, dan
akurat. Laporan fakta atau
peristiwa pada berita bersifat tembak langsung
to the point. Cerita faktual pada feature
menggunakan alur dan pemantik.
3. Hasil karya liputan
jurnalistik melalui proses proyeksi,
observasi, investigasi, komunikasi, dan
konfirmasi dengan pihak narasumber.
Hasil karya liputan jurnalistik melalui
proses proyeksi, observasi, investigasi,
komunikasi, dan konfirmasi dengan
pihak narasumber. Liputan jurnalistik untuk
berita sering dilakukan secara tiba-tiba, tidak
terduga, tanpa perencanaan, dan singkat.
Liputan jurnalistik untuk feature
lebih banyak direncanakan sebelumnya
dan cukup lama. 4.
Bertujuan hanya untuk memberi tahu atau
menyampaikan informasi kepada
khalayak informatif. Bertujuan untuk
memberi tahu atau menyampaikan
informasi tetapi sekaligus menghibur
khalayak informatif dan rekreatif.
Laporan berita hanya menyentuh wilayah
kognitif khalayak pembaca, pendengar, atau
pemirsa. Feature tak hanya menyentuh
kognitif tetapi juga wilayah efektif khalayak.
5. Rangkaian fakta atau
informasi disajikan secara resmi formal.
Rangkaian fakta atau informasi disajikan
secara tidak resmi informal.
Laporan berita hanya memaparkan peristiwa
secara singkat dan lugas. Feature
melukiskan peristiwa secara naratif
memikat.
6. Sangat terikat kepada
aktualitas. Berita adalah laporan tercepat
peristiwa faktual terkini, cepat tetapi
mudah basi out of date
. Tidak terikat kepada
aktualitas. Feature bisa dipersiapkan, diliput,
ditulis, dan disajikan kapan saja sesuai
dengan kebutuhan; tahan lama awet.
Hanya feature news yang peliputan dan
penyajiannya sangat terikat kepada konsep
aktualitas. Pemuatan atau penyajian feature news
soft news biasanya digabungkan dengan
straight news
hard news
. 7.
Nama lengkap wartawan atau reporter
peliput biasanya tidak dicantumkan, cukup
dengan nama inisial singkatan atau
akronim. Nama lengkap
wartawan atau reporter penulis cerita feature
biasanya dicantumkan lengkap.
Pada berita, nama lengkap wartawan tidak
dicantumkan lebih banyak karena
pertimbangan teknis jurnalistik dan alasan
politis keamanan.
8. Berita mencerminkan
karya kolektif institusional suatu
media massa. Feature
dicitrakan sebagai cerminan karya
kreatif individual seorang reporter atau
wartawan. Karena berita dianggap
sebagai karya kolektif institusional, maka pada
berita tidak terdapat hak cipta. Pada cerita feature,
hak cipta penulisnya itu ada, dihargai, dan
dihormati.
9. Selalu mencantumkan
baris tanggal date line pada awal teras berita
lead. Tidak mencantumkan
baris tanggal date line pada awal intro cerita
atau paragraf pertama. Sebagian media cetak,
hanya mencantumkan nama tempat cerita
feature
terjadi setting atau lokasi peristiwa
10. Karena disajikan dengan pola piramida
terbalik, maka berita dapat dipotong pada
bagian bawah sesuai dengan keperluan tanpa
mengubah dan mengganggu isinya.
Karena ditulis dengan teknik mengisahkan di
luar pola piramida terbalik, maka setiap
bagian cerita feature sama pentingnya satu
sama lain sehingga pada bagian bawah
tidak bisa dipotong begitu saja.
Berita disusun dengan skala prioritas dimulai
dari urutan pesan sangat penting lead, teras
berita, penting bridge, perangkai, cukup
penting body, tubuh berita, dan kurang
penting leg, kaki. Feature
ditulis dengan urutan pesan sebagian
awal-atas intro dan
bagian akhir-bawah penutup tetap sama
penting.
11. Tidak menyampaikan pesan moral tertentu,
kecuali informasi atau laporan fakta peristiwa
semata. Selalu membawa pesan
moral tertentu yang ingin disampaikan
kepada khalayak seperti nilai-nilai kejujuran,
kesetiaan, sikap tulus tanpa pamrih,
pengorbanan, kegigihan suatu perjuangan,
kebersihan hati, keluhuran budi,
pengabdian, dan cinta kasih.
Laporan berita hanya untuk mengisi laporan
kepala pengetahuan atau dimensi kognitif
khalayak. Feature lebih banyak bersifat menusuk
dada dan hati emosi, perasaan, empati
khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.
12. Ditulis dengan menggunakan judul
yang dicetak tebal, tegak-lurus,
mengesankan formal dan maskulin hard
news
. Ditulis dengan
menggunakan judul yang dicetak normal
tipis, miring italic, mengesankan informal
dan feminine soft news
. Dalam tradisi luhur dan
konvensi jurnalistik, judul tegak-lurus formal
hanya untuk berita yang bersifat keras hard
news
. Sebaliknya judul miring italic dan
ramping hanya untuk yang bersifat ringan soft
news
, feature. 13. Disusun dengan
menggunakan pola piramida terbalik dan
rumus 5W1H1S. Ditulis dengan tidak
perlu menggunakan pola piramida terbalik.
Bisa juga dengan pola induktif, kronologis,
logis, topikal, atau spasial.
Meski tidak menggunakan pola
piramida terbalik, setiap unsur 5W1H1S harus
terdapat dalam karya feature
. 14. Ditulis dengan
menggunakan gaya bahasa jurnalistik berita
yang sifatnya lurus, lugas, ringkas, tembak
langsung to the point, formal, sederhana, dan
demokratis. Ditulis dengan
menggunakan gaya bahasa jurnalistik
sastra, merujuk pada gaya penulisan fiksi
cerita pendek yang hidup, menarik, lincah,
segar, terpilih, memikat, dan mampu
Feature ditulis dengan
teknik mengisahkan to story
, yakni teknik menulis cerita pendek,
maka karya cerita feature bersifat naratif ekspresif.
Sedangkan berita lebih banyak bersifat
eksplanatif dan produktif.
membangun imajinasi khalayak pembaca,
pendengar, dan pemirsa.
15. Sangat terikat pada kaidah jurnalistik
seperti pola piramida terbalik, rumus
5W1H1S, dan penempatan teras berita
yang harus selalu pada awal paragraf.
Cerita feature cukup banyak mengadopsi
teknik penulisan fiksi terutama cerita pendek.
Cerita feature mencerminkan karya
jurnalistik sastra yang harus selalu dibangun di
atas landasan kreativitas dan kepiawaian reporter
tidak hanya sebagai wartawan tetapi juga
sebagai seniman cerpenis dan sastrawan.
16. Setiap reporter atau wartawan diasumsikan
mampu meliput dan menyusun berita sesuai
dengan kaidah pokok jurnalistik
konvensional. Tidak setiap reporter
mampu, tertarik, dan gemar meliput, menulis,
dan menyajikan cerita feature
. Penyusunan berita
bersifat teknis, rutin, dan menekankan
keterampilan, yakni cermin kreativitas
intitusional. Penulisan feature
lebih banyak menekankan jiwa
seniman dan sastrawan, yakni cermin kreativitas
individual.
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian ini terfokus pada dua hal pokok, yaitu 1 struktur penyajian feature sosok dan 2 karakteristik feature sosok. Penulis menggunakan teori feature
Mappatoto 1999, khususnya yang berkenaan dengan struktur penyajian feature untuk menjawab rumusan masalah struktur penyajian feature sosok. Sedangkan,
untuk menjawab rumusan masalah karakteristik feature sosok digunakan teori feature Sumadiria 2008, khususnya yang berkenaan dengan karakteristik feature. Peneliti
juga melengkapi teori struktur penyajian dan karakteristik feature dengan pendapat dari para ahli lain, seperti 1 karakteristik tubuh feature Santana, 2005:47, 2 teori
kohesi Moeliono, 1988:34 dan Kartono, 2013:43-61, dalam buku Bahasa Indonesia sebagai Pembentuk Sikap dan Perilaku Bangsa untuk Menyongsong Generasi Emas
, dan 3 karakteristik feature Nasir, 2010; Kurnia, 2002; Isnawijayani, 2013; dan
Barus, 2010.
Bagan 1 Kerangka Berpikir