Karakteristik Kawanan Ikan Pelagis Morfometrik kawanan ikan pelagis

nilai deskriptor dari kawanan ikan yang dimasukkan ke dalam fungsi tersebut akan memperoleh kisaran nilai 0-1. Nilai yang cenderung bernilai 1 satu dapat dimasukkan ke dalam kelompok kawanan ikan lemuru dan nilai yang cenderung bernilai 0 nol dapat dimasukkan ke dalam kelompok kawanan bukan ikan lemuru. Hasil identifikasi kawanan ikan pelagis menunjukkan bahwa 96.55 49+758100 kawanan ikan pelagis yang diteliti dapat diidentifikasi dengan benar, sedang sisanya mengalami salah identifikasi. Kawanan ikan pelagis yang diidentifikasi dengan benar menunjukkan bahwa kawanan ikan pelagis di perairan Selat Bali dapat diidentifikasi berdasarkan spesies menggunakan deskriptor akustik.

4.5.2 Karakteristik Kawanan Ikan Pelagis Morfometrik kawanan ikan pelagis

Berdasarkan bentuk dan ukuran morfometrik diketahui bahwa kawanan lemuru berbentuk oval pipih dengan luasan kecil, artinya ukuran panjang kawanan 35 kali dari tingginya dan area yang melingkupi kawanan lemuru kurang dari 2.000 m 2 dengan perimeter kurang dari 400 Tabel 4.10. Sedang bentuk kawanan bukan lemuru adalah oval lebih pipih dengan area yang luas, artinya ukuran panjang kawanan 130 kali dari tingginya dan area yang melingkupi kawanan lebih dari 20.000 m 2 dengan perimeter diatas 1000. Jika dibandingkan dengan kawanan bukan lemuru maka morfometrik kawanan lemuru lebih kecil small school daripada kawanan bukan lemuru. Perbedaan bentuk kawanan ikan terkait dengan spesies dan ukuran ikan body length. Spesies dan ukuran panjang tubuh yang berbeda akan memiliki tingkah laku yang berbeda. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Lu Lee 1995 yang menyatakan bahwa spesies dan ukuran panjang tubuh body length dapat dibedakan dari deskriptor akustik morfometrik dengan membandingkan ikan berukuran kecil anchovy dan larva ikan dan ikan berukuran besar skipjack, round scad dan horse mackerel. Tabel 4.10. Ringkasan deskriptor morfometrik kawanan ikan pelagis Kawanan lemuru Kawanan bukan lemuru Panjang Tinggi Area Perimeter Panjang Tinggi Area Perimeter Minimum 17 2 59 33 1060 12 13189 1182 Maksimum 2110 32 9335 2531 7093 32 71558 4471 Rataan 455 12 1823 366 2761 21 22477 2362 Kawanan ikan yang terlihat pada echosounder tidak menghasilkan kawanan ikan nyata yang memproduksi jejak gema sehingga citra kawanan pada echogram dipertimbangkan sebagai ’true’ mask image yang merupakan citra distorsi. Ukuran kawanan yang tampak pada echogram, hasilnya berbeda dengan perhitungan deskriptor akustik. Hal ini dikarenakan, kawanan ikan pada echogram terdiri dari kumpulan piksel yang berbentuk bujursangkar antara panjang dan tinggi. Pada kenyataannya, saat sinyal ditembakkan pada target terdapat faktor koreksi yaitu kecepatan kapal, laju ping dan sudut sorot beam yang dibentuknya. Faktor koreksi dapat dilihat pada variabel panjang. Panjang terlihat adalah 177.78 m dan panjang terkoreksi adalah 176.86 m dengan koreksi pingmeter adalah 4.04. Energetik kawanan ikan pelagis Salah satu tujuan penelitian identifikasi kawanan ini adalah menyeleksi nilai energi intensitas akustik yaitu nilai Sv ikan pelagis terutama lemuru. Berdasarkan penelitian Lawson et al, 2001 kisaran nilai Sv untuk ikan pelagis kecil anchovy, sardine, round herring di Agulhas Bank Afrika Selatan adalah -65 dB – -60dB. Disamping itu digunakan kisaran -30 dB – -60 dB untuk keakuratan analisis dan menghindari deteksi secondary beam. Coetzee, 2000 menggunakan threshold nilai 10 SA unit m 2 .nautical mile -2 yang setara dengan nilai Sv = -66 dB untuk kawanan ikan sardine di Agulhas Bank Afrika Selatan. Kisaran energi akustik yang digunakan pada penelitian ini antara -30 dB – - 80 dB. Hasil yang diperoleh untuk maksimum energi akustik kawanan ikan pelagis adalah –77 dB dan minimum adalah –42 dB Tabel 4.11. Energi akustik kawanan lemuru -57 dB di perairan Selat Bali lebih kuat dibandingkan dengan kawanan bukan lemuru -60 dB. Hal ini berarti kawanan lemuru memiliki arah gerak renang dan struktur daging dan tulang yang sedikit berbeda daripada kawanan bukan lemuru, namun selang bedanya relatif kecil 3 dB sehingga energi akustik tidak dapat dijadikan patokan untuk membedakan kawanan ikan pelagis kecil sesuai dengan hasil analisis diskriminan. Tabel 4.11 Ringkasan deskriptor energetik kawanan ikan pelagis Kawanan lemuru Kawanan bukan lemuru Energi StDev Skewness Kurtosis Energi StDev Skewness Kurtosis Minimum -76.8 1.8 -1.8 -1.3 -75.9 1.7 -0.6 -1.3 Maksimum -42.0 8.1 0.0 0.8 -54.9 3.0 0.0 -0.5 Rataan -56.8 4.7 -0.9 -0.8 -59.5 2.4 -0.3 -0.9 Energi akustik kawanan ikan pelagis kecil -57 –-60 dB di perairan Selat Bali perairan tropis sedikit lebih kuat dibandingkan dengan energi akustik kawanan ikan pelagis -60 –-66 dB di Agulhas Bank Afrika Selatan perairan sub tropis. Hal ini terkait dengan perbedaan musim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkah laku kawanan. Implikasinya adalah perbedaan ukuran ikan, struktur daging dan kekerasan tulang pada spesies yang sama karena lemah kuatnya energi akustik tergantung pada ukuran ikan, kekenyalan daging, kekerasan tulang dan gelembung renang ikan. Batimetrik kawanan ikan pelagis Posisi kawanan ikan lemuru pada kolom perairan umumnya cenderung dekat dasar perairan dengan kedalaman optimum 60 m dari permukaan laut dan posisi kawanan bukan ikan lemuru berada di pertengahan kolom perairan dengan kedalaman optimum 80 m dari permukaan laut Tabel 4.12. Hal ini terkait dengan migrasi harian dari kawanan ikan pelagis pada umumnya dimana pada malam hari berada di permukaan laut dan pada siang hari menuju dasar perairan. Kejadian ini sesuai dengan hasil pengamatan Wudianto 2001, dimana pada siang hari gerombolan ikan lemuru berada pada lapisan perairan yang cukup dalam yaitu sekitar 75 m dan pada malam hari gerombolan ikan bergerak mendekati permukaan air. Tabel 4.12. Ringkasan deskriptor batimetrik kawanan ikan pelagis Uraian mengenai perbandingan bentuk, energi dan posisi kawanan ikan pelagis mengarah pada pembentukan karakteristik kawanan ikan pelagis menjadi kawanan ikan lemuru dan kawanan bukan ikan lemuru di perairan Selat Bali. Karakteristik kawanan ikan pelagis diperoleh dari perbedaan karakter pada kedua kawanan tersebut yakni pada bentuk morfometrik selanjutnya pada posisinya Kawanan lemuru Bukan kawanan lemuru Mean Depth m Rel. Alt. Mean Depth m Rel. Alt Minimum 13.0 5.7 28.5 12.5 Maksimum 147.0 69.8 150.0 80.9 Rataan 63.4 28.0 87.5 43.0 dalam kolom air. Penjabaran diatas dapat dilihat pada Gambar 4.9 berupa karakteristik kawanan ikan pelagis di perairan Selat Bali. 4.6 Kesimpulan Deskriptor akustik dapat dijadikan dasar dalam identifikasi spesies kawanan ikan pelagis. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis gerombol bahwa sebesar 86.2 kawanan ikan yang terdeteksi di perairan Selat Bali adalah kawanan ikan lemuru dan sisanya kawanan bukan ikan lemuru diprediksi sebagai kawanan tongkol dan layang. Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa deskriptor akustik yang berperan terhadap pemisahan kelompok kawanan ikan pelagis adalah deskriptor akustik morfometrik. Hasil identifikasi kawanan ikan pelagis menunjukkan bahwa 96.55 kawanan ikan pelagis di perairan Selat Bali dapat diidentifikasi dengan benar berdasarkan spesies menggunakan deskriptor akustik. Karakteristik kawanan ikan lemuru adalah sebagai berikut: berbentuk oval pipih dengan luasan kecil small school. Energi akustik yang dipantulkannya sebesar -57 dB. Posisinya pada kolom perairan umumnya cenderung dekat dasar perairan dengan kedalaman optimum 60 m dari permukaan laut dan kawanan bukan lemuru berbentuk oval lebih pipih dengan area yang luas large school. Energi akustik yang dipantulkannya sebesar -60 dB. Posisinya berada di pertengahan kolom perairan dengan kedalaman optimum 80 m dari permukaan laut. Pustaka Gambar 4.9 Karakteristik kawanan ikan pelagis di Perairan Selat Bali 1 0 m 1 0 0 m 5 0 m 1 5 0 m P er m u kaan Air B u kan K aw an an L em u r u K aw an an L em u r u 2 8 7 2 4 3 5 7 E n er gi dB -5 7 -6 0 bat i m et r i Bahri, T., and Freon, P. 2000. Spatial structure of coastal pelagic schools descriptors in the Mediterranean Sea. Fisheries Research, 48: 157-166. Baussant, T., Ibanez, F., and Etienne, M. 1993. Numeric analysis of plantonic spatial patterns revealed by echograms. Aquatic Living Resources vol, 6, 175-184. Coetzee, J. 2000. Use of a shoal analysis and patch estimation system SHAPES to characterise sardine schools. Aquatic Living Resources, Vol 13 1:1-10. Haralabous, J., and Georgakarakos, S. 1996. Artificial neural networks as a tool for species identification of fish schools. ICES Journal of Marine Science, 53: 173-180. Johnson, R.A., and Wichern, D.W. 1998. Applied multivariate statistical analysis, 4 th edition. New Jersey: Prentice-Hal. Lawson, G.L., Barange, M., and Freon, P. 2001. Species identification of pelagic fish schools on the South African continental shelf using acoustic descriptors and ancillary information. ICES Journal of Marine Science, 58:275-287. Love, R.K. 1971. Measurement of fish target strength. A review. Fisheries Bulletin, 694: 703-715. Lu, H.J., and Lee, K.T. 1995. Species identification of fish shoal from echograms by an acho-signal image processing system. Fisheries Research, 24: 99 – 111. LeFeuvre, Rose, G.A., Gosine, R., Hale, R., Pearson, W., and Khan, R. 2000. Acoustics species identification in the Northwest Atlantic using digital image processing. University Newfoundland Canada.14p. Maclennan, D.N., and Simmonds, E.J. 1992. Fisheries acoustics. Chapman and Hall. Fish and Fisheries Series 5. 325 pp. Merta, I.G.S. 1992. Dinamika populasi ikan lemuru Sardinella lemuru bleeker, 1853 di perairan Selat Bali dan alternatif pengelolaannya. Disertasi tidak dipublikasikan Program Pascasarjana IPB. Bogor. 201 hal. Pitcher, T.J., and Parrish, J.K. 1983. Behaviour of teleost fishes, 2 nd Edition. Chapman Hall, London. 295-337. Reid, D., Scalabrin, C., Petitgas, P., Masse, J., Aukland, R., Carrera, P., and Georgakarakos, S. 2000. Standard protocols for the analysis of school based data from echo sounder surveys. Fisheries Research: 47, 125-136. Rose, G.A., and Leggett, W.C. 1988. Hydroacoustic signal classification of fish school by species. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Science, 45: 597-604. Rummel, R.J. 1970. Applied factor analysis. United States of American. Scalabrin, C., Diner, N., Weill, A., Hillion, A., and Mouchot, M-C. 1996. Narrowband acoustic identification of monospecific fish shoal. ICES Journal of Marine Science, 53:181-188. Simmonds, E.J., Armstrong, F., and Coplan, P.J. 1996. Species identification using wideband backscatter with neural network and discriminant analysis. ICES Journal of Marine Science, 53:189 – 195. Siswadi dan Suharjo, B. 1999. Analisis eksplorasi data peubah ganda. Jurusan Matematika dan FMIPA-IPB. Bogor. 87 hal. Wudianto. 2001. Analisis sebaran dan kelimpahan ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker,1853 di perairan Selat Bali; kaitannya dengan optimasi penangkapan. Disertasi tidak dipublikasikan. Program Pascasarjana IPB. Bogor. 221 hal. 5 KLASIFIKASI SPESIES KAWANAN IKAN

5.1 Pendahuluan