Tinjauan Hukum Mengenai Penggunaan Alat Komunikasi Dalam Pesawat Terbang Yang Menyebabkan Gangguan Sistem Frekuensi Komunikasi Udara Dihubungkan Dengan Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan Juncto Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tenta

(1)

TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI DALAM PESAWAT TERBANG YANG MENYEBABKAN GANGGUAN SISTEM FREKUENSI KOMUNIKASI UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN

JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

LEGAL VIEW ABOUT THE USE OF COMMUNICATION TOOL IN AIRPLANE THAT CAUSES THE PROBLEM OF AIR COMMUNICATION

FREQUENCY SYSTEM RELATEDTO LAW NUMBER 1 YEAR 2009 ABOUT AVIATION JUNCTO LAW NUMBER 11 YEAR 2008 ABOUT

INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION

Skripsi

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia

Oleh : Heris Sadella

3.16.04.051

Dibawah Bimbingan :

Prof.DR.H.R. Otje S. Soemadiningrat, S.H.

FAKULTAS HUKUM JURUSAN ILMU HUKUM UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG 2010


(2)

(3)

LEGAL VIEW ABOUT THE USE OF COMMUNICATION TOOL IN AIRPLANE THAT CAUSES THE PROBLEM OF AIR COMMUNICATION

FREQUENCY SYSTEM RELATEDTO LAW NUMBER 1 YEAR 2009 ABOUT AVIATION JUNCTO LAW NUMBER 11 YEAR 2008 ABOUT

INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION

ABSTRACT HERIS SADELLA

Nowadays civilization is characterized with the advancement of information technology and globalizations that is occurring in almost every sector life. Besides that, knowledge has produced transportations facility, and one of those facilities is airplane, where by using airplane, every one can travel anywhere face and efficiently, different from the other transportation facility. Nowadays not only a crime appears, but also there are many problem that appears caused by the advancement of technology. One the biggest problem is the used of cellular phone in the airplane. In fact, in the law event the used of communications tool and be categorized as a crime because every crime is an activity of lawbreaker. Therefore, the from of lawbreaker about the used of telecommunications tool in the airplane that caused the problem of air communications frequency system needs to be analyzed. The positive law in Indonesia is article 54 letters F law number 1 years 2009 about aviations and article 33 law number 11 years 2008 about electronic information and transaction, it is one of the regulation that can be applied in the used of communication tool in the airplane. Therefore the problem appears in law number 1 years 2009 about aviations and article 33 law number 11 years 2008 about electronic information and transaction on the rules of using communication tool in the airplane and law action that can be conducted towards the user of telecommunication in the airplane.

The study employs descriptive analysis with normative juridical approach. The data is analyzed through juridical qualitative, this one law to another does not contradict, consider the law hierarchy in reaching law decision that law regulation is truly carried out by the government.

Beside on the study results, it can be concluded that the violation carried out by the user of telecommunication tool in the airplane has a subjective and objective component from article 54 letters F law number 1 years 2009 about aviations and article 33 law number 11 years 2008 about electronic information and transaction such as intentional action disturbing the electronic system and/or caused the electronic system to not function well. There as, law action that can be conducted upon the user of communication tool in the airplane is preventive law, and also repressive or law action. The verification of crime using communication tool in the airplane in the session court can use evidence system and the proof based on article 184 of the criminal code (KUHP).


(4)

TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI DALAM PESAWAT TERBANG YANG MENYEBABKAN GANGGUAN SISTEM FREKUENSI KOMUNIKASI UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN

TRANSAKSI ELEKTRONIK ABSTRAK

HERIS SADELLA

Peradaban dunia masa kini dicirikan dengan fenomena kemajuan teknologi informasi dan globalisasi yang hampir berlangsung di semua bidang kehidupan. Selain itu, ilmu pengetahuan telah menghasilkan sarana dan prasarana transportasi salah satunya adalah pesawat terbang, dimana dengan menggunakan pesawat terbang setiap orang dapat melakukan perjalanan kemanapun dengan lebih cepat dan efisien, tidak seperti menggunakan sarana transportasi lainnya. Dewasa ini tidak hanya kejahatan yang muncul, tetapi banyak gangguan-gangguan yang muncul akibat kemajuan teknologi tersebut. Salah satunya gangguan yang cukup besar yaitu penggunaan telepon seluler didalam pesawat terbang. Pada kenyataannya, dalam suatu peristiwa hukum termasuk penggunaan alat komunikasi di dalam pesawat terbang dapat juga dikatakan sebagai kejahatan karena setiap kejahatan merupakan perbuatan para pelanggar hukum. Dengan demikian perlu ditelaah bentuk-bentuk pelanggaran hukum mengenai penggunaan alat telekomunikasi dalam pesawat terbang yang menyebabkan gangguan sistem frekuensi komunikasi udara. Hukum positif di Indonesia yaitu Pasal 54 huruf f Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, serta Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, merupakan salah satu aturan yang dapat diterapkan pada penggunaan alat komunikasi di dalam pesawat terbang, sehingga timbul masalah bagaimana undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pernerbangan, serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur penggunaan alat telekomunikasi dalam pesawat terbang serta tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku penggunaan alat telekomunikasi dalam pesawat terbang.

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan secara deskriftif analistis, dengan pendekatan yuridis normatif. Data yang dihasilkan dianalisis penulis secara yuridis kualitatif agar perundang-undangan yang satu dengan undangan yang lain tidak saling bertentangan, memperhatikan hirarki perundang-undangan memcapai kepastian hukum yaitu bahwa peraturan perundang-perundang-undangan tersebut benar-benar dilaksanakan oleh penguasa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh pelaku penggunaan alat telekomunikasi dalam pesawat terbang telah memenuhi unsur subjektif dan unsure objektif dari Pasal 54 huruf f Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan yaitu dengan sengaja menggunakan alat elektronik yang mengganggu navigasi penerbangan, serta Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu dengan sengaja melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya sistem elektronik dan/atau mengakibatkan sistem elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya. Sementara itu, tindakan hukum yang dapat dilakukan atas penggunaan alat komunikasi didalam pesawat terbang yaitu upaya hukum preventif/pencegahan, serta upaya represif/tindakan hukum. Pembuktian tindak pidana melanggar hukum dengan menggunakan alat komunikasi didalam pesawat terbang dalam sidang pengadilan dapat menggunakan sistem pembuktian dan alat-alat bukti berdasarkan Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR . i

DAFTAR ISI ... ... . v

ABSTRAK .. .. viii

ABSTRACT .. ... . x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang . . . 1

B. Identifikasi Masalah . .. 4

C. Maksud dan Tujuan . . . 5

D. Kegunaan Penelitian . . .5 E. Kerangka Pemikiran . . .6 F. Metode Penelitian .. . . .14

BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM TENTANG TEKNOLOGI KOMUNIKASI

DAN GANGGUAN SISTEM FREKUENSI DI DALAM PESAWAT

TERBANG

A. Ketentuan Hukum Teknologi Komunikasi . .. . .17 B. Ketentuan Hukum Mengenai Sistem Frekuensi Udara Dalam Pesawat


(6)

BAB III PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI DALAM PESAWAT

TERBANG YANG MENYEBABKAN GANGGUAN SISTEM

FREKUENSI KOMUNIKASI UDARA

A. Tindakan-Tindakan Dalam Pesawat Terbang Yang Menyebebkan Gangguan Sistem Frekuensi Komunikasi Udara . ... 38 B. Pihak-pihak yang menyebabkan Gangguan Sistem Frekuensi

Komunikasi Udara Dalam Pesawat Terbang . 45

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENGGUNAAN ALAT

KOMUNIKASI DALAM PESAWAT TERBANG YANG

MENYEBABKAN GANGGUAN SISTEM FREKUENSI

KOMUNIKASI UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN-UNDANG

UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN

JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

A. Akibat Hukum Mengenai Penggunaan Alat Kominakasi Dalam Pesawat Terbang Yang Menyebabkan Gangguan Sistem Frekuensi Komunikasi Udara Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan Juncto Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ... ... .. 51 B. Tindakan Hukum Mengenai Penggunaan Alat Komunikasi Dalam


(7)

Komunikasi Udara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik .. ..61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan . ... . 75

B. Saran . . . . .77

DAFTAR PUSAKA . . . ... ...79

LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradaban dunia masa kini dicirikan dengan fenomena kemajuan teknologi informasi dan globalisasi yang hampir berlangsung di semua bidang kehidupan. Seiring semakin aktif dan berkembangnya aktivitas manusia di berbagai belahan dunia, gangguan yang muncul pun semakin bervariasi. Hukum dan teknologi berkembang secara bersamaan, akan tetapi hukum berjalan lebih lambat sedangkan teknologi berjalan lebih cepat, ketidakseimbangan tersebut menyebabkan kejahatan sulit dijangkau oleh hukum.

Dewasa ini tidak hanya kejahatan yang muncul, tetapi banyak gangguan-gangguan yang muncul akibat kemajuan teknologi tersebut. Salah satunya gangguan yang cukup besar yaitu penggunaan telepon seluler didalam pesawat terbang. Saat ini masyarakat dengan mudah dapat naik pesawat terbang karena tarifnya yang relatif murah. Selain itu seiring dengan kemajuan teknologi, orang pun dapat berkomunikasi dengan mudah cepat, kapan saja di mana saja dengan adanya telepon seluler.

Larangan mengaktifkan telepon seluler dan alat elektronik lain seperti laptop, perangkat personal games, dan lain-lain di dalam pesawat terbang sebenarnya selalu diumumkan saat pesawat akan melakukan lepas landas. Selama


(9)

penerbangan yang perlu lebih tegas dinyatakan bahwa larangan tersebut sebagai larangan yang berdampak pelanggaran hukum karena kemungkinan bahayanya mengganggu sistem navigasi dan komunikasi penerbangan hingga dapat mengakibatkan kecelakaan pesawat.

Menurut peraturan FAA yang berlaku selama ini mengaktifkan telepon seluler selama penerbangan merupakan suatu pelanggaran hukum atau ilegal dan dapat dihukum atas dakwaan membahayakan keselamatan umum. Sebuah telepon seluler ketika sedang diaktifkan tidak hanya mengirim dan menerima sinyal gelombang radio, namun juga meradiasikan daya listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station) yang berjarak sejauh 35 kilometer. Pada ketinggian 30.000 kaki di angkasa, sebuah Telepon seluler bisa menjangkau ratusan BTS (Base Transceiver Station) yang berada di bawahnya. Sinyal dari telepon genggam atau telepon seluler dapat berinterferensi dengan sinyal frekuensi komunikasi pesawat hingga mengganggu komunikasi yang mestinya terjalin baik antara pesawat dengan sistem pemantau navigasi penerbangan di darat atau pun dengan sesama pesawat lain yang kemungkinan tengah terbang berdekatan.

Akibat dari gangguan sinyal tersebut banyak terjadi kecelakaan pesawat terbang, salah satunya terjadi di Indonesia yaitu pada pesawat Boeing 737-400 milik Garuda Indonesia disebabkan oleh gangguan sinyal telepon seluler, yaitu gangguan atas sistem komunikasi dalam pesawat dan gangguan atas sistem navigasi. Sebuah telepon seluler yang berada di dalam koper dibagasi lupa


(10)

dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.1

Frekuensi yang dipakai telepon seluler di Indonesia umumnya antara 800-1900MHz, tapi telepon seluler bukan hanya menerima dan mengirimkan gelombang radio. Telepon seluler juga meradiasikan energi listrik untuk menjangkau BTS-nya (Base Transceiver Station), apabila sebuah pesawat terbang berada pada ketinggian 35,000 ft (sekitar 10.668 km), besarnya energi yang akan berpotensi pada pesawat terbang yang akan meradiasikannya ke sistem-sistem yang ada di pesawat itu sendiri. Kecil kemungkinan terjadi Resonansi antara frequency (frekuensi) dari telepon seluler dengan rotation frequency (putaran frekuensi) dari rotating parts (bagian putarannya) dari engine

(mesin) karena getaran biasanya memang terjadi pada frekuensi (frequency)

yang rendah, setelah mengetahui dan menganalisis, penyebabnya terutama radiasi pada telepon seluler yang menyebabkan timbulnya gangguan terhadap sistem-sistem penerbangan yang berada pada pesawat terbang, maka sering terjadi kegagalan sistem.

Banyaknya musibah kecelakaan pesawat di Indonesia yang sangat mengkhawatirkan dunia internasional, karena Indonesia berada pada audit rutin sebagaimana telah dilakukan pendataan pada tahun-tahun sebelumnya dan apabila masih banyak terjadi musibah yang terus-menerus, Indonesia bisa di beri catatan hitam oleh dunia internasional sebagai negara yang tidak aman untuk keselamatan penerbangan. Beberapa kasus kecelakaan pesawat yang tergolong

1 Arif, Gangguan Sinyal HP Penerbangan, http://www.iptek.net.id/,diakses pada hari Selasa, tanggal


(11)

beruntun menunjukkan ada yang tidak beres di industri penerbangan nasional. Ketidak beresan itu bisa di regulator maupun operator yang merupakan catatan khusus terhadap kondisi penerbangan di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkan dalam bentuk penulisan hukum

dengan mengambil judul : TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGGUNAAN

ALAT KOMUNIKASI DALAM PESAWAT TERBANG YANG MENYEBABKAN GANGGUAN SISTEM FREKUENSI KOMUNIKASI UDARA DIHUBUNGKAN

DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PENERBANGAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK .

B. Identifikasi Masalah

Idntifikasi masalah yang akan penulis tulis di dalam yaitu:

1. Bagaimana efektifitas Undang -Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengenai penggunaan alat komunikasi dalam pesawat terbang yang menyebabkan gangguan sistem frekuensi komunikasi udara?

2. Tindakan hukum apa yang dapat dilakukan oleh para pihak mengenai penggunaan alat komunikasi dalam pesawat terbang yang menyebabkan gangguan sistem frekuensi komunikasi udara?


(12)

C. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan hukum ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas Undang -Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang- Undang No.36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi mengatur mengenai penggunaan alat komunikasi dalam pesawat yang menyebabkan gangguan sistem frekuensi komunikasi udara.

2. Untuk mengetahui tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak mengenai penggunaan alat komunikasi dalam pesawat terbang yang menyebabkan gangguan sistem frekuensi komunikasi udara.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang didapat dari penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua antara lain yaitu :

1. Kegunaan Secara Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum khususnya Hukum Penerbangan, sekaligus memberikan bahan referensi bagi kepentingan yang bersifat akademis dan juga sebagai tambahan bagi perpustakaan.

2. Kegunaan Secara Praktis.

Memberikan gambaran kepada masyarakat luas sehingga masyarakat mengetahui dan menyadari dampak dari penggunaan alat komunikasi di


(13)

dalam pesawat terbang dan memberikan masukan kepada pihak yang berwenang dalam pembentukan peraturan khususnya di bidang hukum pidana.

E. Kerangka Pemikiran

Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi :

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pembukaan alinea keempat, menjelaskan tentang Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila secara substansial merupakan konsep yang luhur dan murni. Luhur karena mencerminkan nilai-nilai bangsa yang diwariskan turun temurun dan abstrak. Murni karena kedalaman substansi yang menyangkut beberapa aspek pokok, baik agamis, ekonomi, ketahanan, sosial dan budaya yang memiliki corak particular sehingga Pancasila secara konsep dapat disebut sistem tentang segala hal, karena secara konseptual seluruh yang tertuang dalam sila berkaitan erat dan tak dapat terpisahkan. Sesuai dengan bunyi alinea ke-4 tersebut, maka negara wajib melindungi serta mengatur hak dan kewajiban


(14)

warga negaranya melalui peraturan perundang-undangan agar dapat tercipta suasana dan kondisi yang aman, tentram, dan damai di dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.2

Indonesia merupakan negara hukum, sehingga setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Pasal tersebut memberikan penjelasan bahwa Negara Indonesia merupakan sebuah Negara yang berdasar atas hukum bukan atas kekuasaan belaka, jadi segala kegiatan harus berdasarkan pada hukum yang berlaku. Negara hukum yang dimaksud Undang-Undang Dasar 1945 ialah negara yang melindungi bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa3.

Hukum harus mengatur segala tindakan pemerintahan dan masyarakat. Hukum juga sarana untuk mencapai rasa keadilan dan kemakmuran didalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, partisipasi negara merupakan hal yang wajib guna menciptakan keharmonisan di dalam masyarakat dengan menghilangkan atau mengatur berbagai hal yang dianggap meresahkan masyarakat. Segala bemtuk pelanggaran merupakan hal yang ditentang dan tidak diharapkan keberadaannya di masyarakat karena bertentangan dengan hukum, akan tetapi kenyataannya perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan munculnya

2 Otje Salman Soemadiningrat dan Anton F.S, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan

Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm159

3 Subandi Al Marsudi, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Paradigma Reformasi,


(15)

berbagai pelanggaran dalam bentuk baru diantaranya penggunaan telepon seluler di dalam pesawat terbang tersebut.

Teori hukum pembangunan menurut Mochtar Kusumatmadja dalam bukunya yang berjudul Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan menyatakan bahwa hukum tidak hanya meliputi asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat termasuk lembaga dan proses di dalam mewujudkan berlakunya kaidah hukum itu dalam kenyataan4. Kemudian dapat dilihat dalam bukunya yang berjudul Hukum, Masyarakat Dan Pembinaan Hukum Nasional bahwa hukum adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat termasuk lembaga dan proses di dalam mewujudkan berlakunya kaidah hukum itu dalam kenyataan5.

Indonesia sebagai Negara Hukum menganut asas dan konsep pancasila yang terkandung dalam oembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu6:

1. Asas ketuhanan mengamanatkan bahwa hukum tidak boleh ada produk hukum yang anti agama dan anti ajaran agama;

2. Asas kemanusiaan mengamanatkan bahwa hukum nasional harus menjamin, melindungi hak asasi manusia;

4 Mochtar kusumaatmadja, Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional, Bina citra,

1972 hlm 11.

5

Mochtar kusumaatmadja, Hukum Masyarakat dan Pembangunan Hukum Nasional, Bina Citra, 1975, hlm 15.


(16)

3. Asas kesatuan dan persatuan mengamanatkan bahwa hukum Indonesia harus merupakan hukum nasional yang berlaku bagi seluruh bangsa Indonesia, berfungsi sebagai pemersatu bangsa;

4. Asas demokrasi mengamanatkan bahwa kekuasaan harus tunduk pada hukum yang adil dan demokrasi;

5. Asas keadilan social mengamanatkan bahwa semua orang sama dihadapan hukum.

Asas dan kaidah ini menggambarkan hukum sebagai suatu gejala normatif sedangkan lembaga dan proses menggambarkan hukum sebagai suatu gejala sosial. Berdasarkan hal tersebut, maka hukum tidak boleh ketinggalan dalam

proses pembangunan, sebab pembangunan yang berkesinambungan

menghendaki adanya konsepsi hukum yang mendorong dan mengarahkan pembangunan sebagai cerminan dari tujuan hukum modern, salah satu tujuan hukum yaitu keadilan menurut pancasila yaitu keadilan yang seimbang, artinya adanya keseimbangan diantara kepentingan individu, kepentingan masyarakat dan kepentingan penguasa7.

Pesatnya perkembangan teknologi pada saat ini sangat membantu umat manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan telah menghasilkan sarana dan prasarana, piranti-piranti dan alat-alat yang mempermudah manusia dalam berbagai aktifitasnya. Pada intinya ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi telah memberi sesuatu yang mempunyai nilai


(17)

guna kepada umat manusia. Salah satu produk ilmu pengetahuan dan teknologi diantaranya adalah telepon seluler, di mana dengan menggunakan telepon seluler orang dapat melakukan komunikasi dengan mudah dan cepat kapanpun dan dimanapun keberadaannya. Selain itu, ilmu pengetahuan telah menghasilkan sarana dan prasarana transportasi salah satunya adalah pesawat terbang, dimana dengan menggunakan pesawat terbang setiap orang dapat melakukan perjalanan kemanapun dengan lebih cepat dan efisien, tidak seperti menggunakan sarana transportasi lainnya.

Pada kenyataannya, dalam suatu peristiwa hukum termasuk penyalahgunaan alat komunikasi di dalam pesawat terbang dapat juga dikatakan sebagai kejahatan karena setiap kejahatan merupakan perbuatan para pelanggar hukum. Setiap kejahatan adalah prilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dan disahkan oleh hukum tertulis dan hukum positif. Setiap kejahatan yang dapat dihukum disebut tindak pidana, perbuatan pidana merupakan perbuatan yang telah memenuhi syarat tertentu sehingga bisa dikategorikan sebagai kejahatan.

Komunikasi ini berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio yaitu sama makna, maksudnya komunikasi terjadi jika antara orang-orang yang terlibat ada kesamaan makna mengenai sesuatu yang disampaikan dalam melakukan banyak hal. Misalnya, melakukan hubungan kerja sama, belajar, berjualan. Manusia termasuk makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau makhluk yang selalu hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu


(18)

berhubungan antara yang satu dengan yang, menengok, melayat, olahraga, dan sebagainya. Setiap melaksanakan aktivitas ini manusia tentu berkomunikasi. Jadi, setiap manusia senantiasa melakukan komunikasi dalam setiap aktivitas sehari-hari8.

Alat komunikasi biasa disebut dengan telepon yang merupakan alat komunikasi yang dapat mengirimkan pembicaraan melalui sinyal listrik. Selain telepon, alat komunikasi juga bisa berupa radio. Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dan radiasi elektromagnetik/ gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (molekul udara).

Pesawat terbang atau pesawat udara adalah mesin atau kendaraan apapun yang mampu terbang di atmosfer atau udara. Pesawat terbang yang lebih berat dari udara diterbangkan pertama kali oleh Wright Bersaudara (Wright Orville dan Wilbur Wright) dengan menggunakan pesawat rancangan sendiri yang dinamakan Flyer yang diluncurkan pada tahun 1903 di Amerika Serikat. Setelah zaman Wright, pesawat terbang banyak mengalami modifikasi baik dari rancang bangun, bentuk dan mesin pesawat untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara9.

8

Wawan, Pengertian Komunikasi, http://pulau09.blogspot.com/, Diakses Pada Hari Kamis, Tanggal 2 Juni 2009, Pukul 16.39 WIB

9

Firdaur Darmawan, Pengertian Pesawat Terbang, http://bandara.web.id, Diakses Pada Hari Kamis, Tanggal 2 Juni 2009, Pukul 16.39 WIB


(19)

Suatu pesawat terbang agar dapat berangkat, terbang dan mendarat dengan selamat, maka orang, peralatan mekanik dan elektronik di pesawat terbang, juga mekanisme seluruh sistem pengaturan lalu lintas udara harus melakukan kerja sama sebagai suatu sistem heterogen. Komputer pada pesawat terbang merupakan bagian dari sistem keseluruhan tersebut. Dalam hal ini kesalahan pemrograman belum tentu dapat dituding langsung sebagai penyebab sebuah kecelakaan. Suatu kecelakaan atau kejadian tidak hanya dapat timbul oleh kesalahan pada salah satu komponen sistem, tetapi juga dari pelaksanaan pekerjaan yang mengkombinasikan keduanya.

Frekuensi yaitu suatu kejadian yang berkelanjutan atau jumlah kejadian yang berulang yaitu jumlah yang terjadi pada suatu sinyal yang berkelanjutan. Biasanya frekuensi ini dihitung dalam jumlah putaran komplit per detik terhadap arah yang sedang dituju. Ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Dalam hal memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu. Standar unit dari frequency ini adalah

hertz, yang disingkat dengan Hz. Jika suatu sinyal komplit satu putaran dalam satu detik, maka frekuensinya adalah 1 Hz. 1 Hz adalah peristiwa yang terjadi satu kali per detik 60 putaran dalam satu detik, sama dengan 60 Hz10.

10 Fajarsukmono,Definisi Frekuensi, http://fajarsukmono.blogspot.com/, Diakses Pada Hari Kamis,


(20)

Pasal 54 huruf f Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pernerbangan menyebutkan bahwa pengoperasian peralatan elektronika yang mengganggu navigasi penerbangan . Berdasarkan dari ketentuan tersebut bahwa negara melarang setiap perbuatan yang merugikan keselamatan orang lain dan mengganggu navigasi penerbangan tanpa hak secara melawan hukum yang dapat mengakibatkan sistem penerbangan terganggu dan tidak bekerja sebagaimana mestinya, seperti kasus pada penyalahgunaan alat komunikasi dalam pesawat terbang, hal tersebut dapat mengancam keselamatan nyawa orang lain.

Tindak pidana terhadap penggunaan alat komunikasi di dalam pesawat terbang tersebut juga merupakan kejahatan yang dapat merugikan orang lain seperti yang tercantum dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adapun isinya dari pasal tesebut adalah :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berkaitan terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya

Berdasarkan dari ketentuan diatas bahwa negara melarang setiap perbuatan dalam kegiatan yang berakibat dengan terganggunya sistem elektronik tanpa hak atau melawan hukum yang dapat mengakibatkan sistem elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya, seperti kasus pada penyalahgunaan alat komunikasi telepon seluler dalam pesawat terbang, hal tersebut dapat mengancam keselamatan nyawa orang lain.


(21)

F. Metode Penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah menggunakan beberapa metode yaitu :

1. Spesifikasi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis, di mana penelitian dilakukan dengan melukiskan dan menggambarkan fakta- fakta baik berupa data sekunder dan primer berupa peraturan perundang- undangan, data sekunder seperti para pendapat dari para ahli hukum dan data tersier seperti bahan artikel dari internet

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif dalam arti menelusuri, meneliti, dan mengkaji objek tersebut melalui asas asas hukumnya, dan peraturan perundang undangan yang relevan, selain itu dilakukan juga penafsiran gramatikal, yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara menafsiran bunyi undang undang dengan berpedoman pada arti kata-kata dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat yang dipakai dalam undang-undang tersebut atau melihat arti kata dari kamus hukum; Penafsiran sistematis, yaitu penafsiran yang memperhatikan susunan kata-kata yang berhubungan dengan pasal-pasal lainnya baik dalam undang-undang itu sendiri maupun dalam undang-undang-undang-undang lainnya; serta penafsiran otentik, yaitu penafsiran dalam kata-kata istilah dan pengertian dalam


(22)

peraturan yang ditetapkan oleh pembuat peraturan itu sendiri dalam peraturan yang bersangkutan11.

3. Tahap Penelitian

Tahap penelitian yang di gunakan penulis adalah studi pustaka yaitu :

a. Mencari bahan hukum primer berupa perundang- undangan yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Undang- undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan Peraturan Perundang- undangan terkait lainnya. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum berupa doktrin atau

pendapat para ahli hukum terkemuka.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan informasi- informasi berupa artikel, majalah, makalah serta brosur.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu melalui penelaahan data yang diperoleh dari peraturan perundang- undangan, buku- buku, hasil penelitian, jurnal, dan berbagai artikel yang diperoleh dari internet yang berhubungan dengan penggunaan alat komunikasi dalam pesawat terbang.

5. Analisis Data

Metode Analisis yang digunakan penulis adalah yuridis kualitatif, agar :

11 Prof.Dr.H.R. Otje Salman Sumadiningrat, S.H. Materi Pekuliahan Kemahiran Hukum,


(23)

a. Perundang-undangan yang satu dengan yang lain tidak boleh saling bertentangan.

b. Memperhatikan hirarki bahwa peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

c. Kepastian hukum artinya ketentuan yang berlaku betul-betul dilaksanakan oleh penguasa dan penegak hukum.

6. Lokasi Penelitian

a. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Jl Dipatiukur No. 112 telp. (022) 2504119 Bandung.

b. Instansi

Departemen Perhubungan RI, Jl. Merdeka Barat No. 8, 10110 telp. (021) 3811308 Jakarta

c. Website

a) Arif, Gangguan Sinyal HP Penerbangan, http://www.iptek.net.id/,

b) Wawan, Pengertian Komunikasi, http://pulau09.blogspot.com/,

c) Telepon Genggam, http://id.wikipedia.org/wiki/,

d) Firdaur Darmawan, Pengertian Pesawat Terbang,

http://bandara.web.id


(24)

BAB II

ASPEK ASPEK HUKUM TENTANG TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN GANGGUAN SISTEM FREKUENSI DALAM PESAWAT TERBANG

A. Ketentuan Hukum Teknologi Komunikasi

Pengertian komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu Communicare yang artinya berpartisipasi atau memberitahukan. Arti kata komunikasi

(communication) dalam Ensiklopedi Administrasi adalah suatu proses penyampaian ide dari suatu sumber berita ke suatu tempat tujuan. Pengertian komunikasi menurut Phil Astrid Susanto, dalam buku Komunikasi dalam Teori dan Praktik, menuliskan bahwa kata komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti1.

Komunikasi menurut pendapat dari seorang tokoh bernama Keith Davis, dalam bukunya Human Relation at Work, menuliskan bahwa komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari seseorang ke orang lain. Jadi pengertian komunikasi adalah suatu tingkah laku atau perbuatan penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti dan makna dari satu individu ke individu lainnya atau dari satu organisasi ke organisasi lainnya yang menimbulkan reaksi. Pengertian komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan pemindahan atau penyampaian berita atau informasi yang mengandung arti dan makna dari satu pihak kepada pihak lain dalam usaha

1 Tim-edukasi,net, Pengertian Komunikasi, http://www.e-dukasi.net, Diakses Pada Hari Minggu


(25)

untuk saling pengertian2.

Pengertian komunikasi menurut Andrew F. Sikula ialah communication is the process of transmitting information, meaning, and understanding from one person, place, or thing to another person, pleca, or thing. Komunikasi adalah prose penyampaian informasi, maksud, dan pengertian dari seseorang, suatu tempat, atau suatu benda kepada orang, tempat, atau benda lain3.

Melihat beberapa pengertian komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa 4: 1. Komunikasi sebagai proses, artinya komunikasi dilakukan melalui

tahap-tahap tertentu yang harus dilalui.

2. Unsur manusia, artinya ada dua pihak atau lebih yang melakukan komunikasi. Yakni adanya pihak pengirim (komunikator) dan pihak menerima (komunikan).

3. Unsur alat, artinya bahwa dalam komunikasi menggunakan media, baik langsung maupun tidak langsung.

4. Unsur berita/informasi, artinya berita berupa bahasa, simbol, tanda-tanda, yang disampaikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka, 2002, komunikasi adalah5:

2 Ibid,

3 Moekijat, teori komunikasi, CV Maju Mundur, Bandung, 1993, hlm 4 4 Ibid,


(26)

1. Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan, kontak.

2. perhubungan.

Komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal (bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa)6.

1. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa;

a. Vocabulary / perbendaharaan kata-kata. Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.

b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.

c. Intonasi suara akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

5

Wawan, Pengertian Komunikasi, http://pulau09.blogspot.com. Op Cit.

6 Sungaibatinku ,Seluk Beluk Komunikasi, http://sungaibatinku.wordpress.com, Diakses Pada Hari


(27)

d. Humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.

f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.

2. Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata (bahasa) dan komunikasi nonverbal memberikan arti pada komunikasi verbal, yang termasuk komunikasi nonverbal:

a. Ekspresi wajah, wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.

b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinteraksi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya


(28)

c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan daripada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.

d. Postur tubuh dan gaya berjalan, cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya. e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah

satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi nonverbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.

f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stres, bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stres.

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah7:

1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.


(29)

2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.

3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.

4. Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain (dari komunikator).

5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.

Teknologi komunikasi adalah peralatan perangkat keras (hardware) dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses, dan saling tukar menukar informasi dengan individu-individu lainnya8.

Teknologi Komunikasi yaitu9:

1. Teknologi komunikasi dapat diimplementasikan dalam suatu alat

2. Teknologi komunikasi dilahirkan oleh sebuah struktur sosial,ekonomi dan politik

3. Teknologi komunikasi membawa nilai yang berasal dari struktur ekonomi , sosial dan politik tertentu.

8

Diposkan oleh Aplikom-BSI, http://www.aplikom-bsi.co.cc/2009/05/ pengertian-teknologi-komunikasi.html, Diakses Pada Hari Rabu Tanggal 13 April 2010, Pukul 23:56 WIB


(30)

4. Teknologi komunikasi meningkatkan kemampuan indera manusia terutama kemampuan mendengar dan melihat.

Unsur-unsur teknologi komunikasi yaitu10:

1. Informasi, dapat berupa tulisan, suara, musik, gambar,dan data yang memiliki spektrum frekuensi dan bentuk-bentuk yang berbeda.

2. Alat yang dipergunakan untuk meneruskan informasi, dengan media transmisi dan sistem modulasi.

3. Dengan cara yang sesuai,bentuk akhir (informasi yang diterima) harus seserupa mungkin dengan bentuk awal (informasi yang dikirimkan) dan dalam batas-batas distorsi yang dapat ditolerir.

4. Dalam jumlah maupun kecepatan yang semakin meningkat melalui jarak yang semakin jauh dengan biaya yang seekonomis mungkin.

Telepon adalah sebuah alat yang lahir pada tahun 1796. Sebagai wujud dari teknologi komunikasi, telepon menemukan bentuk dan fungsi nyata saat Alexander Graham Bell (1874-1922) menemukan dan mematenkan perangkat tersebut. Telepon kemudian berkembang sebagai dasar dari revolusi besar komunikasi, bahkan tata hidup manusia secara umum. Sistem komunikasi modern telah melahirkan kesadaran akan lahirnya zaman komunikasi (age of communication), di mana telepon menjadi salah satu penanda utamanya11.

10 Ibid,

11 Joko Punirbo, Telepon dan Sastra Ektase dan Pembenaran Diri, http://jokopinurbo.com, Diakses


(31)

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara)12.

Proses pembangunan hampir dipastikan akan membawa dampak yang meluas pada berbagai aspek kehidupan manusia, seperti dikemukakan oleh Soerjono Soekanto bahwa pembangunan merupakan perubahan terencana dan teratur yang antara lain mencakup aspek-aspek politik, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi13. Berkaitan dengan pembangunan di bidang teknologi, dewasa ini peradaban manusia dihadirkan dengan adanya fenomena baru yang mampu mengubah hampir setiap aspek kehidupan manusia, yaitu perkembangan teknologi dapat digunakan dimana saja dan kapan saja.

Pemerintah dalam melindungi masyarakatnya untuk setiap kegiatan atau perbuatan hukum yang menyangkut pemanfaatan teknologi informasi telah menetapkan sebuah peraturan perundang-undangan, yaitu dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dimana dalam undang-undang tersebut mengatur segala bentuk kegiatan atau perbuatan hukum yang dilakukan melalui pemanfaatan

12 Ibid

,

13 Dikdik M. Arief Mansur, Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung,


(32)

teknologi, baik itu mengenai ketentuan hukum pidana maupun ketentuan hukum perdata.

Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) tidak dapat menjangkau semua aspek hukum dalam kegiatan atau perbuatan hukum yang dilakukan melalui pemanfaatan teknologi, tetapi dapat didukung oleh peraturan perundang-undangan lainnya sehingga tidak akan terjadi kekosongan hukum dalam setiap peristiwa hukum yang terjadi sebagai jalan keluar dalam penegakan hukumnya. Selanjutnya di dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) disebutkan bahwa kegiatan melalui media sistem elektronik, meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan atau perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis kegiatan pada teknologi tidak dapat didekati dengan ukuran dan kualifikasi hukum konvensional saja sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang lolos dari pemberlakuan hukum. Penggunaan alat komunikasi salah satunya yaitu telepon seluler adalah kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik. Dengan demikian, subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata.

Informasi elektronik berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,


(33)

gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Teknologi informasi berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) adalah suatu

teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses,

mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi. Salah satu hasil teknologi informasi adalah internet, dimana setiap orang dapat melakukan akses internet untuk mendapatkan informasi secara elektronik.

Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi agar dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, terdapat tiga pendekatan untuk menjaga keamanan didalam pemanfaatan teknologi, yaitu pendekatan aspek hukum, aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk mengatasi gangguan keamanan dalam penyelenggaraan pemanfaatan teknologi, dalam hal ini penggunaan alat komunikasi dalam pesawat terbang, karena hal tersebut persoalan pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak optimal.

Kemajuan teknologi informasi saat ini sangat banyak memberikan manfaat bagi manusia seperti dari segi komunikasi, kecepatan serta kemudahan. Sarana informasi dan komunikasi memiliki asas dan tujuan dalam pemanfaatannya


(34)

sebagai mana disebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang menyatakan bahwa Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.

Dewasa ini, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dapat melakukan komunikasi dengan mudah yaitu dengan menggunakan alat komunikasi telepon seluler. Saat ini telepon seluler telah banyak digunakan oleh masyarakat dan seolah-olah menjadi barang yang wajib dimiliki. Keberadaan telepon seluler sangat membantu dalam kemudahan komunikasi, tetapi pancaran sinyal dari telepon seluler selalu mengikuti kaidah pancaran radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi ini yang sering dikatakan sebagai penyebab timbulnya berbagai masalah misalnya dalam terjadinya kecelakaan pesawat terbang. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa radiasi telepon seluler menjadi penyebab mesin turbin pesawat terbang akan berhenti berkerja sebagaimana mestinya. Karena frekuensi telepon seluler sama dengan mesin turbin pesawat terbang dan sinergi ini akan berakibat mengganggu jalannya turbin tersebut.

Penggunaan alat komunikasi seperti telepon seluler dapat digunakan dimana saja dan kapanpun oleh masyarakat. Namun banyak masyarakat di Indonesia yang kurang mengetahui bahwa penggunaan alat komunikasi telepon seluler tidak dapat digunakan pada saat berada didalam pesawat terbang. Larangan mengaktifkan telepon seluler sebenarnya selalu diumumkan dalam pesawat


(35)

disaat pesawat terbang akan meluncur untuk melakukan lepas landas. Larangan menyalakan telepon seluler dan alat elektronik lain seperti laptop, perangkat personal games selama penerbangan yang perlu lebih tegas dinyatakan sebagai larangan yang berdampak pelanggaran hukum karena kemungkinan bahayanya mengganggu sistem navigasi dan komunikasi penerbangan hingga dapat mengganggu keselamatan dan keamanan penerbangan14.

Berdasarkan penjelasan Pasal 2 Undang- Undang No.36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi menyebutkan bahwa Telekomunikasi diselenggarakan berdasarkan:

1. Asas manfaat berarti bahwa pembangunan telekomunikasi khususnya penyelenggaraan telekomunikasi akan Iebih berdaya guna dan berhasil guna baik sebagai infrastruktur pembangunan, sarana penyelenggaraan pemerintahan, sarana pendidikan, sarana perhubungan, maupun sebagai komoditas ekonomi yang dapat Iebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat lahir batin.

2. Asas adil dan merata adalah bahwa penyelenggaraan telekomunikasi memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang memenuhi syarat dan hasil-hasilnya dinikmati oleh masyarakat secara adil dan merata.

3. Asas kepastian hukum berarti bahwa pembangunan telekomunikasi khususnya penyelenggaraan telekomunikasi harus didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum, dan memberikan perlindungan hukum baik bagi para investor, penyelenggara telekomunikasi, maupun kepada pengguna telekomunikasi.

4. Asas kepercayaan pada diri sendiri, dilaksanakan dengan memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya nasional secara efisien serta penguasaan teknologi telekomunikasi, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan mengurangi ketergantungan sebagai suatu bangsa dalam menghadapi persaingan global.

5. Asas kemitraan mengandung makna bahwa penyelenggaraan

telekomunikasi harus dapat


(36)

Menurut ketentuan Pasal 3 Undang- Undang No.36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi menyebutkan bahwa Telekomunikasi diselenggarakan dengan tujuan untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata, mendukung kehidupan ekonomi dan kegiatan pemerintahan, serta meningkatkan hubungan antarbangsa. Tujuan penyelenggaraan telekomunikasi dalam ketentuan ini dapat dicapai, antara lain, melalui reformasi telekomunikasi untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan telekomunikasi dalam rangka menghadapi globalisasi, mempersiapkan sektor telekomunikasi memasuki persaingan usaha yang sehat dan profesional dengan regulasi yang transparan,

B. Ketentuan Hukum Mengenai Sistem Frekuensi Udara Dalam Pesawat Terbang.

Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Proses untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali per detik15.

15 Wiki, http://id.wikipedia.org/wiki/Frekuensi, Diakses Pada Hari Rabu Tanggal 13 April 2010, Pukul


(37)

Frekuensi dalam penggunaan dan pengelolaannya diatur oleh dengan undang-undang. Untuk lebih memahami arti dari Frekuensi, berikut ada beberapa definisi Frekuensi dari sudut pandang yang berbeda 16:

1. Menurut Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi bahwa spektrum frekuensi radio dan orbit satelit merupakan sumber daya alam yang sangat terbatas dan mempunyai sifat-sifat khusus seperti, tidak diproduksi manusia, tidak dapat dipakai/digunakan seenaknya, tidak dapat ditukar/diganti seenaknya, tidak aus/habis dipakai dan tidak mengenal batas perambatan.

2. Pengertian Frekuensi dari sudut pandang Teknik ( Fisika ) a. Pengertian atau Arti Definisi Getaran

Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran frekuensi adalah satu kali gerak bolak-balik penuh.

b. Pengertian atau Arti Definisi Frekuensi

Frekuensi adalah benyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Rumus frekuensi adalah jumlah getaran dibagi jumlah detik waktu. Frekuensi memiliki satuan hertz / Hz

c. Pengertian atau Arti Definisi Periode


(38)

Periode adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali getaran. Rumus untuk mencari periode adalah angka 1 dibagi jumlah frekuensi dengan satuan detik / sekon.

d. Pengertian atau Arti Definisi Amplitudo

Amplitudo adalah jarak terjauh simpangan dari titik keseimbangan.

Gangguan frekuensi sinyal telepon seluler merupakan gangguan yang dilakukan oleh kesalahan manusia yang berakibat banyak kejadian kecelakaan yang tidak diingankan. Sinyal ini juga berbahaya di pom bensin dapat mengacaukan kontrol instrumentasi pom bensin. Bukan hanya pada pom bensin, sinyal telepon seluler yang mengeluarkan gelombang radio juga dapat mengganggu otak manusia karena pada umumnya sinyal-sinyal syaraf manusia pada frekuensi rendah. Pada saat manusia menerima telepon, sinyal frekuensi telepon seluler sangat mudah mengganggu otak manusia karena telepon seluler tersebut sangat berdekatan dengan otak manusia17.

Frekuensi bicara telepon seluler tidak mengganggu penerbangan atau apapun karena ada alokasinya sendiri atau masing-masing. Akan tetapi signaling pada sebagian besar sistem telepon selular adalah broadband (signal tone transformasi fouriernya tak hingga) dengan range dari frekuensi sangat rendah ke sangat tinggi (pilot tone). Sinyal pilot tone bisa mengganggu berbagai macam instrumen atau alat di pesawat yang memang dikontrol oleh sinyal listrik kecil


(39)

atau lemah. Hal ini dapat memungkinkan matinya turbin jika memang turbin dikontrol dengan sinyal listrik yang lemah18.

Sistem navigasi menurut Pasal 1 angka 46 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari satu titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya dan/atau rintangan penerbangan, sedangkan keselamatan penerbangan menurut Pasal 1 angka 48 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Keamanan penerbangan menurut Pasal 1 angka 49 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur.

Perkembangan dunia yang sangat efisien dan efektif untuk melakukan komunikasi yaitu dengan menggunakan telepon seluler. Dewasa ini penggunaan telepon seluler sebagai alat untuk melakukan hubungan komunikasi sudah dikenal luas dan penggunaan telepon seluler sebagai sarana komunikasi sudah merupakan kebutuhan pokok hampir di setiap kegiatan masyarakat, namun dalam perjalanannya penggunaan telepon seluler menjadi penyebab yang sangat fatal apabila dilakukan pada saat berada diatas pesawat terbang.

18Wikipedia, Telepon Genggam, http://id.wikipedia.org/wiki/, Diakses Pada Hari Kamis, Tanggal 2


(40)

Seperti di Indonesia begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, mulai terdengar bunyi beberapa telepon seluler yang baru saja diaktifkan. Para pengguna telepon seluler dapat dikatakan sebagai para pelanggar hukum. Hal tersebut dinyatakan bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang lain dan merupakan gangguan terhadap kenyamanan orang lain. Dapat dimaklumi, mereka pada umumnya memang belum memahami tatakrama menggunakan telepon seluler, masyarakat juga belum mengerti bahaya yang dapat ditimbulkan akibat frekuensi dari telepon seluler dan alat elektronik lainnya terhadap sistem navigasi dan kemudi pesawat terbang. Oleh karena itu telepon seluler harus dimatikan apabila berada diatas pesawat terbang.

Tindakan para pengguna telepon seluler yang tidak mematuhi aturan dalam pesawat terbang yang bias merugikan pihak lain bahkan bias menyebabkan kecelakaan dan hilangnya nyawa orang lain bias dikaitkan sebagai suatu tindak pidana.

Istilah tindak pidana dalam KUHP disebut sebagai Strafbaarfeit. Perkataan feit pada kata Strafbaarfeit dalam bahasa Belanda berarti sebagian dari suatu kenyataan atau een gedeeltevan de werkelijkheid, sedang Strafbaarfeit berarti dapat dihukum. Strafbaarfeit memiliki pengertian secara harfiah yaitu sebagai sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum, yang sudah barang tentu tidak tepat, oleh karena itu akan kita ketahui bahwa yang dapat dihukum itu sebenarnya adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan


(41)

maupun tindakan19. Sifat-sifat dari suatu tindak pidana adalah sifat melanggar hukum (wederrechtelijkheid, onrechtmatigheid). Tidak ada suatu tindak pidana tanpa melanggar hukum20.

Menurut Simons, Strafbaarfeit adalah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana, yang berrsifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan, dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab. Unsur-unsur Strafbaarfeit menurut Simons adalah sebagai berikut21:

1. Kelakuan/perbuatan (manusia)

2. Perbuatan itu diancam dengan pidana 3. Perbuatan itu bersifat melawan hukum

4. Perbuatan itu berhubungan dengan kesalahan

5. Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab

Secara umum unsur-unsur pada suatu tindak pidana dapat dijabarkan menjadi 2 (dua) macam yaitu unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif adalah unsur yang terdapat dalam diri pelaku tindak pidana, unsur subjektif meliputi kesengajaan (dolus), kealpaan (culpa), niat (voornemen), maksud (oogmerk), dengan rencana lebih dahulu (met voorbedachte rade), perasaan takut (vrees), sedangkan unsur objektif adalah unsur yang terdapat diluar diri pelaku, unsur objektif meliputi perbuatan atau kelakuan manusia, akibat yang menjadi syarat mutlak dari delik, unsur melawan hukum, unsur lain yang menentukan sifat

19 Lamintang P.A.F, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997,

hlm 181

20 Wirdjono Prodjodikoro, Tindak-tindak pidana tertentu di Indonesia; Op. cit, hlm1 21 Sofjan sastrawidjaja, Hukum Pidana, PT Amico, Cimahi 1995, hlm 113-116


(42)

tindak pidana, unsur yang memberatkan pidana, unsur tambahan yang menentukan tindak pidana22.

Pasal 54 huruf f Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pernerbangan menyebutkan bahwa pengoperasian peralatan elektronika yang mengganggu navigasi penerbangan sangat dilarang. Berdasarkan dari ketentuan tersebut bahwa negara melarang setiap perbuatan yang merugikan keselamatan orang lain dan mengganggu navigasi penerbangan tanpa hak secara melawan hukum yang dapat mengakibatkan sistem penerbangan terganggu dan tidak bekerja sebagaimana mestinya. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

Efektifitas berlakunya suatu peraturan perundang-undangan tergantung dari pemahaman terhadap isi dan maksud aturan tersebut, untuk itu perlu diketahui unsur-unsur yang terkandung dalam suatu tindak pidana. Tindak pidana pelanggaran dalam penggunaan alat komunikasi dalam pesawat terbang dalam bentuk pokok sebagaimana diatur dalam Pasal 54 huruf f Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan terdiri dari 2 unsur yaitu unsur subjektif dan unsur objektif. Rumusan Pasal 54 huruf Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :


(43)

1. Unsur Subjektif : Dengan maksud menggunakan alat elektronik, dalam hal ini adalah alat komuniksi

2. Unsur Objektif : Setiap orang di dalam pesawat udara selama penerbangan dilarang melakukan pengoperasian peralatan elektronika yang mengganggu navigasi penerbangan.

a. Perbuatan : Menggunakan alat elektronik b. Objeknya : Alat Komunikasi yang mengganggu

sistem navigasi penerbangan

Unsur subjektif pada Pasal 54 huruf f Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan artinya yaitu adanya niat dari pelaku untuk melakukan perbuatan memakai atau menggunakan alat komunikasi atau alat elektronik dengan tujuan untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Unsur objektif yaitu barang siapa menggunakan alat komunikasi atau alat elektronik yang dapat menimbulkan gangguan sistem navigasi, yang dapat mengakibatkan kecelakaan pesawat terbang,

Tindak pidana terhadap penggunaan Alat komunikasi dalam pesawat terbang tersebut juga merupakan kejahatan yang dapat merugikan orang lain seperti yang tercantum dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adapun isinya dari pasal tesebut adalah :

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakinat terganggunya Sistem Elektronik


(44)

dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya

Rumusan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :

1. Unsur subjektif : Dengan sengaja.

2. Unsur objektif : Melakukan tindakan apa pun

yang berakibat terganggunya sistem elektronik dan/atau mengakibatkan sistem elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya

a. Perbuatan :Melakukan tindakan yang mengganggu sistem elektronik

b. Objeknya : Mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya

Unsur Subjektif pada Pasal 33 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) adalah dengan sengaja artinya adanya subjek hukum yaitu seseorang untuk melakukan sesuatu dengan unsur kesengajaan dalam melakukan perbuatan yang merugikan. Unsur objektif yaitu mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya artinya dapat mengakibatkan kecelakaan pesawat terbang karena system navigasi pesawat terbang menjadi tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya akibat dari adanya gangguan sinyal frekuensi dari alat komunikasi yang digunakan didalam pesawat terbang.


(45)

BAB III

PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI DALAM PESAWAT TERBANG YANG MENYEBABKAN GANGGUAN SISTEM FREKUENSI KOMUNIKASI UDARA

A. Tindakan-Tindakan Dalam Pesawat Terbang Yang Menyebabkan Gangguan Sistem Frekuensi Komunikasi Udara

Dewasa ini perkembangan teknologi semakin maju, terlihat dengan adanya berbagai perubahan akibat dunia yang semakin global dan tanpa batas (globalized and borderlesworld) yang berarti tidak terpaut jarak, ruang dan waktu, menimbulkan banyak terjadi perubahan dalam segala bidang baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi bahkan sampai di bidang perbankan.

Berkaitan dengan pembangunan di bidang teknologi, dewasa ini peradaban manusia dihadirkan dengan adanya fenomena baru yang mampu mengubah hampir setiap kehidupan manusia, yaitu perkembangan teknologi penerbangan, dimana setiap orang dapat pergi kemanapun dengan mudah dan cepat tanpa harus banyak menyita waktu. Munculnya fenomena baru dalam dunia transportasi, yaitu transportasi udara dengan menggunakan pesawat terbang telah mengubah perilaku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik secara individu maupun kelompok. Pesawat terbang memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk melakukan perjalanan kemanapun sesuai dengan keinginannya walau jarak yang ditempuh bermil-mil jauhnya, karena dengan


(46)

menggunakan pesawat terbang jarak bukanlah sebagai suatu halangan. Saat ini dengan menggunakan pesawat terbang, setiap orang dapat menghemat waktu dalam melakukan perjalanan tidak seperti dulu ketika menggunakan sarana transportasi darat atau sarana transportasi laut yang menghabiskan banyak waktu.

Kemudahan dalam kemajuan teknologi tersebut menjadikan manusia lengah bahkan tidak menghiraukan larangan-larangan yang telah diberitahukan terlebih dahulu, larangan penggunaan alat komunikasi telepon seluler dan alat elektronik yang mengeluarkan sinyal frekuensi yang dapat mengganggu sistem dalam pesawat terbang telah diberitahukan terlebih dahulu sebelumnya kepada pengguna jasa penerbangan.

Manusia menjadi potensial pemicu yang sangat besar dalam hal tersebut, ada banyak hal yang melatarbelakanginya, entah kesalahpahaman, kelelahan mental, kurangnya pengalaman, atau masalah budaya. Faktor manusia dapat menarik beberapa hal yang menjadi mata rantai dari faktor kesalahan, seperti tingkat kedewasaan seorang pilot dan copilot pada saat mengalami suatu keadaan yang tidak diinginkan secara tiba-tiba. Seorang pilot dengan jam terbang yang tinggi cenderung sudah terbiasa menghadapi keadaan gangguan mesin secara tiba-tiba. Selain itu, faktor lingkungan pilot juga ikut menentukan sikap pilot itu. Pilot merupakan faktor utama yang memegang keselamatan


(47)

dalam kegiatan penerbangan sebuah pesawat, tetapi tentu tidak dapat menafikan faktor-faktor lain yang kiranya juga ikut berpengaruh1.

Alat elektronik menjadi kemungkinan besar penyebab jatuhnya pesawat terbang karena alat elektronik tersebut menyebabkan pilot kehilangan kontrol pesawat. Banyaknya kecelakaan yang terjadi hampir semua pihak investigasi mengatakan bahwa telah melakukan pengecekan terhadap komponen pesawat sebelum pesawat digunakan, tetapi mengapa pada saat pengecekan setelah kecelakaan terjadi pihak investigasi mendapati adanya salah satu alat elektronik yang membuat alat komunikasi terganggu. laptop dan telepon seluler bahkan sudah ada larangan penggunaannya ketika pesawat tersebut sedang berada di ketinggian 3000 kaki2. Alat elektronik pada dasarnya, telepon seluler dan perangkat nirkabel seperti laptop memancarkan transmisi aktif pada spektrum elektromagnetik, yang biasanya ada pada perangkat seperti telepon, radio, dan jaringan wifi3.

Telepon seluler tidak hanya dapat mengirimkan atau menerima frekuensi radio, melainkan juga memancarkan radiasi tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station) yang kemampuannya sangat tergantung pada kualitas jaringan seluler tersebut, sehingga dalam kondisi aktif tetap dapat memancarkan sinyalnya terus menerus secara periodik pada jarak ketinggian

1 Ibid,

2 Admin, Laptop dan Ponsel Penyebab Kecelakaan Pesawat, http://bandarudara.com, Diakses Pada

Hari Selasa, Tanggal 28 April 2010, Pukul 12.00 WIB.

3

Bataviase. Bertelepon di Dalam Pesawat, http://bataviase.co.id, Diakses Pada Hari Selasa, Tanggal 28 April 2010, Pukul 12.00 WIB.


(48)

tertentu dan tetap terregistrasi pada jaringannya dan akan tetap melakukan kontak dengan BTS (Base Transceiver Station) terdekat. Telepon seluler, televisi dan radio menurut FAA (Federal Aviation Administration) dikategorikan sebagai portable electronic devices (PED) yang berpotensi mengganggu peralatan komunikasi dan navigasi pesawat udara, karena peralatan-peralatan tersebut dirancang untuk mengirim dan menerima sinyal.

Hal tersebut bisa kita lihat pada radio FM misalnya, oscilator frekuensi di dalam radio yang mendeteksi gelombang FM mengganggu secara langsung sinyal navigasi VHF pesawat udara. Bukan hanya itu, telepon seluler yang dipakai di dalam pesawat udara memiliki jangkauan transmisi yang lebih besar daripada sewaktu di darat. Pada saat pesawat terbang menambah jarak dan menjauhi BTS (Base Transceiver Station) di darat, tenaga yang akan dihasilkan juga bertambah kuat, hingga dapat mencapai batas maksimum. Oleh karenanya resiko adanya gangguan pun akan semakin besar. Logika praktisnya, apabila sistem komunikasi antara pilot di cockpit pesawat terbang dengan menara bandara terganggu, atau tidak jelas, maka komunikasi antar pesawat pun menjadi terganggu dan berpeluang mengakibatkan pilot salah membaca panel instrumen4.

Ketika pesawat terbang masih berada pada fase kritis seperti saat menjelang

take off dan landing, jaringan akan menciptakan tenaga yang dihasilkan oleh telepon seluler pada tingkat tertentu karena jarak masih memadai untuk tetap

4 http://www.postel.go.id, Bahaya penggunaan Telefon Seluler di dalam Pesawat Udara Diakses Pada


(49)

tersambung dengan jaringannya. Mengingat fase kritis ini cukup tinggi kontribusinya terhadap berbagai kecelakaan pesawat udara, sehingga sangat wajar seandainya awak kabin selalu tetap melarang penggunaan telepon seluler pada saat penumpang boarding atau sesudah pesawat landing. Peringatan ini disebabkan karena sebagian penumpang masih sangat sering memanfaatkan waktu untuk menggunakan telepon seluler saat mulai duduk di kursi dalam pesawat, ataupun cenderung buru-buru menghidupkan telefon selulernya ketika pesawat baru saja landing meski pesawat yang ditumpanginya masih bergerak untuk approxing menuju tempat parkir pesawat5.

Ditinjau dari aspek Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, khususnya yang menyangkut pelarangan gangguan (interferensi) frekuensi radio juga disebut secara jelas pada Pasal 33 Ayat (2) dan Pasal 38. Pasal 33 Ayat (2) menyebutkan, bahwa penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak saling mengganggu. Sedangkan Pasal 38 menyebutkan, bahwa setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggaraan telekomunikasi. Secara definitif, sesuai dengan ketentuan umum dalam Undang-Undang Telekomunikasi, maksud dari penyelenggaraan telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi6.

5 Ibid.,


(50)

Pelanggaran terhadap ketentuan ini telah diatur dalam Undang-Undang Telekomunikasi dan juga dalam PP No. 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. Dengan demikian, komunikasi yang dimaksud dalam konteks ini adalah komunikasi navigasi udara yang dipergunakan dalam penerbangan udara. Oleh karenanya, diharapkan kepada para penumpang pesawat udara untuk tetap mematuhi peringatan yang selalu bijaksana dan santun disampaikan oleh seluruh awak pesawat (Pilot, Co-Pilot,

Purser dan Pramugari atau Pramugara) tentang larangan penggunaan

electronic devices di dalam pesawat udara guna tujuan meminimalisasi terjadinya kecelakaan penerbangan udara, karena sejauh ini sebagian besar penumpang cenderung kurang mematuhi larangan tersebut, walaupun hal tersebut dimaksudkan untuk keselamatan mereka sendiri juga7.

Menurut FAA (Federasi Keselamatan Penerbangan Internasional), penyebab kecelakaan penerbangan ada 3 (tiga), yaitu8:

1. Faktor cuaca (13,2%),

2. Armada (pesawat terbang) yang digunakan (27,1%), dan 3. Manusia (66,7%).

Banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akibat dari telepon seluler antara lain yaitu9:

7 Ibid.,

8Suara Merdeka, Mencari Akibat rontoknya SI Berung Besi, http://www.suaramerdeka.com, Diakses

Pada Hari Selasa, Tanggal 28 April 2010, Pukul 12.00 WIB.

9Yunitae, Pengaruh Sinyal Handpond terhadap Pesawat Terbang, http://yunitae.blogspot.com,


(51)

1. Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja take-off dari bandara Zurich Swisstidak lama kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. Penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal telepon seluler terhadap sistem kemudi pesawat.

2. Pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus meraung-raung. Ternyata, sebuah telepon seluler di dalam kopor dibagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.

3. Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang final approach untuk landing di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpang belum mematikan komputer, CD player, dan electronic game masing-masing (The Australian, 23-9-1998).

Setiap terjadi musibah kecelakaan penerbangan memang perlu dilakukan pencegahannya. biasanya tim investigasi atau penyidik kecelakaan pesawat terbang akan meneliti sebab-sebab kecelakaan dari aspek keamanan dan keselamatan terbang yang meliputi berbagai faktor, dengan tujuan agar kecelakaan serupa dapat dicegah di kemudian hari. Memang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajari dan mengungkap penyebab sebuah kecelakaan yang meliputi berbagai data yang terkait dengan operasi penerbangan saat itu, termasuk rekaman pembicaraan antara sang pilot dengan petugas pengatur lalu lintas udara (air traffic control) di tower bandar udara di menit-menit terakhir sebelum kecelakaan terjadi, biasanya dalam


(52)

pemeriksaan yang dilakukan oleh tim investigasi kecelakaan penerbangan hanya dibahas faktor penyebab pokok yang terdiri atas faktor manusia, mesin dan media karena ketiganya ini merupakan penyebab utama, sedangkan faktor-faktor yang lain hanyalah sekadar pendukung saja. Oleh sebab itu, dalam setiap kecelakaan tidak terlalu tergesa-gesa membuat keputusan bahwa pada setiap kecelakaan pesawat penyebab kecelakaan adalah pilot sebagai penerbangnya.

Penggunaan alat telekomunikasi dalam pesawat terbang yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pesawat terbang sekarang-sekarang ini sering terjadi, hal ini disebabkan karena perbuatan dari penumpang itu sendiri, dimana perbuatan itu telah menimbulkan banyak kerugian baik bagi maskapai penerbangan itu sendiri maupun para pengguna pesawat terbang. Hal ini sangat memprihatinkan, karena hal tersebut tidak hanya berdampak nasional, tetapi juga internasional karena penggunaan pesawat terbang sudah melintasi batas wilayah antar Negara. Karena itu, perlu tindakan tegas dalam penanganan atau pengaturan hukum mengenai penggunaan alat telekomunikasi dalam pesawat terbang.

B. Pihak-pihak yang menyebabkan Gangguan Sistem Frekuensi Komunikasi Udara Dalam Pesawat Terbang

Berkaitan dengan pembangunan di bidang teknologi, dewasa ini peradaban manusia dihadirkan dengan adanya fenomena baru yang mampu mengubah


(53)

hampir setiap kehidupan manusia, yaitu perkembangan teknologi melalui telepon seluler. Munculnya fenomena ini telah mengubah perilaku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik secara individu maupun kelompok. Disamping itu, kemajuan teknologi tentunya akan berjalan bersamaan dengan perubahan-perubahan di bidang kemasyarakatan. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengenai nilai-nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, kekuasaan dan interaksi sosial dan lain sebagainya10.

Pesatnya perkembangan di bidang teknologi informasi saat ini merupakan dampak dari semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan informasi itu sendiri. Dekatnya hubungan antara informasi dan teknologi jaringan komunikasi telah menghasilkan sarana telekomunikasi yang amat luas tanpa batasan wilayah. Teknologi ini berisi mengenai penggunaan alat komunikasi yang dapat dilakukan setiap orang tanpa harus bertemu yaitu dengan menggunakan alat komunikasi telepon seluler. Sebagai media komunikasi, telepon seluler juga merupakan sarana kegiatan komunitas komersial terbesar dan terpesat pertumbuhannya, khususnya di Indonesia.

Kegiatan penerbangan tidak terlepas dari pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraanya. Pihak-pihak terkaitnya antara lain :

1. Perusahaan Penerbangan

10 Dikdik M. Arief Mansur, Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika


(1)

2. Penanggulangan dan tindakan yang dapat dilakukan terhadap pelanggar hukum dalam menggunkan alat komunikasi didalam pesawat terbang adalah dengan menerapkan Pasal 54 huruf f Undang-undang Nomor 1 tahun 2009 Tentang Penerbangan , karena mengandung unsur-unsur yang memuat atau mengatur mengenai pelanggaran hukum penggunakaan alat komunikasi di dalam pesawat terbang. Tindakan yang dilakukan oleh pelanggar hukum dapat menyebabkan kerugian bagi korban baik itu secara materil maupun imateril, tindakan yang dapat dilakukan oleh korban terhadap pelaku pelanggar hukum atas penggunakaan alat komunikasi didalam pesawat terbang dapat dilakukan dengan cara tindakan hukum represif (penindakan) yaitu lebih menekankan isi dan sanksiyang terdapat dalam Undang-Undang ITE. Jika pelanggar hukum itu benar-benar terbukti maka harus secepatnya dilakukan pengusutansampai kasusu tersebut sekesai. Korban dapat melaporkan tindakan pelanggaran hukum kepada pihak kepolisian yang berwenang untuk diproses sesuai dengan prosedur yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Iformasi dan Transaksi Elektronik kemudian dilakukannya proses penyelidikan dan penyidikan terhadap pelaku pelanggar hukum sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana yang diatur dalam KUHAP. Selanjutnya dilakukan penyerahan berkas perkara disertai penyerahan tersangka dan barang bukti menurut Pasal 184 KUHAP kepada jaksa penuntut umum untuk dapat diproses di pengadilan dengan menerapkan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008


(2)

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

B. Saran

1. Perlunya sosialisasi mengenai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan Undang-undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), pada Pasal 54 huruf f undang Nomor 1 tahun 2009 Tentang Penerbangan dan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mengatur tentang penggunaan alat-alat komunikasi seperti telepon seluler dan lainnya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan pesawat terbang, agar dalam pemberlakuannya berjalan secara efektif, sehingga setiap orang yang pernah melakukan perbuatan tersebut tidak akan melakukan perbuatannya lagi karena merupakan suatu kejahatan.

2. Peningkatan kemampuan para penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, dan advokat) dalam hal penegakan hukum (law enforcment) khususnya terhadap kasus-kasus seperti ini, baik penguasaan teknologi informasi, maupun didukung sarana dan prasarana lainnya yang relevan perlu ditingkatkan. 3. Berdasarkan teori pembinaan hukum nasional dari Muchtar Kusumaatmadja

yaitu mempertahankan, memperbaharui, memperbaiki peraturan perundang-undangan yang ada, maka Pasal 46 huruf f Undang-undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) perlu diperbaiki, karena tidak dapat menjangkau sepenuhnya segala perbuatan hukum yang


(3)

berlaku di Indonesia. Di samping itu, peraturan perundang-undangan yang baik harus memenuhi syarat sosiologis, filosofis, yuridis.

4. Setiap pelaku penyedia jasa penerbangan lebih berhati-hati lagi dan apabila diperlukan, kutentuan larangan penggunaan alat-alat elektronik didalam atau selama penerbangan lebih dipertegas lagi dengan ketentuan pelaksanaannya. Hal ini untuk menghindari penggunaan alat-alat telekomunikasi yang dilakukan oleh para penumpang diatur dalam pasal 38 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, sehingga pelanggaran hukum yang dapat menimbulkan kecelakaan pesawat terbang tidak akan terulang lagi dikemudian hari.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku-Buku :

Abdul Wahid dan M Labib, kejahatan Mayantara, Rafika Aditama, Bandung, 2005 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2000 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi

Informasi, Refika Aditama, Bandung, 2005

Lamintang P.A.F, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997

Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional, Bina citra, 1972

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masyarakat dan Pembangunan Hukum Nasional, Bina Citra, 1975

Moekijat, teori komunikasi, CV Mandar Maju, Bandung, 1993

Otje Salman Soemadiningrat dan Anton F.S, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung, 2004

Sofjan sastrawidjaja, Hukum Pidana, PT Amico, Cimahi, 1995

Subandi Al Marsudi, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Paradigma Reformasi, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003

Vaan Bemeelen, Hukum Pidana 3, Bandung, 1979

Yahya Harahap, Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta, 2000

Wirdjono Prodjodikoro, Tindak-tindak pidana tertentu di Indonesia, CV Mandar Maju, Bandung, 2000


(5)

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Transaksi Informasi dan Transaksi Elektronik

Sumber Lain :

http://www.iptek.net.id/, http://pulau09.blogspot.com/, http://fajarsukmono.blogspot.com/, http://www.e-dukasi.net,

http://sungaibatinku.wordpress.com, http://www.aplikom-bsi.co.cc

http://jokopinurbo.com, http://id.wikipedia.org/wiki/ http//www.DEPKOMINFO.GO.Id http://www.suaramerdeka.com http://yunitae.blogspot.co http://bataviase.co.id, http://bandarudara.com


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata

Nama : Heris Sadella

T T L : SUMBAR, 01 April 1985 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alama : Jl. Perum. BIP Blok i.4 No. 18 Kecamatan Serang, Kota Serang-Banten

No.telp. : 085211878919

Pendidikan Formal

1991 - 1997 : SD Negeri 15 Serang - Banten 1997 - 2000 : SMP Negeri 3 Serang - Banten 2000 - 2003 : STM PGRI 1 Serang - Banten


Dokumen yang terkait

Perkawinan Dibawah Umur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Adat Serta Kompilasi Hukum Islam

6 131 125

Tinjauan Yuridis Pernikahan Siri Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

3 77 140

Perlindungan Hukum Anak Angkat Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Ditinjau Dari Hukum Islam

1 39 137

Tinjauan Hukum Mengenai Alih Fungsi Bangunan Bersejarah Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya JUNCTO Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

1 18 86

Tinjauan hukum Mengenai Penggunaan Alat Pendeteksi Kebohongan (LIe Detector) Pada Proses Pengadilan Pidana Dihubungkan Dengan Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Juncto Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Tr

0 4 1

Tinjauan Hukum Mengenai Alih Fungsi Lahan Pertanian Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan pertanian Pangan Berkelanjutan Juncto Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

1 12 1

Tinjauan Hukum Tentang Efektivitas Pemberlakuan Pidana Terhadap Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak JUNCTO Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

0 10 64

Tinjauan Hukum Mengenai Kekuatan Pembuktian Secara elektronik Dalam Perkara Cyber Crime Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 10 29

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN JASA PERAWATAN PESAWAT TERBANG DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 1 1

Undang undang Nomor 11 Tahun 2008

0 0 38