SIMULASI GREENHOUSE ARTIFICIAL NEURAL NETWORK ANN

6 Prinsip pindah panas antara bangunan dan lingkungan sekitarnya yang dikembangkan oleh Soegijanto 1999 dapat juga digunakan untuk greenhouse . Pindah panas yang terjadi dalam greenhouse dengan cara radiasi, konveksi dan konduksi. Energi yang ditransmisikan ke dalam greenhouse dalam bentuk radiasi matahari gelombang pendek. Pemasukan energi atau panas juga berasal dari konveksi pada udara dalam greenhouse dan radiasi gelombang panjang dari tanah ke penutup. Kehilangan panas terjadi karena konveksi akibat angin dan radiasi gelombang panjang dari penutup ke angkasa. Takakura 1989 menyatakan keseimbangan panas di udara dalam greenhouse lebih mudah dihitung. Pindah panas konveksi dari penutup ke udara dalam greenhouse terjadi secara alami. Perpindahan panas konveksi juga terjadi melalui bukaan ventilasi baik dengan arah masuk dan keluar greenhouse . Keseimbangan panas di permukaan tanah greenhouse meliputi pindah panas radiasi gelombang panjang dari tanah ke penutup greenhouse, pindah panas konveksi dari permukaan tanah ke udara dalam dan pindah panas konduksi dari permukaan tanah ke lapisan dibawahnya maupun sebaliknya.

E. SIMULASI GREENHOUSE

Model simulasi untuk memprediksi iklim mikro dalam greenhouse telah dilakukan oleh Takakura et al. 1971, Avissar et al. 1982 dan Takakura 1989. Batas kondisi utama yang umum adalah data klimatologi berupa temperatur udara, kelembaban udara RH, kecepatan angin, radiasi matahari serta sifat termal dan optik dari elemen-elemen greenhouse Avissar et al., 1982. Takakura 1971 mengembangkan model simulasi komputer untuk memprediksi temperatur greenhouse . Model yang dikembangkan menggunakan prinsip pindah panas yang dibagi menjadi empat elemen yaitu lapisan penutup, udara dalam, kanopi tanaman dan lapisan tanah menggunakan 25 persamaan diferensial yang rumit. Model ini melibatkan 7 sudut datang radiasi matahari pada kesetimbangan panas di penutup greenhouse . Romdhonah 2002, mengembangkan model simulasi untuk memprediksi temperatur dalam greenhouse dengan menggunakan prinsip pindah panas yang melibatkan sudut datang radiasi matahari. Model dibuat dengan menggunakan persamaan kesetimbangan panas dalam greenhouse yang dibagi menjadi tiga elemen, yaitu lapisan atap, udara dalam greenhouse dan permukaan lantai dan lapisan tanah.

F. ARTIFICIAL NEURAL NETWORK ANN

Artificial Neural Network ANN merupakan penjabaran fungsi otak manusia biologycal neuron dalam bentuk fungsi matematika yang akan menjalankan proses perhitungan secara paralel Lippman, 1998. Menurut Kusumadewi 2003, ANN merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. ANN pada dasarnya tersusun dari beberapa lapisan noda, yaitu input layer lapisan masukan, hidden layer lapisan tersembunyi dan output layer lapisan keluaran. Noda atau unit yang terhubung dari input layer ke hidden layer atau dari layer satu ke layer yang lain dihubungkan dengan sinapsis yang mempunyai pembobot yang ditentukan dengan training-nya. Salah satu metode training ANN adalah backpropagation. Hasil dari training backpropagation berupa pembobot weight. Algoritma backpropagation menggunakan error output untuk mengubah nilai pembobotnya dalam arah mundur backward. Untuk mendapatkan error output , tahap perambatan maju forward propagation harus dikerjakan terlebih dahulu Kusumadewi, 2003. Algoritma pelatihan backpropagation menurut Fu 1994 adalah sebagai berikut: 1. Inisialisasi pembobot weight 8 Mula-mula pembobot dipilih secara acak, kemudian setiap sinyal input diberikan ke dalam noda pada input layer, lalu sistem akan mengirim sinyal ke noda pada hidden layer. Gambar 2. Struktur ANN Backpropagation. 2. Perhitungan nilai aktivasi Setiap noda pada hidden layer dihitung nilai net input-nya dengan cara menjumlahkan seluruh hasil perkalian antara noda input X i dengan pembobotnya V ij , sebagaimana dalam persamaan berikut:    n i ij i ij V X Z 1 ………...……. 1 Jika setiap noda pada lapisan ini telah menerima nilai net input, langkah selanjutnya adalah memasukkan nilai net input pada setiap noda ke dalam fungsi aktivasi fungsi sigmoid berikut: exp 1 1 ij Z ij Z f     ………...……. 2 dengan  : konstanta fungsi sigmoid. X i Xn V ij Z ij Y k W jk Input layer Hidden layer Output layer 9 Z j = fZ ij ………...……. 3     exp 1 1 ZjWjk k Y  ………...……. 4 3. Perbaikan nilai pembobot Nilai output dari setiap noda pada output layer hasil perhitungan pada jaringan dibandingkan dengan nilai target yang diberikan dengan persamaan jumlah kuadrat galat, seperti dalam persamaan:    in k k k Y T E 2 2 1 ………...……. 5 dengan T k = nilai target yang diberikan dalam training ANN Y k = output dari hasil perhitungan pada jaringan Pada setiap lapisan dilakukan perubahan pembobot dengan menggunakan aturan delta rule. Perubahan pembobot dari hidden layer ke output layer sesuai dengan persamaan: W jk =   k Z j ………...……. 6 dimana W jk = perubahan nilai pembobot W ij  = laju pembelajaran  k = galat output ke k Z j = fungsi sigmoid Perubahan pembobot dari hidden layer ke input layer sesuai dengan persamaan: Vij =   j X i ………...……. 7 10 Sehingga nilai perbaikan pembobot dapat dibuat dalam persamaan berikut: W jk baru = W jk lama + W jk ………...……. 8 V ij baru = V ij lama + V ij ………...……. 9 Nilai laju pembelajaran harus dipilih antara 0 – 0.9. laju pembelajaran menentukan kecepatan pelatihan sampai sitem mencapai keadaan optimal, jika nilainya besar akan membuat jaringan melompati nilai minimum lokalnya dan akan berosilasi sehingga tidak mencapai konvergensi. Sebaliknya jika nilainya kecil menyebabkan jaringan terjebak dalam minimum lokal dan memerlukan waktu yang lama selama proses training . Untuk menghindari keadaan tersebut ditambahkan suatu konstanta momentum antara 0 - 0.9 pada sistem tersebut, dengan demikian laju pelatihan dapat ditingkatkan an osilasi pada system dapat diminimumkan. Perubahan nilai pembobot setelah dilakukan penambahan konstanta momentum sesuai dengan persamaan berikut: W jk baru =   k Z j + β W jk lama ………...……. 10 V ij baru =   j Xi + β V ij lama …...…...……. 11 dengan β adalah konstanta momentum. 4. Pengulangan iterasi Keseluruhan proses diatas dilakukan pada setiap contoh dan sekian iterasi sampai sistem mencapai keadaan optimum. Iterasi tersebut mencakup pemberian contoh pasangan input dan output, perhitungan nilai aktivasi dan perubahan nilai pembobot weight. Kinerja jaringan dapat dinilai berdasarkan RMSE Root Mean square Error pada proses generalisasi terhadap contoh data input-output baru, nilai RMSE sesuai dengan persamaan berikut Fu, 1994: RMSE = n Tk Yk   2 ………...……. 12 11 dimana: Y k = nilai prediksi jaringan T k = nilai target yang diberikan pada jaringan n = jumlah data pada set validasi Setelah ANN terlatih memecahkan suatu masalah, kemudian harus dilakukan validasi yang merupakan proses pengujian kinerja jaringan terhadap contoh yang belum diberikan selama proses pelatihan. Proses validasi dilakukan dengan memasukkan suatu set contoh input-output yang hampir sama dengan contoh set input-output yang diberikan selama training .

III. PENDEKATAN TEORITIS