TINJAUAN PUSTAKA Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides dengan Status Gizi pada Siswa-Siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ascariasis Seramai 807 – 1,221 juta orang di dunia diestimasikan terinfeksi Ascaris lumbricoides CDC 2010. Ascariasis sering dijumpai pada negara tropikal dan subtropikal kerana kondisinya yang hangat dan lembap ini membisakan perkembangan dan survival telur-telur Ascaris lumbricoides . Majoriti infeksi terjadi di Asia 73, diikuti Afrika ~12 dan Amerika Latin ~8 CDC, 2010. Ascaris lumbricoides merupakan cacing usus yang terbesar, mampu membesar sehingga 35cm panjang dan 0,5cm garis tengah. Ascaris hidup di dalam usus dan telurnya terdapat pada feses orang yang terinfeksi. Jika orang yang terinfeksi defekasi di luar atau feses orang yang terinfeksi digunakan sebagai baja, maka telur akan berada di tanah, lalu menjadi matang dan berada dalam bentuk infeksius. Ascariasis disebabkan oleh telur yang tertelan. Hal ini bisa terjadi apabila jari atau tangan yang mengandungi tanah yang mengandung telur tadi dimasukkan ke dalam mulut atau terjadi akibat konsumsi sayuran atau buah yang tidak dicuci, tidak dibuang kulit atau tidak dimasak dengan cara yang benar CDC 2010. Antara faktor-faktor resiko kejadian infeksi cacing adalah adanya lahan pertanian terutama dengan suhu 28-30 C yang optimum untuk pertumbuhan larva Necator americanus , sedangkan suhu 23-25 C adalah suhu optimum untuk pertumbuhan larva Ascaris lumbricoides Sebastian dan Santiago, 2000. Di Sumatera Utara, ibu yang memiliki pekerjaan sebagai petani berhubungan bermakna dengan kejadian kecacingan pada anak. Ibu yang kurang memperhatikan kebersihan diri dalam kehidupan sehari-hari ditambah dengan pekerjaan selalu kontak dengan tanah, maka anak yang berada dalam asuhannya berpeluang cukup besar untuk terinfeksi penyakit kecacingan Ginting, 2003. Menurut Hotez 2008, semakin parah tingkat kemiskinan masyarakat maka akan semakin berpeluang untuk mengalami infeksi Universitas Sumatera Utara cacing. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan dalam menjaga personal higine dan sanitasi lingkungan tempat tinggal. Menurut Ginting 2003, kejadian infeksi yang lebih kecil ditemukan pada anak sekolah yang orang tuanya memilki tingkat pendidikan yang lebih baik. Selain itu, di Kabupaten Jembara Bali, ditemukan bahwa tempat kebiasaan buang air besar merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi cacing Maryanti, 2006. 2.2 Morfologi Cacing dewasa berbentuk giling silindris memanjang, berwarna krem merah muda keputihan dan panjangnya dapat mencapai 40cm. Ukuran cacing betina 20-35cm, diameter 3-6mm dan cacing jantan 15-31cm dan diameter 2,4mm. Mulut terdapat tiga tonjolan bibir berbentuk segitiga satu tonjolan di bagian dorsal dan dua lainnya di ventrolateral dan bagian tengahnya terdapat rongga mulut buccal cavity . Cacing jantan mempunyai ujung posterior melengkung ke ventral seperti kait, mempunyai 2 buah copulatory spicule panjangnya 2mm yang muncul dari orifisium kloaka dan di sekitar anus terdapat sejumlah papillae . Cacing betina pula mempunyai ujung posterior tidak melengkung ke arah ventral tetapi luas. Cacing ini juga mempunyai vulva yang sangat kecil terletak di ventral antara pertemuan bagian anterior dan tengah tubuh dan mempunyai tubulus genitalis berpasangan terdiri dari uterus, saluran telur oviduct dan ovarium Ideham dan Pusarawati, 2007. Telur Ascaris ditemukan dalam dua bentuk, yang dibuahi fertilized dan tidak dibuahi unfertilized . Telur yang dibuahi berbentuk bulat lonjong, ukuran panjang 45-75 mikron dan lebarnya 35-50 mikron. Telur ini berdinding tebal terdiri dari tiga lapis; lapisan dalam dari bahan lipoid tidak ada pada telur unfertile , lapisan tengah dari bahan glikogen, lapisan paling luar dari bahan albumin tidak rata, bergerigi, berwarna coklat keemasan berasal dari warna pigmen empedu. Telur yang dibuahi ini mempunyai bagian dalam tidak bersegmen berisi kumpulan granula lesitin yang kasar. Kadang-kadang telur yang dibuahi, lapisan albuminnya terkelupas dikenal sebagai decorticated eggs . Telur yang tidak dibuahi mempunyai ukuran panjang 88 Universitas Sumatera Utara – 94 mikron dan lebarnya 44 mikron. Telur unfertile dikeluarkan oleh cacing betina yang belum mengalami fertilisasi atau pada periode awal pelepasan telur oleh cacing betina fertile Ideham dan Pusarawati, 2007. 2.3 Siklus Hidup Cacing dewasa hidup di dalam lumen usus kecil. Cacing Ascaris lumbricoides yang sangat aktif berkembang biak, mampu menghasilkan sehingga 240.000 telur per hari yang akan dijumpai di dalam feses orang yang terinfeksi. Telur Acaris lumbricoides yang sangat tahan terhadap lingkungan, menjadi infektif setelah beberapa minggu di dalam tanah dan masih dalam keadaan infektif untuk beberapa tahun. Setelah telur dalam bentuk infektif termakan oleh penderita, larva akan menetas di dalam usus dan menginvasi mukosa usus lalu, larva akan masuk ke sirkulasi dan bermigrasi ke paru- paru, kemudian masuk ke alveoli dan naik ke bronkus dan menjadi matur. Akibat tertelan, larva matur tadi akan kembali semula ke usus kecil dan membesar menjadi cacing dewasa. Terdapat 2 hingga 3 bulan selepas seseorang itu tertelan telur dalam bentuk infektif sehingga terhasilnya telur-telur Ascaris yang baru. Jangka hayat cacing dewasa adalah sekitar 1 hingga 2 tahun Weller dan Nutman, 2008. Universitas Sumatera Utara Siklus hidup Asca ris lumbricoides. 1Cacing dewasa, 2Telur infertil dan telur fertile, 5Larva yang telah menetas, 7Larva matur Sumber: http:www.dpd.cdc.govdpdx 2.4 Diagnosis Pada fase migrasi diagnosis larva dapat ditetapkan dari penemuan larva pada sediaan sputum atau kumbah lambung. Selama fase intestinal diagnosis dapat ditetapkan dari penemuan cacing dewasa telur. Cacing betina Ascaris mengeluarkan telur secara konstan, telur dapat dihitung untuk memperkirakan jumlah cacing dewasa yang menginfeksi. Cacing dewasa Ascaris dapat keluar melalui anus atau mulut, karena sudah tua atau karena reaksi tubuh hospes. Sedangkan telur fertile dan unfertile dapat ditemukan pada pemeriksaan tinja. Telur dapat dengan mudah ditemukan pada Universitas Sumatera Utara sediaan basah apus tinja direct wet smea r atau sediaan basah dari sedimen pada metode konsentrasi. Perlu diperhatikan telur Ascaris unfertile tidak mengapung pada cara flotasi menggunakan zink sulfat jenuh kerana telur terlalu berat. Juga pada sediaan basah menggunakan iodine yang terlalu banyak, telur tampak seperti debris gelap. Pada sediaan permanen, telur akan sulit untuk diamati karena sisa bahan pewarna, menjadi gelap dan asimetris Ideham dan Pusarawati, 2007. 2.5 Manifestasi Klinis Biasanya infeksi yang melibatkan 1 hingga 10 ekor cacing sering tidak diketahui oleh penderita sehinggalah pada pemeriksaan feses rutin atau langsung dijumpai adanya cacing dewasa pada feses. Keluhan yang paling sering dikeluhkan oleh penderita infeksi Asca ris ini adalah nyeri pada daerah abdomen yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Pada saat migrasi larva akan terjadi eosinophilia akan tetapi pada pasien yang mempunyai cacing dewasa mungkin menunjukkan eosinophilia yang sedikit atau tidak ada sama sekali. Migrasi larva cacing di paru-paru dapat menimbulkan pneumonia dengan gejala berupa demam, batuk, sesak dan dahak berdarah. Ini kerana saat migrasi larva cacing di paru-paru mungkin terjadi sensitisasi hos yang menyebabkan manifestasi allergi seperti gejala-gejala di atas. Pneumonia disertai gejala allergi ini disebut sebagai Sindrom Loeffler atau Ascaris pneumonia Brown, 1975. Efek serius maupun fatal bisa ditimbulkan sewaktu migrasi cacing dewasa. Cacing dewasa bisa mengoklusi ampulla Vater dan menyebabkan perdarahan akut pankreatitis. Cacing ini juga bisa menarik bakteri usus ke daerah ini lalu memicu proses terjadinya abses. Selain itu, cacing bisa menembus dinding usus lalu bermigrasi ke dalam rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Volvulus usus, intussussepsi, dan obstruksi usus juga bisa disebabkan oleh infeksi Ascaris . Walaupun cacing itu sendiri tidak menimbulkan efek yang nyata pada tubuh tetapi hasil dari cacing yang hidup ataupun yang mati bisa menyebabkan manifestasi toksik dalam tubuh hos yang tersensitisasi seperti edema pada wajah, giant urticaria disertai Universitas Sumatera Utara insomnia, hilang selera makan dan penurunan berat badan. Walaupun infeksi sering tidak menimbulkan gejala, tetapi bisa memberi efek pada kesehatan anak apabila melibatkan malnutrisi, pneumonia , penyakit pada usus dan defisiensi vitamin A Carneiro, Cifuentes, Maria, Pojo dan Romieu, 2002. Khinzir muda sebagai hospes yang terinfeksi Ascaris tidak menunjukkan pertambahan berat badan dan ini sama seperti Ascaris yang menginfeksi manusia yang bisa mengganggu tumbesaran anak dengan terganggunya status gizi anak. Berat badan yang tidak bertambah ini bisa disebabkan oleh karena makanan yang dikonsumsi penderita tidak diserap ke dalam usus sebaliknya menjadi makanan utama kepada cacing ini dan juga bisa karena inhibisi tripsin oleh bahan yang dihasilkan cacing ini sehingga terganggunya pencernaan dan penyerapan protein dalam tubuh penderita. Telah dibuktikan bahawa 20 ekor cacing dewasa mengkonsumsi 2,8g karbohidrat dan 0,7g protein per hari. Sehubungan itu, pada infeksi berat yang melibatkan ratusan ekor cacing bisa menunjukkan efek signifikan pada status gizi penderita Brown, 1975. 2.6 Status Gizi Menurut Sediaoetama 2000 dalam Sari 2010, anak sekolah atau masa kanak-kanak pertengahan merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga anak sekolah harus dipantau agar ketidakcukupan gizi bisa dihindari. Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM Indonesia menyonsong Era Globalisasi dan Visi Indonesia Sehat 2010, diperlukan penyiapan SDM sejak usia dini melalui berbagai upaya, antara lain upaya peningkatan kesehatan masyarakat MenKes, 2006. Walaupun begitu menurut Sediaoetama 2000 dalam Sari 2010, masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan, misalnya: berat badan kurang, anemia defisiensi besi, defisiensi vitamin C dan di daerah-daerah tertentu juga dijumpai defisiensi iodium. Tiga faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk secara langsung yaitu: anak tidak cukup mendapat Universitas Sumatera Utara asupan makanan bergizi seimbang, tidak cukup mendapat asupan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi DinKes, 2009. 2.7 Pengertian Status Gizi Status gizi diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu Soekirman, 2000. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak , kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial Sari, 2010. 2.8 Faktor-Faktor Mempengaruhi Status Gizi Menurut Soekirman 2000, faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung adalah asupan makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita. Anak dengan asupan makanan yang kurang akan bisa menyebabkan daya tahan tubuhnya kurang hingga anak lebih rentan terhadap penyakit, kurang nafsu makan hingga akhirya akan kekurangan gizi. Anak dengan penyakit infeksi seperti infeksi Asca ris lumbricoides akan kekurangan gizi kerana terganggunya penyerapan karbohidrat dan protein yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Akibatnya anak akan mengalami kekurangan gizi dan tumbuh kembang anak terganggu. Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Universitas Sumatera Utara 2.9 Tujuan Penilaian Status Gizi Menurut FKMUI 2007, tujuan penilaian status gizi adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi, memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada dan memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan dan implementasi untuk penilaian status gizi. Komponen penilaian status gizi terdiri dari penilaian pola diet, penilaian biokimia, penilaian antropometrik, tanda-tanda fisik atau klinik dan penilaian kebiasaan makan DepKes, 2007. 2.10 Pengukuran Status Gizi Penilaian status gizi terbagi kepada secara langsung dan tidak secara langsung. Menurut FKMUI 2007, penilaian secara langsung adalah tes laboratorium, pemeriksaan biofisik, pemeriksaan tanda-tanda klinik dan pengukuran antropometri. 1. Tes laboratorium meliputi pemeriksaan biokimia, hematologi dan parasitologi. Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan spesimen yang akan diuji seperti darah, urin, tinja dan jaringan tubuh seperti hati, otot, tulang, rambut, kuku dan lemak di bawah kulit. Beberapa kelebihan penggunaan tes biokimia yaitu bersifat objektif, gradable yaitu dapat dikelaskan apakah ringan, sedang atau berat. Keterbatasan penggunaan tes laboratorium pula adalah memerlukan biaya yang tinggi, keberadaan dari laboratorium lokasi survei jauh dari laboratorium, kesukaran yang berhubungan dengan spesimen pada saat pengumpulan, pengawetan, dan transportasi dan dibutuhkan data referensi untuk menentukan hasil laboratoium FKMUI, 2007. 2. Pemeriksaan biofisik adalah penentuan status gizi berdasarkan kemampuan fungsi dari jaringan dan perubahan struktur jaringan. Contoh pemeriksaan biofisik yang sering dilakukan adalah pada kasus rabun senja dilakukan tes adaptasi dalam gelap night blindness test FKMUI, 2007. 3. Pemeriksaan tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat dilihat Universitas Sumatera Utara pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kalenjar tiroid. Kelebihan penggunaan tanda klinik adalah murah karena tidak memerlukan peralatan, cepat sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar dan tidak menimbulkan rasa sakit pada orang yang diperiksa. Keterbatasan dari penggunaan pemeriksaan ini adalah subjektif sehingga memerlukan standarisasi, keterbatasan kepastian penyebab zat gizi atau penyebab yang lain seperti infeksi, memerlukan staf yang terlatih dan banyak tanda klinik yang hanya muncul pada tingkat defisiensi berat FKMUI, 2007. 4. Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama yaitu: 1 kurang energi protein KEP, khususnya pada anak-anak dan ibu hamil dan, 2 obesitas pada semua kelompok umur. Kelebihan penggunaan antropometri adalah relative murah, cepat sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar, objektif, gradable dan tidak menimbulkan rasa sakit pada responden. Keterbatasan pula membutuhkan data referensi yang relevan, hanya dapat data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energi protein dan tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi makro FKMUI, 2007. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam surveilan kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan fisiologi, interpersonal dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk pada pertumbuhan anak. Alat yang sangat penting untuk penilaian pertumbuhan adalah kurva pertumbuhan growth chart dilengkapi dengan alat timbangan yang akurat, papan pengukur, stadiometer dan pita pengukur Narendra, 2010. Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit Universitas Sumatera Utara skinfold diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak Narendra, 2010. 1. Berat dan Tinggi Badan terhadap umur: Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang pemeriksa pada papan pengukur infantometer , tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer . Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita. Cara canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak dengan kalkulasi skor Z atau standard deviasi dengan mengurangi nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi referens Narendra, 2010. 2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur yang tidak melar. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran kepala. Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus atau microcephaly FKMUI, 2007. Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar kepala dan dada dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita FKMUI, 2007. Sedangkan lingkar lengan atas biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi sehingga pengukuran ini dapat mencerminkan status KEP pada balita dan kurang energi kronik KEK pada ibu waktu usia subur FKMUI, 2007. Pengukuran lingkaran lengan menggunakan baku dari Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki pada tahun 1969 Narendra, 2010. 3. Tebal kulit diukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul, penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnya pun mahal Ha rpenden Caliper Narendra, 2010. Universitas Sumatera Utara 4. Body Mass Index BMI atau indeks massa tubuh IMT yang telah dipakai secara luas, yaitu berat badan kg dibagi kuadrat tinggi badan m 2 . IMT ini merupakan cara mudah dan cepat untuk menentukan komposisi tubuh dan secara luas. Pada orang dewasa IMT 24-27 kgm 2 untuk perempuan dan 25-27 kgm 2 untuk laki-laki mengindikasikan adanya kelebihan berat badan overweight , dan bila IMT 27 kgm 2 menandakan obesitas sedangkan nilai IMT 18 kgm 2 menyatakan adanya malnutrisi. Pada anak nilai IMT lebih digunakan untuk menilai kelebihan berat badan serta digunakan kurva yang dikembangkan oleh CDC 2000 untuk anak 2- 20 tahun dan akhir-akhir ini WHO 2006 membuat kurva IMT untuk anak 0-18 tahun DepKes, 2007. Untuk populasi usia sekolah dasar 7-10 tahun, status gizi diukur dengan berat dan tinggi badan terhadap umur berdasarkan kurva NCHS CDC 2000. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL