Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

MEKANISME PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN BARAT

O L E H

NAMA : IRHAM ZULPAHMI GINTING NIM : 102600103

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

s

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu ijinkanlah penuils menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas degup jantung dan hela napas yang saya rasakan selama ini. 2. Bapak dan Mamak yang senantiasa mencintai dan menyayangi saya sejak

kecil serta abang penulis yang selalu mengganggu saya menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Arlina SH,M.Hum,, selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan berupa saran, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.


(3)

6. Ibu Nurhadian Sari Simarmata, selaku supervisor lapangan yang banyak memberikan bantuan dalam pengumpulan data yang diperlukan.

7. Buat seluruh keluarga besar yang telah mendukung saya dalam berbagai hal terutama Wa Niko Habibina Ginting SH tercinta yang tiada hentinya memberikan motivasi untuk menjadi seseorang yang berguna terutama bagi keluarga.

8. Teman-teman Administrasi Perpajakan stambuk 2010 kelas A, B dan C yang telah menemani penulis selama menempuh pendidikan, khususnya Alkindi Farima,Tommy Syahdiputra,Muhammad Ega Permana,Oland Limbong, Muhammad Fadli Sinaga yang tidak bosan-bosannya bercengkrama dengan saya saat sedang susah, senang, dan galau.

9. Semua pihak yang tidak mampu saya sebutkan satu persatu pada kesempatan kali ini karena keterbatasan penulis namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.

Penulis menyadari benar dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat kesalahan. Namun penulis tetap berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Medan, 19 September 2013 Hormat Saya,


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Lapangan Mandiri ... 2

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 2

2. Manfaat Praktik Lapangan Mandiri ... 2

C. Uraian Teoritis ... 4

1. Definisi Pajak ... 4

2. Teori Pemungutan Pajak ... 5

3. Penagihan Utang Pajak ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9

E. Metode Praktik Lapangan Mandiri ... 9

F. Metode Pengumpulan Data ... 11

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 11

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat 14

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 20

C. Deskripsidan Aktifitas Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 21

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA A. Ketentuan ... 25


(5)

C. Mekanisme Pengukuhan PKP ... 28 D. Mekanisme Pencabutan Pengukuhan PKP ... 32 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Statistik K untitatif Pengukuhan PKP ... 37 B. Statistik K uantitatif Pencabutan Pengukuhan PKP ... 42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 44 B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Wajib pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-udangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau kegiatannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

Perusahaan dapat berbentuk usaha perseorangan atau badan yang dapat berupa Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Perseroan, atau Perkumpulan Koperasi, Yayasan Lembaga, Badan Usaha Tetap (BUT) dan bentuk usaha lainnya termasuk bentuk usaha kerja koperasi.

Dengan memperlihatkan hal tersebut diatas penulis tertarik membuat laporan tugas akhir dengan judul : “Mekanisme Pengukuhan Dan Pencabutan


(7)

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

1.1 Untuk mengetahui Mekanisme pengukuhan dan pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak (PKP) pada KPP Medan Barat.

1.2 Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1. Bagi Mahasiswa

a. Untuk menganalisis pengetahuan yang diperoleh mahasiswa dalam perkuliahan dalam bentuk teori dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

b. Melatih dalam berkomunikasi dan berinteraksi dalam lingkungan dunia kerja yang dihadapi dan membentuk mahasiswa menjadi pekerja yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap instansi tempat dimana mahasiswa tersebut bekerja.

c. Supaya dapat digunakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu perpajakan dalam hal pelaksanaan penagihan pajak.


(8)

d. Agar dapat digunakan sebagai pengalaman dalam melaksanakan penelitian ilmiah.

2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

a. Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pajak dengan efektif dan efisien kepada wajib pajak.

b. Mendapat masukan dan saran dalam hal penanganan masalah perpajakan . c. Membina hubungan baik antara KPP Pratama Medan Barat dan Program

Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2.3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

a. Guna meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia dan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya dalam bidang perpajakan.

b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan KPP Pratama Medan Barat dalam memberikan uji nyata praktik kerja.

c. Mempertinggi pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara dengan persepsi umum.


(9)

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

1.1 Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, Memberi definisi sebagai berikut :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang_undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan dapat digunakan untuk membiayai penggunaan umum (Bohari, 1984:31).

1.2 Prof.Dr.P.J.A. Andriani. Beliau memberikan definisi yang berbunyi sebagai berikut:

Pajak adalah iuran kepada Negara ( yang dapat dipaksakan ) yang terutang oleh orang yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dengan tugas pemeritah ( Bohari, 1984:31 ).

1.3 Dr. Soeparman Soemahamidjaja, yang memberikan definisi pajak sebagai berikut :

Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum ( Suandy, 2008:9 ).


(10)

1.4 Prof. Dr. M.J.H. Smeets, memberikan definisi pajak sebagai berikut :

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah ( Suandy,2008:9 ).

2. Teori Pemungutan Pajak 2.1 Teori Bakti

Penekanan teori terletak pada Negara yang mempunyai hak untuk memungut pajak dari warganya sebagai tindak lanjut teori kepentingan dalam hal penyediaan fasilitas umum yang diselenggarakan oleh Negara ( Judisseno, 1996:17 ).

2.2 Teori Daya Pikul

Dalam teori ini, keadilan dan keabsahan Negara dalam memungut pajak dari warganya didasarkan pada kemampuan dan kekuatan masing-masing masyarakat dan bukan besar kecilnya kepentingan ( Judisseno, 1996:17 ). 2.3 Teori Daya Beli

Teori ini menekankan bahwa Negara adalah penyelenggara berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan masyarakat dan Negara. Berdasarkan pengertian tersebut, Negara memiliki keadilan dan keabsahan dalam melakukan pemungutan pajak dari masyarakatnya (Judisseno, 1996:17).


(11)

2.4 Teori Asuransi

Menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk melindungi warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan harta bendanya. Untuk perlindungan tersebut diperlukan biaya seperti layaknya dalam perjanjian asuransi diperlukan adanya pembayaran premi. Pembayaran pajak ini dianggap sebagai pembayaran premi kepada negara. Teori ini banyak ditentang karena negara tidak boleh disamakan dengan perusahaan asuransi (Judisenno, 1996:17 ).

2.5 Teori Kepentingan

Menurut teori ini, dasar pemungutan adalah adanya kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori ini banyak ditentang, karena pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan perlindungan orang miskin lebih tinggi daripada orang kaya. Ada perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lan-lain. Bahkan orang yang miskin justru dibebaskan dari beban pajak (Judisseno, 1996:17 ).

3. Penagihan Utang Pajak

Pengertian mengenai pelaksanaan penagihan tunggakan tunggakan pajak terhadap wajib pajak orang pibadi (WP OP).

3.1 Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak yang dilakukan dengan


(12)

menegur atau memperingati melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa , mengusulkan pencegahan , melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyeanderaan, menjual barang yang telah disita.

3.2 Penagihan pajak pasif adalah penagihan yang dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar , Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar.

3.3 Penagihan Pajak Aktif adalah merupaka kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. 3.4 Biaya Penagihan adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Printah

melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang Jasa Penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.

3.5 Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak , termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenui kewajiban wajib pajak menurut ketentuan peraturan undang-undang perpajakan.


(13)

3.6 Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

3.7 Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) , Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

3.8 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak , besarnya sanksi administrasi , dan jumlah yang masih harus dibayar.

3.9 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

3.10 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

3.11 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

3.12 Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.


(14)

3.13 Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa , Penyitaan, dan Penyanderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan Pajak Pusat, dan untuk penagihan Pajak Daerah ditunjuk oleh pejabat Gubernur atau Bupati/Walikota.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam hal ini penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri memusatkan perhatian pada bagaimana tata cara Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Metode PKLM yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dibutuhkan mahasiswa mulai dari peninjauan objek dan lokasi, mencari bahan untuk pembuatan proposal, permohonan surat jalan/surat permohonan dari fakultas, dan lain sebagainya.


(15)

2. Studi Literatur

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan judul PKLM, artikel ilmiah serta sumber-sumber lain yang mendukung penulisan laporan ini.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan secara langsung tentang kondisi serta keadaan dari kantor tempat dimana penulis melakukan kegiatan praktik kerja lapangan mandiri. 4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pegumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari topik yang dibahas, dalam hal ini data-data bersumber dari KPP Pratama Medan Barat. 4.1 Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui

tentang objek kajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

4.2 Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari refrensi ilmiah,seperti buku perpajakan, Undang-Undang Perpajakan yang bertujuan untuk pengumpulan laporan PKLM.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah memperoleh data yang dibutuhkan penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data dan mengelompokkan data tersebut yang kemudian akan di interpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis sehingga lebih mudah untuk menarik kesimpulan dari data tersebut.


(16)

F. Metode Pengumpulan Data 1. Daftar Wawancara

Yaitu dengan melakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis kepada pegawai perusahaan, yang dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu proses penyusunan laporan.

2. Daftar Observasi

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan pihak kantor dengan pemberian arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada KPP Pratama tersebut.

3. Daftar Dokumentasi

Pengumpulan data dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang di perlukan seperti Undang-Undang Perpajakan, lampiran formulir-formulir, data mengenai pendaftaran dan pencabutan pengukuhan PKP, data mengenai kepegawaian dan data-data lain yang berhubungan dengan PKLM.

G. Sistematika Penulisan Laporan Pklm

Adapun sistematika dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut :


(17)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan menganai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam menyusun laporan, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode penelitian serta sistematika penulisan. Pada bab ini dijelaskan hal-hal yang melatarbelakangi masalah-masalah yang dikemukakan penulis tentang pelaksanaan penagihan utang wajib pajak orang pribadi.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi PKL, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai atau karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

BAB III : GAMBARAN DATA PKLM

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penagihan pajak, antara lain penjelasan tentang kewajiban perpajakan, tata cara pelaksanan dan penagihan pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.


(18)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang di peroleh dan kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan rangkuman dari objek yang telah di teliti serta saran-saran yang membangun berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh. Yaitu, Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di KPP Pratama Medan Barat kemudian penulis akan berusaha memberikan saran yang penulis anggap dapat memberikan masukan pengawasan dan penelitian atas Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP).

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

2.1.Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inspeksi Pajak (Karikpa). Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak april 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara.

Kemudian pada tanggal 29 maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994. Terhitung sejak tanggal 1 april 1994, Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah Menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di jalan Sukamulia no. 17-A Medan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur di jalan Diponegoro no. 30 Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara di jalan Asrama no. 7 Medan 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai di jalan Asrama no. 7 Medan


(20)

Kemudian sesuai dengan surat Keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK/01/2001 tanggal 23 juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Polonia, yang berlaku sejak tanggal 25 januari 2002.

Mulai 1 juni 2006, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat berpindah alamat ke jalan Asrama no. 7-A Medan. Kemudian sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 123/PKM/01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertical Direktorat Jendral Pajak (DJP) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 67/PMK.C1/2008, tanggal 27 mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat diubah menjadi Pratama dan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. KPP Pratama Medan Barat merupakan Wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) Sumatera Utara I.

Dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat yang terdiri dari 6 kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Glugur Kota 2. Kelurahan Kesawan

3. Keluraha Pulo Brayan Kota 4. Kelurahan Karang Berombak 5. Kelurahan Sei Agul


(21)

Tabel B.1. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Waskon I Glugur Kota

Waskon II Kesawan

Waskon III

Pulo Brayan Kota Karang Berombak

Waskon IV

Sei Agul Silalas

2.2.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Adapun Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi.

Dan misi dari kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah 2.2.1. Di Bidang Fiskal

Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta mengelola kekayaan dan utang negara secara hati - hati (prudent), bertanggung jawab dan trasparan.


(22)

2.2.2. Di Bidang Ekonomi

Mengatasi masalah-masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan konstitusi.

2.2.3. Di Bidang Politik

Mendorong proses demokrasi fiskal dan ekonomi. 2.2.4. Di Bidang Sosial dan Budaya

Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern. 2.2.5. Di Bidang Kelembagaan

Memeperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan aspirasi masyarakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik, serta pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai integritas yang tinggi.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawas Wajib Pajak dibidang Pajak Pengahasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wailayah wewenang berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dalah sebagai berikut:


(23)

1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.

2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

3. Penyuluhan perpajakan.

4. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. 5. Pelaksanaan ekstensifikasi.

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. 9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

10. Pelaksanaan intensifikasi. 11. Pembetulan ketetapan pajak. 12. Pelaksanaan administrasi Kantor.


(24)

(25)

2.3.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat. Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan -hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama.

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara, dan seluruh pegawai tetapnya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Republik Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat terdiri dari 11 (sebelas) seksi, diantaranya Sub Bagian Umum dan kelompok Jabatan Fungsional. Adapun bidang-bidang atau struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat antara lain sebagai berikut:

2.3.1. Kepala Kantor; 2.3.2. Sub Bagian Umum; 2.3.3. Seksi Pelayanan;

2.3.4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III, IV); 2.3.5. Seksi Ekstensifikasi;


(26)

2.3.7. Seksi Pemeriksaan; 2.3.8. Seksi Penagihan;

2.3.9. Kelompok Jabatan Fungsional.

2.4.Deskripsi dan Aktifitas Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung lainnya dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat :

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi Wajib Pajak.

2. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan serta berkas Wajib Pajak.

3. Penatausahaan dan Pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.


(27)

4. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi PPh,PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung lainnya.

5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan

6. Pengurusan penerbitan Surat ketetapan Pajak (SKP) 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan

8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan funsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing - masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah :

2.4.1. Kepala Kantor

Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan dari KPP,KPPBB dan karikpa maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya. Dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4.2. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan perlengkapan rumah tangga.

2.4.3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha


(28)

penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling serta penyampaian laporan kinerja.

2.4.4. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

2.4.5. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen - dokumen penagihan.

2.4.6. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.

2.4.7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.


(29)

2.4.8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Masing - masing mempunyai tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, danmelakukan evaluasi hasil banding.

2.4.9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku:

a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasrkan kebutuhan dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(30)

BAB III

GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA

A. Ketentuan

Pengertian Pengusaha menurut Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.16 tahun 2000 pasat 1 ayat 3, adalah Orang Pribadi atau Badan yang dalam bentuk apapun dalam kegiatan usaha atau pekedaanya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

Perusahaan dapat berbentuk usaha perseorangan atau Badan yang dapat berupa Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan koperasi, yayasan, lembaga, Badan Usaha Tetap (BUT) dan bentuk usaha lainnya termasuk bentuk usaha keda koperasi. (Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa).

Sedangkan yang dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan NO.6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.16 tahun 2000 pasal 1 ayat ke-4 adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa


(31)

dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN barang dan jasa dan PPnBM No.8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 18 tahun 2000, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan- kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai

PKP.

Adapun yang menjadi kewajiban PKP adalah 1. Menurut PPN dan PPnBM yang terutang.

2. Menyetor PPN yang masih hares dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan yang dapat dikreditkan, Berta menyetorkan PPnBM yang terutang.

3. Melaporkan penghitungan PPN dan PPnBNI yang terutang.

B. Jangka Waktu Dan Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha

Pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya pads KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP.

Pengusaha Orang Pribadi atau Badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha tersebar di beberapa tempat, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengajukan pemyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP.


(32)

Batas waktu pelaporan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Namun demikian Pengusaha dapat melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP sebelum saat usaha mulai dijalankan yaitu saat pendirian atau saat usaha nyata-nyata mulai dijalankan.

Setiap, orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai PKP, sehingga dapat merugikan pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

Wajib Pajak yang tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP akan diterbitkan surat PKP secara Jabatan.

Sedangkan tempat pelaporan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah:

1. Wajib pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan Berta pengusaha kecil dapat melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kedanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak untuk dikukuhkan sebagai PKP.

2. Dalam hal tempat tinggal wajib pajak berada dalam 2 (dua) wilayah kerja KPP, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.


(33)

C. Mekanisme Pengukuhan PKP

Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai PKP apabila :

1. Pengusaha memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP atas kemauannya sendiri 2. Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP

3. Pengusaha yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai dengan satu tahun pajak dalam satu tahun buku seluruh peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil.

Fungsi pengukuhan PKP adalah

1. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP dibidang PPN dan PPnBM.

2. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan

3. Sebagai pemenuhan kewajiban PPN dan PPnBM. Adapun mekanisme pengukuhan PKP adalah :

I. Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengisi, menandatangani dan menyampaikan formulir pendaftaran ke KPP.

Formulir pendaftaran tersebut juga harus dilengkapi dengan lampiran- lampiran; 1. Untuk Pengusaha Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas;

a) Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing.


(34)

b) Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan instansi yang berwenang sekuran-kurangnya kepala desa.

2. Untuk Pengusaha Badan

a) Fotokopi pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi Badan Usaha Tetap.

b) Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi orang asing dari salah seorang pengurus aktif

c) Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.

II. Kemudian petugas pendaftaran Wajib Pajak menerima formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak yang telah ditanda tangani PKP atau kuasanya yang sah beserta lampirannya sekaligus memeriksa kelengkapan formulir permohonan pendaftaran tersebut.

III. Lalu petugas KPP tersebut mengisi kolom-kolom padA formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak yang diisi oleh dinas dan meneliti administrasi KPP untuk mengetahui apakah PKP sudah terdaftar apa belum.

IV. Merekam data PKP dari formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak sesuai dengan tats cars yang telah ditentukan dan mencetak


(35)

Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) serta, menyerahkan bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada PKP setelah ditanda tangani oleh petugas. V. Mencetak Surat Tugas Pembuktian Alamat PKP, selanjutnya diteruskan

kepada Kepala Seksi TUP untuk ditanda tangani.

VI. Menerima dan merekam berita acara hasil pembuktian alamat pada komputer. VII. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar, Surat Pengukuhan PKP, dan kartu

NPWP. Selanjutnya Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan PKP diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditanda tangani, dalam hal alamat PKP terbukti benar.

VIII. Mencetak Surat Penolakan Pendaftaran PKP dan Pelaporan PKP, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditanda tangani, dalam hal alamat PKP terbukti tidak benar.

IX. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar, Surat Pengukuhan PKP, dan kartu NPWP atau. Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan PKP paling lama 3 hari keda berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan sebagai PKP diterima secara lengkap.

X. Mencantumkan NPWP yang diberikan diformulir permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib pajak selanjutnya membuat berkas sementara. PKP yang berisi dokumen pendaftran PKP dan Surat lainnya untuk diteruskan ke Sub-Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP)


(36)

Dalam hal tertentu KPP dapat mengukuhkan PKP secara Jabatan.Yang dimaksud dengan pengukuhan PKP secara jabatan adalah pengukuhan PKP yang dilakukan terhadap PKP yang telah memenuhi syarat untuk dukukuhkan sebagai PKP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkan usahanya berdasarkan data yang telah diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Adapun mekanisme pengukuhan PKP secara Jabatan :

1. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak pads KPP menerima data PKP yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan dari petugas yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi, maupun dari Kantor Penyuluhan Pajak. 2. Meneliti administrasi KPP untuk mengetahui apakah PKP sudah terdaftar atau

belum dan kemudian mengisi formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak dari data yang diterima.

3. Menandatangani formulir permohonan dan perubahan data wajib pajak yang diisi oleh divas dalam hal pengukuhan PKP secara jabatan.

4. Merekam data PKP dari permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak sesuai dengan tats cars yang telah ditentukan, mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk di gabungkan dengan formulir pendaftaran.

5. Dalam hal pengukuhan PKP, petugas merekam dan mengisi berita acara hasil pembuktian alamat dari data yang diterima.


(37)

6. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar, Kartu NPWP, dan atau surat pengukuhan PKP diteruskan kepada Kepala Sub Seksi TUP untuk ditandatangani.

7. Menyampaikan Surat keterangan Terdaftar, Kartu NPWP, dan atau Surat Pengukuhan PKP kepada PKP melalui pos tercatat, paling lama pada hari kerja berikutnya.

8. Mencantumkan NPWP yang telah diberikan di formulir permohonan pendaftaran perubahan data Wajib Pajak dan selanjutnya membuat berkas sementara Wajib Pajak vang berisi dokumen pendaftaran PKP dan Surat lainnya untuk diteruskan ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP).

D. Mekanisme Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah tindakan mencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari Tata. Usaha Kantor Pelayanan Pajak(KPP).

Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal :

1. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang lain.

2. Pengusaha Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku.


(38)

Permohonan pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak harus diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan sejak tangal diterimanya permohonan secara lengkap.

Adapun mekanisme pencabutan Penuusaha Kena Pajak adalah

1. Fengmha Kena Pajak kuasanya dengan melampirkan Surat kuasa khusus harus mengisi formulir yang telah ditentukan.

2. Petugas pendaftaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak menerima dan meneliti formutir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak dari PKP.

3. Memeriksa kelengkapan formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak dan lampiran yang disyaratkan yaitu :

a. Pengusaha Kena Pajak meninggal dunia berdasarkan Surat Keterangan Kematian, atau fotokopi akte atau fotokopi Laporan Kematian PKP.

b. Pengusaha Kena Pajak Badan Usaha Tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT dan PKP Orang Pribadi yang tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai PKP berdasarkan hasil pemeriksaan KPP yang bersangkutan.

4. Merekam data formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan menyampaikan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada PKP setelah ditandatangani oleh petugas.


(39)

5. Menyampaikan formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak beserta lampiran yang disyaratkan ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP), selanjutnya diteruskan ke unit pemeriksaan.

6. Menerima dan merekam hasil pemeriksaan, mencetak Surat Penghapusan PKP dan atau Surat Pencabutan Pengukuhan PKP dan seterusnya dilanjutkan kepada Kepala Sub Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) untuk ditandatangani.

7. Menyampaikan Surat Penghapusan NPWP dan atau Surat Pencabutan Pengukuhan PKP kepada yang mengajukan permohonan.

Apabila PKP pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah keda KPP lain atau tedadi perubahan status perusahaan yang mengakibatkan KPP tempat PKP terdaftar harus berubah maka mekanisme pencabutan PKP dilakukan sebagai berikut :

I. PKP wajib mengajukan surat permohonan pindah dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemyataan Pindah beserta persyaratannya.

II. Dalam hal Surat Pemberitahuan Pernyataan Pindah berisikan pemyataaan pindah sebagai PKP maka KPP menerbitkan Surat pernyataan Pindah paling lama pada hari kerja berikutnya setelah menerima Surat Pemberitahuan Pernyataan Pindah beserta persyaratanya secara lengkap dari PKP atau pemberitahuan adanya Surat Pemberitahuan pindah dari KPP baru.

III. Dalam hal tedadi pernindahan PKP tersebut maka KPP lama harus mengirim berkas PKP yang bersangkutan berikut uraian singkat mengenai hak-hal yang


(40)

dianggap perlu kepada KPP baru.

IV. KPP baru menerbitkan Surat Pengukuhan PKP dan bila diperlukan sekaligus menerbidmn surat NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama 3 hari kerja berikutnya setelah menerima surat pindah dari KPP lama.

V. KPP lama menerbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan PKP setelah menerima tembusan Surat Pengukuhan PKP yang diterbitkan oleh KPP baru paling lama pada hari kerja berikutnya.


(41)

KETERANGAN

PKP : Pengusaha Kena Pajak

TUP KPP : Tata Usaha Perpajakan Kantor Pelayanan Pajak LPAD : Lembaga Pengawasan Arus Dokumen

BPS : Bukti Penerimaan Surat TAPSIP : Ketetapan dan Arsip

KP-PDIP.4.1-00 : Formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak (WP)

KP.PDIP.4.2-00 : Surat Keterangan Terdaftar KP.PDIP.4.3-00 : Surat Pengukuhan PKP KP.PDIP.4.4-00 : Kartu NPWP

KP.PDIP.4.6-00 : Surat Tugas Pembuktian Alamat KP.PDIP.4.7-00. : Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat

KP.PDIP.4.8-00 : Surat Penolakan Pendaftaran WP dan Pelaporan PKP KP.PSIP.4.10-00 : Surat Pindah

KP.PDfP.4.12-09 : Surat Pencabutan Pengukuhan PKP KP.PDIP.4.13-00 : Surat Penghapusan NFWP


(42)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Statistika Kuantitatif Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Tabel 4.1

Jumlah Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

PKP

PER 1 JANUARI

2010

PER 1 JANUARI

2011

PER 1 JANUARI

2012

PER 1 JANUARI

2013

ORANG PRIBADI 756 867 937 971

BADAN 2311 2720 3276 3728

JUMLAH 3067 3587 4213 4699

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, 2013

1. ORANG PRIBADI

Berdasarkan tabel 4.1 dapat kita lihat pada periode 1 Januari 2010 ada sebanyak 756 orang PKP yang dikukuhkan, dan selanjutnya pada periode 1 Januari 2011 terdapat sebanyak 867 orang PKP yang dikukuhkan sehingga dapat dilihat bahwa telah telah terjadi peningkatan sebesar 111 orang atau sebesar 14.68 % (111/756 x 100% ).


(43)

Lalu pada periode 1 Januari 2012 menjadi 937 sehingga terjadi peningkatan sebanyak 70 orang atau sebesar 8,07 % ( 70/867 x 100% ). Kemudian pada periode 1 Januari 2013 menjadi 971 orang dimana terjadi peningkatan 34 orang atau sebesar 3,62 % ( 34/937 x 100 % ).

Berdasarkan data table 4.1 dapat disimpulkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah PKP Orang Pribadi yang di kukuhkan di KPP Medan Barat. Hal ini dimungkinkan karena adanya kemauan dan kesadaran para PKP untuk melaporkan usahanya disertai jugs dengan bertambahnya jumlah pengusaha kecil yang pada suatu masa pajak dalam satu tahun buku nilai peredaran brutonya melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil harus dikukuhkan sebagai PKP.

2. BADAN

Pada periode 1 Januari 2010 terdapat sebanyak 2311 orang PKP yang dikukuhkan dan pada periode 1 Januari 2011 jumlah PKP yang dikukuhkan menjadi 2720 orang sehingga terjadi peningkatan sebanyak 409 orang atau sebesar 17,69% ( 409/2311 x 100% ). Kemudian pada periode 1 Januari 2012 menjadi 3276 orang dimana terjadi peningkatan sebanyak 556 orang atau sebesar 20,44% ( 556/2720 x 100%).

Lalu pada periode 1 januari 2013 jumlah PKP yang dikukuhkan menjadi 3728 orang sehingga tedadi peningkatan sebanyak 452 orang atau sebanyak 13,97 % 452/327 x 100% ).


(44)

Berdasarkan data table 4.1 juga dapat disimpulkan bahwa setiap tahun jumlah PKP yang dikukuhkan di KPP Medan Barat mengalami peningkatan. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan-perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk dikukuhkan sebagai PKP Badan. Namur tidak semua pengusaha yang melaporkan yang usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dapat dikukuhkan menjadi PKP. Pihak KPP dapat menolaknya jika temyata pengusaha tersebut tidak memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP ataupun dalam hal alamat PKP terbukti tidak benar.

Berdasarkan analisa yang dipaparkan mengenai kuantitas pengukuhan PKP Orang Pribadi maupun Badan, maka hal tersebut dapat ditunjukkan melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 5.2

Peningkatan Pengukuhan PKP Tahun 2012 Sampai Tahun 2013

PKP

TAHUN 2010

TAHUN 2013

KENAIKAN RATA-RATA

JUMLAH % JUMLAH %

ORANG PRIBADI

756 971 215 28,43 71,66 9,47

BADAN 2311 3728 1417 61,31 472,3 20,43


(45)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat kita lihat bahwa jumlah kenaikan untuk PKP Orang Pnbadi antara tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah sebanyak 215 orang ( 971-756 ) dan persentase kenaikan PKP Orang Pribadi adalah

28,43 % (215/756x 100%).

Dengan demikian maka dapat diperoleh jumlah rata-rata untuk PKP Orang Pribadi antara tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah sebanyak 72 orang sedangkan persentase rata-rata untuk PKP Orang Pribadi adalah sebesar 9,47 %.

Adapun jumlah kenaikan untuk PKP Badan antara tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah sebanyak 1417 3728 – 2311 ) dan persentase kenaikan untuk PKP Badan adalah sebesar 61,31 % 1417 / 2311 x 100 % ).

Dengan demikian maka dapat diperoleh jumlah rata-rata untuk PKP Badan antara tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah sebanyak 472,3 orang sedangkan persentase, rata-rata untuk PKP Badan adalah sebesar 20,43 %.

Dengan melihat peningkatan PKP dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 baik itu PKP Orang Pribadi maupun PKP Badan maka pemerintah Indonesia dapat merasa cukup puas akan hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa usaha dan kerja keras, pemerintah Indonesia untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang dalam hal ini adalah PKP tidak sin-sin bahkan masih menunjukan hasil yang merniiaska n.

Dengan adanya peningkatan jumlah PKP dari tahun 2010 sampai tahun 2013 maka jumlah penerimaan pajak juga turut meningkat dan tentu saja hal ini juga akan meningkatkan penerimaan negara Indonesia, dimana kita ketahui bahwa pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara Indonesia yang cukup potensial.


(46)

. Statistik Kuantitatif Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Tabel 6.3

Jumlah Pencabutan PKP Per Okt – Des 2012 sampai Jan – Mar 2013

Keterangan

Jlh PKP Awal Triwulan Jlh PKP Baru Pencabutan PKP PKP Pindah Keluar PKP Pindah Masuk

Jlh PKP Akhir Triwulan Okt-Des

2012

3865 60 6 - - 3859

Jan-Mar 2013

3859 65 3 - - 3921

Statistik pencabutan pengukuhan PKP selalu dibuat per triwulan. Berdasarkan keterangan diatas, dapat dilihat bahwa jumlah PKP pada awal Oktober sampai dengan Desember 2012 adalah sebanyak 3865 orang, dimana selama jangka waktu tersebut juga telah dikukuhkan PKP sebanyak 60 orang, sehingga jumlah PKP yang dikukuhkan menjadi 3925 Orang.

Namun, disamping itu juga terdapat pencabutan pangukuhan PKP sebanyak 6 orang sehingga berdampak mengurangi jumlah PKP yang telah dikukuhkan. Karena jumlah PKP yang pindah keluar ataupun pindah masuk nihil, maka jumlah total PKP pads akhir triwulan adalah sebanyak 3919 orang


(47)

Desember 2012 tersebut akan menjadi jumlah PKP pada awal triwulan Januari sampai dengan Maret 2013. Pada jangka waktu ini juga telah ada sebanyak 3924 orang. Selain itu juga terjadi pencabutan PKP sebanyak 3 orang sehingga jumlah total PKP yang dikukuhkan menjadi 3921 orang dan karena jumlah PKP yang pindah keluar ataupun pindah alamat nihil maka hal ini tidak begitu mempengaruhi jumlah total PKP yang telah dikukuhkan tersebut.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pencabutan pengukuhan PKP yang telah terjadi menurun sebanyak 3 orang atau sebanyak 50% dan hal ini dapat dikatakan sebagai suatu keadaan yang cukup baik.

Berdasarkan tabel 6.3, pencabutan PKP kemungkinan dilakukan karena – pengusaha Badan yang usahanya sepia tau bangkrut sehingga harus dibubarkan juga karena nilai peredaran bruto para suatu masa pajak dalam suatu tahun buku menurun sehingga tidak dapat lagi memenuhi syarat sebagai PKP.

Melihat jumlah pencabutan PKP yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PKP yang dikukuhkan, maka dapat kita simpulkan bahwa hal ini merupakan suatu keadaan yang sangat baik sebab jumlah pencabutan PKP tersebut tidak terlalu mempengaruhi jumlah PKP yang dikukuhkan.

Dengan keadaan ini maka hal tersebut tidak akan terlalu mengurangi penerimaan pajak sehingga pemerintah Indonesia tidak terlalu dirugikan karena berkurangnya penerima pajak.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab terdahulu maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :

1. Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai PKP apabila :

1.1 Pengusaha tersebut memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP berdasarkan kemauannya sendiri

1.2 Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP

1.3 Pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai pada suatu masa pajak dalam satu tahun buku seluruh predaran bruto telah melampaui batasan sebagai pengusaha kecil

2. Pengukuhan PKP secara jabatan adalah pengukuhan PKP yang dilakukan terhadap PKP yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau usahanya berdasarkan data yang diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jendral Pajak. 3. Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah tindakan mencabut


(49)

4. pengukuhan PKP dari tata usaha KPP yang dilakukan dalam hal : 4.1 PKP pindah alamat wilayah kerja KPP lain

4.2 Pengusaha Badan yang telah dibubarkan secara resmi oleh berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

4.3 Tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP.

5. Kendala yang dihadapi dalam proses pengukuhan PKP adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk melaporkan usahanya sebagai PKP padahal omzetnya telah melampaui batas sebagai PKP sehingga hal ini mempengaruhi terhadap jumlah penerimaan pajak.

B. saran

1. Agar pihak fiskus Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat lebih meningkatkan lagi kualitas pelanannya

2. Agar pihak fiskus Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat khususnya seksi Tata Usaha Perpajakan senantiasa melayani para wajib pajak dengan baik disertai pemberian penjelasan mengenai mekanisme pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga tidak membuat Wajib Pajak merasa kebingungan.

3. Agar para Wajib Pajak memiliki kesadaran sendiri untuk mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditentukan


(50)

4. Untuk mengatasi kurangnya kesadaran WP dalam melaporkan diri sebagai PKP maka perlu diadakan sosialisasi ke segenap WP dengan penyuluhan melalui seminar-seminar, tatap muka, mass media serta dengan membuat pojok pajak.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Bohari, 1984, Pengantar Perpajakan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Judisenno, 1996, Tentang perpajakan, Diadit Media, Jakarta.

Suandy, 2008, Tentang Perpajakan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta Peraturan Perundang-undangan :

Republik Indonesia, Departemen Keuangan, 2003, Himpunan Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Tahun 2002, CV. Eko Jaya, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 16 Tahun 2000, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 18 tahun 2000, Tentang PPN Barang dan Jasa.

Repubik Indonesia, Departemen Keuangan, Kep-161 / PJ / 2001, Tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan PKP.


(1)

. Statistik Kuantitatif Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Tabel 6.3

Jumlah Pencabutan PKP Per Okt – Des 2012 sampai Jan – Mar 2013

Keterangan

Jlh PKP Awal Triwulan Jlh PKP Baru Pencabutan PKP PKP Pindah Keluar PKP Pindah Masuk

Jlh PKP Akhir Triwulan Okt-Des

2012

3865 60 6 - - 3859

Jan-Mar 2013

3859 65 3 - - 3921

Statistik pencabutan pengukuhan PKP selalu dibuat per triwulan. Berdasarkan keterangan diatas, dapat dilihat bahwa jumlah PKP pada awal Oktober sampai dengan Desember 2012 adalah sebanyak 3865 orang, dimana selama jangka waktu tersebut juga telah dikukuhkan PKP sebanyak 60 orang, sehingga jumlah PKP yang dikukuhkan menjadi 3925 Orang.

Namun, disamping itu juga terdapat pencabutan pangukuhan PKP sebanyak 6 orang sehingga berdampak mengurangi jumlah PKP yang telah dikukuhkan. Karena jumlah PKP yang pindah keluar ataupun pindah masuk nihil, maka jumlah total PKP pads akhir triwulan adalah sebanyak 3919 orang


(2)

42

Desember 2012 tersebut akan menjadi jumlah PKP pada awal triwulan Januari sampai dengan Maret 2013. Pada jangka waktu ini juga telah ada sebanyak 3924 orang. Selain itu juga terjadi pencabutan PKP sebanyak 3 orang sehingga jumlah total PKP yang dikukuhkan menjadi 3921 orang dan karena jumlah PKP yang pindah keluar ataupun pindah alamat nihil maka hal ini tidak begitu mempengaruhi jumlah total PKP yang telah dikukuhkan tersebut.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pencabutan pengukuhan PKP yang telah terjadi menurun sebanyak 3 orang atau sebanyak 50% dan hal ini dapat dikatakan sebagai suatu keadaan yang cukup baik.

Berdasarkan tabel 6.3, pencabutan PKP kemungkinan dilakukan karena – pengusaha Badan yang usahanya sepia tau bangkrut sehingga harus dibubarkan juga karena nilai peredaran bruto para suatu masa pajak dalam suatu tahun buku menurun sehingga tidak dapat lagi memenuhi syarat sebagai PKP.

Melihat jumlah pencabutan PKP yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PKP yang dikukuhkan, maka dapat kita simpulkan bahwa hal ini merupakan suatu keadaan yang sangat baik sebab jumlah pencabutan PKP tersebut tidak terlalu mempengaruhi jumlah PKP yang dikukuhkan.

Dengan keadaan ini maka hal tersebut tidak akan terlalu mengurangi penerimaan pajak sehingga pemerintah Indonesia tidak terlalu dirugikan karena berkurangnya penerima pajak.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab terdahulu maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :

1. Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai PKP apabila :

1.1 Pengusaha tersebut memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP berdasarkan kemauannya sendiri

1.2 Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP

1.3 Pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai pada suatu masa pajak dalam satu tahun buku seluruh predaran bruto telah melampaui batasan sebagai pengusaha kecil

2. Pengukuhan PKP secara jabatan adalah pengukuhan PKP yang dilakukan terhadap PKP yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau usahanya berdasarkan data yang diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jendral Pajak. 3. Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah tindakan mencabut


(4)

44

4. pengukuhan PKP dari tata usaha KPP yang dilakukan dalam hal : 4.1 PKP pindah alamat wilayah kerja KPP lain

4.2 Pengusaha Badan yang telah dibubarkan secara resmi oleh berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

4.3 Tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP.

5. Kendala yang dihadapi dalam proses pengukuhan PKP adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk melaporkan usahanya sebagai PKP padahal omzetnya telah melampaui batas sebagai PKP sehingga hal ini mempengaruhi terhadap jumlah penerimaan pajak.

B. saran

1. Agar pihak fiskus Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat lebih meningkatkan lagi kualitas pelanannya

2. Agar pihak fiskus Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat khususnya seksi Tata Usaha Perpajakan senantiasa melayani para wajib pajak dengan baik disertai pemberian penjelasan mengenai mekanisme pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga tidak membuat Wajib Pajak merasa kebingungan.

3. Agar para Wajib Pajak memiliki kesadaran sendiri untuk mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditentukan


(5)

4. Untuk mengatasi kurangnya kesadaran WP dalam melaporkan diri sebagai PKP maka perlu diadakan sosialisasi ke segenap WP dengan penyuluhan melalui seminar-seminar, tatap muka, mass media serta dengan membuat pojok pajak.


(6)

46

DAFTAR PUSTAKA

Bohari, 1984, Pengantar Perpajakan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Judisenno, 1996, Tentang perpajakan, Diadit Media, Jakarta.

Suandy, 2008, Tentang Perpajakan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Peraturan Perundang-undangan :

Republik Indonesia, Departemen Keuangan, 2003, Himpunan Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Tahun 2002, CV. Eko Jaya, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 16 Tahun 2000, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 18 tahun 2000, Tentang PPN Barang dan Jasa.

Repubik Indonesia, Departemen Keuangan, Kep-161 / PJ / 2001, Tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan PKP.