Hubungan Faktor Umur, Antenatal Care, Riwayat Abortus, dan Paritas terhadap

7

B. Hubungan Faktor Umur, Antenatal Care, Riwayat Abortus, dan Paritas terhadap

Kelahiran Prematur Tabel II. Perbedaan Faktor Umur, Antenatal Care, Riwayat Abortus, dan Paritas terhadap Minggu Kelahiran Variabel Minggu Kelahiran Nilai p Umur 30 tahun 38,36 ± 1,78 0,03 ≤30 tahun 38,80 ± 1,81 Antenatal Care 4 kali 36,92 ± 4,56 0,21 ≥4 kali 38,69 ± 1,61 Riwayat Abortus ≥1 kali 38,02 ± 1,90 0,02 0 kali 38,72 ± 1,78 Paritas 1 ≥4 38,79 ± 1,89 0,05 2 −3 38,41 ± 1,68 adanya perbedaan rerata antar kelompok T-test tidak berpasangan Data tabel II. menunjukkan terdapat perbedaan rerata bermakna antara faktor umur, riwayat abortus, dan paritas terhadap minggu kelahiran. Faktor antenatal care terhadap minggu kelahiran memiliki nilai p 0,05 sehingga tidak terdapat perbedaan rerata minggu kelahiran pasien maternal terhadap jumlah antenatal care. Tabel III. Pengaruh Umur, Antenatal Care, Riwayat Abortus, dan Paritas terhadap Kelahiran Prematur Minggu Kelahiran Nilai p 37 minggu ≥37 minggu OR n n 95 CI Umur 30 tahun 15 10,90 122 89,10 0,33 1,56 0,73-3,30 ≤30 tahun 15 7,30 190 92,70 Antenatal Care 4 kali 3 25,00 9 75,00 0,08 3,74 0,96-14,64 ≥4 kali 27 8,20 303 91,80 Riwayat Abortus ≥1 kali 6 13,30 39 86,70 0,26 1,75 0,67-4,55 0 kali 24 8,10 273 91,90 Paritas 1 ≥4 17 8,70 178 91,30 1 0,98 0,46-2,10 2 −3 13 8,80 134 91,20 uji Fisher Analisis untuk melihat pengaruh umur, antenatal care, riwayat abortus, dan paritas terhadap kelahiran prematur menggunakan uji Chi-square dan Fisher dengan tingkat 8 kepercayaan 95 dan adanya pengaruh ditunjukkan dengan nilai p 0,05. Nilai p dari faktor umur terhadap kelahiran prematur yaitu 0,33 menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara faktor umur terhadap kelahiran prematur. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Kenny et al. 2013 yang menunjukkan adanya pengaruh usia maternal dengan kelahiran prematur yaitu semakin meningkatnya umur dapat menyebabkan kejadian prematur. Hal ini karena faktor usia dalam penelitian ini sudah diinklusikan yaitu antara 20- 35 tahun, termasuk dalam rentang usia tidak berisiko untuk mengalami kelahiran prematur Fasih, et al., 2012. Faktor antenatal care terhadap kelahiran prematur dengan nilai p=0,08 menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor antenatal care terhadap kelahiran prematur. Hasil ini berbeda dengan penelitian Asundep et al. 2014 yang menyatakan antenatal care dapat mempengaruhi pasien maternal untuk mengalami kelahiran prematur yaitu pasien maternal yang melakukan antenatal care 4 kali berisiko mengalami kelahiran prematur dibandingkan dengan pasien maternal yang melakukan antenatal care ≥8 kali. Antenatal care berpengaruh terhadap kelahiran prematur karena dalam proses antenatal care dilakukan pemeriksaan kesehatan dan pemberian suplementasi rutin pada ibu hamil. Hasil analisis pengaruh riwayat abortus terhadap kelahiran prematur dengan nilai p=0,26 yang artinya, tidak terdapat pengaruh riwayat abortus pada pasien maternal terhadap kelahiran prematur. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Hardy et al. 2013 dan Klemetti et al. 2012 yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna riwayat abortus terhadap kelahiran prematur yaitu adanya peningkatan risiko kelahiran prematur pada riwayat abortus ≥1 kali dibandingkan dengan riwayat abortus 1 kali, pasien maternal yang memiliki riwayat abortus terjadi peningkatan infeksi intra amnion, perdarahan antepartum, dan insuffiensi serviks yang dapat menyebabkan kelahiran prematur. Nilai signifikansi faktor paritas terhadap kelahiran prematur sebesar 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien maternal dengan jumlah paritas yang tinggi atau tidak, tidak mempengaruhi pasien maternal untuk mengalami kelahiran prematur. Hasil ini didukung oleh penelitian Shah 2010 yang menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara jumlah paritas terhadap kelahiran prematur. Hasil ini berbeda dengan penelitian Shaikh et al. 2011 yang menyatakan paritas tinggi dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, karena terkait dengan faktor fisiologis pada wanita multiparitas seperti plasenta previa, abruptio plasenta, perdarahan postpartum. 9

C. Hubungan Suplementasi Asam Folat pada Pasien Maternal Selama Kehamilan